Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Peserta didik merupakan salah satu unsur kegiatan belajar mengajar
dimana dalam proses belajar mengajar itu peserta didik perlu untuk dikelompok-
kelompokkan. Pengelompokan atau lazim dikenal dengan grouping didasarkan
atas pandangan bahwa disamping peserta didik tersebut mempunyai kesamaan,
juga mempunyai perbedaan. Kesamaan-kesamaan yang ada pada peserta didik
melahirkan pemikiran penempatan pada kelompok yang sama, sementara
perbedaan-perbedaan yang ada melahirkan pemikiran pengelompokan mereka
pada kelompok yang berbeda.
Jika perbedaan antara peserta didik satu dengan yang lain dicermati lebih
mendalam, akan didapati perbedaan antara individu dan perbedaan intra individu.
Yang pertama berkenaan dengan berbedanya peserta didik satu dengan yang lain
dalam kelas, dan yang kedua berkenaan dengan berbedanya kemampuan masing-
masing peserta didik dalam berbagai mata pelajaran atau bidang studi. Perbedaan
antar peserta didik dan intra peserta didik ini mengharuskan layanan pendidikan
yang berbeda terhadap mereka. Oleh karena layanan yang berbeda secara
individual demikian dianggap kurang efisien, maka dilakukan pengelompokan
berdasarkan persamaan dan perbedaan peserta didik, agar kekurangan pada
pengajaran secara klasikal dapat dikurangi.
Alasan pengelompokan peserta didik juga didasarkan atas realitas bahwa
peserta didik secara terus menerus bertumbuh dan berkembang. Dengan adanya
pertumbuhan dan perkembangan tersebut peserta didik diharuskan mampu
mengembangkan potensinya seoptimal mungkin, maka dilakukanlah
pengelompokan peserta didik. Oleh karena itu penting adanya pengelompokan
peserta didik, berikut akan dibahas lebih lanjut mengenai Pengaturan
Pengelompokan Peserta Didik.

1
B.  Rumusan Masalah
1. Apa alasan perlunya pengaturan pengelompokan peserta didik?
2. Apa pengertian, tujuan, dan fungsi dari pengaturan pengelompokan peserta
didik?
3. Apa yang menjadi dasar pengelompokan peserta didik?
4. Bagaimana teknik-teknik pengelompokan peserta didik?
5. Apa saja jenis pengelompokan peserta didik?

C.  Tujuan
1. Menjelaskan alasan perlunya pengaturan pengelompokan peserta didik
2. Menjelaskan pengertian, tujuan, dan fungsi dari pengaturan pengelompokan
peserta didik.
3. Menjelaskan dasar pengelompokan peserta didik.
4. Menguraikan teknik-teknik pengelompokan peserta didik.
5. Menjelaskan jenis-jenis pengelompokan peserta didik.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengelolaan Peserta Didik


Menurut Machali (2016:190) Peserta didik adaah anggota masyarakat
yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang
tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu. Oemar Hamalik
mendefinisikan peseta didik sebagai suatu komponen masukan dalam system
pendidikan yang selanjutnya diproses dalam proses pendidikan, sehingga
menjadi manusia yang berkualitas sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.
Untuk mencapai tujuan pendidikan yang berkualitas diperlukan
manajemen pendidikan yang dapat memobilisasi segala sumber daya
pendidikan. Manajemen pendidikan itu terkait dengan manajemen peserta
didik yang isinya merupakan pengelolaan dan juga pelaksanaannya. Fakta-
fakta dilapangan ditemukan sistem pengelolaan anak didik masih
menggunakan cara-cara konvensional dan lebih menekankan pengembangan
kecerdasan dalam arti yang sempit dan kurang memberi perhatian kepada
pengembangan bakat kreatif peserta didik. Padahal Kreativitas disamping
bermanfaat untuk pengembangan diri anak didik juga merupakan kebutuhan
akan perwujudan diri sebagai salah satu kebutuhan paling tinggi bagi manusia.
Perkembangan anak didik yang baik adalah perubahan kualitas yang
seimbang baik fisik maupun mental. Tidak ada satu aspek perkembangan
dalam diri anak didik yang dinilai lebih penting dari yang lainnya. Oleh
karena itu, teori kecerdasan majemuk yang dikembangkan oleh psikolog asal
Amerika Serikat, Gardner dinilai dapat memenuhi kecenderungan
perkembangan anak didik yang bervariasi.

