Anda di halaman 1dari 22

IMPLEMENTASI HAK ANAK KORBAN TINDAK PIDANA

PENCABULAN MENURUT UNDANG-UNDANG NO 35 TAHUN 2014


TENTANG PERLINDUNGAN ANAK

(STUDI KASUS DI POLRESTA MALANG KOTA)

Oleh :

Apri Setia Wiratama

19010000053

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MERDEKA MALANG

2023
IMPLEMENTASI HAK ANAK KORBAN TINDAK PIDANA
PENCABULAN MENURUT UNDANG-UNDANG NO 35 TAHUN 2014
TENTANG PERLINDUNGAN ANAK

(STUDI KASUS DI POLRESTA MALANG KOTA)

PROPOSAL PENELITIAN SKRIPSI

Oleh :

APRI SETIA WIRATAMA

NIM. 19010000053

Menyetujui

Pembimbing I Pembimbing II

Enny Ristanti, S.H., M.S Dr. Nahdiya Sabrina, S.H., M.H.,

M.KN

Mengetahui,

Ketua

Program Studi Ilmu Hukum S-1


Dr. H. Teguh Suratman, S.H., M.S.
PROPOSAL

A. Latar Belakang

Negara Republik Indonesia adalah negara hukum yang

berlandaskan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia 1945 yang mengandung makna segala

tindakan dan pola tingkah laku warga negaranya harus sesuai

dengan norma-norma dan ketentuan-ketentuan yang telah diatur

oleh negara. Tujuan Negara Republik Indonesia telah dituangkan

dalam alenia ke IV Undang-Undang Dasar Negara Republik 1945

yang menyatakan bahwa Negara bertujuan melindungi segenap

bangsa Indonesia dan seluruh tumpa darah Indonesia, memajukan

kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, ikut serta

dalam usaha perdamaian dunia berdasarkan kemerdekaan,

perdamaian abadi dan keadilan sosial.

Anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa,

yang dalam dirinya juga melekat harkat dan martabat sebagai

manusia seutuhnya. Bahwa anak adalah tunas, potensi, dan

generasi muda penerus cita-cita perjuangan bangsa, memiliki

peran strategis dan mempunyai ciri dan sifat khusus yang

menjamin kelangsungan eksistensi bangsa dan negara pada masa

depan. Anak adalah aset berharga dari suatu bangsa dan negara di

masa mendatang yang harus dijaga dan dilindungi hak-haknya. Hal


2

ini dikarenakan di tangan merekalah kemajuan suatu bangsa

tersebut akan ditentukan. Semakin modern suatu negara,

seharusnya semakin besar perhatiannya dalam menciptakan

kondisi yang kondusif bagi tumbuh kembang anak-anak dalam

rangka perlindungan tersebut.1

Perlindungan yang diberikan negara terhadap anak-anak

meliputi berbagai aspek kehidupan yaitu aspek ekonomi, sosial,

budaya, politik, pertahanan, dan keamanan maupun aspek hukum.

Selain menurut para ahli, adapula pengertian anak menurut

Peraturan Perundang-undangan antara lain :

1. Undang-Undang Tentang Perlindungan Anak Pasal 1 ayat (1)

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Perubahan atas

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang

Perlindungan Anakmerumuskan bahwa anak adalah

seseorang yang belum berusia 18(delapan belas) tahun,

termasuk anak yang ada dalam kandungan.

2. Undang-Undang Tentang Kesejahteraan Anak Pasal 1 ayat

(2) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang

Kesejahteraan Anak merumuskan bahwa anak adalah

1
Arif Gosita, 1989, Masalah Perlindungan Anak, Jakarta: Akademika
Pressindo, hlm. 35
3

seseorang yang belum mencapai umur 21 (dua puluh Satu)

tahun dan belum pernah kawin.

3. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Pasal 45 Kitab Undang-

Undang Hukum Pidana bahwa anak adalah anak yang belum

dewasa apabila seseorang tersebut belum berumur 16 (enam

belas ) tahun.

