Anda di halaman 1dari 27

REFLEKSI KASUS NOVEMBER 2019

GOUT ARTHRITIS

Disusun Oleh :
Arkam
N 111 17 111

Pembimbing :
dr. Indah P. KiayDemak, M.Med.Ed
dr.Benny Siyulan

BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Setiap mahluk hidup di dunia akan mengalami yang namanya suatu
proses penuaan yang terjadi secara alamiah. Terjadinya perubahan fisiologi
dan berkurangnya fungsi suatu organ merupakan suatu penanda telah
terjadinya proses penuaan. Perubahan yang biasanya terjadi seperti
penurunan fungsi tubuh untuk melakukan suatu aktivitas. Seiring dengan
meningkatya jumlah usia tua maka akan terjadi pula peningkatan jumlah dan
kejadian suatu penyakit yang tidak meular yang bersifat kronik yang
disebabkan oleh penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres
lingkungan serta kelemahan pada lansia.1
Dari berbagai penyakit degenratif yang di alami oleh usia lanjut atau
lansia, nyeri sendi merupakan salah satu penyakit terseing yang di alami oleh
lansia. Kelainan Sendi memiliki banyak diagnosis salah satunya Artritis Gout.
Peningkatan jumlah monosudium urat pada suatu jaringan merupakan suatu
penanda dari penyakit Artritis gout. Terjadi peningkatan jumlah Monosodium
Urat ini di akibatkan oleh tingginya asam urat dalam darah, peningkatan asam
urat darah ini di akibatkan oleh beberpa sebab yaitu genetik, metabolisme
asam urat yang terganggu, dan berkurangnya pengeluaran hasil metabolisme
asam urat melalui urin.2
Kadar asam urat normal pada wanita berkisar 2,4-5,7 mg/dl, sedangkan pada
lakilaki berkisar 3,4-7,0 mg/dl, dan pada anakanak 2,8-4,0 mg/dl. Berdasarkan data
World Health Organization (WHO, 2017), prevalensi gout arthritis di dunia
sebanyak 34,2%.
Di dunia prevalensi penyakit gout mengalami kenaikan jumlah penderita
hingga dua kali lipat antara tahun 1990- 2010. Pada orang dewasa di Amerika Serikat
penyakit gout mengalami peningkatan dan mempengaruhi 8.3 juta (4%) orang
Amerika. Sedangkan prevalensi hiperurisemia juga meningkat dan mempengaruhi
43.300.000 (21%) orang dewasa di Amerika Serikat4 .

2
Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap 100.000
orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di bawah 34
tahun sebesar 32 % dan di atas 34 tahun sebesar 68 %. Menurut World Health
Organization (WHO) tahun 2013, sebesar 81 % penderita asam urat di Indonesia
hanya 24 % yang pergi ke dokter, sedangkan 71 % cenderung langsung
mengkonsumsi obat-obatan pereda nyeri yang dijual bebas5 .
Berdasarkan hasil Kemenkes (2013) menunjukkan bahwa penyakit sendi di
Indonesia yang diagnosis tenaga kesehatan (nakes) sebesar 11.9% dan berdasarkan
diagnosis dan gejala sebesar 24.7%, sedangkan berdasarkan daerah diagnosis nakes
tertinggi di Nusa Tenggara Timur 33,1%, diikuti Jawa barat 32,1% dan Bali 30%1 .
Peningkatan kejadian gout arthritis disebabkan oleh berbagai faktor resiko
seperti faktor asupan purin, obesitas, dan penyakit penyerta diantaranya hipertensi
dan diabetes melitus. Asupan purin adalah mengkonsumsi makanan yang
mengandung purin. Asupan purin dapat mempengaruhi terjadinya gout arthritis dan
akan bertambah berat apabila disertai dengan pola konsumsi yang tidak seimbang.
Pola konsumsi masyarakat Melayu sangat berhubungan erat dengan kejadian gout
arthritis. Adapun jenis-jenis makanan dengan kandungan purin tinggi seperti jeroan,
daging sapi, ikan sarden, daging bebek, ikan laut, kerang, daging ayam, udang,
kacangkacangan, tempe, jamur, tapai, tahu; juga pada beberapa sayuran seperti
melinjo, kacangkacangan, daun singkong, kangkung, kembang kol, dan bayam
(Dewi dan Asnita, 2016).
Gout artritis menempati urutan ke 8 dari 10 daftar penyakit tertinggi di
Puskesmas talise, terhitung mulai januari-oktober 2019 dengan total penderita 854
orang.
Peneliti mengambil tempat penelitian di wilayah kerja Puskesmas
Talise, tepatnya di Kelurahan layana Indah, Wintu RT 19 pada hari Jum’at
tanggal 01 November 2019.
Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa sebanyak 11 dari 14
responden (78%) menderita gout arthritis. Sebanyak 7 perempuan dan 4 laki-
laki. dari 14 responden (80%) mengkonsumsi jenis makanan yang
mengandung tinggi purin seperti, kacang-kacanagan, bayam dan daun
singkong. .