3
Tahapan dalam Pengelolaan Peserta Didik diantaranya :
1. Analisis kebutuhan peserta didik. Langkah pertama dalam kegiatan
manajemen peserta didik adalah melakukan analisis kebutuhan yaitu
penetapan siswa yang dibutuhkan oleh lembaga pendidikan (sekolah).
2. Rekruitmen peserta didik. Rekruitmen peserta didik di sebuah lembaga
pendidikan (sekolah) pada hakekatnya adalah merupakan proses
pencarian, menentukan dan menarik pelamar yang mampu untuk menjadi
peserta didik di lembaga pendidikan (sekolah) yang bersangkutan.
3. Seleksi peserta didik. Seleksi peserta didik adalah kegiatan pemilihan
calon peserta didik untuk menentukan di terima atau tidaknya calon
peserta didik di lembaga pendidikan (sekolah) tersebut berdsarkan
ketentuan yang berlaku.
4. Orientasi peserta didik (siswa baru) adalah kegiatan penerimaan siswa
baru dengan mengenalkan situasi dan kondisi lembaga pendidikan
(sekolah) tempat peserta didik itu menempuh pendidikan.
5. Penempatan peserta didik (pembagian kelas). Sebelum peserta didik
yang diterima pada sebuah lembaga pendidikan (sekolah) mengikuti
proses pembelajaran, terlebih dahulu perlu ditempatkan dan
dikelompokkan dalam kelompok belajarnya. Pengelompokkan peserta
didik yang dilaksanakan pada sekolah-sekolah sebagian besar didasarkan
kepada sistem kelas.
6. Pembinaan dan pengembangan peserta didik. Langkah berikutnya
dalam manajemen peserta didik adalah melakukan pembinaan dan
pengembangan terhadap peserta didik.
7. Pencatatan dan pelaporan. Pencatatan dan pelaporan tentang peserta
didik di sebuah lembaga pendidikan (sekolah) sangat di perlukan.
8. Kelulusan dan alumni. Proses kelulusan adalah kegiatan paling akhir dari
manajemen peserta didik. Kelulusan adalah pernyataan dari lembaga
pendidikan (sekolah) tentang telah di selesaikannya program pendidikan 
yang harus di ikuti oleh peserta didik.

4
B. Pengelompokan Peserta Didik
Berdasarkan UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS (Sistem
Pendidikan Nasional), peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha
mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada
jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu. Setelah melakukan daftar ulang di
lembaga pendidikan yang dikehendaki, peserta didik perlu dikelompok-
kelompokkan atau diklasifikasikan. Secara umum pengelompokan sering
dikenal dengan grouping. Pengelompokan peserta didik ini tidak dimaksudkan
untuk membeda-bedakan peserta didik berdasarkan keahlian dan tingkat
kepandaiannya, melainkan maksud pengelompokan ini untuk membantu
dalam proses belajar mengajar demi keberhasilan peserta didik. Dengan kata
lain, pengelompokan peserta didik bermaksud untuk membantu peserta didik
mengembangkan kemampuannya seoptimal mungkin sehingga
pengelompokan tidak boleh diartikan lain kecuali untuk proses pengembangan
peserta didik tersebut.
Pengelompokan peserta didik didasarkan atas pandangan bahwa
disamping peserta didik mempunyai kesamaan, peserta didik juga mempunyai
perbedaan. Kesamaan-kesamaan yang ada pada peserta didik melahirkan
pemikiran penempatan pada kelompok yang sama, sementara perbedaan-
perbedaan yang ada pada peserta didik melahirkan pemikiran pengelompokan
mereka pada kelompok yang berbeda.
Berbedanya antar peserta didik dan intra peserta didik, mengharuskan
layanan pendidikan yang berbeda terhadap mereka. Oleh karena layanan yang
berbeda secara individual demikian dianggap kurang efisien, maka
dilakukanlah pengelompikab berdasarkan persamaan dan perbedaab peserta
didik agar kekurangan pada pengajarab secara klasikal dapat dikurangi.
Dengan perkataan lain, pengelompokan adalah konvergensi dari pengajaran
sistem klasikal dan sistem individual.
Alasan pengelompokan peserta didik juga didasarkan atas realitas
bahwa peserta didik secara terus-menerus bertumbuh dan berkembang.
Pertumbuhan dan perkembangan peserta didik satu dengan yang lain berbeda.

5
Agar perkembangan peserta didik yang cepat tidak mengganggu peserta didik
yang lambat dan begitu sebaliknya, dilakukanlah pengelompokan peserta
didik.

