Disusun Oleh :
Nalto Mentara
N 111 17 115
Pembimbing :
dr. Indah P. Kiay Demak, M.Med.Ed
dr. Benny Siyulan, M.Kes
PENDAHULUAN
Tabel 1.1
Luas Wilayah Kerja Perkelurahan
Puskesmas Talise Tahun 2016
No. Kelurahan Luas Wilayah (km²)
1. Talise dan Valangguni 12,37
2. Tondo 55,16
3. Layana Indah 15,00
Puskesmas 82,53
Tabel 1.2
Kepadatan Penduduk Perkelurahan
Di Wilayah Kerja Puskesmas Talise
Tahun 2017
2.1. Puskesmas
Pusat Kesehatan Masyarakat yang dikenal dengan sebutan
Puskesmas adalah Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) yang
bertanggung jawab atas kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya pada satu
atau bagian wilayah kecamatan. Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat dinyatakan bahwa
Puskesmas berfungsi menyelenggarakan Upaya Kesehatan Masyarakat
(UKM) dan Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP) tingkat pertama.
Puskesmas merupakan Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) dinas
kesehatan kabupaten/kota, sehingga dalam melaksanakan tugas dan
fungsinya, akan mengacu pada kebijakan pembangunan kesehatan
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota bersangkutan, yang tercantum dalam
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan Rencana
Lima Tahunan dinas kesehatan kabupaten/kota.2
2.2 ISPA
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah penyakit infeksi akut
yang melibatkan organ saluran pernapasan. Saluran nafas yang dimaksud
adalah organ mulai dari hidung sampai alveoli paru. ISPA disebabkan oleh
virus, jamur dan bakteri Staphylococcus, Streptococcus. Staphylococcus dan
Streptococcus merupakan bakteri gram positif. Staphylococcus tumbuh pada
lingkungan dengan temperatur 15 – 45ºC, sedangkan Streptococcus tumbuh
pada lingkungan dengan temperatur suhu 37ºC. Timbulnya gejala ISPA
biasanya cepat, yaitu dalam waktu beberapa jam sampai beberapa hari.
Gejalanya meliputi demam, batuk, dan sering juga nyeri tenggorokan, pilek,
sesak napas, mengi, atau kesulitan bernapas.5
Penyakit ISPA masih termasuk dalam 10 penyakit terbanyak di
Puskesmas Talise pada tahun 2016, yaitu menempati urutan ke 4 dari 10
penyakit terbanyak. Jumlah kasus tahun 2016 yaitu berjumlah 4.819 orang
dengan penderita ISPA pada usia 5 tahun ke bawah berjumlah 2.082 orang
anak. Untuk ISPA pada balita sendiri dibagi dua yaitu pneumonia dan bukan
pneumonia. Untuk pneumonia memili target jumlah perkiraan pneumonia
yaitu 184, dan penderita pneumonia pada balita yang terdata yaitu 292
sehingga melewati angka target perkiraan tersebut. Hal ini menunjukkan
bahwa penyakit ISPA pada balita masih banyak terjadi di wilayah kerja
Puskesmas Talise.1
A. Input
Program penanggulangan diare di Puskesmas Talise dikelola oleh satu
orang petugas selaku penanggung jawab dalam hal ini seorang perawat
pelaksana. Sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk pengendalian ISPA
khususnya pada balita di wilayah kerja Puskesmas Talise masih sangat
terbatas dan kurang. Akses ke masing-masing wilayah kerja Puskesmas
Talise cukup mudah untuk diakses. Dana yang digunakan dalam pengelolaan
puskesmas berasal dari APBN dan APBD, namun untuk program P2 ISPA
sendiri saat ini tidak ada pendanaan dikarenakan program yang berjalan
hanya sebatas pencatatan dan pelaporan kasus yang didapatkan.
B. Proses
Perencanaan program penanggulangan ISPA khususnya pada balita
pada saat ini hanya sebatas pencatatan dan pelaporan kasus.
Pengorganisasian diatur oleh penanggung jawab P2 ISPA.
Penggerakan pelaksanaan program dilaksanakan dengan berkoordinasi
antara beberapa lintas program, dimana pendataan kasus yang ada bekerja
sama dengan unit program lainnya yang ada di puskesmas Talise
Pemantauan program dilakukan per bulan untuk menilai kejadian ISPA
di wilayah kerja Puskesmas Talise.
C. Output
Adapun program kerja yang dilakukan di Puskesmas Talise terkait
dengan penanggulangan ISPA pada balita antara lain:
1. Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dan pelaporan kasus diare dilakukan secara per bulan.
Keberhasilan program dapat dinilai. Untuk jumlah penderita ISPA pada
balita di Puskesmas Talise tahun 2016 sebanyak 2.082 orang anak, tahun
2017 sebanyak 1.403 orang anak, dan pada tahun 2018 dari data bulan
Januari hingga November sebanyak 1.483 orang anak. Hal ini
menunjukkan masih tingginya jumlah penderita ISPA pada balita. Akan
tetapi, penurunan angka dari tahun 2016 ke 2017 dapat menjadi acuan
bahwa kegiatan program “care sicking” berjalan dengan baik. Maka dari
itu, perlu dipikirkan kembali secara bersama-sama bersama tentang usaha
pencegahan penyakit ISPA pada balita secara lebih lanjut.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Dalam pelaksanaan program penanganan ISPA khususnya pada balita
masih memerlukan perhatian yang serius. Dari hasil diskusi dan laporan yang
ada, dapat disimpulkan:
1. Angka kejadian ISPA yang masih cukup tinggi terlebih khusus pada balita
dikarekan program kegiatan yang lebih spesifik misalnya turun langsung
ke lapangan tidak dilakukan sama sekali, meskipun sebelumnya pernah
dilakukan namun terhenti dikarenakan sumber dana yang dihentikan untuk
program tersebut.
2. Program yang ada hanya sebatas pendataan dan pelaporan sehingga tindak
lanjut yang lebih tepat dalam menurunkan angka kejadian penyakit tidak
ada.
4.2 Saran
1. Perlunya program yang lebih spesifik dalam penanggulangan ISPA
seperti turun langsung ke lapangan dalam promosi maupun pelayanan
kesehatan lainnya dapat mengurangi angka kejadian ISPA pada balita.
2. Pendanaan yang ditujukan untuk melakukan promosi maupun
pelayanan kesehatan secara langsung dilapangan juga sangat
diperlukan sehingga dibutuhkan perhatian khusus dari dinas kesehatan
terkait.
DAFTAR PUSTAKA