4. Undang-Undang tentang Sistem Peradilan Pidana Anak

Bahwa anak menurut Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012

tentang Sistem Peradilan Pidana Anak. Anak yang

berhadapan dengan hokum adalah anak yang berkonflik

dengan hukum, anak yang menjadi korban tindak pidana dan

anak yang menjadi saksi tindak pidana.

Berdasarkan Undang-Undang Perlindungan Anak di

Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak,

Pasal 4, 5,7, 8, 10, 11, 13, 16,17 dan 18 bahwa hak-hak anak yang

harus dilindungi adalah sebagai berikut :

1. Setiap Anak berhak untuk dapat hidup,tumbuh, dan

berkembang, dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan

harkat dan martabat kemanusiaan serta mendapat

perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi;

2. Setiap Anak berhak atas suatu nama sebagai identitas diri

dan status kewarganegaraan ;


4

3. Setiap Anak berhak untuk mengetahui orang tuanya,

dibesarkan dan diasuh oleh orang tuanya sendiri ;

4. Setiap Anak berhak untuk mendapatkan pelayanan

kesehatan dan jaminan sosial sesuai dengan kebutuhan

fisik, mental, spiritual dan sosial ;

5. Setiap Anak berhak menyatakan dan di dengar

pendapatnya, menerima, mencari dan memberikan informasi

sesuai dengan tingkat kecerdasan dan usianya demi

pengembangan dirinya sesuai dengan nilai-nilai kesusilaan

dan kepatutan ;

6. Setiap Anak berhak untuk beristirahat dan memanfaatkan

waktu luang, bergaul dengan Anak yang sebaya, bermain,

berkreasi sesuai dengan minat, bakat, dan tingkat

kecerdasannya demi pengembangan diri ;

7. Setiap Anak selama dalam pengasuhan Orang Tua, Wali,

atau pihak lain manapun yang bertanggung jawab atas

pengasuhan, berhak mendapatkan perlindungan dari

perlakuan : diskriminasi, eksploitasi, baik ekonomi maupun

seksual, penelantaran, kekejaman, kekerasan dan

penganiayaan, ketidakadilan, dan perlakuan salah lainnya ;

8. Setiap Anak berhak memperoleh perlindungan dari sasaran

penganiayaan, penyiksaan atau penjatuhan hukuman yang

tidak manusiawi ;
5

9. Setiap anak berhak untuk mendapatkan kebebasan sesuai

dengan hukum ;

10. Penangkapan, penahanan, atau tindak pidana penjara Anak

hanya dilakuakan apabila sesuai dengan hukum yang

berlaku dan hanya dapat dilakukan sebagai upaya terakhir ;

11. Setiap Anak yang dirampas kebebasannya berhak untuk

mendapatkan perlakuan secara manusiawi dan

penempatannya dipisahkan dari orang dewasa, memperoleh

bantuan hukum atau bantuan lainnya secara efektif dalam

setiap tahapan upaya hukum yang berlaku, dan membela

diri serta memperoleh keadilan di depan pengadilan anak

yang objektif dan tidak memihak dalam sidang tertutup untuk

umum;

12. Setiap Anak yang menjadi korban atau pelaku kekerasan

seksual atau yang behadapan dengan hukum berhak

dirahasiakan ;dan

13. Setiap Anak yang menjadi korban atau pelaku tindak pidana

berhak mendapatkan bantuan hukum dan bantuan lainnya.

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan

Anak menjelaskan bahwa anak harus dilindungi dari segala

bentuk kejahatan salah satunya adalah kejahatan seksual.

Korban dari kekerasan dan kejahatan seksual yang sering terjadi

belakangan ini adalah anak-anak, kondisi ini menimbulkan


6

keprihatinan sehingga perlu dicarikan solusi sebagai upaya

minimalisasi. Seharusnya anak-anak mendapatkan hidup yang

aman, tenang, nyaman, dan menyenangkan, namun ketika

melihat kejadian kekerasan dan kejahatan seksual yang semakin

marak terjadi di negeri ini, dunia yang sebenarnya di alami oleh

anak-anak berubah menjadi tempat yang menakutkan dan tidak

layak untuk anak secara bersama. Padahal sudah sejak lama

perhatian terhadap anak telah dilakukan baik oleh masyarakat

lokal, regional bahkan masyarakat internasional.