C. Pengertian, Tujuan, Fungsi


Menurut Imron (2015:97), pengelompokan atau grouping adalah
penggolongan peserta didik berdasarkan karakteristik-karakteristiknya.
Karakteristik demikian perlu digolongkan, agar mereka berada dalam kondisi
yang sama. Adanya kondisi yang sama ini bisa memudahkan pemberian
layanan yang sama. Oleh karena itu, pengelompokan ini lazim juga dikenal
dengan istilah pengklasifikasian (classification).
Adanya pengelompokan peserta didik berdasarkan karakteristik-
karakteristiknya tersebut, tujuan dari adanya pengelompokan
atau grouping adalah untuk menjalankan dan melaksanakan kegiatan-kegiatan
di sekolah seperti kegiatan proses belajar-mengajar dengan lancar dan tertib
sehingga dapat mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang telah direncanakan.
Tujuan lain yaitu untuk membantu meningkatkan perkembangan kemampuan
peserta didik baik perkembangan peserta didik yang cepat maupun lambat
agar tidak saling mengganggu antara peserta didik yang berkembang cepat
dengan peserta didik yang berkembang lambat. Hal ini dikarenakan peserta
didik akan mendapat perlakuan yang berbeda disesuaikan dengan tempat atau
kelompok peserta didik tersebut dimana kelompok itu disesuaikan dengan
kemampuan peserta didik.
Dengan adanya pengelompokan, peserta didik akan mudah dikenali
sebab, tidak jarang dari peserta didik di dalam kelas berada dalam keadaan
heterogen dan bukannya homogen. Tentu, heterogenitas demikian dapat
diketahui tingkatannya sesuai kemampuan diskriminan alat ukur yang
dipergunakan untuk membedakan. Semakin tinggi tingkat kemampuan
membedakan alat ukur yang dipergunakan, semakin tinggi pula tingkatan
heterogenitas peserta didik yang ada di sekolah.

6
Adapun alat ukur yang lazim dipergunakan untuk membedakan peserta
didik antara lain adalah tes. Dalam hal ini, banyak tes yang dapat
dipergunakan untuk membedakan kemampuan peserta didik. Tes kemampuan
umum seperti tes kemampuan verbal dan numerikal, dapat dipergunakan
untuk membedakan kemampuan umum peserta didik. Tes keklerekan dapat
dipergunakan untuk membedakan kecepatan kerja dan kecermatan kerja
peserta didik. Tes minat dapat dipergunakan untuk membedakan minat yang
dimiliki oleh peserta didik. Tes prestasi belajar dapat digunakan untuk
membedakan daya serap masing-masing peserta didik terhadap bahan ajaran
yang telah disampaikan kepada peserta didik. Tes kepribadian dapat
dipergunakan untuk membedakan integritas dan pribadi peserta didik.
Menurut Yeager (Imron, 2015:112) dalam pengelompokan peserta
didik didasarkan atas dua fungsi yaitu fungsi integrasi dan fungsi perbedaan.
Fungsi integrasi yaitu pengelompokan berdasarkan kesamaan-kesamaan
peserta didik. Pengelompokkan ini berdasarkan jenis kelamin, umur, dan
sebagainya. Pengelompokkan berdasarkan fungsi ini menghasilkan
pembelajaran yang bersifat klasikal. Fungsi perbedaan, yaitu pengelompokkan
peserta didik didasarkan kepada perbedaan-perbedaan yang ada dalam
individu peserta didik, seperti minat, bakat, kemampuan, dan sebagainya.
Pengelompokkan berdasarkan fungsi ini menghasilkan pembelajaran yang
bersifat individual.

D. Dasar Pengelompokan Peserta Didik


Hendyat Soetopo (1982) dalam Imron (1995:86) mengemukakan
empat dasar pengelompokkan peserta didik, yaitu: friendship
grouping,  achievement grouping, aptitude grouping, attention or interest
grouping dan intelligent grouping.
1. Friendship Grouping
Friendship grouping adalah pengelompokan peserta didik yang
didasarkan atas kesukaan memilih teman. Pengelompokan jenis ini
menimbulkan kecenderungan menjadikan pserta didik yang pandai dengan

7
yang pandai dan peserta didik yang kurang pandai dengan anak yang
kurang pandai juga. 
2. Achievement Grouping
Achievement grouping, adalah pengelompokan yang didasarkan
atas prestasi peserta didik.
3. Aptitude Grouping
Aptitude grouping, adalah pengelompokan peserta didik yang
didasarkan atas kemampuan dan bakat.
4. Attention or Interest Grouping
Attention or interest grouping, adalah pengelompokan yang
didasarkan atas minat peserta didik.
5. Intelligent Grouping
Intelligent grouping, adalah pengelompokan yang didasarkan atas
hasil tes kecerdasan atau intelegensi.

