Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

“KETENTUAN PIDANA ATAS PERLANGGARAN HAK


PERLINDUNGAN ANAK”
Dosen Pengampuh : Dr. Okdanasmita, M.Pd

Disusun Oleh :

SITI DA’IMAH

YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM (YPI)


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM
NUSANTARA BATANG HARI
2022
KATA PENGANTAR

‫الرحِيم‬
َّ ‫ِالر ْح َم ِن‬
َّ ‫ــــــــــــــــم اﷲ‬
ِ ‫ِب ْس‬

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan


semesta alam yang senantiasa memberikan kemudahan kelancaran
beserta limpahan Rahmat dan Karunia-Nya yang tiada terhingga.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Rasulullah SAW
yang telah memberikan suri tauladan bagi kita semua.

Alhamdulillah berkat Rahmat dan ridha-Nya penulis dapat


menyelesaikan pembuatan makalah yang berjudul “Ketentuan pidana
atas perlanggaran hak perlindungan anak”. makalah ini disusun untuk
memenuhi salah satu tugas kelompok tahun akademik 2022

Dalam penyusunan makalah ini Penulis mendapatkan bantuan


serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis ucapkan terima kasih kepada rekan-rekan yang telah membantu.
Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua terutama bagi penulis. Begitu pula makalah ini tidak luput dari
kekurangan dan kesalahan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan
sarannya yang bersifat membangun.

Muara Bulian, Mei 2022

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dewasa ini kemajuan dalam penegakan hukum mendapatkan
dukungan seluruh bangsa di dunia. Kemajuan tersebut dapat
diketahui dari banyaknya instrumen hukum nasional dan internasional
yang digunakan untuk mendukung terciptanya tujuan hukum berupa
kedamaian dan ketertiban di masyarakat. Tujuan yang ingin dicapai
oleh hukum tersebut sangat diharapkan untuk memberikan
perlindungan hukum bagi hak-hak individu dan hak-hak masyarakat
dari perbuatan yang mengahancurkan sendi-sendi kemanusiaan
dalam sejarah peradaban manusia.
Isu hak asasi manusia (selanjutnya disingkat HAM) adalah isu
utama yang sedang dibahas oleh bangsa-bangsa di seluruh dunia.
Dari sekian banyak hal pokok yang banyak disoroti oleh bangsa-
bangsa di seiuruh dunia adalah perbuatan kekerasan terhadap
perempuan sebagai salah modus operandi kejahatan.
Dalam Pasal 5 ayat 3 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999
tentang Hak Asasi Manusia (HAM) dijelaskan bahwa setiap orang yang
termasuk kelompok masyarakat yang rentan berhak memperoleh
perlakuan dan perlindungan lebih berkenaan dengan kekhususannya.
Kelompok masyarakat yang rentan adalah orang lanjut usia, anak-anak,
fakir miskin, wanita hamil, dan penyandang cacat.
Anak memiliki karakteristik yang spesifik dibandingkan dengan
orang dewasa dan merupakan salah satu kelompok rentan yang
haknya masih terabaikan, oleh karena itu hak anak menjadi penting
untuk diprioritaskan. Anak yang berhadapan dengan hukum (melanggar
hukum pidana) yang kemudian diproses berarti anak harus berhadapan
dengan proses peradilan pidana yaitu suatu rangkaian kesatuan
(continuum) yang menggambarkan peristiwa-peristiwa yang maju
secara teratur: mulai dari penyidikan penangkapan penahanan
penuntutan diperiksa oleh pengadilan diputus oleh hakim, dipidana dan
akhirnya kembali ke masyarakat.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang maka permasalahan yang akan di
bahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Apa sajakah faktor terjadinya Kekerasan Terhadap Anak dan
Perempuan?
2. Bagaimana Perlindungan Hukum Terhadap Hak Asasi Anak dan
Perempuan terhadap Korban Kekerasan?