3
1.2 Tujuan
Adapun tujuan penyusunan refleksi kasus ini sebagai berikut :
1. Sebagai gambaran faktor resiko pada Gout Arthritis di wilayah kerja
Puskesmas talise, tepatnya di kelurahan layana Indah, Wintu RT 19
2. Sebagai gambaran tatalaksana pada Gout Arthritis di Puskesmas talise,
tepatnya di kelurahan layana Indah, Wintu RT 19
3. Sebagai pemenuhan syarat dalam menyelesaikan kepaniteraan klinik bagian
Ilmu Kesehatan Masyarakat.

4
BAB II
IDENTIFIKASI MASALAH

2.1 Menentukan Prioritas Masalah Menggunakan Rumus Hanlon


Kuantitatif

Tabel 2.1 Prioritas masalah di wilayah kerja Puskesmas Talise, di kelurahan


layana indah RT 19
Tabel 2.1 Prioritas masalah
No Masalaah Besar Kegawatan Kemungkinan Nilai
masalah diatasi Total

1 Hipertensi 4 3 3 10

2 Gout artritis 4 2 3 9

3 Colestrol 3 2 3 8

4 Hiperglikemia 1 2 3 6

Dilihat dari tabel diatas masalah yang menjadi prioritas pada pasien ini adalah
kusta, tuberkulosis, gout artritis, gizi buruk, dan malaria

A. KRITERIA A : Besar masalah, dapat dilihat dari besarnya insidensi


atau prevalensi. Skor 1-10
Masalah Besar masalah Nilai
kesehatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

W (Hipertensi) V 9

X (Gout artritis) V 8

Y (Colestrol) V 6

Z (Hiperglikemia) V 3

5
B. KRITERIA B : Kegawatan Masalah (SKOR 1-5)

Masalah Keganasan Tingkat Biaya yang Nilai


kesehatan urgency dikeluarkan

W 4 4 3 11

X 4 3 2 9

Y 3 3 2 8

Z 3 3 3 9

C. KRITERIA C : Kemudahan dalam Penanggulangan

Sangat sulit W X,Y,Z sangat mudah

1 2 3 4 5

D. KRITERIA D : PEARL factor

Masalah P E A R L Hasil
kesehatan perkalian

W 1 1 1 1 1 1

X 1 1 1 1 1 1

Y 1 1 1 1 1 1

Z 1 1 1 1 1 1

E. PENETAPAN NILAI
 Hipertensi
NPD : (A+B) C = (9+11) = 20x2 = 40
NPT : (A+B) CxD = (9+11) 2x1 = 20x2 = 40
 Gout artritis
NPD : (A+B) C = (8+9) 3 = 17x3 = 51
NPT : (A+B) CxD = (8+9) 3x1 = 17x3 = 51

6
 Kolestrol
NPD : (A+B) C = (6+8) 3 = 14x3 = 42
NPT : (A+B) CxD = (6+8) 3x1 =14x3 = 42
 Hiperglikemia
NPD : (A+B) C = (3+9) 3 = 12x3 = 36
NPT : (A+B) CxD = (3+9) 3x1 =12x3= 36

F. KESIMPULAN

Masalah A B C NPD D NPT Prioritas


kesehatan (PEARL)

Hipertensi 9 11 2 40 1 40 3

Gout artritis 8 9 3 51 1 51 1

Kolestrol 6 8 3 42 1 42 2

Hiperglikemia 3 9 3 36 1 36 4

Kesimpulan dari rumus ini yaitu masalah penyakit Gout Arthritis merupakan
prioritas masalah yang menempati urutan ke-1 dari 4 prioritas masalah yang ada.

