A. latar belakang
Setelah peserta didik di ulang, mereka perlu di kelompokkan atau di klasifikasikan.
Pengklasifikasikan demikian, bukan di maksud untuk mengotak-ngotakkan peserta didik
melaikan justru di maksud kan untuk membantu keberhasilan belajarmereka. Oleh karena itu
pengelompokan tidak boleh dilaksanakan dalam rangka keperluan lain, selain untuk keperluan
dan kebaikan peserta didik sendiri.
Pada bab ini akan di bahas berturut-turut mengenai Urgensi Pengelompokan, makna
pengelompokan, serta jenis jenis pengelompokan peserta didik.
Pengelompokan peserta didik di kemukakan oleh para ahli. Didalam buku
‘’ eka prihatin ‘’, mitchun (1990) yaitu ada dua pengelompokan peserta didik yaitu
Urgensi Pengelompokan
1.Urgensi Pengelompokan
2. Makna Pengelompokan
Dengan adanya pengelompokan peserta didik juga akan mudah dikenali. Sebab, tidak
jarang, peserta didik di dalam kelas, berada dalam keadaan heterogen dan bukannya homogen.
Tentu, heterogenitas demikian, seberapa dapat diketahui tingkatannya sangat bergantung
kemampuan diskriminan alat ukur yang digunakan untuk membedakan. Semakin tinggi tingkat
kemampun membedakan alat ukur yang dipergunakan, semakin tinggi pula tingkat heterogenitas
peserta didik yang ada di sekolah.
Adapun alat ukur yang lazim dipergunakan untuk membedakan peserta didik antara lain
adalah tes. Dalam hal ini, banyak tes yang dapat dipergunakan untuk membedakan peserta didik.
Tes kemampuan umum seperti tes kemampuan verbal dan numerikal, dapat dipergunakan untuk
membedakan kemapuan umum peserta didik. Tes keklerekan dapat dipergunakan untuk
membedakan kecepatan kerja dan kecermatan kerja peserta didik. Tes minat dapat dipergunakan
untuk membedakan minat yang dimiliki oleh peserta didik. Tes prestasi belajar dapat
dipergunakan untuk membedakan daya serap masing-masing peserta didik terhadap bahan ajaran
yang telah disampaikan kepada peserta didik. Tes kepribadian dipergunakan untuk membedakan
integritas dan kepribadian peserta didik. Dan, masih banyak lagi jenis-jenis tes lain yang dapat
membedakan kemampuan peserta didik.
Yang dimaksud dengan interest grouping adalah pengelompokan yang didasarkan atas
minat peserta didik. Peserta didik yang berminat pada pokok bahasan tertentu, pada kegiatan
tertentu, pada topik tertentu atau tema tertentu, membentuk ke dalam suatu kelompok.
B.Pengelompokan Berdasarkan Kebutuhan Khusus (Special Need Grouping)
Yang dimaksdud dengan team grouping adalah suatu kelompok yang terbentuk karena
dua atau lebih peserta didik ingin bekerja dan belajar secara bersama memecahkan masalah-
masalah khusus.
Yang dimaksud dengan tutorial grouping adalah suatu pengelompokan di mana peserta
didik bersama-sama dengan guru merencanakan kegiatan-kegiatan kelompoknya. Dengan
demikian, apa yang dilakukan oleh kelompok bersama dengan guru tersebut, telah disepakati
terebih dahulu. Antara kelompok satu dengan yang lain, bisa berbeda kegiatannya, karena
mereka sama-sama mempunyai otonomi untuk menentukan kelompoknya masing-masing.
Yang dimaksud dengan research grouping adalah suatu pengelompokan di mana dua atau
lebih peserta didik menggarap suatu topik khusus untuk dilaporkan di depan kelas. Bagaimana
cara penggarapan, penyajian serta sistem kerja yang dipergunakan bergantung kepada
kesepakatan anggota kelompok.
Yang dimaksud dengan ful-class grouping adalah suatu pengelompokan di mana peserta
didik secara bersama-sama mempelajari dan mendapatkan pengalaman di bidang seni. Misalnya
saja kelompok yang berlatih drama, musik, tari dan sebagainya.