C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui faktor terjadinya Kekerasan Terhadap Anak dan
Perempuan
2. Untuk mengetahui Perlindungan Hukum Terhadap Hak Asasi Anak
dan Perempuan terhadap Korban Kekerasan.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kekerasan
Menurut WHO, kekerasan adalah penggunaan kekuatan fisik dan
kekuasaan, ancaman atau tindakan terhadap diri sendiri, perorangan
atau sekelompok orang (masyarakat) yang mengakibatkan atau
kemungkinan besar mengakibatkan memar atau trauma, kematian,
kerugian psikologis, kelainan perkembangan, atau perampasan hak.
Kekerasan merupakan perilaku yang tidak sah atau perlakuan
yang salah. Kekerasan dapat diartikan sebagai perbuatan yang
menyebabkan cedera atau matinya orang lain dan menyebabkan
kerusakan fisik pada orang lain. Kekerasan yang mengakibatkan
terjadinya kerusakan adalah kekerasan yang bertentangan dengan
hukum. Oleh karena itu, kekerasan dapat dikatakan sebuah kejahatan.
Ada empat sifat kekerasan yang dapat diidentifikasi, yaitu:
pertama, kekerasan terbuka (overt) yaitu kekerasan yang dapat dilihat
seperti perkelahian. Kedua, kekerasan tertutup (covert) yaitu kekerasan
tersembunyi atau tidak dilakukan langsung seperti perilaku
mengancam. Ketiga, kekerasan agresif yaitu kekerasan yang tidak
untuk perlindungan tetapi untuk mendapatkan sesuatu. Keempat,
kekerasan defensif yaitu kekerasan yang dilakukan sebagai
tindakan perlindungan diri.
B. Faktor-Faktor Kekerasan Terhadap Anak
Terjadinya kekerasan terhadap anak dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu: Faktor Internal, Faktor Eksternal
C. Perlindungan Hukum terhadap hak anak dan perempuan
Perlindungan hukum adalah memberikan pengayoman terhadap
hak asasi manusia (HAM) yang dirugikan orang lain dan perlindungan
itu di berikan kepada masyarakat agar dapat menikmati semua hak-hak
yang diberikan oleh hukum. Hukum dapat difungsikan untuk
mewujudkan perlindungan yang sifatnya tidak sekedar adaptif dan
fleksibel, melainkan juga prediktif dan antisipatif. Hukum dibutuhkan
untuk mereka yang lemah dan belum kuat secara sosial, ekonomi dan
politik untuk memperoleh keadilan sosial.
Perlindungan hukum adalah perlindungan akan harkat dan
martabat, serta pengakuan terhadap hak-hak asasi manusia yang
dimiliki oleh subyek hukum berdasarkan ketentuan hukum dari
kesewenangan atau sebagai kumpulan peraturan atau kaidah yang
akan dapat melindungi suatu hal dari hal lainnya. Berkaitan dengan
konsumen, berarti hukum memberikan perlindungan terhadap hak-hak
pelanggan dari sesuatu yang mengakibatkan tidak terpenuhinya hak-
hak tersebut.
Kedudukan anak sebagai generasi muda yang akan meneruskan
cita-cita luhur bangsa, calon-calon pemimpin bangsa di masa
mendatang dan sebagai sumber harapan bagi generasi terdahulu perlu
mendapat kesempatan seluas-luasnya untuk tumbuh dan berkembang
dengan wajar baik secara rohani, jasmani dan sosial. Perlindungan
hukum dapat kita lihat sebagai suatu perlindungan yang diberikan
terhadap subyek hukum dalam bentuk perangkap hukum baik preventif
maupun yang bersifat represif, baik yang tertulis maupun tidak tertulis.
Kata lainnya perlindungan hukum sebagai suatu gambaran dari fungsi
hukum, yaitu konsep dimana hukum dapat memberikan suatu keadilan,
ketertiban, kepastian dan kedamaian.
1. Penegertian Perlindungan Anak
