Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Perlindungan anak merupakan suatu bidang pembangunan nasional, karena
melindungi anak berarti melindungi manusia dan membangun manusia seutuh mungkin.
Hakekat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya, oleh karena itu
mengabaikan perlindungan terhadap anak berarti tidak akan memantapkan pembangunan
nasional . Upaya-upaya perlindungan anak harus telah dimulai sedini mungkin, agar
kelak dapat berpartisipasi secara optimal bagi pembangunan bangsa dan negara. Dalam
Pasal 2 ayat (3) dan ayat (4) Undang-Undang No. 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan
Anak, ditentukan bahwa: "Anak berhak atas pemeliharaan dan perlindungan, baik semasa
dalam kandungan maupun sesudah dilahirkan. Anak berhak atas perlindungan-
perlindungan dari lingkungan hidup yang dapat membahayakan atau menghambat
pertumbuhan dan perkembangan dengan wajar".
Kedua ayat di atas dengan jelas menyatakan dan mendorong tentang perlunya
perlindungan anak dalam rangka mengusahakan kesejahteraan anak dan perlakuan yang
adil terhadap anak. Perlindungan terhadap anak pada suatu masyarakat bangsa
merupakan tolak ukur peradaban bangsa tersebut, karenanya wajib diusahakan sesuai
dengan kemampuan demi kepentingan nusa dan bangsa. Kegiatan perlindungan anak
merupakan suatu tindakan hukum yang membawa akibat hukum. Oleh karena itu, perlu
adanya jaminan hukum bagi kegiatan perlindungan anak. Kepastian hukum perlu
diusahakan demi kelangsungan kegiatan perlindungan anak dan mencegah
penyelewengan yang membawa akibat negatif yang tidak diinginkan dalam pelaksanaan
kegiatan perlindungan anak. Untuk itu, kegiatan perlindungan anak setidaknya memiliki
dua aspek. Aspek pertama berkaitan dengan kebijakan dan peraturan perundangan yang
mengatur mengenai perlindungan hak-hak anak. Aspek kedua menyangkut pelaksanaan
kebijakan dan peraturan perundangan tersebut.
Anak sebagai generasi penerus bangsa yangi secara alami masih sangat rawan
untuk berbagai hambatan dan tantangan dalam kehidupannya tentunya mendapat tempat
yang paling penting untuk mendapat protek atau perlindungan oleh pemerintah, terutama
agar dalam proses pertumbuhannya dapat menjadikannya manusia dewasa yang tangguh,
dan terandalkan untuk menjadi komponen bangsa Indonesia mendatang.
Fakta menunjukkan berbagai kasus kekerasan telah terjadi, diantaranya :
Almarhum Dede mati karena dibunuh oleh alah tirinya; Anggi (6 tahun) telah
memperoleh kekerasan dari ibunya ; Lintang dan almarhum Indah yang menjadi korban
ibunya; Ismi yang telah menjadi korban dari ibu suri tempat ia tinggal; Riska Rosdiana (7
tahun) yang dicekik oleh ibu tirinya dan kemudian diperkosa oleh adik ibu tirinya; Tia
yang telah menjadi korban setrika dari ayahnya karena dituduh mencuri; dan kasus paling
baru adalah Nia Siahaan (2 tahun) di Manado yang mendapat luka pisik dari ayah tirinya.

1
Mereka adalah anak-anak. korban kekerasan yang bukan saja menderita secara fisik tapi
juga psikis. Rasa ketakutan yang terus membayangi adalah dampak dari kekerasan yang
mereka terima. Mungkin jika itu sebatas kekerasan fisik masih dapat disembuhkan seiring
waktu, namun jika itu masalah psikis maka trauma yang ditimbulkannya tidak akan bisa
hilang seumur hidup. Banyak hal yang harus dikerjakan pemerintah untuk hukum
perlindungan anak, di dalamnya meliputi persyaratan kelengkapan aturan hukum,
kemampuan aparat yang bertugas untuk perlindungan anak, dan juga kesadaran
masyarakat atas hak-hak anak.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Beberapa hukum di Indonesia juga sudah cukup kuat tentang hak asasi manusia.
Apalagi tentang hak anak dalam hak asasi manusia. Hanya saja kurangnya pengetahuan
masyarakat terhadap hukum membuat mereka seringkali bertindak sesukanya tanpa
memikirkan dampak buruk yang akan terjadi di masa depan.
1. Bagaimana hak anak dalam hak asasi manusia?
2. Bagaimana sistem hukum tentang perlindungan anak ?
3. Apa peran pemerintah dalam perlindungan anak ?
4. Bagaimana peran keluarga dalam perlindungan anak ?