7
BAB III
LAPORAN KASUS

2.1 Identitas pasien


Nama Pasien : Ny. I
Umur : 64 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Wintu, Kelurahan Layana Indah
Pendidikan terakhir : SMA
Pekerjaan : Petani
Suku : Kaili
Asuransi Kesehatan : BPJS
Tanggal Pemeriksaan : 01 November 2019

2.2 Anamnesis
Keluhan utama:
Nyeri persendian pada jari tangan kanan dan kiri

Riwayat Penyakit Sekarang:


Pasien datang dengan keluhan nyeri persendian pada jari tangan kanan dan kiri
yang terkadang sulit digerakan dan terasa kaku, di sekitar jari tangan terasa hangat dan
kemerahan. Keluhan ini dirasakan kurang lebih 3 bulan yang lalu. Selain itu, pasien juga
mengatakan merasa nyeri di jari-jari kaki kurang lebih sejak 5 bulan yang lalu. Pasien
mengatakan 5 bulan yang lalu telah melakukan pemeriksaan asam urat dan hasil
kadar asam urat tinggi. Pasien mengonsumsi obat allopurinol sejak 5 bulan yang
lalu, tetapi pasien jarang mengontrol untuk periksa asam urat di postu. Pasien sering
merasa nyeri ketika pasien habis beraktivitas fisik yang berat. Nyeri ulu hati (-
),pusing (-), muntah (-) BAK (+) lancar, BAB (+) biasa.

8
Riwayat Penyakit Dahulu:
Riwayat penyakit jantung (+), hipertensi (+), DM (-),

Riwayat Penyakit Keluarga:


Tidak ada anggota keluarga yang memiliki keluhan yang sama

Riwayat Kebiasaan dan Lingkungan


 Pasien memiliki 1 orang anak, pasien tinggal bersama dengan anak dan
cucunya, sehari-hari pasien bekerja sebagai petani. Mata pencaharian
adalah sebagai petani sayur-sayuran.
 Pasien makan 3 kali sehari dengan lauk yang beraneka ragam dan biasanya
pasien lebih sering mengonsumsi tahu, tempe, ikan asin serta kacang-
kacangan.
 Rumah pasien terdiri dari teras, ruang tamu sekaligus ruang keluarga, 3
kamar, 1 dapur dan 1 WC. Masing-masing kamar tersedia fasilitas tempat
tidur pada setiap kamar, ruang belakang terdiri atas dapur serta kamar
mandi, disertai fasilitas meja makan. Terdapat pula pintu menuju halaman
belakang. Lantai rumah dilapisi semen dengan rumah berdinding batu bata,
dan langit-langit rumah dilapisi oleh plafon. Atap rumah terbuat dari seng.
Pencayahaan alamiah dari sinar matahari cukup pada beberapa ruangan.
Sumber listrik berasal dari PLN.
 Air untuk mandi, dan air untuk mencuci pakaian, pasien mendapatkan dari
dari gunung menggunakan pipa air. Untuk air minum pasien menggunakan
air gallon yang dibeli.
 Tempat pembuangan sampah berada di belakang rumah.

9
PEMERIKSAAN FISIK
Kondisi Umum : Sakit sedang
Tingkat Kesadaran : Compos Mentis

BB : 57 kg
TB : 165 cm
IMT : 21 (Normal)
Tanda Vital
TekananDarah : 160/90 mmHg
Nadi : 92 kali/menit (kuat angkat, reguler)
Suhu : 36,60C
Pernapasan : 20 kali/menit
Kulit : Warna sawo matang, lapisan lemak di bawah kulit
cukup.
Kepala : Normosefal, rambut berwarna putih beruban, tipis dan
tidak mengkilap, mata cowong (-/-) konjungtiva tidak
anemis, sklera tidak ikterus, pupil bulat isokor
(diameter 3 mm).
Tenggorokan- : Tonsil dan faring tidak tampak kelainan.
Leher Tidak terdapat pembesaran kelenjar getah bening.

Thoraks
Paru : Inspeksi : permukaan dada simetris, penggunaan
otot-otot bantu pernapasan (-).
Palpasi : massa (-), nyeri tekan (-) taktil
fremitus kiri = kanan.
Perkusi : sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : bronkovesikuler +/+,
wheezing (-/-), ronkhi (-/-).
Jantung : Inspeksi : iktus kordis tampak
Palpasi : iktus kordis teraba pada ICS V linea
midclavicula sinistra
Perkusi : pekak
Auskultasi : bunyi jantung I dan II murni, reguler,
bising jantung (-).
Abdomen : Inspeksi : permukaan datar, seirama gerak napas

10
Auskultasi : peristaltik kesan meningkat
Perkusi : Tympani
Palpasi : massa (-), nyeri tekan (-), hepar dan
lien tidak teraba

