Anda di halaman 1dari 11

Makalah Urgensi Pengelompokan

- March 19, 2017

A. latar belakang
  
Setelah peserta didik di ulang, mereka perlu di kelompokkan atau di klasifikasikan.
Pengklasifikasikan demikian, bukan di maksud untuk mengotak-ngotakkan peserta didik
melaikan justru di maksud kan untuk membantu keberhasilan belajarmereka. Oleh karena itu
pengelompokan tidak boleh dilaksanakan dalam rangka keperluan lain, selain untuk keperluan
dan kebaikan peserta didik sendiri.

Pada bab ini akan di bahas berturut-turut mengenai Urgensi Pengelompokan, makna
pengelompokan, serta jenis jenis pengelompokan peserta didik.
      Pengelompokan peserta didik di kemukakan oleh para ahli. Didalam buku
‘’ eka prihatin ‘’,  mitchun (1990) yaitu ada dua pengelompokan peserta didik yaitu

1.      Ability grouping yaitu pengelompokan bedasarkan kemampuan didalam setting sekolah


2.      Sub- grouping with in the class yaitu pengelompokan bedasarkan kemampuan didalam setting
sekolah

Pengelompokan yang didasarkan atas kemampuan adalah suatu pengelompokan dimana


peserta didik yang pandai dikumpulkan dengan yang pandai, dan yang kurang pandai
dikumpulkan dengan yang kurang pandai. Sementara pengelompokan dalam setting kelas adalah
suatu pengelompokan dimana peserta didik pada masing-masing kelas, dibagi menjadi beberapa
kelompok kecil, pengelompokan ini juga memberi kesempatan kepada masing-masing individu
untuk masuk kedalam lebih dari satu kelompok.

     

Urgensi Pengelompokan
1.Urgensi Pengelompokan

Pengelompokan atau lazim dikenal dengan grouping didasarkan atas pandangan bahwa


disamping peserta didik tersebut mempunyai kesamaan, juga mempunyai perbedaan. Kesamaan-
kesamaan yang ada pada peserta didik melahirkan pemikiran penempatan pada kelompok yang
sama, sementara perbedaan-perbedaan yang ada pada peserta didik melahirkan pemikiran
pengelompokan mereka pada kelompok yang berbeda.
Jika perbedaan antara peserta didik satu dengan yang lain dicermati lebih mendalam,
akan didapati perbedaan antara individu dan perbedaan intra individu. Yang pertama berkenaan
dengan berbedanya peserta didik satu dengan yang lain dalam kelas, dan yang kedua berkenaan
dengan berbedanya kemampuan masing-masing peserta didik dalam berbagai mata pelajaran
atau bidang studi.
Perbedaan antar peserta didik dan intra peserta didik ini mengharuskan layanan
pendidikan yang berbeda terhadap mereka. Oleh karena layanan yang berbeda secara individual
demikian dianggap kurang efisien, maka dilakukan pengelompokan berdasarkan persamaan dan
perbedaan peserta didik, agar kekurangan pada pengajaran secara klasikal dapat dikurangi.
Dengan perkataan lain, pengelompokan adalah konvergensi dari pengajaran sistem klasikal dan
sistem individual.
Alasan pengelompokan peserta didik juga didasarkan atas realitas bahwa peserta didik
secara terus-menerus bertumbuh dan berkembang. Pertumbuhan dan perkembangan peserta didik
satu dengan yang lain berbeda. Agar perkembangan peserta didik yang cepat tidak mengganggu
peserta didik yang lambat dan sebaliknya (peserta didik yang lambat tidak mengganggu yang
cepat), maka dilakukanlah pengelompokan peserta didik . Tidak jarang dalam pengajaran yang
menggunakan sistem klasikal, peserta didik yang lambat, tidak akan dapat mengejar peserta didik
yang cepat.

2. Makna Pengelompokan

Pengelompokan atau grouping adalah pengelompokan peserta didik berdasarkan


karakteristik-karakteristiknya. Karakteristik demikian perlu digolongkan, agar mereka berada
dalam kondisi yang sama. Adanya kondisi yang sama ini bisa memudahkan pemberian layanan
yang sama. Oleh kerena itu, pengelompokan (grouping) ini lazim dengan istilah
pengklasifikasian (clasification).

