PENDAHULUAN
Realita pada masa saat ini kejahatan sering terjadi dimana-mana, mulai
dari kejahatan yang bersifat ringan seperti penghinaan hingga kejahatan yang
pidana tidak hanya orang yang berpenampilan preman saja, bahkan pejabat-
pejabat negara dan aparat penegak hukum pun juga sering diberitakan di
berbagai media terkait kasus yang melawan hukum, seperti melakukan tindak
orang dewasa saja, bahkan anak yang masih di bawah umur menjadi sasaran
1
Mahrus Ali, Dasar-dasar Hukum Pidana, Sinar Grafika, Jakarta : 2012, hlm 101.
1
Salah satu contoh kasus tragis yang dialami seorang anak ialah kasus
Oktober 2015 dalam keadaan telungkup dalam kardus dengan mulut tersumpal
kaos kaki dan telanjang, mulut dan hidungnya berdarah, posisi badannya
2
Sawitri Supardi, Bunga Rampai Kasus Gangguan Psikoseksual, Refika Aditama, Bandung
: 2005, hlm 71.
2
meringkuk dengan kedua kaki menjepit kedua tangan dan kepalanya
terpelengkuk ke bawah.3
Anak :
No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak ternyata tidak mampu menekan
pelaku pedophilia tersebut. Hal ini terbukti dengan semakin meningkatnya angka
kejahatan yang dilakukan kaum pedophilie. Dalam kurun waktu tiga tahun angka
3
Anonim, “Polisi Mengungkap Penyebab kematian Putri Nur Fauzah”, dalam
http://www.viva.co.id/berita/metro/682337-polisi-ungkap-penyebab-kematian-putri-nur-fauziah,
Diakses Tanggal 09 Oktober 2017.
4
Anonim, “Indonesia Darurat Kejahatan Kekerasan Anak”, dalam http://www.berita-
metro.co.id/nasional.hml, Diakses Tanggal 09 Oktober 2017.
3
masyarakat merasa ketakutan dan khawatir terhadap anak-anak mereka sehingga
muncul inisiatif masyarakat untuk diterapkan hukuman kebiri bagi pelaku tindak
dan Texas.
mengamputasi jaringan genetik yang dilakukan pada testis seorang pria. 5 Testis
membuat testosteron.6 Disejumlah negara teknik hukuman kebiri ini beragam, ada
yang dengan cara tradisonal, yakni pembedahan untuk membuang testis (buah
dhakar), dikenal sebagai kebiri fisik, atau menyuntikkan zat kimia tertentu,
David L. Rowland dan Luca Incrooci yang berjudul “Handbook of Sexual and
sexual yang diantaranya adalah pedophilia, hukuman kebiri bagi pelaku tindak
khusus. Namun jika dilihat dari unsur deliknya, tindak pidana Pedophilia dapat
5
Travis Nygard dan Alec Sonsteby, In The Cultural Encyclopedia of The Body, Greenwood
Press, Jakarta : 2008, hlm 502.
6
Ayu Febri Wulanda, Biologi Reproduksi, Salemba Media, Jakarta : 2011, hlm 9.
7
M. Zaid Wahyudi, “Suntik Kebiri untuk Mematikan Dorongan Seksual”, dalam
http://health.kompas.com/read/2014/05/19/1659515.html diakses pada 09 Oktober 2017.
4
dikategorikan dalam jarimah zina. Zina merupakan setiap perbuatan seksual yang
kondisi yang secara fisik dan psikis tidak mampu melindungi dirinya sendiri,
1945 yang menyatakan bahwa anak berhak atas perlindungan dari kekerasan.
dibuat dalam Undang – undang Noomor 23 Tahun 2002 yang diubah menjadi
pada tahun 2014 dilakukan perubahan pertama atas undang undang tersebut yakni
dengan UU No.35 Tahun 2014, dengan memperberat ancaman pidana bagi para
8
A. Djazuli, Fiqh Jinayah: Upaya Menanggulangi Kejahatan dalam Islam, Raja Grafindo
Persada, Jakarta : 1997, hlm 35-36
9
Supriyadi Widodo Eddiyono Dkk, Menguji Euforia Kebiri, Press Release, Jakarta : 2016,
hlm 3
5
kehidupan pribadi dan tumbuh kembang anak serta mengganggu rasa kenyamanan
Perlindungan Anak.