1.3 TUJUAN PENULISAN


Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah:
1. Membatu mengurangi pelanggaran hak asasi manusia pada anak
2. Memperkenalkan kepada masyarakat tentang hukum hak asasi manusia
3. Memperkenalkan lebih luas tentang apa saja hak anak dalam hak asasi manusia
4. Memberitahu kepada masyarakat tentang bagaimana sistem hukum pada
perlindungan anak
5. Memberitahu kepada masyarakat bagaimana peran pemerintah dan keluarga dalam
perlindungan anak

1.4 MANFAAT PENULISAN


Adapun manfaat penulisan antara lain, sebagai berikut:
1. Pembaca bisa mengetahui lebih jelas tentang hak anak dalam hak asasi manusia
sehingga bisa mencegah pelanggaran hak anak dalam hak asasi manusia.
2. Pembaca mengetahui perannya masing-masing terhadap perlindungan anak
3. Meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pelanggaran hak asasi manusia pada
anak.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2
II. TINJAUAN PUSTAKA

Menurut Satijipto, perlindungan hukum adalah memberikan pengayoman


terhadap hak asasi manusia (HAM) yang dirugikan orang lain dan perlindungan itu
diberikan kepada masyarakat agar dapat menikmati semua hak hak diberikan oleh hukum
Menurut Fitzgerald, teori perlindungan hukum Salmond bahwa hukum bertujuan
mengintegrasikan dan mengkoordinasikan berbagai kepentingan dalam masyarakat
karena dalam suatu lalulintas, kepentingan, perlindungan terhadap kepentingan tertentu
dapat dilakukan dengan cara membatasi berbagai kepentingan dilain pihak. Kepentingan
hukum adalah mengurusi hak dan kepentingan manusia, sehingga hukum memiliki
otoritas tertinggi untuk menentukan kepentingan manusia yang perlu diatur dan
dilindungi.
Agar tidak terjadi pelanggaran HAM sebaiknya masyarakat juga memerlukan
pengetahuan tentang dampak ketika seorang anak menjadi korban pelanggaran HAM,
mempunyai contohnya efek tindakan dari korban penganiayaan fisik dapat
diklasifikasikan dalam beberapa kategori. Ada anak yang menjadi negatif dan agresifserta
mudah frustasi; ada yang menjadi sangat pasif dan apatis; ada yang tidak mempunyai 3
kepibadian sendiri; ada yang sulit menjalin relasi dengan individu lain dan ada pula yang
timbulrasa benci yang luar biasa terhadap dirinya sendiri. Selain itu Moore juga
menemukan adanya kerusakan fisik, seperti perkembangan tubuh kurang normal juga
rusaknya sistem syaraf.Anak-anak korban kekerasan umumnya menjadi sakit hati,
dendam, dan menampilkan perilakumenyimpang di kemudian hari. Bahkan, Komnas PA
(dalam Nataliani, 2004) mencatat, seoranganak yang berumur 9 tahun yang menjadi
korban kekerasan, memiliki keinginan untukmembunuh ibunya.
Dalam Undang-undang No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.
1. Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapanbelas)
tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan;
2. Perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin
dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup,
tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi, secara optimal sesuai
dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