Kedudukan anak sebagai generasi muda yang akan
meneruskan cita-cita luhur bangsa, calon-calon pemimpin bangsa di
masa mendatang dan sebagai sumber harapan bagi generasi
terdahulu, perlu mendapat kesempatan seluasluasnya untuk tumbuh
dan berkembang dengan wajar baik secara rohani, jasmani dan
sosial. perlindungan anak merupakan usaha dan kegiatan seluruh
lapisan masyarakat dalam berbagai kedudukan dan peranan, yang
menyadari betul pentingnya anak bagi nusa dan bangsa di kemudian
hari. Jika mereka telah matang pertumbuhan fisik maupun mental
dan sosialnya, maka tiba saatnya menggantikan generasi terdahulu.
Perlindungan anak adalah segala usaha yang dilakukan untuk
menciptakan kondisi agar setiap anak dapat melaksanakan hak dan
kewajibannya demi perkembangan dan pertumbuhan anak secara
wajar baik fisik, mental, dan sosial. perlindungan anak merupakan
perwujudan adanya keadilan dalam suatu masyarakat, dengan
demikian perlindungan anak diusahakan dalam berbagai bidang
kehidupan bernegara dan bermasyarakat. Kegiatan perlindungan
anak membawa akibat hukum, baik dalam kaitannya dengan hukum
tertulis maupun hukum tidak tertulis.
2. Bentuk-bentuk Perlindungan Anak
Secara garis besar dapat disebutkan bahwa perlindungan anak
dapat dibedakan dalam dua pengertian, yakni perlindungan anak
yang bersifat yuridis dan perlindungan anak yang bersifat non
yuridis. Perlindungan anak yang bersifat yuridis menyangkut semua
aturan hukum yang mempunyai dampak langsung bagi kehidupan
seorang anak, dalam arti semua aturan hukum yang mengatur
kehidupan anak. Di Indonesia berlaku peraturan di samping hukum
tertulis berlaku pula hukum yang tidak tertulis, sehingga ruang
lingkup perlindungan anak yang bersifat yuridis ini juga meliputi
ketentuan-ketentuan hukum adat.
Anak merupakan tunas suatu bangsa sehingga penting kiranya
negara dan seluruh elemen masyarakat berperan aktif menciptakan
kondisi yang ideal bagi setiap anak untuk tumbuh dan berkembang.
Hadirnya negara dalam wujud pemenuhan dan perlindungan hak
anak telah dituangkan dalam instrumen hukum berupa Undang-
undang Perlindungan Anak. Namun masih maraknya kasus
kekerasan pada anak menunjukkan bahwa implementasi aturan ini
harus lebih sering digalakkan. Untuk memahami apa saja yang
menjadi hak anak dan bagaimana perlindungan terhadap hak
tersebut, berikut penjelasannya
3. Undang-Undang Perlindungan Anak
Perlindungan anak menurut definisi undang-undang yang
berlaku adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak
dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan
berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat martabat
kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan
diskriminasi(pasal 1 ayat (2) UU Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak). Bahasan mengenai perlindungan anak sendiri
hadir setelah para pemimpin-pemimpin dunia di sidang umum  PBB
menandatangani Konvensi Hak Anak pada 20 November 1989.
Konvensi tersebut hadir atas pertimbangan melihat anak-anak
sebagai individu yang merdeka yang memiliki hak dan kewajibannya
sendiri namun tetap memerlukan perlindungan dan perawatan
khusus dari negara dan orang di sekitarnya.
Konvensi Hak Anak kemudian diratifikasi menjadi hukum positif
di Indonesia dengan keluarnya aturan Keputusan Presiden Nomor 36
Tahun 1990 tentang Pengesahan Convention On The Rights Of The