Sebagaimana disebutkan di atas, bahwa pengelompokan bukan dimaksudkan untuk


mengkotak-kotakkan peserta didik, melainkan justru bermaksud membantu mereka agar dapat
berkembang seoptimal mungkin. Jika maksud pengelompokan demikian malah tidak tercapai,
maka peserta didik justru tidak perlu dikelompokan atau digolong-golongkan.

Dengan adanya pengelompokan peserta didik juga akan mudah dikenali. Sebab, tidak
jarang, peserta didik di dalam kelas, berada dalam keadaan heterogen dan bukannya homogen.
Tentu, heterogenitas demikian, seberapa dapat diketahui tingkatannya sangat bergantung
kemampuan diskriminan alat ukur yang digunakan untuk membedakan. Semakin tinggi tingkat
kemampun membedakan alat ukur yang dipergunakan, semakin tinggi pula tingkat heterogenitas
peserta didik yang ada di sekolah.

Adapun alat ukur yang lazim dipergunakan untuk membedakan peserta didik antara lain
adalah tes. Dalam hal ini, banyak tes yang dapat dipergunakan untuk membedakan peserta didik.
Tes kemampuan umum seperti tes kemampuan verbal dan numerikal, dapat dipergunakan untuk
membedakan kemapuan umum peserta didik. Tes keklerekan dapat dipergunakan untuk
membedakan kecepatan kerja dan kecermatan kerja peserta didik. Tes minat dapat dipergunakan
untuk membedakan minat yang dimiliki oleh peserta didik. Tes prestasi belajar dapat
dipergunakan untuk membedakan daya serap masing-masing peserta didik terhadap bahan ajaran
yang telah disampaikan kepada peserta didik. Tes kepribadian dipergunakan untuk membedakan
integritas dan kepribadian peserta didik. Dan, masih banyak lagi jenis-jenis tes lain yang dapat
membedakan kemampuan peserta didik.

3.Jenis-Jenis Pengelompokan Peserta Didik

A. Pengelompokan Berdasarkan Minat (Interest Grouping)

Yang dimaksud dengan interest grouping adalah pengelompokan yang didasarkan atas
minat peserta didik. Peserta didik yang berminat pada pokok bahasan tertentu, pada kegiatan
tertentu, pada topik tertentu atau tema tertentu, membentuk ke dalam suatu kelompok.
B.Pengelompokan Berdasarkan Kebutuhan Khusus (Special Need Grouping)

Yang dimaksud dengan special need grouping, adalah pengelompokan berdasarkan


kebutuhan-kebutuhan khusus peserta didik. Peserta didik yang sebenarnya sudah tergabung
dalam kelompok-kelompok, dapat membentuk kelompok baru untuk belajar ketrampilan khusus.

C. Pengelompokan Beregu (Team Grouping)

Yang dimaksdud dengan team grouping adalah suatu kelompok yang terbentuk karena
dua atau lebih peserta didik ingin bekerja dan belajar secara bersama memecahkan masalah-
masalah khusus.

D. Pengelompokan Tutorial (Tutorial Grouping)

Yang dimaksud dengan tutorial grouping adalah suatu pengelompokan di mana peserta
didik bersama-sama dengan guru merencanakan kegiatan-kegiatan kelompoknya. Dengan
demikian, apa yang dilakukan oleh kelompok bersama dengan guru tersebut, telah disepakati
terebih dahulu. Antara kelompok satu dengan yang lain, bisa berbeda kegiatannya, karena
mereka sama-sama mempunyai otonomi untuk menentukan kelompoknya masing-masing.

E. Pengelompokan Penelitian (Research Grouping)

Yang dimaksud dengan research grouping adalah suatu pengelompokan di mana dua atau
lebih peserta didik menggarap suatu topik khusus untuk dilaporkan di depan kelas. Bagaimana
cara penggarapan, penyajian serta sistem kerja yang dipergunakan bergantung kepada
kesepakatan anggota kelompok.   