BAB III

PEMBAHASAN

III. PEMBAHASAN

III.1 HAK ANAK DALAM HAK ASASI MANUSIA

3
Setiap manusia yang terlahir pasti akan mendapatkan hak dasar yaitu kebebasan,
hak hidup, hak yang dilindungi, dan hak yang lainnya. Negara Kesatuan Republik
Indonesia menjamin kesejahteraan tiap-tiap warga negaranya, termasuk perlindungan
terhadap hak anak. Pada dasarnya perlindungan anak adalah dapat menjamin dan
melindungi hak-hak anak agar dapat hidup, tumbuh, kembang sesuai dengan harkat dan
martabatnya sebagai manusia yang seutuhnya. Prinsip perlindungan hukum terhadap hak-
hak asasi manusia karena menurut sejarahnya di Barat, lahirnya konsep-konsep tentang
pengakuan dan perlindungan hak-hak asasi manusia diarahkan kepada pembatasan-
pembatasan dan peletakan kewajiban masyarakat dan pemerintah.
Dari sekian banyak pasal-pasal yang mengatur perlindungan, pemajuan,
penegakkan, dan pemenuhan HAM, jaminan HAM yang sering dilanggar/disimpangi oleh
negara adalah Pasal 28 B  Undang - Undang Dasar Negara Indonesia Tahun 1945 ayat 2
yang berbunyi “Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang
serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi”
Anak tentu saja memiliki hak mereka di dalam hak asasi manusia. Berikut adalah
beberapa hak anak di dalam hak asasi manusia yang ada pada Undang-Undang Nomor 39
Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia Hak anak dalam Undang Undang ini diatur dalam
Bab III bagian kesepuluh, pasal 52-66, yang meliputi:
1. Hak atas perlindungan
2. Hak untuk hidup, mempertahankan hidup, dan meningkatkan taraf kehidupannya.
3. Hak atas suatu nama dan status kewarganegaraan.
4. Bagi anak yang cacat fisik dan atau mental hak memperoleh perawatan, pendidikan,
pelatihan, dan bantuan khusus, untuk menjamin kehidupannya sesuai dengan
martabat kemanusiaan, dan berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa,dan bernegara.
5. Hak untuk beribadah menurut agamanya.
6. Hak untuk dibesarkan, dipelihara, dirawat, dididik, diarahkan,dan dibimbing.
7. Hak untuk mendapatkan perlindungan hukum.
8. Hak memperoleh pendidikan dan pengajaran.
9. Hak memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial.
10. Hak untuk tidak dirampas kebebasannya secara melawan hukum.

III.2 SISTEM HUKUM TENTANG PERLINDUNGAN ANAK

Adapun hukum yang berlaku tentang perlindungan anak, antara lain:

III.2.1 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak


Dalam Bab II Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak,
mengatur tentang hak-hak anak atas kesejahteraan, yaitu:

4
1) Hak atas kesejahteraan, perawatan, asuhan dan bimbingan.
2) Hak atas pelayanan.
3) Hak atas pemeliharaan dan perlindungan.
4) Hak atas perlindungan lingkungan hidup.
5) Hak mendapatkan pertolongan pertama.
6) Hak untuk memperoleh asuhan.
7) Hak untuk memperoleh bantuan.
8) Hak diberi pelayanan dan asuhan.
9) Hak untuk memeperoleh pelayanan khusus.
10) Hak untuk mendapatkan bantuan dan pelayanan.

III.2.2 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia Hak anak dalam
Undang Undang ini diatur dalam Bab III bagian kesepuluh, pasal 52-66, yang
meliputi:

1) Hak atas perlindungan


2) Hak untuk hidup, mempertahankan hidup, dan meningkatkan taraf kehidupannya.
3) Hak atas suatu nama dan status kewarganegaraan.
4) Bagi anak yang cacat fisik dan atau mental hak:
 memperoleh perawatan, pendidikan, pelatihan, dan bantuan khusus.
 untuk menjamin kehidupannya sesuai dengan martabat kemanusiaan,
 berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,dan bernegara.
5) Hak untuk beribadah menurut agamanya.
6) Hak untuk dibesarkan, dipelihara, dirawat, dididik, diarahkan,dan dibimbing.
7) Hak untuk mendapatkan perlindungan hukum.
8) Hak memperoleh pendidikan dan pengajaran.
9) Hak memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial.
10) Hak untuk tidak dirampas kebebasannya secara melawan hukum.

III.2.3 Dalam Undang-Undang Perlindungan Anak ini, hak-hak anak diatur dalam Pasal 4 -
Pasal 18, yang meliputi:

1) Hak untuk hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi, serta mendapat


perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
2) Hak atas suatu nama sebagai identitas diri dan status kewarganegaraan.
3) Hak untuk beribadah menurut agamanya.
4) Hak memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial.
5) Hak memperoleh pendidikan dan pengajaran.
6) Bagi anak yang menyandang cacat juga hak memperoleh pendidikan luar biasa,
sedangkan bagi anak yang memiliki keunggulan juga hak mendapatkan
pendidikan khusus.
7) Hak menyatakan dan didengar pendapatnya.
8) Hak untuk beristirahat dan memanfaatkan waktu luang.

