Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

MANAJEMEN PESERTA DIDIK

Tentang

PENGELOMPOKAN PESERTA DIDIK

Oleh:

Kelompok VI

Diana Rizki Nasution : 1814030017

Dinara Selfina : 1814030026

Vera Harfeni : 1814030038

Dosen Pembimbing:

Drs. Yusrizal Wahab Lubis, M. Pd

Syukra Vadhillah, M. Pd

JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM (A)

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

IMAM BONJOL PADANG

1441 H/2020 M
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat,
taufik serta hidayah-Nya sehingga pemakalah dapat menyelesaikan tugas
penulisan makalah yang berjudul “Pengelompokan Peserta Didik”.

Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada junjungan kita Nabi


Muhammad SAW serta keluarga, sahabat, dan para penerus risalahnya yang telah
berjuang keras untuk umatnya membangun mencapai zaman yang terang
benderang.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk para pembaca guna


mendapatkan wawasan dan pengetahuan terlebih untuk pemakalah pribadi. Oleh
karena itu kritikan, saran, dan masukan yang membangun dari pembaca sangat
kami harapkan guna untuk penyempurnaan makalah ini kedepannya. Akhir kata
penulis ucapkan terima kasih dan semoga makalah ini bermanfaat sesuai dengan
fungsinya.

Padang, 6 Maret 2020

Pemakalah

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI...........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...............................................................................................
B. Rumusan Masalah..........................................................................................
C. Tujuan Penulisan............................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. Urgensi Pengelompokan Peserta Didik..........................................................


B. Wacana Pengelompokan Peserta Didik.........................................................
C. Jenis-Jenis Pengelompokan Peserta Didik.....................................................
D. Pengelompokan dan Penjurusan Peserta Didik..............................................

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan....................................................................................................
B. Saran………………………………………………………………………..

DAFTAR PUSTAKA

ii

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Peserta didik merupakan salah satu unsur kegiatan belajar mengajar
dimana dalam proses belajar mengajar itu peserta didik perlu untuk
dikelompok-kelompokkan. Pengelompokan atau lazim dikenal dengan
grouping didasarkan atas pandangan bahwa disamping peserta didik tersebut
mempunyai kesamaan, juga mempunyai perbedaan. Kesamaan-kesamaan
yang ada pada peserta didik melahirkan pemikiran penempatan pada
kelompok yang sama, sementara perbedaan-perbedaan yang ada melahirkan
pemikiran pengelompokan mereka pada kelompok yang berbeda.
Jika perbedaan antara peserta didik satu dengan yang lain dicermati lebih
mendalam, akan didapati perbedaan antara individu dan perbedaan intra
individu. Yang pertama berkenaan dengan berbedanya peserta didik satu
dengan yang lain dalam kelas, dan yang kedua berkenaan dengan berbedanya
kemampuan masing-masing peserta didik dalam berbagai mata pelajaran atau
bidang studi. Perbedaan antar peserta didik dan intra peserta didik ini
mengharuskan layanan pendidikan yang berbeda terhadap mereka. Oleh
karena layanan yang berbeda secara individual demikian dianggap kurang
efisien, maka dilakukan pengelompokan berdasarkan persamaan dan
perbedaan peserta didik, agar kekurangan pada pengajaran secara klasikal
dapat dikurangi.
Alasan pengelompokan peserta didik juga didasarkan atas realitas bahwa
peserta didik secara terus menerus bertumbuh dan berkembang. Dengan
adanya pertumbuhan dan perkembangan tersebut peserta didik diharuskan
mampu mengembangkan potensinya seoptimal mungkin, maka dilakukanlah
pengelompokan peserta didik. Oleh karena itu penting adanya pengelompokan
peserta didik, berikut akan dibahas lebih lanjut mengenai Pengaturan
Pengelompokan Peserta Didik.

B. Rumusan Masalah
1. Jelaskanlah urgensi pengelompokan peserta didik!
2. Bagaimana wacana pengelompokan peserta didik?
3. Jelaskanlah jenis-jenis pengelompokan peserta didik!
4. Bagaimana pengelompokan dan penjurusan peserta didik?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui urgensi pengelompokan peserta didik!
2. Mengetahui wacana pengelompokan peserta didik?
3. Mengetahui jenis-jenis pengelompokan peserta didik!
4. Memahami cara pengelompokan dan penjurusan peserta didik?