Ekstremitas
Atas : Akral hangat, edema (-), persendian hangat dan
kemerahan
Bawah : Akral hangat, edema (-), persendian hangat dan
kemerahan

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Kadar Asam Urat
Asam Urat : 10,7 mg/dl

Diagnosis Kerja
Gout Arthritis

Diagnosis Banding
Rheumathoid Arthritis

Terapi
 Medikamentosa :
 Allopurinol 300 mg 0-0-1
 Natrium diclofenac 50 mg 2x1
 Vitamin B1B6B12 1x1

 Non Medikamentosa :
- Mengurangi makanan yang mengandung tinggi purin seperti kacang-
kacangan, tahu, tempe, jeroan, hati ayam, telur, ikan asin
- Mengurangi aktivitas fisik yang terlalu berat
- Mengonsumsi obat yang dianjurkan oleh dokter secara teratur

11
- Mengontrol peningkatan berat badan dengan mempertahankan berat badan
ideal.
- Rutin memeriksakan diri di puskesmas atau pada saat dilakukannya
posbindu.
- Melakukan kontrol kembali setelah 3 hari dan datang secepatnya jika
keluhan pasien semakin memberat.

12
BAB III

PEMBAHASAN

Pasien datang dengan keluhan nyeri yang dirasakan pada jari tangan kanan
yang terkadang sulit digerakan dan terasa kaku, di sekitar jari tangan terasa hangat
dan kemerahan. Nyeri timbul secara tiba tiba, nyeri biasanya muncul lebih sering
dirasakan pada pagi hari. Keluhan ini dirasakan kurang lebih 2 bulan yang lalu.
Selain itu, pasien juga mengatakan merasa nyeri di jari-jari kaki kurang lebih sejak
5 bulan yang lalu. Pasien mengatakan 5 bulan yang lalu telah melakukan
pemeriksaan asam urat dan hasilnya kadar asam urat tinggi. Pasien mengonsumsi
obat allopurinol sejak 5 bulan yang lalu, tetapi pasien mengaku tidak rutin
mengonsumsi obatnya. Pasien sering merasa nyeri ketika pasien habis beraktivitas
fisik yang berat. Nyeri ulu hati (-), pusing (-), muntah (-) BAK (+) lancar, BAB (+)
biasa.
Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan di
persendian teraba hangat dan kemerahan, tanda-tanda vital : TD : 160/90 mmHg, N
: 92x/m, S : 36,60C, P : 20x/m. Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik
didapatkan diagnosis Gout Arthritis. Pada pemeriksaan Asam urat didapatkan kadar
asam urat 12 mg/dl.

Diagnosis Artritis gout pada pasien ini didasarkan pada Kriteria Diagnosis Gout
Arthritis oleh subkomite The American Rheumatism Association, dimana kriteria
diagnostik untuk gout arthritis adalah:4
1) Adanya kristal urat yang khas dalam cairan sendi.
2) Tofi terbukti mengandung kristal urat berdasarkan pemeriksaan kimiawi dan
mikroskopik dengan sinarterpolarisasi.
3) Sekurang-kurangnya harus memenui 6 gejala di bawah ini
a. Lebih dari sekali mengalami serangan arthritis akut
b. Terjadi peradangan secara maksimal dalam satu hari
c. Oligoarthritis (jumlah sendi yang meradang kurang dari 4)
d. Kemerahan di sekitar sendi yang meradang

13
e. Sendi metatarsophalangeal pertama (ibu jari kaki) terasa sakit atau
membengkak
f. Serangan unilateral (satu sisi) pada sendi metatarsophalangeal pertama
g. Serangan unilateral pada sendi tarsal (jari kaki)
h. Tofi (deposit besar dan tidak teratur dari natrium urat) di kartilago articular
(tulang rawan sendi) dan kapsula sendi
i. Hiperurisemia (kadar asam urat dalam darah pria lebih dari 7 mg/dL dan pada
wanita lebih dari 6mg/dL)
j. Pembengkakan sendi secara asimetris (satu sisi tubuh saja)
k. Serangan arthritis akut berhenti secara menyeluruh.
Diagnosis gout ditetapkan ketika didapatkan kriteria 1 dan/atau kriteria 2 dan/atau
6 atau lebih poin pada kriteria 3.