5
9) Bagi anak penyandang cacat berhak memperoleh rehabilitasi, bantuan sosial, dan
pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial.
10) Bagi anak yang berada dalam pengasuhan orang tua/ wali, berhak mendapat
perlindungan dari perlakuan:
a) diskriminasi;
b) eksploitasi, baik ekonomi maupun seksual;
c) penelantaran;
d) kekejaman, kekerasan, dan penganiayaan;
e) ketidakadilan; dan
f) perlakuan salah lainnya.
11) Hak untuk memperoleh perlindungan dari :
a) penyalahgunaan dalam kegiatan politik;
b) pelibatan dalam sengketa bersenjata;
c) pelibatan dalam kerusuhan sosial;
d) pelibatan dalam peristiwa yang mengandung unsur kekerasan; dan
e) pelibatan dalam peperangan.
12) Hak untuk memperoleh kebebasan sesuai dengan hukum.
13) Setiap anak yang dirampas kebebasannya hak untuk :
a) mendapatkan perlakuan secara manusiawi dan penempatannya dipisahkan dari
orang dewasa;
b) memperoleh bantuan hukum atau bantuan lainnya secara efektif dalam setiap
tahapan upaya hukum yang berlaku; dan
c) membela diri dan memperoleh keadilan di depan pengadilan anak yang
objektif dan tidak memihak dalam sidang tertutup untuk umum.
14) Setiap anak yang menjadi korban atau pelaku kekerasan seksual atau yang
berhadapan dengan hukum berhak dirahasiakan.
15) Setiap anak yang menjadi korban atau pelaku tindak pidana berhak mendapatkan
bantuan hukum dan bantuan lainnya.
3.2.4 Hukum yang Mengatur Perlindungan Anak

Perlindungan Anak diatur dalam UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan


Anak. Namun, hukum perlindungan anak belum sepenuhnya efektif untuk melindungi
anak Indonesia karena masih maraknya kejahatan terhadap anak. Hal ini tidak
mengherankan karena orang terdekat yang seharusnya memberikan jaminan perlindungan
terhadap anak malah sebaliknya. Adanya kaum intelektual bahkan para oknum penegak
hukum yang ikut menjadi pelaku kejahatan terhadap anak menjadi bukti bahwa masih
kurangnya pengetahuan masyarakat atas Undang-undang Perlindungan Anak No.23
Tahun 2002.
Hal ini terjadi kurangnya sosialisasi UU No. 23 tahun 2002 dari pemerintah.
Sebuah produk hukum jika tidak dibangun sarana dan prasarananya untuk
menjalankannya, maka semua itu tidak ada artinya. Kami juga mempertanyakan tentang
UU No. 23 tahun 2002 ataupun UU No. 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik (ITE) yang tidak ada pembahasan tentang perlindungan anak dari pornografi.
Padahal masalah anak akhir-akhir ini adalah masalah yang dikarenakan pornografi.

6
Melalui internet seperti media sosial, anak-anak mudah mengakses fitur-fitur pornografi
di internet. Hal ini sangat berpengaruh besar bagi perkembangan anak maka dari itu perlu
adanya revisi UU PA dan menambah pasal dengan pembahasan perlindungan anak dari
pornografi.

III.3 PERAN PEMERINTAH TERHADAP PERLINDUNGAN ANAK


Peran pemerintah dalam perlindungan anak dirasa sangat penting karena seorang
anak merupakan calon penerus generas bangsa. Seperti yang dicita-citakan dalam
pembukaan UUD 1945 yaitu mensejahterakan dan memakmurkan rakyat, mencerdaskan
kehidupan bangsa, pertahanan dan keamanan, serta menegakkan keadilan. Mencerdaskan
termasuk melindungi hak seorang anak agar mampu berkembang dan mendapatkan hak
nya agar nantinya dapat menjadi generasi penerus bangsa yang baik.
Banyak hal yang dilakukan pemerintah untuk tujuan perlindungan anak. Salah
satunya adalah membentuk Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI). Tujuan KPAI
adalah untuk menjamin hak-hak anak, mewujudkan anak yang handal, berkualitas dan
berwawasan menuju masyarakat yang sejahtera dan mandiri. Untuk mencapai tujuan
tersebut KPAI memiliki peran dan fungsi yaitu :

1. Peran
a. Melakukan pemantauan dan pengembangan perlindungan anak.
b. Melakukan advokasi dan pendampingan pelaksanaan hak-hak anak.
c. Menerima pengaduan pelanggaran hak-hak anak.
d. Melakukan kajian strategis terhadap berbagai kebijakan yang
menyangkut kepentingan terbaik bagi anak
e. Melakukan koordinasi antar lembaga, baik tingkat regional, nasional
maupun international.
f. Memberikan pelayanan bantuan hukum untuk beracara di pengadilan
mewakili kepentingan anak
g. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan, pengenalan dan
penyebarluasan informasi tentang hak anak.

