PENDAHULUAN
I. PENDAHULUAN
1
Mereka adalah anak-anak. korban kekerasan yang bukan saja menderita secara fisik tapi
juga psikis. Rasa ketakutan yang terus membayangi adalah dampak dari kekerasan yang
mereka terima. Mungkin jika itu sebatas kekerasan fisik masih dapat disembuhkan seiring
waktu, namun jika itu masalah psikis maka trauma yang ditimbulkannya tidak akan bisa
hilang seumur hidup. Banyak hal yang harus dikerjakan pemerintah untuk hukum
perlindungan anak, di dalamnya meliputi persyaratan kelengkapan aturan hukum,
kemampuan aparat yang bertugas untuk perlindungan anak, dan juga kesadaran
masyarakat atas hak-hak anak.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
II. TINJAUAN PUSTAKA
BAB III
PEMBAHASAN
III. PEMBAHASAN
3
Setiap manusia yang terlahir pasti akan mendapatkan hak dasar yaitu kebebasan,
hak hidup, hak yang dilindungi, dan hak yang lainnya. Negara Kesatuan Republik
Indonesia menjamin kesejahteraan tiap-tiap warga negaranya, termasuk perlindungan
terhadap hak anak. Pada dasarnya perlindungan anak adalah dapat menjamin dan
melindungi hak-hak anak agar dapat hidup, tumbuh, kembang sesuai dengan harkat dan
martabatnya sebagai manusia yang seutuhnya. Prinsip perlindungan hukum terhadap hak-
hak asasi manusia karena menurut sejarahnya di Barat, lahirnya konsep-konsep tentang
pengakuan dan perlindungan hak-hak asasi manusia diarahkan kepada pembatasan-
pembatasan dan peletakan kewajiban masyarakat dan pemerintah.
Dari sekian banyak pasal-pasal yang mengatur perlindungan, pemajuan,
penegakkan, dan pemenuhan HAM, jaminan HAM yang sering dilanggar/disimpangi oleh
negara adalah Pasal 28 B Undang - Undang Dasar Negara Indonesia Tahun 1945 ayat 2
yang berbunyi “Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang
serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi”
Anak tentu saja memiliki hak mereka di dalam hak asasi manusia. Berikut adalah
beberapa hak anak di dalam hak asasi manusia yang ada pada Undang-Undang Nomor 39
Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia Hak anak dalam Undang Undang ini diatur dalam
Bab III bagian kesepuluh, pasal 52-66, yang meliputi:
1. Hak atas perlindungan
2. Hak untuk hidup, mempertahankan hidup, dan meningkatkan taraf kehidupannya.
3. Hak atas suatu nama dan status kewarganegaraan.
4. Bagi anak yang cacat fisik dan atau mental hak memperoleh perawatan, pendidikan,
pelatihan, dan bantuan khusus, untuk menjamin kehidupannya sesuai dengan
martabat kemanusiaan, dan berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa,dan bernegara.
5. Hak untuk beribadah menurut agamanya.
6. Hak untuk dibesarkan, dipelihara, dirawat, dididik, diarahkan,dan dibimbing.
7. Hak untuk mendapatkan perlindungan hukum.
8. Hak memperoleh pendidikan dan pengajaran.
9. Hak memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial.
10. Hak untuk tidak dirampas kebebasannya secara melawan hukum.
4
1) Hak atas kesejahteraan, perawatan, asuhan dan bimbingan.
2) Hak atas pelayanan.
3) Hak atas pemeliharaan dan perlindungan.
4) Hak atas perlindungan lingkungan hidup.
5) Hak mendapatkan pertolongan pertama.
6) Hak untuk memperoleh asuhan.
7) Hak untuk memperoleh bantuan.
8) Hak diberi pelayanan dan asuhan.
9) Hak untuk memeperoleh pelayanan khusus.
10) Hak untuk mendapatkan bantuan dan pelayanan.
III.2.2 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia Hak anak dalam
Undang Undang ini diatur dalam Bab III bagian kesepuluh, pasal 52-66, yang
meliputi:
III.2.3 Dalam Undang-Undang Perlindungan Anak ini, hak-hak anak diatur dalam Pasal 4 -
Pasal 18, yang meliputi:
5
9) Bagi anak penyandang cacat berhak memperoleh rehabilitasi, bantuan sosial, dan
pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial.
10) Bagi anak yang berada dalam pengasuhan orang tua/ wali, berhak mendapat
perlindungan dari perlakuan:
a) diskriminasi;
b) eksploitasi, baik ekonomi maupun seksual;
c) penelantaran;
d) kekejaman, kekerasan, dan penganiayaan;
e) ketidakadilan; dan
f) perlakuan salah lainnya.