Hiperurisemia adalah keadaan dimana darah seseorang mengandung kadar


asam urat di atas nilai normal. Kriteria hiperurisemia menurut Council for
international organization of medical sciences (CIOMS) yaitu > 7mg/dL untuk laki-
laki dan > 6 mg/dL untuk perempuan. Terjadinya hiperurisemia disebabkan oleh: 5
1. Produksi yang meningkat: Penyebabnya ialah idiopatik, defisiensi enzim
hypoxanthine-guanine phos-phoribosyltransferase (HGPRT) sebagian atau
komplet, superaktivitas enzim 5'- phosphoribosyl-1'-pyrophosphate (PRPP)
sintetase, konsumsi purin yang berlebihan, peningkatan turnover asam nukleat,
tumor lysis syndrome, dan glycogenoses (glycogen storage disease).
2. Penurunan ekskresi asam urat: Penyebabnya ialah idiopatik, penurunan fungsi
ginjal, sindroma X, metabolik asidosis (ketoasidosis atau laktat asidosis),
dehidrasi, diuretik, hipertensi, hiperparatiroid, hipotiroid, pre-eklampsi dan
eklampsi, obat-obat, serta intoksikasi timah hitam (Pb).
3. Kombinasi keduanya seperti alkoholik, defisiensi glukosa 6 fosfatase, defisiensi
fruktosa 1 fosfat aldolase.
Hiperurisemia pada temperatur 370C memudahkan terjadinya saturasi asam urat
yang berpotensi menyebabkan terjadinya pengendapan kristal asam urat.
Kristalisasi asam urat terjadi lambat, berlangsung beberapa minggu sampai bulan

14
serta dapat mengendap pada cairan sendi, tulang, kulit, dan tendon.8 Penumpukan
kristal MSU pada persendian dan jaringan periartikuler berhubungan dengan
gangguan autoinflamasi yang dikenal sebagai gout. 5
Peradangan atau inflamasi merupakan reaksi penting pada artritis gout. Reaksi ini
merupakan reaksi pertahanan tubuh non spesifik untuk menghindari kerusakan
jaringan akibat agen penyebab. Tujuan dari proses inflamasi itu adalah untuk
menetralisir dan menghancurkan agen penyebab serta mencegah perluasan agen
penyebab ke jaringan yang lebih luas. 5

Gout arthritis, meliputi 3 stadium: 6


1. Gout Arthritis Stadium Akut
Radang sendi timbul sangat cepat dalam waktu singkat. Pasien tidur tanpa ada
gejala apa-apa. Pada saat bangun pagi terasa sakit yang hebat dan tidak dapat
berjalan. Biasanya bersifat monoartikuler dengan keluhan utama berupa nyeri,
bengkak, terasa hangat, merah dengan gejala sistemik berupa demam, menggigil
dan merasa lelah. Apabila proses penyakit berlanjut, dapat terkena sendi lain yaitu
pergelangan tangan/kaki, lutut, dan siku. Faktor pencetus serangan akut antara lain
berupa trauma lokal, diet tinggi purin, kelelahan fisik, stress, tindakan operasi,
pemakaian obat diuretik dan lain-lain.
2. Stadium Interkritikal
Stadium ini merupakan kelanjutan stadium akut dimana terjadi periode interkritik
asimptomatik. Walaupun secara klinik tidak dapat ditemukan tanda-tanda radang
akut, namun pada aspirasi sendi ditemukan kristal urat. Hal ini menunjukkan bahwa
proses peradangan masih terus berlanjut, walaupun tanpa keluhan.
3. Stadium Gout Arthritis Kronik
Stadium ini umumnya terdapat pada pasien yang mampu mengobati dirinya sendiri
(self medication). Sehingga dalam waktu lama tidak mau berobat secara teratur
pada dokter. Artritis gout menahun biasanya disertai tofi yang banyak dan
poliartikular. Tofi ini sering pecah dan sulit sembuh dengan obat, kadang-kadang
dapat timbul infeksi sekunder.

15
Suatu penyakit dapat terjadi oleh karena ketidakseimbangan faktor-faktor utama
yang dapat mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Paradigma hidup sehat
yang diperkenalkan oleh H.L. Bloom mencakup 4 faktor yaitu faktor
genetik/biologis, faktor perilaku individu atau masyarakat, faktor lingkungan dan
faktor pelayanan kesehatan (jenis, cakupan dan kualitasnya).