2. Fungsi
a. Melakukan pengumpulan data, informasi dan investigasi terhadap
pelanggaran hak anak.
b. Melakukan kajian hukum dan kebijakan regional dan nasional yang
tidak memihak pada kepentingan terbaik anak.
c. Memberikan penilaian dan pendapat kepada pemerintah dalam rangka
mengintegrasikan hak-hak anak dalam setiap kebjijakan.
d. Memberikan pendapat dan laporan independen tentang hukum dan
kebijakan berkaitan dengan anak.
e. Menyebasluaskan, publikasi dan sosialisasi tentang hak-hak anak dan
situasi anak di Indonesia.
f. Menyampaikan pendapat dan usulan tentang pemantauan pemajuan dan
kemajuan, dan perlindungan hak anak kepada parlemen, pemerintah dan
lembaga terkait.

7
g. Mempunyai mandat untuk membuat laporan alternatif kemajuan
perlindungan anak di tingkat nasional.
h. Melakukan perlindungan khusus. Selain dengan membentuk Komisi
Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) pemerintah juga membuat undang-
undang guna menguatkan tugas untuk perlindungan anak. Seperti
dikatakan dalam pasal 28 B ayat 2 yang berbunyi “Setiap anak berhak atas
kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta berhak atas
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi”. Negara memiliki
kewajiban untuk menjamin bahwa anak-anak Indonesia aman dari tindak
kekerasan dan diskriminasi, serta menjamin mereka untuk berkembang
(hak untuk mendapatkan pendidikan). Kemudian tentang pelaksanaan
perlindungan terhadap anak serta jaminan atas hak-haknya diatur dalam
Undang-Undang No.23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Dengan
hal itu diharapkan perlindungan anak dapat dilaksnakan dengan baik agar
semua tujuannya dapat tercapai dan tentunya dengan dukungan oleh
berbagai pihak termasuk orang tua karena orang tualah yang paling
mengerti dan berkewajiban besar untuk melindungi anaknya.

III.4 PERAN KELUARGA TERHADAP PERLINDUNGAN ANAK

Keluarga adalah tempat yang penting dimana anak memperoleh dasar dalam
bentuk kemampuannya agar kelak menjadi orang yang berhasil di mata
masyarakat.Tapi dalam kenyataannya, banyak terjadi kekerasan pada anak dalam
keluarga. Komnas Perlindungan Anak mencatat 61,4% pelaku kekerasan anak adalah
orang tuanya sendiri. Bahkan tak jarang orang tua tega melakukan penganiayaan
terhadap anaknya yang di luar akal sehat manusia. Anak adalah anugerah. Sementara
itu tak dipungkiri dalam membesarkan anak hari demi harinya, orang tua bisa
mengalami stress yang luar biasa. Mulai dari suara tangis tengah malam, rewel,
merengek, persoalan makan, toilet training, temper tantrum, pekerjaan rumah yang
harus dibereskan serta kekacauan rumah yang tak pernah ada habisnya. Belum lagi
masalah external, relationship dan tekanan ekonomi, seringkali membuat hubungan
orang tua dan anak berubah menjadi ledakan besar. Kekerasan terhadap anak pun
seringkali tak bisa dihindari. Orang tua harus menjadi pelindung bagi anak-anaknya.
Oleh karena itu, orang tua harus tahu bagaimana cara mencegah kekerasan pada anak,
entah itu dari orang lain ataupun dari diri orang tua itu sendiri.

Berikut ini adalah cara mencegah kekerasan pada anak:


1. Evaluasi diri mengenai pandangan kita tentang anak, apakah sudah tepat dan
apakah kita sudah memberikan yang terbaik untuk anak kita.
2. Diskusi dan berbagi dengan orang lain untuk mengetahui seberapa baik dan tepat
perlakuan dan pandangan kita pada anak.
3. Perbanyak pengetahuan.
Pengetahuan yang tepat dapat dilakukan dan dipertanggungjawabkan sehingga
kita mampu meletakkan pandangan kita mengenai anak secara lebih tepat sehingga
kita tidak akan terkungkung oleh pandangan yang belum tentu benar.