11) Hak untuk memperoleh perlindungan dari :
a) penyalahgunaan dalam kegiatan politik;
b) pelibatan dalam sengketa bersenjata;
c) pelibatan dalam kerusuhan sosial;
d) pelibatan dalam peristiwa yang mengandung unsur kekerasan; dan
e) pelibatan dalam peperangan.
12) Hak untuk memperoleh kebebasan sesuai dengan hukum.
13) Setiap anak yang dirampas kebebasannya hak untuk :
a) mendapatkan perlakuan secara manusiawi dan penempatannya dipisahkan dari
orang dewasa;
b) memperoleh bantuan hukum atau bantuan lainnya secara efektif dalam setiap
tahapan upaya hukum yang berlaku; dan
c) membela diri dan memperoleh keadilan di depan pengadilan anak yang
objektif dan tidak memihak dalam sidang tertutup untuk umum.
14) Setiap anak yang menjadi korban atau pelaku kekerasan seksual atau yang
berhadapan dengan hukum berhak dirahasiakan.
15) Setiap anak yang menjadi korban atau pelaku tindak pidana berhak mendapatkan
bantuan hukum dan bantuan lainnya.
3.2.4 Hukum yang Mengatur Perlindungan Anak
6
Melalui internet seperti media sosial, anak-anak mudah mengakses fitur-fitur pornografi
di internet. Hal ini sangat berpengaruh besar bagi perkembangan anak maka dari itu perlu
adanya revisi UU PA dan menambah pasal dengan pembahasan perlindungan anak dari
pornografi.
1. Peran
a. Melakukan pemantauan dan pengembangan perlindungan anak.
b. Melakukan advokasi dan pendampingan pelaksanaan hak-hak anak.
c. Menerima pengaduan pelanggaran hak-hak anak.
d. Melakukan kajian strategis terhadap berbagai kebijakan yang
menyangkut kepentingan terbaik bagi anak
e. Melakukan koordinasi antar lembaga, baik tingkat regional, nasional
maupun international.
f. Memberikan pelayanan bantuan hukum untuk beracara di pengadilan
mewakili kepentingan anak
g. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan, pengenalan dan
penyebarluasan informasi tentang hak anak.
2. Fungsi
a. Melakukan pengumpulan data, informasi dan investigasi terhadap
pelanggaran hak anak.
b. Melakukan kajian hukum dan kebijakan regional dan nasional yang
tidak memihak pada kepentingan terbaik anak.
c. Memberikan penilaian dan pendapat kepada pemerintah dalam rangka
mengintegrasikan hak-hak anak dalam setiap kebjijakan.
d. Memberikan pendapat dan laporan independen tentang hukum dan
kebijakan berkaitan dengan anak.
e. Menyebasluaskan, publikasi dan sosialisasi tentang hak-hak anak dan
situasi anak di Indonesia.
f. Menyampaikan pendapat dan usulan tentang pemantauan pemajuan dan
kemajuan, dan perlindungan hak anak kepada parlemen, pemerintah dan
lembaga terkait.
7
g. Mempunyai mandat untuk membuat laporan alternatif kemajuan
perlindungan anak di tingkat nasional.
h. Melakukan perlindungan khusus. Selain dengan membentuk Komisi
Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) pemerintah juga membuat undang-
undang guna menguatkan tugas untuk perlindungan anak. Seperti
dikatakan dalam pasal 28 B ayat 2 yang berbunyi “Setiap anak berhak atas
kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta berhak atas
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi”. Negara memiliki
kewajiban untuk menjamin bahwa anak-anak Indonesia aman dari tindak
kekerasan dan diskriminasi, serta menjamin mereka untuk berkembang
(hak untuk mendapatkan pendidikan). Kemudian tentang pelaksanaan
perlindungan terhadap anak serta jaminan atas hak-haknya diatur dalam
Undang-Undang No.23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Dengan
hal itu diharapkan perlindungan anak dapat dilaksnakan dengan baik agar
semua tujuannya dapat tercapai dan tentunya dengan dukungan oleh
berbagai pihak termasuk orang tua karena orang tualah yang paling
mengerti dan berkewajiban besar untuk melindungi anaknya.
Keluarga adalah tempat yang penting dimana anak memperoleh dasar dalam
bentuk kemampuannya agar kelak menjadi orang yang berhasil di mata
masyarakat.Tapi dalam kenyataannya, banyak terjadi kekerasan pada anak dalam
keluarga. Komnas Perlindungan Anak mencatat 61,4% pelaku kekerasan anak adalah
orang tuanya sendiri. Bahkan tak jarang orang tua tega melakukan penganiayaan
terhadap anaknya yang di luar akal sehat manusia. Anak adalah anugerah. Sementara
itu tak dipungkiri dalam membesarkan anak hari demi harinya, orang tua bisa
mengalami stress yang luar biasa. Mulai dari suara tangis tengah malam, rewel,
merengek, persoalan makan, toilet training, temper tantrum, pekerjaan rumah yang
harus dibereskan serta kekacauan rumah yang tak pernah ada habisnya. Belum lagi
masalah external, relationship dan tekanan ekonomi, seringkali membuat hubungan
orang tua dan anak berubah menjadi ledakan besar. Kekerasan terhadap anak pun
seringkali tak bisa dihindari. Orang tua harus menjadi pelindung bagi anak-anaknya.