Menurut wakil ketua KPAI Santoso, ada beberapa alasan kenapa perpu
semantara pelaku tidak jera, bahkan tidak jarang pelaku mengulangi perbuatannya
tanpa rasa iba kepada korban. Hal ini butuh penjeraan sebagai upaya preventif.
selain itu, muatan pasal pidana terhadap pelaku kekerasan seksual terhadap anak,
dalam undang – undang Nomor 35 tahun 2014 tentang perlindungan anak, masih
tergolong ringan. Karna maksimal hanya 15 tahun dan belum efektif untuk
kejahatan seksual terhadap anak (pedofilia), Sanksi yang diatur berupa kebiri
10
Putu Merta Surya Putra, Http://News.Liputan6.Com/Read/2348814/Kpai-Perppu-Kebiri-
Bisa-Jadi-Solusi-Kejahatan-Seksual-Anak, Di Akses Pada 19 Oktober 2017
6
menjadi hukuman mati, hukuman seumur hidup, maksimal 20 tahun dan minimal
10 tahun penjara.11
Salah satu bentuk kebiri kimia adalah memasukan bahan kimia anti
androgen kedalam tubuh melalui suntikan atau pil yang diminum. Anti androgen
orang yang mendapat suntikan atau minum pil yang mengandung anti androgen
dari semua pihak, dengan adanya pemberlakuan sanksi kebiri bagi pelaku
kejahatan seksual terhadap anak (pedofilia). Banyak menuai pro dan kontra di
berbagai kalangan termasuk kalangan para ahli hukum, medis, dan pegiat hak
asasi manusia.
Banyak hal yang menjadi alasan oleh sebagian pihak yang tidak setuju
dalam kata pengantar catatan mereka, jika sanksi kebiri diberlakukan maka akan
terjadi pertentangan dengan asas – asas yang berlaku dalam pemidanaan bagi
pelaku, bertentangan juga dengan jenis-jenis pidana yang dianut KUHP, karena
KUHP hanya mengenal pidana pokok dan pidana tambahan dan didalam dua jenis
pidana tersebut tidak ada satupun yang mencantumkan pidana kebiri yang
11
Ihsanuddin,Http://Nasional.Kompas.Com/Read/2016/05/25/17001251/Jokowi.Tanda.Tan
gani.Perppu.Yang.Atur.Hukuman.Kebiri, Diakses Pada 26 Oktober 2017
12
Supriyadi Widodo Ediyono Dkk. Op.Cit, hlm 4
13
Dilihat pada http://icjr.or.id/menguji-eforia-kebiri/, diakses pada 27 Oktober 2017
7
Penolakan dari organisasi–organisasi HAM pada dasarnya bersandar pada
beberapa alasan yaitu; Pertama, Hukuman kebiri tidak dibenarkan dalam sistem
hukum pidana nasional atau tujuan pemidanaan yang dianut oleh sistem hukum
nasional kita diantaranya Kovenan Hak Sipil dan Politik (Kovenan Hak
Sipol/ICCPR), Konvensi Anti Penyiksaan (CAT), dan juga Konvensi Hak Anak
ditujukan untuk pembalasan dengan alasan utama efek jera yang diragukan secara
ilmiah. Dan Ketiga, Segala bentuk kekerasan pada anak, termasuk kekerasan
bila dilakukan melalui perkawinan yang sah. Di luar itu, persetubuhan dianggap
perbuatan yang sangat terkutuk dan dianggap sebagai jarimah. Pendapat ini
tanpa memandang pelakunya, baik dilakukan oleh yang belum nikah atau orang
14
Supriyadi Widodo Ediyono Dkk. Op.Cit, hlm 6
15
Rahmad Hakim, Hukum Pidana Islam; Fiqh Jinayah. Pustaka Setia, Bandung : 2000,
hlm 72
8
pernikahan, hal itu disebut sebagai zina, dan dianggap sebagai perbuatan melawan
hukum. Juga tidak mengurangi nilai kepidanaannya, walaupun hal itu dilakukan
secara suka rela atau suka sama suka. Meskipun tidak ada yang merasa dirugikan
zina dianggap oleh Islam sebagai pelanggaran seksualitas yang sangat tercela,
Selain itu, hukum yang telah ada dan diterapkan untuk menjerat pelaku
tindak pidana pedofilia ini di rasa belum memberikan keadilan bagi korban.