E. Teknik-Teknik Pengelompokan Peserta Didik


Teknik-teknik pengelompokan peserta didik dapat didasarkan pada
tiga aspek yaitu berdasarkan kemampuan, berdasarkan kegiatan, dan
berdasarkan sosio-emosional.
1. Berdasarkan Kemampuan
a) Kemampuan siswa dalam setiap pelajaran tidak sama. Bisa saja siswa
yang kuat di bahasa, ternyata lemah di matematika.
b) Pengelompokkan kemampuan siswa dapat berubah sewaktu-waktu dan
berubah-rubah untuk setiap mata pelajaran, bahkan untuk suatu konsep
tertentu. Akan mudah bagi seorang guru apabila siswa yang memilliki
kemampuan yang sama berada duduk di meja yang sama.
c) Guru dapat memotivasi dan menjelaskan materi pada saat yang
bersamaan. Guru dapat berkeliling untuk melihat sejauh mana
perkembangan kemampuan setiap siswa.

8
2. Berdasarkan Kegiatan
a) Pada proses belajar dengan jenis pengelompokkannya berdasarkan
kebutuhan saja.
b) Pada saat pengelompokkan, bisa saja berubah-rubah kapan saja dan
anggota kelompok bisa tidak sama dimana tujuan akhirnya adalah ke
pekerjaan yang ditugaskan. Tugas kelompok akan sangat baik bagi
siswa karena akan berpengaruh terhadap pembentukan karakter.
c) Dalam tugas kelompok, siswa akan belajar menjadi seorang pemimpin,
anggota kelompok yang baik, bagaimana harus mendengarkan
pendapat temannya, memberikan usulan dan sebagainya.
3. Berdasarkan Sosial Emosional
a) Tidak semua siswa memiliki kematangan emosi yang sama, sifatnya
pun berbeda pula.Untuk membantu sosial emosional siswa, gurudapat
mengelompokkan mereka dengan melihat karakter yang ada. Misalnya,
untuk siswa yang pemalu dapat dikelompokkan dengan siswa yang
agak berani, agar termotivasi dalam mengekspresikan diri.
b) Kegiatan yang diberikan dapat berupa kegiatan apa saja.
Pengelompokkan ini harus direncanakan pula dalam penulisan lesson
plan, dan akan sangat bermanfaat pada saat memberikan laporan
kepada orang tua murid.
c) Banyak orang melupakan perkembangan sosial emosional siswa,
padahal hal ini akan sangat berpengaruh terhadap learning style siswa
bersangkutan.

F. Jenis-Jenis Pengelompokkan Peserta Didik


Menurut Mitchun (1960) dalam Imron (1995) mengemukakan dua
jenis pengelompokan peserta didik yaitu ability grouping dan sub grouping
with in the class.Ability grouping adalah pengelompokan berdasarkan
kemampuan di dalam setting sekolah. Sedangkan sub grouping with in the
class adalah pengelompokan dalam setting kelas.

9
Pengelompokan yang didasarkan atas kemampuan adalah suatu
pengelompokan dimana peserta didik yang pandai dikumpulkan dengan yang
pandai, yang kurang pandai dikumpulkan dengan yang kurang pandai.
Sementara, pengelompokan dalam setting kelas adalah suatu kelompok
dimana peserta didik pada masing-masing kelas, dibagi lagi menjadi beberapa
kelompok kecil. Pengelompokan ke dalam kelompok-kelompok kecil
demikian, juga memberi kesempatan kepada masing-masing individu untuk
masuk ke dalam lebih dari satu kelompok yang dibentuk berdasarkan
karakteristik individu. Terdapat beberapa macam kelompok kecil di dalam
kelas ini, yaitu: interest grouping, special need grouping, team grouping,
tutorial grouping, research grouping, full class grouping, dan combined class
grouping

1. Pengelompokan Berdasarkan Minat (Interest Grouping)


Interest Grouping, adalah pengelompokan yang didasarkan atas
minar peserta didik seperti minat pada pokok bahasan, kegiatan, topik atau
tema tertentu.