BAB II
PEMBAHASAN

A. Urgensi Pengelompokan Peserta Didik


Berdasarkan UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS (Sistem
Pendidikan Nasional), peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha
mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada
jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu. Setelah melakukan daftar ulang di
lembaga pendidikan yang dikehendaki, peserta didik perlu dikelompok-
kelompokkan atau diklasifikasikan. Secara umum pengelompokan sering
dikenal dengan grouping. Pengelompokan peserta didik ini tidak dimaksudkan
untuk membeda-bedakan peserta didik berdasarkan keahlian dan tingkat
kepandaiannya, melainkan maksud pengelompokan ini untuk membantu
dalam proses belajar mengajar demi keberhasilan peserta didik. Dengan kata
lain, pengelompokan peserta didik bermaksud untuk membantu peserta didik
mengembangkan kemampuannya seoptimal mungkin sehingga
pengelompokan tidak boleh diartikan lain kecuali untuk proses pengembangan
peserta didik tersebut.
Oemar Hamalik menyebutkan bahwa peserta didik sebagai suatu
komponen masukan dalam sistem pendidikan, yang selanjutnya diproses
dalam pendidikan, sehingga menjadi manusia yang berkualitas sesuai dengan
tujuan pendidikan nasional.1
Sedangkan menurut Desmita: “Peserta didik adalah individu yang sedang
dalam proses pertumbuhan dan perkembangan, baik fisik maupun psikis
menurut fitrahnya masing-masing. Sebagai individu yang tengah tumbuh dan
berkembang, peserta didik memerlukan bimbingan dan pengarahan yang
konsisten menuju ke arah titik optimal kemampuan fitrahnya”.2
Selanjutnya pengertian manajemen peserta didik, menurut Mujamil Qomar
“Manajemen peserta didik atau kesiswaan adalah pengelolaan kegiatan yang
berkaitan dengan peserta didik mulai dari awal masuk (bahkan, sebelum

1
Tim Dosen Administrasi Pendidikan, Manajemen Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2011) hlm.
205.
2
Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009) hlm.
39.
masuk) hingga akhir (tamat) dari lembaga pendidikan”.3
Manajemen peserta didik merupakan penataan dan pengaturan terhadap
kegiatan yang berkaitan dengan peserta didik, mulai dari siswa itu masuk
sampai dengan keluar dari suatu sekolah. Manajemen peserta didik tidak
semata pencatatan data peserta didik akan tetapi meliputi aspek yang lebih
luas yaitu dapat membantu upaya pertumbuhan anak melalui proses
pendidikan di sekolah.4
Pengelompokan peserta didik didasarkan atas pandangan bahwa
disamping peserta didik mempunyai kesamaan, peserta didik juga mempunyai
perbedaan. Kesamaan-kesamaan yang ada pada peserta didik melahirkan
pemikiran penempatan pada kelompok yang sama, sementara perbedaan-
perbedaan yang ada pada peserta didik melahirkan pemikiran pengelompokan
mereka pada kelompok yang berbeda.
Jika perbedaan antara peserta didik satu dengan yang lain dicermati lebih
mendalam, akan didapati perbedaan antar individu dan perbedaan intra
individu. Yang pertama lebih teraksentuasi pada berbedanya peserta didik satu
dengan yang lain dalam kelas. Kedua, lebih teraksentuasi pada berbedanya
kemampuan masing-masing peserta didik dalan berbagai mata pelajaran atau
bidang studi.
Berbedanya antar peserta didik dan intra peserta didik, mengharuskan
layanan pendidikan yang berbeda terhadap mereka. Oleh karena layanan yang
berbeda secara individual demikian dianggap kurang efisien, maka
dilakukanlah pengelompokan berdasarkan persamaan dan perbedaab peserta
didik agar kekurangan pada pengajaran secara klasikal dapat dikurangi.
Dengan perkataan lain, pengelompokan adalah konvergensi dari pengajaran
sistem klasikal dan sistem individual.
Alasan pengelompokan peserta didik juga didasarkan atas realitas bahwa
peserta didik secara terus-menerus bertumbuh dan berkembang. Pertumbuhan
dan perkembangan peserta didik satu dengan yang lain berbeda. Agar
perkembangan peserta didik yang cepat tidak mengganggu peserta didik yang