G. Pengelompokan Kombinasi (Combined Class Grouping)
Yang dimaksud dengan combined class grouping adalah suatu pengelompokan di mana
dua atau lebih kelas yang dikumpulkan dalam suatu ruangan untuk bersama-sama menyaksikan
pemutaran film, slide, TV dan media audio visual lainnya.
Yang dimaksud dengan the non grade elementary school adalah sekolah dasar tanpa
tingkat. Sekolah dasar tanpa tingkat ini memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada peserta
didik untuk mengambil mata pelajaran berdasarkan kemampuan masing-masing individu peserta
didiknya. Bahkan peserta didik dapat mengambil mata pelajaran yang mungkin sama dengan
mereka yang angkatan masuknya tidak sama.
Pada sistem demikian, tidak ada peserta didik yang dinyatakan naik tingkat dan peserta didik
yang tidak naik tingkat. Sebab, tingkat itu sendiri, dalam sistem yang demikian tidak dikenal.
Adanya kelas, tidak menunjukkan tingkatannya, melainkan lebih dipandang sebagai kode atau
ruang kelas.
Sistem sekolah dasar tanpa tingkat ini, menggunakan sistem pengajaran secara kelompok,
di mana seorang guru melayani kelompok-kelompok yang anggota kelompok tersebut
mempunyai kemajuan, keinginan dan kebutuhan yang sama. Mereka mempunyai kesamaan
demikian, tidak saja yang berada satu angkatan melainkan dapat juga dari angkatan tahun yang
berbeda-beda.
Adapun keuntungan sistem pengelompokan demikian adalah sebagai berikut:
1. Peserta didik tidak bosan, oleh karena pengajaran yang diberikan disesuikan dengan
minat dan kemampuannya
2. Peserta didik akan puas, oleh karena apa yang ia dapatkan sesui benar dengan yang
mereka inginkan
a. Menyulitkan mutasi peserta didik ke sekolah lain, terutama jika peserta didik harus pindah
ke sekolah lain yang menggunakan sisitem tingkat. Tidak hanya itu, peserta didik juga akan sulit
mutasi jika di sekolah lain tersebut, jenis pengelompokannya tidak sama dengan sekolah asal.
b. Karena segalanya banak bergantung kepada peserta didik, maka sulit mengharapkan
tercapainya kompetensi yang diharapkan. Sebab, kompetensi haruslah dirancang berdasarkan
seperangkat pengalaman belajar tertentu.
Yang dimaksud dengan mutigrade and mult- age grouping adalah pengelompokan yang
multi tingkat dan multi usia. Pengelompokan demikian dapat terjadi pada sekolah-sekolah yang
menggunakan sistem tingkat. Pada pengelompokan demikian, peserta didik berbeda usianya,
dikelompokkan dalam tempat yang sama. Mereka berinteraksi dan belajar bersama-sama.
Adapun keuntungan pada sistem pengelompokan demikian adalah sebagai berikut:
2). Peserta didik yang usianya lebih muda dan lebih rendah tingktannya, jika mempunyai
kemampuan yang tinggi akan semakin mempunyai kepercayaan diri.
2). Peserta didik yang lebih tinggi usianya dan lebih tinggi tingkatannya, akan menjadi malas jika
mendapati bahwa anggota kelompok lain yang berasal dari usia dan tingkat yang lebih rendah
ternyata tidak dapat berbuat banyak untuk kelompoknya. Sebaliknya, jika ternyata lebih tinggi
kemampuannya, akan merasa dirinantersaingi dan bisa menjatuhkan privacy-nya.
Yang dimaksud dengan the duel progress plan grouping adalah sistem pengelompokan
kemajuan rangkap. Sistem pengelompokan demikian dimaksudkan untuk mengatasi perbedaan-
perbedaan kemampuan individual di setiap umur dan setiap tingkat. Masing-masing peserta didik
diberi kesempatan untuk mengerjakan tugas-tugas guru sesuai dengan kemampuan mereka
masing-masing.
Keuntungan sistem pengelompokan kemajuan rangkap demikian ini adalah sebagai berikut:
1). Guru lebih banyak mengenal peserta didiknya, oleh karena layanan yang diberikan bersifat
individual.