Perkembangan hukum akan selalu berkembang seiring

dengan perkembangan masyarakat. Demikian pula

permasalahan hukum juga akan ikut berkembang seiring dengan

perkembangan permasalahan yang terjadi di masyarakat.

Perkembangan masyarakat yang begitu pesat dan meningkatnya

kriminalitas didalam masyarakat itu sendiri untuk berinteraksi

Satu dengan yang lainnya, dalam interaksi ini sering terjadi suatu

perbuatan yang melanggar hukum atau kaidah-kaidah yang telah

ditentukan dalam masyarakat untuk meciptakan rasa aman,

tentram, dan tertib dalam masyarakat.2

Dalam hal ini masyarakat tidak mau untuk menaatinya dan

masih saja ada yang menyimpang yang pada umumnya perilaku

2
P.A.F Lamintag, 1997, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, Bandung:
Citra Aditya Bakti, hlm. 48
7

tersebut kurang disukai oleh masyarakat. Semakin meningkatnya

kejahatan seksual di Indonesia berakibat timbulnya berbagai

macam modus dalam terjadinya tindak pidana. Disamping itu

kurangnya pengetahuan masyarakat tentang hukum pidana yang

menyebabkan seseorang menjadi korban perbuatan pidana atau

seorang pelaku pidana. Dan yang menjadi sasaran adalah anak

sebagai korban dari pelaku tindak pidana karena kurangnya

pengawasan dari orang tua. Salah satu bentuk pidana yang

terjadi di dalam masyarakat yaitu pencabulan anak.3

Pencabulan merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh

seseorang yang didorong oleh keinginan seksual untuk

melakukan hal-hal yang dapat mengakibatkan hawa nafsu,

sehingga menimbulkan kepuasan pada dirinya. Pencabulan terus

berkembang sampai sekarang pencabulan terhadap orang yang

tidak berdaya seperti anak, baik pria maupun wanita merupakan

salah Satu masalah sosial yang sangat meresahkan masyarakat.

Dengan maraknya kasus dan korban pencabulan terhadap anak

pemerintah harus lebih tegas dalam menegakkan peraturan atau

regulasi yang ada. Masyarakat pun harus semakin peka akan

anak-anak agar tidak menjadi korban pencabulan.

3
Bambang Waluyo, 2012, Viktimologi Perlindungan Saksi Dan Korban,
Jakarta: Sinar Grafika hlm 45
8

Jaminan hukum terhadap korban pencabulan pun harus lebih

digencarkan dan diutamakan. Oleh karena itu penjatuhan pidana

terhadap pelaku pencabulan anak seharusnya hakim

memperhatikan akibat-akibat yang timbul dari adanya suatu

perbuatan tersebut baik aspek psikis maupun aspek psikologis

dari korban, sehingga dalam putusannya dapat memuaskan rasa

keadilan bagi korban dan masyarakat. Bahwasannya Pencabulan

dalam hal ini pencabulan yang terkait di masyarakat itu bisa

terjadi dari pelakunya itu orang dewasa atau pun anakanak

sesama anak.4 Dalam tulisan ini penulis tertarik untuk

mengarahkan penulisan tentang mengenai fenomena pencabulan

yang dilakukan oleh orang dewasa terhadap anak-anak. Adapun

kasus pencabulan seperti :

Kasus pencabulan anak tersangka berinisial WH, warga

Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang, yang mencabuli tiga anak