psikologis yang bisa berkepanjangan hingga dia dewasa sampai seumur hidupnya
dan menjadikan dia kehilangan masa depannya akibat trauma tersebut. Bahkan
tidak jarang korban setelah dewasa bisa menjadi pelaku tindak pidana pedofilia
juga akibat dari trauma psikologis yang mendalam, bahkan akan terus terbayang
dalam ingatan mereka ketika aksi pelaku dilakukan dengan kekerasan sehingga
akan memunculkan sifat dendam yang sulit dihilangkan. Akibat sifat dendam
tersebut bisa memungkinkan dia pun akan menjadi pelaku pedofilia ketika
beranjak dewasa,karena tidak jarang pelaku pedofilia juga semasa kecilnya pernah
menjadi
korban tindak pidana pedofilia. Oleh karena itu perlu ada hukum yang bisa
memberikan keadilan yang setimpal bagi korban terhadap apa yang dilakukan
16
Ibid, hlm 69
9
B. Rumusan Masalah
pedofilia..?
C. Tujuan Penelitian
Berangkat pada poin rumusan masalah maka, penelitian ini bertujuan dengan
pidana pedofilia.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian tentang sanksi kebiri bagi pelaku tindak pidana pedofilia ini
diharapkan dapat memberikan manfaat yang baik secara teoritis maupun praktis
sebagai berikut :
telah didapatkan.
10
b. Dapat menerapkan teori – teori yang telah didapatkan dalam kelas,
E. Metode Penelitian
Agar penelitian ini berjalan dengan lancar serta memperoleh data dan hasil
suatu metode tertentu, metode yang akan dilakukan dalam penelitian ini antara
lain :18
17
Bambang Waluyo, Penelitian Hukum dalam Praktek, Sinar Grafika, Jakarta : 2002, hlm
17
18
Sumardi Suryabrata, Metode Penelitian, Raja Grafindo Persada, Jakarta : 2006, hlm 18
11
1. Jenis Penelitian
buku buku hukum, buku buku seksualitas, jurnal, dan literatur yang
2. Sifat Penelitian
3. Pendekatan Penelitian
12
a. Sumber Primer
diambil dari hukum positif Indonesia yang diambil dari KUHP dan UU
b. Sumber Sekunder
5. Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah analisis data secara kualitatif, yaitu
segala sesuatu yang responden nyatakan baik tertulis maupun lisan, serta
perilaku nyata yang dipelajari dan diteliti sebagai sesuatu yang utuh.