1. Faktor genetik
Berdasarkan teori hiperurisemia dipengaruhi oleh genetic, usia, serta jenis kelamin.
Pada kasus ini tidak ada pengaruh genetik, karena tidak ada keluarga yang memiliki
keluhan yang serupa. Sedangkan pada usia, biasanya terjadi pada usia tua.
Prevalensi hiperurisemia meningkat di atas usia 30 tahun pada pria dan di atas usia
50 tahun pada wanita. Hal ini disebabkan oleh karena terjadi proses degeneratif
yang menyebabkan penurunan fungsi ginjal. Penurunan fungsi ginjal akan
menghambat eksresi dari asam urat dan akhirnya menyebabkan hiperurisemia. Pada
kasus ini usia pasien adalah 64 tahun dan masuk kategori lansia. Untuk jenis
kelamin, Prevalensi pria lebih tinggi daripada wanita untuk mengalami
hiperurisemia. Hal ini dikarenakan wanita memiliki hormon estrogen yang
membantu dalam eksresi asam urat. Hal ini menjelaskan mengapa wanita pada post-
menopause memiliki resiko hiperurisemia. Sehingga lebih banyak kasus
hiperurisemia terjadi pada wanita, dan pada kasus ini jenis kelamin adalah laki-laki.
2. Faktor Perilaku
 Diet Makanan
Purin terdapat dalam semua makanan yang mengandung protein. Contoh makanan
yang mengandung tinggi purin adalah jeroan (misalnya, pankreas dan timus), ikan
asin, ikan sarden, daging kambing, sapi, hati, ikan salmon, ginjal, ayam kalkun,
tempe, tahu dan lain-lain. Kadar asam urat serum merupakan refleksi dari perilaku
makan. Asam urat merupakan hasil akhir dari metabolisme purin dan konsumsi
makanan tinggi purin akan mengakibatkan meningkatnya kadar asam urat total.
Menghindari mengkonsumsi purin sangatlah tidak mungkin karena purin terdapat
dalam hampir seluruh makanan yang mengandung protein sehingga yang dapat

16
dilakukan adalah membatasi kadar purin yang dikonsumsi. Kadar purin maksimal
yang dapat dikonsumsi oleh pasien gout adalah 100-150 mg/hari.

Gambar 1. Bahan makanan yang mengandung purin

Tabel 1. Kandungan jumlah purin setiap makanan


Kadar purin maksimal yang di konsumsi oleh pasien dengan kadar asam
urat adalah 100-150 mg/hari. Selain itu, pasien juga mengaku hampir setiap hari

17
mengonsumsi tempe dan ikan asin. Hal ini yang menyebabkan salah satu faktor
penyebab terjadinya hiperurisemia pada pasien. Sehingga perlu untuk mengontrol
makanan pasien yang kurang mengandung purin.
 Pengetahuan kurang
Kurangnya pengetahuan pasien yang dimana pendidikan terakhir pasien adalah
SMP sehingga pasien kurang mengetahui tentang penyakitnya, apa saja yang harus
di hindari ataupun dikurangi untuk mengurangi gejalanya. Salah satunya tentang
diet makanan yang rendah protein, sehingga kita sebagai tenaga kesehatan harus
menjelaskan makanan apa saja yang sesuai untuk pasien dengan hiperurisemia.
Selain itu, mengenai kepatuhan dalam mengonsumsi obat. Kita harus menjelaskan
kepada pasien bahwa mengonsumsi obat yang rutin dan sesuai resep dokter dapat
mengatasi keluhannya.
 Menjaga berat badan ideal
Obesitas memiliki peran dalam terjadinya hiperurisemian. Pada orang yang
mengalami obesitas, akan terjadi penumpukan adipose yang akhirnya akan
menyebabkan peningkatan produksi asam urat dan penurunan eksresi asam urat.
Pola makan pasien dimana pasien makan 3 kali sehari, biasanya mengkonsumni
nasi dan lauk pauk sepperti ikan asin, ikan goring, tempe, tahu dan sayuran seperti
kangkung, sup dan lain sebagainya. Pada kasus ini berat badan pasien adalah berat
badan ideal, sehingga kita harus menjelaskan kepada pasien untuk tetap menjaga
berat badannya, agar tidak menyebabkan resiko penyakit lainnya dengan
mengurangi konsumsi makanan yang dapat menjadi factor resiko kekambuhan
penyakitnya.
 Hindari konsumsi alkohol
Alkohol dalam jumlah banyak terutama bir dan wine, memiliki kandungan purin
yang tinggi sehingga dapat meningkatkan kadar asam urat dalam darah. Alkohol
juga mencegah pengeluaran asam urat oleh ginjal melalui saluran kencing, sehingga
asam urat terus menumpuk di dalam tubuh. Pasien mengatakan dulu pernah
mengonsumsi alcohol tetapi sudah lama pasien berhenti mengonsumsi alcohol.
Oleh karena itu kita perlu menyarankan pasien untuk sebaiknya tidak lagi
mengonsumsi alcohol karena akan menyebabkan kadar asam urat dalam darah