F. Pengelompokan Kelas Utuh (Full-Class Grouping)

Yang dimaksud dengan ful-class grouping adalah suatu pengelompokan di mana peserta
didik secara bersama-sama mempelajari dan mendapatkan pengalaman di bidang seni. Misalnya
saja kelompok yang berlatih drama, musik, tari dan sebagainya.
G. Pengelompokan Kombinasi (Combined Class Grouping)

Yang dimaksud dengan combined class grouping adalah suatu pengelompokan di mana
dua atau lebih kelas yang dikumpulkan dalam suatu ruangan untuk bersama-sama menyaksikan
pemutaran film, slide, TV dan media audio visual lainnya.

Menurut Regan (1996), ada 7 macam pengelompokan atau grouping. Pengelompokan


yang dikemukakan oleh Regan tersebut didasarkan atas realitas pendidikan di sekolah dasar.
Ketujuh pengelompokan tersebut adalah: the non grade elementary school, muli grade and multi
age grouping, the dual progress plan, self-contained classroom, team teaching,
departementalisasi dan ability grouping.

H. SD Tanpa Tingkat (The Non Grade Elementary School)

Yang dimaksud dengan the non grade elementary school adalah sekolah dasar tanpa
tingkat. Sekolah dasar tanpa tingkat ini memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada peserta
didik untuk mengambil mata pelajaran berdasarkan kemampuan masing-masing individu peserta
didiknya. Bahkan peserta didik dapat mengambil mata pelajaran yang mungkin sama dengan
mereka yang angkatan masuknya tidak sama.

Pada sistem demikian, tidak ada peserta didik yang dinyatakan naik tingkat dan peserta didik
yang tidak naik tingkat. Sebab, tingkat itu sendiri, dalam sistem yang demikian tidak dikenal.
Adanya kelas, tidak menunjukkan tingkatannya, melainkan lebih dipandang sebagai kode atau
ruang kelas.

Sistem sekolah dasar tanpa tingkat ini, menggunakan sistem pengajaran secara kelompok,
di mana seorang guru melayani kelompok-kelompok yang anggota kelompok tersebut
mempunyai kemajuan, keinginan dan kebutuhan yang sama. Mereka mempunyai kesamaan
demikian, tidak saja yang berada satu angkatan melainkan dapat juga dari angkatan tahun yang
berbeda-beda.
    
Adapun keuntungan sistem pengelompokan demikian adalah sebagai berikut:

1.  Peserta didik tidak bosan, oleh karena pengajaran yang diberikan disesuikan dengan
minat dan kemampuannya
2.  Peserta didik akan puas, oleh karena apa yang ia dapatkan sesui benar dengan yang
mereka inginkan

Disamping ada kelebihan-kelebihan pengelompokan jenis ini, ada juga kekurangan-


kekurangannya, yaitu:

a.       Menyulitkan mutasi peserta didik ke sekolah lain, terutama jika peserta didik harus pindah
ke sekolah lain yang menggunakan sisitem tingkat. Tidak hanya itu, peserta didik juga akan sulit
mutasi jika di sekolah lain tersebut, jenis pengelompokannya tidak sama dengan sekolah asal.

b.      Karena segalanya banak bergantung kepada peserta didik, maka sulit mengharapkan
tercapainya kompetensi yang diharapkan. Sebab, kompetensi haruslah dirancang berdasarkan
seperangkat pengalaman belajar tertentu.

I.Pengelompokan Kelas Rangkap (Multigrade and Multi-Age Grouping)

Yang dimaksud dengan mutigrade and mult- age grouping adalah pengelompokan yang
multi tingkat dan multi usia. Pengelompokan demikian dapat terjadi pada sekolah-sekolah yang
menggunakan sistem tingkat. Pada pengelompokan demikian, peserta didik berbeda usianya,
dikelompokkan dalam tempat yang sama. Mereka berinteraksi dan belajar bersama-sama.
Adapun keuntungan pada sistem pengelompokan demikian adalah sebagai berikut:

1). Mendorong cepatnya sosialisasi peserta didik dengan lingkungan sebayanya.

2). Peserta didik yang usianya lebih muda dan lebih rendah tingktannya, jika mempunyai
kemampuan yang tinggi akan semakin mempunyai kepercayaan diri.

Sedangkan kekurangan sistem pengelompokan demikian adalah sebagai berikut:


1). Peserta didik yang lebih rendah tingkatannya, dan yang lebih rendah tingkatan usianya, akan
merasa dipaksakan menyesuaikan diri dengan peserta didik yang lebih tinggi usia dan
tingkatannya. Hal demikian bisa kurang menguntungkan, lebih-lebih jika mereka mempunyai
kemampuan rendah. Pemaksaan demikian, tidak jarang menjadikan peserta didik yang tertinggal
akan kian frustasi.