data yang ada atas dasar reabilitas dan validitasnya, data yang kurang
F. Kerangka Pikir
merupakan kepuasan seks yang didapatkan oleh seseorang dari hubungan seks
manipulasi terhadap anak anak. Dengan kata lain, pedofilia adalah perbuatan
19
Koes Irianto, Memahami Seksologi, Sinar Baru Algensindo, Bandung : 2010, hlm 101
13
seksual yang dilakukan oleh orang dewasa dengan anak anak dimana kaegori anak
anak disini adalah setiap anak yang berusia di bawah 15 tahun sesuai dengan
pelaku salah satunya adalah menggunakan ketentuan yang ada dalam KUHP,
tersebut, secara umum menjamin terpenuhinya hak-hak anak agar dapat tumbuh,
14
berkembang dan berpartisipasi optimal sesuai harkat dan martabat, serta
ditimbulkannya, yakni korban yang masih anak anak tentu akan mengalami
lain pihak pelaku juga melanggar UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan
Anak yakni Pasal 81 tentang orang yang dengan sengaja melakukan kekerasan
dengannya, dalam pasal ini pelaku diancam hukuman maksimal lima belas tahun
penjara.
Undang Perlindungan Anak (UUPA) adalah klaim tidak terjadinya kekerasan dan
pengertiannya. Ada tidaknya unsur kekerasan fisik sering dijadikan kriteria untuk
kejahatan atau tidak. Pelecehan seksual terhadap anak sendiri masih sering
tidaknya unsur paksaan sebenarnya tidak terlalu signifikan dalam kasus kejahatan
seks antara orang dewasa dengan anak – anak. Sebagai contoh yang dikemukakan
oleh Gunter Schmidt (2002) dalam artikel The Dillema of the Male Pedophile,
orgasme, tidak bisa serta merta disamakan dengan bentuk masturbasi pada orang
15
dewasa.20 Keluguan dan rasa ingin tahu yang kuat terhadap kehidupan seksualitas
yang menjadi ciri khas anak anak inilah yang dimanfaatkan pelaku pedofilia
penekanannya lebih pada bentuk eksploitasi dan manipulasi yang muncul sebagai
ini undang-undang yang sering dipakai untuk mengadili penjahat ini adalah
relevan untuk memberikan efek jera bagi si pelaku. Selain itu, dalam Pasal 287
KUHP disebutkan dengan sanksi maksimal 9 tahun penjara. Namun dalam hal
tidak ada pengaduan, maka penuntutan tidak akan dilakukan. Hal ini tentu
menjadi titik lemah dalam KUHP karena pada kenyataanya, korban terkadang
Pasal – Pasal tersebut nyatanya tidak memberikan efek jera bagi pelaku
tindak pidana pedofilia. Hal ini dibuktikan dengan semakin banyak dan maraknya
20
Gunter Schmidt, The Dillema of the Male Pedophile, Journal, International Law Journal,
2002, hlm 23
16
tahun ke tahun tidak mengalami perubahan. Hal ini merupakan kelemahan hukum
yang ada karena hukuman yang seharusnya bisa memberikan perlindungan dan
perlu ada sebuah upaya hukum yang baru untuk memberikan efek jera sekaligus
sebagai tindakan pencegahan agar bisa mengurangi bahkan tidak terjadi lagi kasus
pedofilia tersebut. Salah satu upaya hukum tersebut adalah dengan melakukan
karena memang pada hakikatnya ia hanya merupakan bagian dari kebijakan atau
karena itu, pembaharuan hukum pidana harus pula berorientasi pada pendekatan
nilai. Dengan uraian di atas dapat disimpulkan makna dan hakikat pembaharuan
21
Barda Nawawi, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, Kencana, Op.Cit, hlm 29
22
Ibid
17
1. Dilihat dari sudut pendekatan kebijakan
sebagainya).
penegakan hukum.
(misalnya KUHP baru) sama saja dengan orientasi nilai dari hukum pidana
Di samping itu, pembaharuan hukum pidana juga diatur dalam KUPH Pasal 103.