3
Mujamil Qomar, Manajemen Pendidikan Islam (Malang: Erlangga, 2007), hlm. 140.
4
Daryanto dan Mohammad Farid, Konsep Dasar Manajemen Pendidikan di Sekolah (Yogyakarta:
Gava Media, 2013), hlm. 53.
lambat dan begitu sebaliknya, dilakukanlah pengelompokan peserta didik.
Dari beberapa pengertian diatas pemakalah menyimpulkan peserta didik
adalah anggota masyarakat yang sedang berusaha mengembangkan diri
melalui bimbingan dan pengarahan pada suatu jenjang pendidikan.
Jadi manajemen peserta didik adalah satu komponen manajemen di
lembaga pendidikan dengan tujuan mengelola segala hal yang berhubungan
dengan peserta didik di mulai dari perencanaan pendaftaran calon peserta
didik sampai peserta didik lulus dari sekolah atau lembaga pendidikan.

B. Wacana Pengelompokan Peserta Didik


Pengelompokan atau grouping adalah penggolongan peserta didik
berdasarkan karakteristik-karakteristiknya.5 Karakteristik demikian perlu
digolongkan, agar mereka berada dalam kondisi yang sama. Adanya kondisi
yang sama ini bisa memudahkan pemberian layanan yang sama. Oleh karena
itu, pengelompokan ini lazim juga dikenal dengan istilah pengklasifikasian
(classification).
Adanya pengelompokan peserta didik berdasarkan karakteristik-
karakteristiknya tersebut, tujuan dari adanya pengelompokan atau grouping
adalah untuk menjalankan dan melaksanakan kegiatan-kegiatan di sekolah
seperti kegiatan proses belajar-mengajar dengan lancar dan tertib sehingga
dapat mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang telah direncanakan. Tujuan lain
yaitu untuk membantu meningkatkan perkembangan kemampuan peserta
didik baik perkembangan peserta didik yang cepat maupun lambat agar tidak
saling mengganggu antara peserta didik yang berkembang cepat dengan
peserta didik yang berkembang lambat. Hal ini dikarenakan peserta didik akan
mendapat perlakuan yang berbeda disesuaikan dengan tempat atau kelompok
peserta didik tersebut dimana kelompok itu disesuaikan dengan kemampuan
peserta didik.
Dengan adanya pengelompokan, peserta didik akan mudah dikenali sebab,
tidak jarang dari peserta didik di dalam kelas berada dalam keadaan heterogen
dan bukannya homogen. Tentu, heterogenitas demikian dapat diketahui

5
Ali Imron, Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), hlm. 97.
tingkatannya sesuai kemampuan diskriminan alat ukur yang dipergunakan
untuk membedakan. Semakin tinggi tingkat kemampuan membedakan alat
ukur yang dipergunakan, semakin tinggi pula tingkatan heterogenitas peserta
didik yang ada di sekolah.
Adapun alat ukur yang lazim dipergunakan untuk membedakan peserta
didik antara lain adalah tes. Dalam hal ini, banyak tes yang dapat
dipergunakan untuk membedakan kemampuan peserta didik. Tes kemampuan
umum seperti tes kemampuan verbal dan numerikal, dapat dipergunakan
untuk membedakan kemampuan umum peserta didik. Tes keklerekan dapat
dipergunakan untuk membedakan kecepatan kerja dan kecermatan kerja
peserta didik. Tes minat dapat dipergunakan untuk membedakan minat yang
dimiliki oleh peserta didik. Tes prestasi belajar dapat digunakan untuk
membedakan daya serap masing-masing peserta didik terhadap bahan ajaran
yang telah disampaikan kepada peserta didik. Tes kepribadian dapat
dipergunakan untuk membedakan integritas dan pribadi peserta didik.
Menurut Yeager dalam pengelompokan peserta didik didasarkan atas dua
fungsi yaitu fungsi integrasi dan fungsi perbedaan.6 Fungsi integrasi yaitu
pengelompokan berdasarkan kesamaan-kesamaan peserta didik.
Pengelompokkan ini berdasarkan jenis kelamin, umur, dan sebagainya.
Pengelompokkan berdasarkan fungsi ini menghasilkan pembelajaran yang
bersifat klasikal. Fungsi perbedaan, yaitu pengelompokkan peserta didik
didasarkan kepada perbedaan-perbedaan yang ada dalam individu peserta
didik, seperti minat, bakat, kemampuan, dan sebagainya. Pengelompokkan
berdasarkan fungsi ini menghasilkan pembelajaran yang bersifat individual.