di bawah umur.Kapolresta Malang Kota Kombes Pol Leonardus

Simarmata mengatakan bahwa kejadian pencabulan terhadap

tiga orang anak perempuan yang dilakukan WH tersebut, terjadi

di rumahnya pada Februari 2020."Pelaku melakukan modusnya

dengan cara memanggil korban untuk diajak ke dalam rumah,

pada saat kondisi sepi," kejadian yang menimpa tiga orang anak

yang berusia enam hingga delapan tahun tersebut, dilakukan


4
Leden Marpaung. 2004. Kejahatan Terhadap Kesusilaan. Jakarta. Sinar
Grafika Offset. Hlm 64
9

tersangka WH pada saat istri dan anak tersangka tidak berada di

dalam rumah. Anak-anak tersebut, dipanggil untuk memijat

tersangkaSetelah melakukan perbuatannya, lanjut Leo, WH

memberikan imbalan kepada anak-anak tersebut berupa uang

sebesar Rp2.000 dan Rp5.000. Kasus tersebut muncul setelah

salah seorang korban menceritakan peristiwa yang dialaminya itu

kepada orang tua. Korban ada tiga, satu korban masih sekolah

taman kanak-kanak, dan dua lainnya sekolah dasar. Mereka

diberi uang Rp2.000 dan Rp5.000 oleh pelaku," Pelaku dijerat

dengan Pasal 82 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014

Tentang perlindungan Anak, dengan ancaman pidana penjara

minimal lima tahun, dan maksimal 15 tahun, dengan

denda Rp5 miliar. Pihak polresta kota malang memberikan

perhatian khusus terhadap kasus yang menimpa tiga orang anak

di bawah umur tersebut. Polresta Malang Kota juga memberikan

pendampingan kepada korban, dari Unit Pelayanan Perempuan

dan Anak (PPA) dan psikolog.5

Melihat dari kasus di atas tersebut maka sudah seharusnya

hukum pidana memberikan sanksi yang setimpal bagi pelaku

kejahatan tersebut sehingga supremasi hukum benar-benar

ditegakkan dan tercipta ketertiban dalam masyarakat. Sejatinya

5
Febrianto, Vicki. Polisi tangkap pelaku pencabulan tiga anak di Kota
Malang. 13 April 2020.https://www.antaranews.com/berita/1417987/polisi-
tangkap-pelaku-pencabulan-tiga-anak-di-kota-malang (diakses juli 27, 2023).
10

pidana hanyalah sebuah alat yaitu alat untuk mencapai tujuan

pemidanaan. Penetapan sanksi dalam suatu perundang-

undangan pidana bukanlah sekedar masalah teknis perundang-

undangan semata, melainkan ia bagian yang tidak terpisahkan

dari substansi atau materi perundang-undangan itu sendiri.

Dengan dilatar belakangi uraian tersebut diatas maka penulis

terdorong untuk melakukan penelitian dan penulisan skripsi

dengan judul “Implementasi Hak Anak Korban Tindak Pidana

Pencabulan Menurut Undang-Undang No 35 Tahun 2014

Tentang Perlindungan Anak (Studi Kasus Di Polresta Malang

Kota)”

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana implementasi hak anak sebagai korban tindak

pidana pencabulan menurut undang-undang no 35 tahun 2014

tentang perlindungan anak di unit PPA Polresta malang kota.?

2. Apakah kendala dalam implementasi hak sebagai korban tindak

pidana pencabulan menurut undang-undang no 35 tahun 2014

tentang perlindungan anak oleh unit PPA Polresta malang

kota.?

C. Tujuan Penelitian
11

Tujuan yang ingin dicapai penulis dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui serta menganalisa implementasi hak anak

sebagai korban tindak pidana pencabulan menurut undang-

undang no 35 tahun 2014 tentang perlindungan anak di unit

PPA Polresta malang kota.

2. Untuk mengetahui serta kendala yang di hadapi unit PPA

Polresta malang kota dalam pelaksanaan perlindungan dan hak

anak sebagai korban tindak pidana pencabulan.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil dari Penelitian ini diharapkan dapat menambah

wawasan dan ilmu pengetahuan tentang hak anak sebagai

korban tindak pidana pencabulan.

b. Hasil dari penelitian ini digunakan untuk memenuhi

tugaspenelitian hukum, sebagai syarat menyelesaikan studi

di fakultas hukum universitas merdeka malang.

2. Manfaat Praktis
12

a. Bagi Masyarakat

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan

manfaat, pencerahan, pengetahuan, serta informasi kepada

masyarakat tentang tindak pidana pencabulan dan hak-hak

anak sebagai korban tindak pidana pencabulan.

b. Bagi Mahasiswa

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan dan

sumber bacaan bagi mahasiswa untuk meningkatkan

pengetahuan mereka tentang hak-hak anak sebagai korban

tindak pidana pencabulan.

E. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian empiris, yaitu penelitian

dengan adanya data-data lapangan sebagai sumber data utama,

seperti hasil wawancara dan observasi. Penelitian empiris

digunakan untuk menganalisis hukum yang dilihat sebagai

perilaku masyarakat yang berpola dalam kehidupan masyarakat

yang selalu berinteraksi dan berhubungan dalam

aspek kemasyarakatan6

6
Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2003), hlm, 43.
13

2. Metode Pendekatan

Pendekatan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode penelitian yang bersifat yuridis sosiologis yaitu penelitian

terhadap masalah dengan melihat dan memperhatikan norma

hukum yang berlaku dihubungkan dengan fakta-fakta yang ada

dari permasalahan yang ditemui dalam penelitian.

3. Jenis dan Sumber Data

Dalam penulisan skripsi ini, untuk mempermudah

mengidentifikasikan sumber bahan, maka bahan yang digunakan

dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis sumber bahan yaitu :

a) Data Primer

Data Primer adalah Penelitian yang mengkaji dan

menganalisis tentang perilaku hukum seseorang atau

kelompok masyarakat yang berhubungan dengan hukum dan

sumber data yang digunakan yaitu wawancara atau observasi

yang dilakukan oleh peneliti dengan mendatangi langsung

tempat penelitian tersebut agar menggambarkan dengan

mudah dan mendapat data yang valid.7 Pengumpulan data

yang dilakukan peneliti yang terjun langsung ke lapangan

didapatkan melalui cara wawancara oleh pihak-pihak terkait

atau narasumber, yaitu anggota pihak Polresta Malang kota.

b) Data Sekunder
7
Bachtiar, Metode Penelitian Hukum, (Tangerang Selatan: UNPAM
Press, 2018), Hlm. 61-65
14

Pengumpulan data sekunder yang telah didapatkan oleh

peneliti, dipelajari, memeriksa atau membaca dan

mengumpulkan data yang berhubungan dengan objek

penelitian yang dilakukan. Data sekunder berupa peraturan

perundang-undangan, jurnal, buku dan artikel yang berkaitan

dengan penulisan skripsi ini.

4. Teknik Pengumpulan Data

Metode penelitian dengan cara mengumpulkan data ini

memiliki korelasi yang sangat erat yang saling

berkesinambungan. Maka dari itu, ada beberapa cara dalam

teknik pengumpulan data yaitu dengan wawancara, daftar

pertanyaan dan pengamatannya dan dokumentasi. Dalam

proses pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti yaitu

dengan menggunakan metode-metode penelitian tertentu yang

disesuaikan yaitu dengan cara tanya jawab, pengamatan dan

dokumentasi untuk mengumpulkan data sebanyak mungkin.

a) Wawancara (interview)

Wawancara adalah sebuah alat pengumpulan data yang

digunakan untuk mendapatkan informasi langsung dari

narasumber atau informan.8 Proses dalam tahap tanya jawab

secara lisan antara dua orang atau lebih secara langsung

8
Ishad, Metode Penelitian Hukum dan Penulisan Skripsi, Tesis Serta
Disertasi, (Bandung: Penerbit Alfabeta, 2017), hlm. 115
15

tentang informasi-informasi atau keteranganketerangan.

Dengan begitu, pemberi pertanyaan diharapkan dapat

menyampaikan semua pertanyaan dengan jelas,

narasumber untuk menjawab semua pertanyaan dan

mencatat semua informasi yang dibutuhkan dengan benar.

b) Observasi (pengamatan)

Observasi ialah sebuah alat yang digunakan untuk

mengumpulkan data setelah data diperoleh, tujuan penelitian

hukum yang berkaitan adalah mencatat perilaku hukum

sebagaimana terjadi di dalam kenyataan.9 Pengamatan yang

dilakukan yaitu mengenai implementasi hak anak korban

tindak pidana pencabulan menurut undang-undang no 35

tahun 2014 tentang perlindungan anak apakah telah

diterpakan secara optimal atau belum, serta peran serta

masyarakat dalam menjaga, memantau, mengawasi dan

memberikan laporan/informasi jika menemukan kasus

pencabulan anak.