2). Peserta didik yang lebih tinggi usianya dan lebih tinggi tingkatannya, akan menjadi malas jika
mendapati bahwa anggota kelompok lain yang berasal dari usia dan tingkat yang lebih rendah
ternyata tidak dapat berbuat banyak untuk kelompoknya. Sebaliknya, jika ternyata lebih tinggi
kemampuannya, akan merasa dirinantersaingi dan bisa menjatuhkan privacy-nya.

J. Pengelompokan Kemajuan Rangkap (The Dual Progress Plan Grouping)

Yang dimaksud dengan the duel progress plan grouping adalah sistem pengelompokan
kemajuan rangkap. Sistem pengelompokan demikian dimaksudkan untuk mengatasi perbedaan-
perbedaan kemampuan individual di setiap umur dan setiap tingkat. Masing-masing peserta didik
diberi kesempatan untuk mengerjakan tugas-tugas guru sesuai dengan kemampuan mereka
masing-masing.

Keuntungan sistem pengelompokan kemajuan rangkap demikian ini adalah sebagai berikut:

1). Guru lebih banyak mengenal peserta didiknya, oleh karena layanan yang diberikan bersifat
individual.
2). Layanan yang diberikan oleh guru benar-benar sesuai dengan yang dibutuhkan, karena lebih
diarahkan pada pelayanan bakat khusus peserta didik.

Sementara itu, kekurangan sistem pengelompokan kemajuan rangkap adalah sebagai berikut:

a. Peserta didik sedikit kemungkinannya untuk maju secara oleh karena peserta didik tidak
memenuhi standar untuk naik tingkat harus mengulangi tugas-tugas guru sejak awal di
tingkatnya.

K. Penempatan Sekelompok Siswa pada Seorang Guru (Self-contained Classroom)


Yang dimaksud dengan self-contained classroom adalah penempatan sekelompok peserta
didik pada seorang guru sementara itu, sekelompok peserta didik yang lainnya ditempatkan pada
guru lainnya.

Beberpa keuntungan self-contained classroom adalah:

1)Guru akan mengenal peserta didik lebih mendalam, oleh karena lebih banak bertanggungjawab
terhadap kelompok peserta didik yang diajar.

2)Peserta didik akan lebih leluasa berpartisipasi dalam kelompoknya.

Sedangkan kekurangannya adalah:

1)Peserta didik hanya mendapatkan pengalaman dari seorang guru. Pada hal, pengalaman dari
banyak guru sangat penting bagi mereka. Peserta didik sesungguhnya sangat membutuhkan
pengalaman dari banyak guru.

2)Banyaknya bidang yang harus dikuasai oleh guru, mengharuskan guru mengadakan persiapan
terus-menerus, sehingga waktu guru lebih banyak dipergunakan untuk persiapan.

L. Pembelajaran Beregu (Team Teaching)

Yang dimaksud dengan team teaching adalah suatu pengelompokan yang di dalamnya
ada sekelompok peserta didik dibelajarkan oleh guru secara tim. Dalam pembelajaran ini, guru
lebih membatasi diri pada kapasitas keahliannya, dan sama sekali tidak mengajarkan apa yang
ada di luar keahliannya. Hal demikian dapat terjadi, oleh karena tidak jarang satu mata pelajaran
atau bidang studi, membutuhkan keahliannya yang bermacam-macam.

Dalam suatu tim, guru merancang pembelajaran secara bersama-sama dengan anggota
timnya, dan mengadakan pembagian yang jelas antara apa yang harus ia kerjakan sendiri, apa
yang harus dikerjakan oleh anggota tim yang lain, dan apa yang harus dikerjakan secara
bersama-sama secara tim. Peserta didik, dalam pembelajaran ini akan mendapatkan sesuatu
dalam perspektif yang lebih luas, mengingat sesuatu yang dipelajari, dikemukakan oleh guru dari
berbagai macam perspektif keahlian.