C. Jenis-Jenis Pengelompokan Peserta Didik


Menurut Mitchun ada dua jenis pengelompokan peserta didik yaitu ability
grouping dan sub grouping with in the class. 7 Ability grouping adalah
pengelompokan berdasarkan kemampuan di dalam setting sekolah. Sedangkan
sub grouping with in the class adalah pengelompokan dalam setting kelas.

6
Ali Imron, Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), hlm.
112.
7
Ali Imron, Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), hlm. 99.
Pengelompokan yang didasarkan atas kemampuan adalah suatu
pengelompokan dimana peserta didik yang pandai dikumpulkan dengan yang
pandai, yang kurang pandai dikumpulkan dengan yang kurang pandai.
Sementara, pengelompokan dalam setting kelas adalah suatu kelompok
dimana peserta didik pada masing-masing kelas, dibagi lagi menjadi beberapa
kelompok kecil. Pengelompokan ke dalam kelompok-kelompok kecil
demikian, juga memberi kesempatan kepada masing-masing individu untuk
masuk ke dalam lebih dari satu kelompok yang dibentuk berdasarkan
karakteristik individu. Terdapat beberapa macam kelompok kecil di dalam
kelas ini, yaitu: interest grouping, special need grouping, team grouping,
tutorial grouping, research grouping, full class grouping, dan combined class
grouping.
1. Pengelompokan Berdasarkan Minat (Interest Grouping)
Interest Grouping adalah pengelompokan yang didasarkan atas minar
peserta didik seperti minat pada pokok bahasan, kegiatan, topik atau tema
tertentu.
2. Pengelompokan Berdasarkan Kebutuhan Khusus (Special Need
Grouping)
Special Need Grouping, adalah pengelompokan berdasarkan
kebutuhan-kebutuhan khusus peserta didik. Maksudnya peserta didik yang
telah tergabung ke dalam kelompok-kelompok tertentu dapat membentuk
kelompok baru untuk belajar keterampilan khusus.
3. Pengelompokan Beregu (Team Grouping)
Team Grouping, adalah suatu kelompok yang terbentuk karena dua atau
lebih peserta didik yang ingin bekerja dan belajar secara bersama
memecahkan masalah-masalah khusus.
4. Pengelompokan Tutorial (Tutorial Grouping)
Tutorial Grouping, adalah suatu pengelompokan dimana peserta didik
bersama-sama dengan guru merencanakan kegiatan-kegiatan
kelompoknya. Antara kelompok satu dengab yang lain, bisa berbeda
kegiatannya, karena mereka sama-sama mempunyai otonomi untuk
menentukan kelompok masing-masing.
5. Pengelompokan Penelitian (Research Grouping)
Research Grouping, adalah suatu pengelompokan dimana dua atau
lebih peserta didik menggarap suatu topik khusus untuk dilaporkan di
depan kelas.
6. Pengelompokan Kelas Utuh (Full Class Grouping)
Full Class Grouping, adalah suatu pengelompokan dimana peserta
didik secara bersama-sama mempelajari dan mendapatkan pengalaman di
bidang seni.
7. Pengelompokan Kombinasi (Combined Class Grouping)
Combined Class Grouping, adalah suatu pengelompokan dimana dua
atau lebih kelas yang dikumpulkab dalam suatu ruangan untuk bersama-
sama menyaksikan pemutaran film, slide, TV, dan media audio visual
lainnya.
Menurut Regan ada 7 macam pengelompokan peserta didik yang
didasarkan atas realitas pendidikan di sekolah, yaitu: the non grade elementary
school, multi grade and multi age grouping, the dual progress plan, self
contained classroom, team teaching, departementalisasi dan ability grouping.8
1. SD Tanpa Tingkat (The Non Grade Elementary School)
The Non Grade Elementary School, yaitu sekolah dasar tanpa tingkat
yang memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada peserta didik untuk
mengambil mata pelajaran berdasarkan kemampuan masing-masing
individu peserta didiknya yang tidak dibatasi dengan angkatan masuk.
Maksud dari tidak dibatasi dengan angkatan masuk yaitu peserta didik
dapat mengambil mata pelajaran yang mungkin sama dengan mereka dari
angkatan masuk yang berbeda. Pada sistem demikian, sistem tingkat (naik
tingkat atau tidak) tidak dikenal karena adanya kelas tersebut lebih
dipandang sebagai kode atau ruangan belaka daripada tingkatan.
Sistem pengajaran pada sistem ini yaitu menggunakan sistem
pengajaran secara kelompok, di mana seorang guru melayani kelompok-