8
4. Peka terhadap anak.
Kepekaan terhadap anak akan membuat kita bersegara melakukan tindakan
apabila kita mendapati anak menjadi korban kekerasan baik oleh anggota keluarga
sendiri atau orang lain.
5. Hubungi lembaga yang berkompeten.
Sekarang banyak lembaga yang bergerak dibidang hukum, perlindungan anak
dan aparat pemerintah atau penegak hukum yang bisa membantu menghadapi
kekerasan pada anak

BAB IV

PENUTUP

IV. PENUTUP

IV.1 KESIMPULAN

Pemerintah wajib untuk memenuhi hak dan melindungi korban kejahatan


terutama korban kejahatan eksploitasi. Bentuk perlindungan yang wajib untuk diberikan
adalah perlindungan hukum baik secara preventif untuk mencegah terjadinya sengketa

9
maupun secara represif untuk menyelesaikan sengketa yang terjadi. Sehingga Negara,
Pemerintah, Pemerintah Daerah, Masyarakat, Keluarga dan Orang Tua atau Wali
berkewajiban dan bertanggung jawab penuh terhadap penyelenggaraan Perlindungan
Anak. Khususnya pemerintah baik pusat maupun daerah harus memberikan perlindungan
khusus sebagaimana yang diamanatkan dalam aturan perundang-undangan, sehingga
posisi korban eksploitasi anak memperoleh kembali kondisi menjadi anak yang pada
umumnya, tanpa ada rasa trauma dan ketakutan yang mendalam dan berkepanjangan.

IV.2 SARAN
Melindungi anak hari ini, adalah investasi bagi masa depan bangsa. Selain alasan
itu, kepemihakan pada anak sudah menjadi esensi kemanusiaan itu sendiri. Karenanya,
tindakan paradoks yang mengeksploitasi anak, secara ekonomi maupun seksual–berada
diluar konteks kemanusiaan yang hakiki.
Pemerintah harus benar-benar memperjuangkan ganti kerugian bagi korban
eksploitasi anak. Diharapkan pemerintah dapat menerapkan sanksi yang tegas terhadap
pelaku eksploitasi anak dan jika masuk dalam ranah pengadilan diharapkan hakim
memberikan putusan yang seadil-adilnya terhadap pelaku eksploitasi anak, sehingga bisa
mengurangi tindak pidana eksploitasi terhadap anak.
Selain mendukung langkah-langkah pemerintah, penulis juga menyarankan
kepada seluruhm asyarakat Indonesia untuk mendukung pemerintah, misalnya dengan
melakukan pengaduan kepada lembaga-lembaga pemerintah maupun lembaga
independent apabila melihat atau merasakan adanya pelanggaran HAM terhadap anak.

DAFTAR PUSTAKA

STIA LAN Bandung (2017): Pedoman penulisan karya ilmiah STIA LAN Bandung
Kezia, G. 2018. Perlindungan Hak Asasi Manusia (HAM) di Indonesia. Tersedia di:
(https://www.kompasiana.com/keziagloria4944/5c001a8fab12ae680757f216/perlindungan-hak-
asasi-manusia-ham-di-indonesia?page=all). (Diunduh pada tanggal 28 Oktober)
Perlindungan Hukum Terhadao HAM. Tersedia di : (http://digilib.unila.ac.id/9584/13/BAB
%20II.pdf) (Diunduh pada tanggal 30 Oktober)

10
Java, C. 2014. Dasar Hukum Perlindungan Anak. Tersedia di :
(http://telingasemut.blogspot.com/2016/03/dasar-hukum-perlindugan-anak.html). (Diunduh pada
tanggal 30 Oktober 2019)
Cgkata. 2017. Hari Anak Nasional : Pengertian Anak Menurut Para Ahli. Tersedia di :
(https://pengertianartidefinisidari.blogspot.com/2018/11/hari-anak-pengertian-anak-menurut-
para-ahli.html). (Diunduh pada tanggal 31 Oktober 2019 )
Suanto, Andi. 2013. Perlindungan Anak Traficcing Child. Tersedia di :
(https://www.slideshare.net/AndySusanto2/makalah-perlindungan-anak-traficcing-child).
(Diunduh pada tanggal 2 November 2019)
Sugianto, Suharto. 2017. Perlindungan Anak. Tersedia di : (https://docplayer.info/39719562-
Makalah-perlindungan-anak.html). (Diunduh pada tanggal 3 November 2019)

11

Anda mungkin juga menyukai