2. Pengelompokan Berdasarkan Kebutuhan Khusus (Special Need


Grouping)
Special Need Grouping, adalah pengelompokan berdasarkan
kebutuhan-kebutuhan khusus peserta didik. Maksudnya peserta didik yang
telah tergabung ke dalam kelompok-kelompok tertentu dapat membentuk
kelompok baru untuk belajar keterampilan khusus.
3. Pengelompokan Beregu (Team Grouping)
Team Grouping, adalah suatu kelompok yang terbentuk karena dua
atau lebih peserta didik yang ingin bekerja dan belajar secara bersama
memecahkan masalah-masalah khusus.
4. Pengelompokan Tutorial (Tutorial Grouping)
Tutorial Grouping, adalah suatu pengelompokan dimana peserta
didik bersama-sama dengan guru merencanakan kegiatan-kegiatan

10
kelompoknya. Antara kelompok satu dengab yang lain, bisa berbeda
kegiatannya, karena mereka sama-sama mempunyai otonomi untuk
menentukan kelompok masing-masing.
5. Pengelompokan Penelitian (Research Grouping)
Research Grouping, adalah suatu pengelompokan dimana dua atau
lebih peserta didik menggarap suatu topik khusus untuk dilaporkan di
depan kelas.
6. Pengelompokan Kelas Utuh (Full Class Grouping)
Full Class Grouping, adalah suatu pengelompokan dimana peserta
didik secara bersama-sama mempelajari dan mendapatkan pengalaman di
bidang seni.
7. Pengelompokan Kombinasi (Combined Class Grouping)
Combined Class Grouping, adalah suatu pengelompokan dimana
dua atau lebih kelas yang dikumpulkab dalam suatu ruangan untuk
bersama-sama menyaksikan pemutaran film, slide, TV, dan media audio
visual lainnya.
Menurut Ragan (1966) dalam Imron (1995), ada 7 macam
pengelompokan peserta didik yang didasarkan atas realitas pendidikan di
sekolah, yaitu: the non grade elementary school, multi grade and multi
age grouping, the duel progress plan, self contained classroom, team
teaching, departementalisasi dan ability school.

11
BAB III
PENUTUP

A.  Kesimpulan
Pengelompokan peserta didik didasarkan atas pandangan bahwa
disamping peserta didik mempunyai kesamaan, peserta didik juga mempunyai
perbedaan. Kesamaan-kesamaan yang ada pada peserta didik melahirkan
pemikiran penempatan pada kelompok yang sama, sementara perbedaan-
perbedaan yang ada pada peserta didik melahirkan pemikiran pengelompokan
mereka pada kelompok yang berbeda.
Jika perbedaan antara peserta didik satu dengan yang lain dicermati lebih
mendalam, akan didapati perbedaan antar individu dan perbedaan intra individu.
Yang pertama lebih teraksentuasi pada berbedanya peserta didik satu dengan yang
lain dalam kelas. Kedua, lebih teraksentuasi pada berbedanya kemampuan
masing-masing peserta didik dalan berbagai mata pelajaran atau bidang studi.
Pengelompokan peserta didik juga didasarkan atas realitas bahwa peserta didik
secara terus-menerus bertumbuh dan berkembang. Pertumbuhan dan
perkembangan peserta didik satu dengan yang lain berbeda. Agar perkembangan
peserta didik yang cepat tidak mengganggu peserta didik yang lambat dan begitu
sebaliknya, dilakukanlah pengelompokan peserta didik.

B.  Saran
Dalam pengelompokan peserta didik sebaiknya sekolah tidak hanya
melihat memperhatikan hobi dan keaktifannya, tetapi juga harus dilihat dari
kelebihan atau bakat yang dimiliki peserta didik, karena tidak semua peserta didik
memiliki bakat atau kelebihan yang sama. Dalam hal ini dapat mempermudah
peserta didik dan guru dalam proses pembelajaran.

12
DAFTAR PUSTAKA

https://afidburhanuddin.wordpress.com/2014/01/22/pengelolaan-peserta-didik/

http://www.doublehelixprivat.com/2009/05/teknik-pengelompokan-siswa.html.

Imron, Ali.  1995. Manajemen Peserta Didik Di Sekolah. Malang: Depdikbud


IKIP Malang.

Imron, Ali. 2015. Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah. Jakarta: Bumi


Aksara.

Machali, Imam. 2016. Education Manajement. Jakarta: Kencana.

Undang-Undang SISDIKNAS (UU RI No. 20 Th 2003). 2014. Jakarta: Sinar


Grafika.

13

Anda mungkin juga menyukai