Child (Konvensi Tentang Hak-Hak Anak). Seiring berjalannya waktu,
aturan mengenai perlindungan terhadap anak telah sampai menjadi
UU Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak  yang
kemudian diubah menjadi UU Nomor 35 Tahun 2014 dengan
menambahkan beberapa pasal tambahan .
4. Hak Perlindungan bagi Anak
Hak perlindungan anak antara lain adalah hak yang dimiliki oleh
anak untuk mendapat perlindungan dari segala bentuk kekerasan
dan diskiriminasi yang dijamin oleh  negara sehingga anak dapat
hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal
sesuai harkat dan martabat kemanusiaan. Dalam Konvensi Hak
Anak PBB, tertuang 5 klaster subtansi yang menjadi acuan aturan di
Indonesia, yaitu hak sipil dan kebebasan, lingkungan keluarga dan
pengasuhan alternatif, kesehatan dan kesejahteraan, pendidikan,
hingga perlindungan khusus. Keluarga, masyarakat, dan pemerintah
bertanggung jawab untuk memberikan perlindungan bagi hak-hak
anak. Hal ini tentu dipertegas dengan adanya penjatuhan sanksi
pidana dan denda bagi siapapun yang melanggar hak-hak anak yang
telah tertuang di aturan.
Undang-undang Perlindungan Anak adalah sekelompok aturan
yang menjamin pemenuhan hak-hak anak dan memberikan
perlindungan kepada anak untuk menuntut hak tersebut. Di
Indonesia sendiri, yang menjadi acuan adalah UU Nomor 23 Tahun
2002 tentang Perlindungan Anak yang sebagaimana diubah menjadi
UU Nomor 35 Tahun 2014. Undang-undang ini menjadi payung
hukum untuk setiap anak dalam memperoleh hak dan perlindungan
terhadap haknya.
5. Hak anak dalam UU Perlindungan Anak
Hak anak tertuang dalam pasal 4 hingga pasal 18 dalam UU
Perlindungan Anak(UU PA) di Indonesia. Seperti yang dijelaskan
sebelumnya bahwa UU PA ini merupakan adopsi dari Konvensi Hak
Anak PBB yang memiliki 5 klaster bahasan utama.
6. Kewajiban anak dalam UU Perlindungan Anak
Sebagaimana yang kita tahu bahwa hak senantiasa beriringan
dengan kewajiban. Adapun setelah diterangkan sebelumnya
mengenai hak-hak anak, UU Perlindungan Anak juga mengatur
kewajiban yang menyertai setiap anak di Indonesia. Setiap anak
memiliki kewajiban untuk menghormati orang tua dan guru,
mencintai keluarga dan masyarakat, pun juga mencintai tanah air,
bangsa, dan negaranya. Dengan diberikannya hak untuk beribadah
sebebas-bebasnya, maka wajar kiranya setiap anak berkewajiban
menunaikan ibadahnya dengan khusyuk. Atas semua kewajiban
inilah, diharapkan anak-anak Indonesia menjadi anak-anak yang
bermoral dan memiliki akhlak yang mulia.
7. Tujuan dibuatnya UU Perlindungan Anak
Tujuan dibuatnya UU ini adalah untuk menjadi landasan yuridis
yang mengatur secara khusus hak dan kewajiban anak,
perlindungan anak, dan kesejahteraan anak. Perlindungan hak asasi
anak sebelumnya telah menjadi bagian dari instrumen Hak Asasi
Manusia(HAM) di Indonesia -UU Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak
Asasi Manusia- yang memuat pasal mengenai hak anak. Seiring
dengan lajunya zaman, sangat mudah kita jumpai berita mengenai
kasus kekerasan pada anak, pelecehan dan kekerasan seksual,
penelantaran oleh orang tua, hingga eksploitasi ekonomi yang terjadi
pada anak, contohnya pada anak jalanan di kota-kota besar. UU ini
hadir sebagai harapan dapat meminimalisir maraknya kasus-kasus
serupa yang terjadi pada anak di Indonesia dan menjamin
terpenuhinya hak-hak anak untuk tumbuh dan berkembang secara
aktif.