Bab I dalam Buku I berlaku juga atas peristiwa yang padanya ditentukan pidana
18
menurut ketentuan perundangan lainnya kecuali kalau dalam Undang-Undang
Upaya pembaharuan hukum pidana dalam hal kasus tindak pidana pedofilia
ini adalah dengan memberikan hukuman kebiri sebagai upaya hukum untuk
memberikan efek jera bagi pelaku. Kebiri disebut juga pengebirian atau kastrasi,
yaitu tindakan bedah atau kimia yang bertujuan untuk menghilangkan fungsi testis
pada jantan atau fungsi ovarium pada betina, pengebirian dapat dilakukan baik
apada hewan maupun manusia. Kebiri secara fisik adalah memotong saluran testis
Kebiri kimiawi adalah pengebirian dengan cara menyuntik seorang pria dengan
obat – obatan yang secara efektif menyebabkan tumpulnya gairah seksnya untuk
jangka waktu tertentu. Hukum kebiri ini menjadi alasan sebagai upaya hukum
seksual terhadap anak akhir-akhir ini telah begitu meluas dan sudah sangat
Hukum kebiri bukanlah hukuman yang baru Karena telah ada beberapa
Sebagai contoh Negara yang telah menerapkan hukuman kebiri adalah Negara
bagian California, hukuman kebiri di Negara ini telah diterapkan sejak tahun
23
Abdoel Djamali, Pengantar Hukum Indonesia, Op.Cit, hlm 190
19
1996. Negara bagian Florida yang telah menerapkan hukuman ini sejak tahun
1997. Negara bagian lain yang telah menerpakan hukuman ini adalah Georgia,
pengadilan untuk tindak pidana pertama. Namun untuk tindak pidana kedua,
hukuman kebiri bisa dilakukan secara paksa kepada pelaku kejahatan seksual.
G. Definisi Konseptual
oleh negara dan yang diancam dengan suatu pidana/nestapa bagi barangsiapa
yang tidak menaatinya. Dan juga merupakan semua aturan yang ditentukan
sesuatu yang dilakukan, dan perbuatan itu menunjuk baik pada akibatnya
kasusnya dan akibat adalah hukumnya, orang yang terkena akibat akan
20
memperoleh sanksi baik masuk penjara ataupun terkena hukuman lain dari
pihak berwajib.
e. Pengertian Pedofilia
remaja atau anak-anak di bawah usia atau orang yang mengidap pedofilia
disebut pedofil.
H. Jadwal Kegiatan
BULAN
No KEGIATAN Februari Maret April
. 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Seminar Proposal
2. Perbaikan Proposal
3. Pembuatan Instrumen
Penelitian
4. Penyusunan Penelitian
5. Ujian Skripsi
6. Perbaikan Skripsi
21
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Ali, Mahrus, Dasar-Dasar Hukum Pidana, Jakarta: Sinar Grafika, 2012.
Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, Kencana, Jakarta
: 2010.
Muliadi dan Barda Nawawi Arief, Teori-Teori dan Kebijakan Pidana, Cetakan
Kedua, edisi revisi, alumni, Bandung : 1992.
Rahmad Hakim, Hukum Pidana Islam; Fiqh Jinayah. Pustaka Setia, Bandung :
2000.
Supriyadi Widodo Eddiyono Dkk, Menguji Euforia Kebiri, Press Release, Jakarta
: 2016
22
Travis Nygard dan Alec Sonsteby, In The Cultural Encyclopedia of The Body,
Greenwood Press, Jakarta : 2008.
B. Perundang – Undangan
C. Sumber Internet
Gunter Schmidt, The Dillema of the Male Pedophile, Journal, International Law
Journal, 2002.
http://www.viva.co.id/berita/metro/682337-polisi-ungkap-penyebab-kematian-
putri-nur-fauziah
http://www.berita-metro.co.id/nasional.hml
http://health.kompas.com/read/2014/05/19/1659515.html
Http://News.Liputan6.Com/Read/2348814/Kpai-Perppu-Kebiri-Bisa-Jadi-Solusi-
Kejahatan-Seksual-Anak
Http://Nasional.Kompas.Com/Read/2016/05/25/17001251/Jokowi.Tanda.Tangani
.Perppu.Yang.Atur.Hukuman.Kebiri
http://icjr.or.id/menguji-eforia-kebiri/
23