Keuntungan sistem pengelompokan demikian adalah:

1)Setiap angota tim pembelajar, akan bekeja sesuai dengan sudut pandang keahliannya. Hal ini
tidak saja bermanfaat bagi peserta didiknya yang mendapatkan pengetahuan lebih luas,
melainkan juga bermanfaat bagi guru itu sendiri. Guru-guru ang terlibat dala tim, kerena terus-
menerus mengembangkan nya, akhirnya mereka nantinya akan ahli benar dalam bidangnya.

Sedangkan kekurangannya adalah:

1)Jika anggota tim tidak baik kerja samanya, tidak mustahil justru menggagalkan pembelajaran
tim.

M.Departementalisasi

Yang dimaksud dengan departementalisasi adalah suatu sistem pengelompokan peserta


didik, yang di dalamnya guru hanya mengkhususkan diri pada mata pelajaran tertentu. Oleh
karena guru hanya mengkhususkan diri pada mata pelajaran tertentu, maka yang mereka ajarkan
hanyalah mata pelajaran tertentu juga.

Beberpa keuntungan sistem pengelompokan deprtementalisasi adalah sebagai berikut:

1)Guru akan lebih kompeten mengajarnya, oleh karena ia mendalami terhadap apa yang akan
mereka ajarkan. Kompetensi mereka setidak-tidaknya pada penguasaan bahan ajaran.

Kekurangan sistem pengelompokan demikian adalah:

1)Mengingat guru terpacu dengan keahliannya sendiri, maka pada saat guru yang lain tidak
hadir, dia tidak bisa menggatikannya.

N.Pengelompokan Berdasarkan Kemampuan (Ability Grouping)


Yang dimasksud dengan ability grouping adalah pengelompokan berdasarkan
kemampuan peserta didik. Peserta didik yang mempunyai tingkat kemampuan yang sama
ditempatkan pada kelompok yang sama. Peserta didik yang sama-sama tinggi kemampuannya
ditempatkan pada kelompok yang kemampuannya tinggi, sementara peserta didik yang
kemampuannya rendah ditempatkan dalam kelompok peserta didik yang berkemampuan rendah.

Keuntungan ability grouping adalah:

a)Guru akan mudah menyesuaikan pengajarannya sesuai dengan kemampuan peserta didiknya.

b)Peserta didik yang mempunyai kemampuan lebih tingi, tidak merasa terhambat
perkembangannya oleh peserta didik yang berkemampuan rendah.

Kelemahan ability grouping adalah:

a)Guru harus membuat persiapan yang berbeda-beda, ada rancangan pembelajaran yang
dikhususkan untuk peserta didik berkemampuan rendah, dan ada yang dikhususkan untuk peserta
didik yang berkemempuan tinggi.

  

BAB III
PENUTUP

A.kesimpulan

Pengelompokan atau lazim dikenal dengan grouping didasarkan atas pandangan bahwa


disamping peserta didik tersebut mempunyai kesamaan, juga mempunyai perbedaan. Kesamaan-
kesamaan yang ada pada peserta didik melahirkan pemikiran penempatan pada kelompok yang
sama, sementara perbedaan-perbedaan yang ada pada peserta didik melahirkan pemikiran
pengelompokan mereka pada kelompok yang berbeda.
Pengelompokan atau grouping adalah pengelompokan peserta didik berdasarkan
karakteristik-karakteristiknya. Karakteristik demikian perlu digolongkan, agar mereka berada
dalam kondisi yang sama. Adanya kondisi yang sama ini bisa memudahkan pemberian layanan
yang sama. Oleh kerena itu, pengelompokan (grouping) ini lazim dengan istilah
pengklasifikasian (clasification).
Sebagaimana disebutkan di atas, bahwa pengelompokan bukan dimaksudkan untuk
mengkotak-kotakkan peserta didik, melainkan justru bermaksud membantu mereka agar dapat
berkembang seoptimal mungkin. Jika maksud pengelompokan demikian malah tidak tercapai,
maka peserta didik justru tidak perlu dikelompokan atau digolong-golongkan.

DAFTAR PUSAKA

Imron, ali. 2004 manajemen pesertadidik berbasis sekolah. Malang : depdiknas universitas negeri
malang prodi manajemen pendidikan.
Prihatin, eka 2011 manajemen peserta didik. Bandung : Alfabeta
http://sekolahkami.synthasite.com

Anda mungkin juga menyukai