18
menjadi tinggi. Selain itu, menyarankan juga kepada pasien untuk mengonsumi
banyak air putih, agar purin yang terdapat dalam tubuh mudah di ekskresikan
melalui ginjal.
 Mengonsumsi buah dan sayuran
Konsumsi buah dan sayuran yang rendah kandungan purin. Buah-buahan segar
seperti strawberi, blueberi, pisang, dan ceri adalah beberapa buah yang harus
dikonsumsi oleh penderita gout dalam diet harian mereka. Sayuran yang bisa
dikonsumsi oleh penderita gout antara lain seledri, tomat, kol. Pasien mengaku
jarang mengonsumsi sayuran, sehingga kita dapat memberi tahu pasien untuk rajin
mengonsumsi sayuran ataupun buah-buahan yang rendah purin.

3. Faktor Lingkungan
 Sosio-ekonomi menengah ke bawah
Pasien termasuk dalam keluarga dengan sosio-ekonomi yang menengah. Sehari-
harinya pasien bekerja sebagai petani, pasien mengatakan gaji yang didapatkan
sebulan tidak menentu bergantung dari hasil panen yang didapatkan. Jadi,
bergantung dari hasil panen yang didapatkan. Pasien biasa dapat upah sekitar
kurang lebih 1 juta dalam sebulan, Paisen memiliki 4 anak. Pasien tinggal bersama
istri dan anak ke 4 nya yang belum menikah. Pasien dan anggota keluarganya
memilki kartu BPJS untuk berobat, pasien juga merupakan tulang punggung
keluarga.

4. Faktor Pelayanan Kesehatan


Pelayanan kesehatan yang terdapat di daerah Wintu RT 19 yaitu posbindu, dalam
sebulan terdapat 1 kali pelaksanaan posbindu, kegiatan yang dilakukan yaitu
pemeriksaan kesehatan, dengan memberikan terapi serta terkadang diselipkan
pemeriksaan gula darah sewaktu, kolesterol dan asam urat. Jarak antara rumah
pasien dengan tempat pelaksanaan posbindu dekat, sehingga pasien dapat rutin
mengontrol di posbindu. Selain itu, sebaiknya petugas kesehatan dapat memberikan
penjelasan kepada pasien lansia mengenai pentingnya kontrol kesehatan, guna
untuk mengetahui penyakit serta dapat diterapi berdasarkan keluhannya, seperti

19
memberikan promosi prefentif berupa leaflet ataupun brosur mengenai gout
arthritis karena pengetahuan masyarakat yang masih kurang mengenai kesehatan
merupakan salah satu masalah yang harus diatasi bersama oleh petugas kesehatan
pada puskesmas Talise

20
BAB IV

PENUTUP

1.1 Kesimpulan
Penyebab Gout Arthritis akibat hiperurisemia pada kasus adalah perilaku terutama
pola makan yang tinggi protein, kepatuhan dalam mengonsumsi obat serta
pengetahuan yang masih kurang mengenai penyakit yang di alaminya.

1.2 Saran
Upaya pencegahan (preventif) terhadap penyakit Arthritis Gout dapat
dilaksanakan dengan mengaplikasikan lima tingkat pencegahan penyakit (five level
prevention), sebagai berikut :
1. Promosi kesehatan
Promosi kesehatan dalam upaya mencegah terjadinya penyakit arthritis Gout dapat
dilakukan dengan berbagai upaya diantaranya :
a. Memberikan penyuluhan kepada masyarakat mengenai penyakit penyakit
Arthritis Gout, dan faktor-faktor resikonya.
b. Melakukan seminar-seminar kesehatan bagi masyarakat tentang upaya-
upaya yang dapat dilakukan dalam rangka peningkatan derajat kesehatan
masyarakat yang optimal, seperti mengatur pola makan terutama membatasi
asupan makanan yang mengandung purin, mengurangi atau mengeliminasi
asupan alkohol, olahraga teratur, pengurangan berat badan atau
mempertahankan berat badan yang ideal.
2. Perlindungan umum dan khusus terhadap penyakit-penyakit tertentu
(general and specific protection)
Merupakan suatu tindakan pencegahan yang dilakukan oleh masyarakat
terhadap ancaman agen penyakit atau pembawa penyakit tertentu.Tujuan dari
specific protection ini adalah sebagai perlindungan khusus terhadap ancaman
seperti penyakit. Tindakan yang dapat dilakukan adalah:

21
a. Memberikan informasi pada pasien tentang makan apa saja yang dapat
memicu naiknya Arthritis Gout seperti makanan yang mengandung kadar
purin tinggi sebaiknya dihindari, minuman beralkohol dan bersoda serta
kebiasaan merokok yang harus dihentikan.
b. Olahraga ringan teratur dapat merupakan salah satu solusi untuk mencegah
terjadinya deformitas.
c. Untuk pasien dengan obesitas, mengurangi berat badan adalah salah satu
cara yang dapat dilakukan untuk mencegah arthritis gout.
3. Diagnosis dini dan pengobatan dini (Early diagnosis and prompt treatment)
Merupakan tindakan menemukan penyakit sedini mungkin dan melakukan
penatalaksanaan segera dengan terapi yang tepat. Hal yang dapat dilakukan
adalah:
a. Melakukan skrining dengan memeriksa kadar asam urat pada pasien yang
memiliki faktor resiko dan gejala-gejala klinis.
b. Memberikan pengobatan yang tepat untuk untuk mengontrol dan
menurunkan kadar asam urat dalam darah dan mencegah komplikasi.
c. Melakukan pengobatan dan perawatan pada penderita sehingga penderita
tersebut cepat mengalami pemulihan atau sembuh dari penyakitnya.
4. Pembatasan kecacatan (Disability limitation)
Usaha ini merupakan lanjutan dari usaha early diagnosis and promotif
treatment yaitu dengan pengobatan dan perawatan yang sempurna agar
penderita sembuh kembali dan tidak cacat ( tidak terjadi komplikasi ). Bila
sudah terjadi kecacatan maka dicegah agar kecacatan tersebut tidak bertambah
berat dan fungsi dari alat tubuh yang cacat ini dipertahankan semaksimal
mungkin. Hal yang dapat dilakukan adalah:
 Untuk penyakit Arthritis Gout penyebab kecacatan terbesar adalah
terjadinya kontraktur dan deformitas tulang. untuk itu, cara yag dilakukan
adalah dengan merubah pola hidup terutama pola makan diet rendah purin
dan pengobatan yang teratur.

22
 Untuk pasien yang sudah mengalami deformitas, selain pola hidup sehat dan
pengobatan teratur, perlu juga dilakukan latihan fisik untuk mengembalikan
fungsi tubuh.
 Salah satu komplikasi yang fatal selain terjadinya deformitas yaitu
terbentuknya Kristal asam urat di ginjal, oleh karena itu penderita
dianjurkan untuk mengonsumsi air putih 8 gelas sehari selain memenuhi
kebutuhan cairan tubuh juga untuk mencegah penumpukan Kristal urat di
ginjal.
5. Rehabilitasi
Rehabilitasi merupakan serangkaian dari tahap pemberantasan kecacatan.
Rehabilitasi ini bertujuan untuk berusaha mengembalikan fugsi fisik,
psikologis, dan social seoptimal mungkin.

23
DOKUMENTASI

Dokumentasi polindes Wintu

Tampak Halaman depan dan bagian rumah depan

24
Bagian dapur, tempat untuk memasak

Kamar mandi di bagian dapur rumah pasien

25
Dokumentasi kebun pasien yang di tanami sayur-sayuran serta kacang-kacangan

26
DAFTAR PUSTAKA

1. Az-zahra,F., Nurwahid,D., Pangastuti,R. 2014. Pola Makan, Obesitas, Dan


frekuensi Serangan Pada pasien Artritis Gout. Jurnal Gizi Klinik gizi
Indonesia, Vol 11, No 01,hal 12-19: Jakarta.
2. Hainer,B.L., Matheson,E., Walkes,T. 2014. Diagnosis, Treatment, And
Prevention of Gout. Medical University Of South Carolina.
3. Hikmatyar,G., Larasati,T,A. 2017. Penatalaksanaan Komprehensif
Arthritis Gout dan Osteoarthritis pada Buruh Usia Lanjut. Jurnal Medula
Unila vol.7 No.3 : Lampung.
4. Rotschild, B.M.2013. Gout and Pseudogout, Emedicine Medscape: USA.
5. Widyanto, F.W., dkk. 2014. Artritis Gout dan Perkembangannya. Volume
10 no 2. Palembang.
6. Sholihah, F.W. 2017. Diagnosis and Treatment Gout Arthritis. Jurnal
Majority universitas Lampung Vol 3 No.3: Lampung.

27

Anda mungkin juga menyukai