c) Dokumentasi

Dokumentasi ialah studi yang dilakukan pada data-data

yang bersifat fisik atau bukti yang berhubungan dengan

implementasi hak anak korban tindak pidana pencabulan


9
Ibid
16

menurut undang-undang no 35 tahun 2014 tentang

perlindungan anak. Yang berupa informasi yang didapatkan

oleh peneliti yaitu dokumen

5. Analisa Data

Setelah data terkumpul nantinya maka langkah selanjutnya

adalah pengolahan dan menganalisis data yang disusun secara

deskriptif kualitatif yaitu dengan cara memaparkan dan

menggabungkan data yang diperoleh dari lapangan. kualitatif

karena data yang diperoleh tidak berupa angka melainkan

berupa kalimat yang berguna untuk menjawab permasalahan

yang dirangkai dari kata perkata menjadi kalimat dan paragraf

sehingga mudah untuk dipahami.10

F. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan skripsi penulis menggunakan sistematika

yang bertujuan untuk memperjelas dan dapat mengerjakannya

secara runtut dalam bab per bab. Pembaca agar dapat mudag

untuk memahami penulisan dalam skripsi ini, maka dari itu penulis

menjelaskan sistematikanya sebagai berikut :

BAB I: Pendahuluan

Bab ini memuat hal-hal yang melatarbelakangi pemilihan topik dari

penulisan skripsi dan sekaligus menjadi pengantar umum di dalam

memahami penulisan secara keseluruhan yang terdiri dari latar


10
Arikunto, 2009, Manajemen Penelitian, Jakarta: Ineka Cipta, hlm 72
17

belakang masalah, identifikasi masalah, tujuan penelitian,

kegunaan penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II : Tinjauan Pustaka

Pada bab ini berisi tentang teori-teori yang melandasi penulisan

dan pembahasan di antaranya, yaitu : pengertian implementasi,

pengertian perlindungan hukum, pengertian tinadak pidana

pencabulan.

BAB III: Pembahasan

pada bab ini penulis menjelaskan mengenai pembahasan

berdasarkan permasalahan yaitu tentang implementasi hak anak

korban tindak pidana pencabulan menurut undang-undang no 35

tahun 2014 tentang perlindungan anak.

BAB IV: Penutup

Bab ini berisi kesimpulan dan saran oleh penulis

G. Rencana Jadwal Kegiatan

Juli Agustus Septembe Okt0ber


No
Keterangan r
.
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
18

1 Pengerjaan

Proposal

2 Persetujuan

Proposal

3 Seminar

Proposal

4 Penelitian

5 Penulisan

Skripsi

6 Ujian

Skripsi

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Arif Gosita, 1989, Masalah Perlindungan Anak, Jakarta: Akademika


Pressindo
19

Bambang Waluyo, 2012, Viktimologi Perlindungan Saksi Dan Korban,


Jakarta: Sinar Grafika

Leden Marpaung. 2004. Kejahatan Terhadap Kesusilaan. Jakarta. Sinar


Grafika Offset

P.A.F Lamintag, 1997, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, Bandung:


Citra Aditya Bakti

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana


Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Perlindungan Saksi dan
Korban

Undang-undang No 13 tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan


Korban

Undang-undang No 35 tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-


undang no 23 tentang Perlindungan Anak

Undang-undang no 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia

Undang-undang no 23 tentang Perlindungan Anak

Undang-undang no 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan


Dalam Rumah Tangga

Undang-undang no 11 tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak

WEBSITE

Febrianto, Vicki. Polisi tangkap pelaku pencabulan tiga anak di Kota Malang. 13
April 2020. https://www.antaranews.com/berita/1417987/polisi-tangkap-
pelaku-pencabulan-tiga-anak-di-kota-malang (diakses juli 27, 2023).

Anda mungkin juga menyukai