Oleh karena itu, orang tua harus tahu bagaimana cara mencegah kekerasan pada anak,
entah itu dari orang lain ataupun dari diri orang tua itu sendiri.
8
4. Peka terhadap anak.
Kepekaan terhadap anak akan membuat kita bersegara melakukan tindakan
apabila kita mendapati anak menjadi korban kekerasan baik oleh anggota keluarga
sendiri atau orang lain.
5. Hubungi lembaga yang berkompeten.
Sekarang banyak lembaga yang bergerak dibidang hukum, perlindungan anak
dan aparat pemerintah atau penegak hukum yang bisa membantu menghadapi
kekerasan pada anak
BAB IV
PENUTUP
IV. PENUTUP
IV.1 KESIMPULAN
9
maupun secara represif untuk menyelesaikan sengketa yang terjadi. Sehingga Negara,
Pemerintah, Pemerintah Daerah, Masyarakat, Keluarga dan Orang Tua atau Wali
berkewajiban dan bertanggung jawab penuh terhadap penyelenggaraan Perlindungan
Anak. Khususnya pemerintah baik pusat maupun daerah harus memberikan perlindungan
khusus sebagaimana yang diamanatkan dalam aturan perundang-undangan, sehingga
posisi korban eksploitasi anak memperoleh kembali kondisi menjadi anak yang pada
umumnya, tanpa ada rasa trauma dan ketakutan yang mendalam dan berkepanjangan.
IV.2 SARAN
Melindungi anak hari ini, adalah investasi bagi masa depan bangsa. Selain alasan
itu, kepemihakan pada anak sudah menjadi esensi kemanusiaan itu sendiri. Karenanya,
tindakan paradoks yang mengeksploitasi anak, secara ekonomi maupun seksual–berada
diluar konteks kemanusiaan yang hakiki.
Pemerintah harus benar-benar memperjuangkan ganti kerugian bagi korban
eksploitasi anak. Diharapkan pemerintah dapat menerapkan sanksi yang tegas terhadap
pelaku eksploitasi anak dan jika masuk dalam ranah pengadilan diharapkan hakim
memberikan putusan yang seadil-adilnya terhadap pelaku eksploitasi anak, sehingga bisa
mengurangi tindak pidana eksploitasi terhadap anak.
Selain mendukung langkah-langkah pemerintah, penulis juga menyarankan
kepada seluruhm asyarakat Indonesia untuk mendukung pemerintah, misalnya dengan
melakukan pengaduan kepada lembaga-lembaga pemerintah maupun lembaga
independent apabila melihat atau merasakan adanya pelanggaran HAM terhadap anak.
DAFTAR PUSTAKA
STIA LAN Bandung (2017): Pedoman penulisan karya ilmiah STIA LAN Bandung
Kezia, G. 2018. Perlindungan Hak Asasi Manusia (HAM) di Indonesia. Tersedia di:
(https://www.kompasiana.com/keziagloria4944/5c001a8fab12ae680757f216/perlindungan-hak-
asasi-manusia-ham-di-indonesia?page=all). (Diunduh pada tanggal 28 Oktober)
Perlindungan Hukum Terhadao HAM. Tersedia di : (http://digilib.unila.ac.id/9584/13/BAB
%20II.pdf) (Diunduh pada tanggal 30 Oktober)
10
Java, C. 2014. Dasar Hukum Perlindungan Anak. Tersedia di :
(http://telingasemut.blogspot.com/2016/03/dasar-hukum-perlindugan-anak.html). (Diunduh pada
tanggal 30 Oktober 2019)
Cgkata. 2017. Hari Anak Nasional : Pengertian Anak Menurut Para Ahli. Tersedia di :
(https://pengertianartidefinisidari.blogspot.com/2018/11/hari-anak-pengertian-anak-menurut-
para-ahli.html). (Diunduh pada tanggal 31 Oktober 2019 )
Suanto, Andi. 2013. Perlindungan Anak Traficcing Child. Tersedia di :
(https://www.slideshare.net/AndySusanto2/makalah-perlindungan-anak-traficcing-child).
(Diunduh pada tanggal 2 November 2019)
Sugianto, Suharto. 2017. Perlindungan Anak. Tersedia di : (https://docplayer.info/39719562-
Makalah-perlindungan-anak.html). (Diunduh pada tanggal 3 November 2019)
11