2). Layanan yang diberikan oleh guru benar-benar sesuai dengan yang dibutuhkan, karena lebih
diarahkan pada pelayanan bakat khusus peserta didik.
Sementara itu, kekurangan sistem pengelompokan kemajuan rangkap adalah sebagai berikut:
a. Peserta didik sedikit kemungkinannya untuk maju secara oleh karena peserta didik tidak
memenuhi standar untuk naik tingkat harus mengulangi tugas-tugas guru sejak awal di
tingkatnya.
1)Guru akan mengenal peserta didik lebih mendalam, oleh karena lebih banak bertanggungjawab
terhadap kelompok peserta didik yang diajar.
1)Peserta didik hanya mendapatkan pengalaman dari seorang guru. Pada hal, pengalaman dari
banyak guru sangat penting bagi mereka. Peserta didik sesungguhnya sangat membutuhkan
pengalaman dari banyak guru.
2)Banyaknya bidang yang harus dikuasai oleh guru, mengharuskan guru mengadakan persiapan
terus-menerus, sehingga waktu guru lebih banyak dipergunakan untuk persiapan.
Yang dimaksud dengan team teaching adalah suatu pengelompokan yang di dalamnya
ada sekelompok peserta didik dibelajarkan oleh guru secara tim. Dalam pembelajaran ini, guru
lebih membatasi diri pada kapasitas keahliannya, dan sama sekali tidak mengajarkan apa yang
ada di luar keahliannya. Hal demikian dapat terjadi, oleh karena tidak jarang satu mata pelajaran
atau bidang studi, membutuhkan keahliannya yang bermacam-macam.
Dalam suatu tim, guru merancang pembelajaran secara bersama-sama dengan anggota
timnya, dan mengadakan pembagian yang jelas antara apa yang harus ia kerjakan sendiri, apa
yang harus dikerjakan oleh anggota tim yang lain, dan apa yang harus dikerjakan secara
bersama-sama secara tim. Peserta didik, dalam pembelajaran ini akan mendapatkan sesuatu
dalam perspektif yang lebih luas, mengingat sesuatu yang dipelajari, dikemukakan oleh guru dari
berbagai macam perspektif keahlian.
1)Setiap angota tim pembelajar, akan bekeja sesuai dengan sudut pandang keahliannya. Hal ini
tidak saja bermanfaat bagi peserta didiknya yang mendapatkan pengetahuan lebih luas,
melainkan juga bermanfaat bagi guru itu sendiri. Guru-guru ang terlibat dala tim, kerena terus-
menerus mengembangkan nya, akhirnya mereka nantinya akan ahli benar dalam bidangnya.
1)Jika anggota tim tidak baik kerja samanya, tidak mustahil justru menggagalkan pembelajaran
tim.
M.Departementalisasi
1)Guru akan lebih kompeten mengajarnya, oleh karena ia mendalami terhadap apa yang akan
mereka ajarkan. Kompetensi mereka setidak-tidaknya pada penguasaan bahan ajaran.
1)Mengingat guru terpacu dengan keahliannya sendiri, maka pada saat guru yang lain tidak
hadir, dia tidak bisa menggatikannya.
a)Guru akan mudah menyesuaikan pengajarannya sesuai dengan kemampuan peserta didiknya.
b)Peserta didik yang mempunyai kemampuan lebih tingi, tidak merasa terhambat
perkembangannya oleh peserta didik yang berkemampuan rendah.
a)Guru harus membuat persiapan yang berbeda-beda, ada rancangan pembelajaran yang
dikhususkan untuk peserta didik berkemampuan rendah, dan ada yang dikhususkan untuk peserta
didik yang berkemempuan tinggi.
BAB III
PENUTUP
A.kesimpulan
DAFTAR PUSAKA
Imron, ali. 2004 manajemen pesertadidik berbasis sekolah. Malang : depdiknas universitas negeri
malang prodi manajemen pendidikan.
Prihatin, eka 2011 manajemen peserta didik. Bandung : Alfabeta
http://sekolahkami.synthasite.com