8. Dasar Hukum Undang-undang Perlindungan Anak


Pasal perlindungan anak di bawah ini mengatur sanksi denda
dan pidana bagi siapapun yang melanggar ketentuan dalam UU
Perlindungan Anak(UU PA). Sebagaimana di paragraf sebelumnya
menjelaskan mengenai hak-hak anak, tentu ada sanksi bagi
siapapun yang melanggar hak tersebut.
 Pasal 80 UU Perlindungan Anak
 Pasal 81 UU Perlindungan Anak
 Pasal 82 UU Perlindungan Anak
9. Undang-undang Perlindungan Anak Nomor 35 Tahun 2014
Undang-undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan
atas Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan
Anak hadir untuk meningkatkan efektifitas penyelenggaran
perlindungan terhadap anak di Indonesia. Maraknya kasus kejahatan
terhadap anak, salah satunya kejahatan seksual, dan juga
banyaknya peraturan sektoral yang tumpang tindih mengenai definisi
‘anak’ membuat pemerintah merevisi beberapa pasal pada UU PA
Nomor 23 Tahun 2002. Beberapa pasal yang diubah dan
ditambahkan seperti perlindungan khusus untuk anak korban
kejahatan seksual dan penambahan pidana penjara dan denda bagi
siapapun yang melakukan kejahatan terhadap anak diharap mampu
mempertegas aturan ini di lapangan.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian sebagaimana telah diuraikan dalam
bab sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan bahwa:
Perlindungan hukum memberikan pengayoman terhadap hak
asasi manusia (HAM) yang dirugikan orang lain dan perlindungan itu di
berikan kepada masyarakat agar dapat menikmati semua hak-hak yang
diberikan oleh hukum. Hukum dapat difungsikan untuk mewujudkan
perlindungan yang sifatnya tidak sekedar adaptif dan fleksibel,
melainkan juga prediktif dan antisipatif. Hukum dibutuhkan untuk
mereka yang lemah dan belum kuat secara sosial, ekonomi dan politik
untuk memperoleh keadilan sosial
Perlindungan anak segala usaha yang dilakukan untuk
menciptakan kondisi agar setiap anak dapat melaksanakan hak dan
kewajibannya demi perkembangan dan pertumbuhan anak secara
wajar baik fisik, mental, dan sosial. perlindungan anak merupakan
perwujudan adanya keadilan dalam suatu masyarakat, dengan
demikian perlindungan anak diusahakan dalam berbagai bidang
kehidupan bernegara dan bermasyarakat. Kegiatan perlindungan anak
membawa akibat hukum, baik dalam kaitannya dengan hukum tertulis
maupun hukum tidak tertulis.
B. Saran
Seharusnya aparat keamanan lebih meningkatkan fungsi
intelegen untuk melindungi warga masyarakat, pemerintah dengan
kekuasaannya lebih memberikan perhatian yang berimbang terhadap
kesenjangan ekonomi, budaya, politik dengan mengedepankan
pembangunan yang memberikan rasa keadilan dan menyejahterakan
masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Fatahillah, 2010, Perlindungan Hukum Terhadapa Anak Sebagai Korban


Tindak
Pidana Kesusilaan Yang Dilakukan Oleh Anak, ( skripsi tidak diterbitkan,
Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta)
Irma Setyowati Soemitro, 1990, Aspek Hukum Perlindungan Anak,
Jakarta, Bumi Aksara
Iskandar Hoesin, “Perlindungan terhadap Kelompok Rentan (Wanita,
Anak,
Minoritas, Suku Terasing, dll) dalam Perspektif HAM” (makalah disajikan
dalam Seminar Pembangunan Hukum Nasional ke VIII Tahun 2003,
Denpasar, Bali, 14 - 18 Juli 2003)
Maidin Gultom, Perlindungan Hukum terhadap Anak dalam Sopistem
Peradilan
Pidana Anak di Indonesia, (Bandung: Refika Aditama, 2013)
Muladi, 2005, Hak Asasi Manusia, Hakekat, Konsep dan Implikasinya
dalam Perspektif Hukum danMasyarakat, Refika Aditama Bandung
Nasir Djamil ,2013, Anak Bukan untuk Dihukum, Jakarta, Sinar Grafika
Phillipus M. Hadjon, 1987, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia,
Surabaya, PT. Bina Ilmu
Satjipto Raharjo, 2000, Ilmu Hukum, Bandung, PT. Citra Aditya Bakti

Anda mungkin juga menyukai