8
Ali Imron, Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), hlm.
101.
kelompok yang anggota kelompoknya mempunyai kemajuan, keinginan
dan kebutuhan yang sama dari angkatan tahun yang berbeda-beda.
Keuntungan sistem pengelompokan demikian adalah sebagai berikut:
a. Secara psikologis, terpenuhinya kebutuhan peserta didik karena peserta
didik tidak pernah dipaksakan untuk melaksanakan sesuatu yang dia
sendiri tidak bisa, tidak suka dan tidak mampu.
b. Peserta didik tidak bosan, dikarenakan pengajaran yang diberikan
sesuai dengan kemampuan masing-masing peserta didik.
c. Peserta didik akan dibantu sesuai dengan tingkat dan kecepatan
perkembangannya.
d. Peserta didik akan puas karena peserta didik memperoleh apa yang
sesuai dengan yang mereka inginkan.
e. Terdapat kerja sama yang baik antara peserta didik dengan gurunya
karena tidak terjadi perbedaan interpretasi.
f. Peserta didik akan merasa mendapatkan layanan pendidikan yang
terbaik.
Kekurangan-kekurangan sistem pengelompokan ini yaitu sebagai berikut:
a. Pengadministrasian yang sulit karena harus menyesuaikan dengan
kebutuhan peserta didik yang berbeda-beda.
b. Menyulitkan mutasi peserta didik ke sekolah lain karena adanya
perbedaan sistemnya, misalnya peserta didik yang harus pindah ke
sekolah lain yang menggunakan sistem tingkat.
c. Tidak efisien, karena membutuhkan biaya, tenaga dan ruang kelas
yang banyak. Hal ini disebabkan atas dasar banyaknya kelompok yang
relatif lebih banyak.
d. Membutuhkan guru yang tinggi tingkat komitmen dan tingkat
kecermatannya sehingga guru tersebut mampu mengetahui
karakteristik peserta didik secara individual.
e. Sulit mengharapkan tercapainya komoetensi yang diharapkan karena
pada sistem ini segala sesuatunya bergantung kepada peserta didik.
2. Pengelompokan Kelas Rangkap (Multigrade and Multiage Grouping)
Multigrade dan Multiage Grouping, adalah pengelompokan yang
multi tingkat dan multi usia yang dapat terjadi pada sekolah-sekolah yang
menggunakan sistem tingkat. Peserta didik yang berbeda tingkat dan
berbeda usia akan dikelompokkan ke dalam tempat yang sama sehingga
mereka harus berinteraksi dan belajar bersama-sama.
Keuntungan dari sistem pengelompokan demikian adalah sebagai berikut.
a. Mendorong peserta didik untuk dapat bersosialisasi dengan cepat
dengan lingkungan sebayanya.
b. Peserta didik yang berada pada tingkat awal dan relatif lebih sedikit
usianya dapat belajar banyak kepada peserta didik yang berada pada
tingkat di atasnya.
c. Meningkatkan kepercayaan diri peserta didik yang mempunyai
kemampuan tinggi pada tingkat yang lebih rendah dan usia yang lebih
muda.
d. Mendorong kuatnya kompetisi peserta didik akibat adanga
heterogenitas dalam pengelompokan ini sehingga dapat memacu dalam
peningkatan prestasi peserta didik.
Kekurangan sistem pengelompokan demikian adalah sebagai berikut.
a. Peserta didik yang lebih rendah tingkatannya dan yang lebih rendah
tingkat usianya akan merasa dipaksakan menyesuaikan diri dengan
peserta didik yang lebih tinggi usia dan tingkatannya.
b. Peserta didik yang lebih tinggi usianya dan lebih tinggi tingkatnya
akan menjadi malas jika mendapati bahwa anggota kelompok lain
berasal dari usia dan tingkat yang lebih rendah dengan kemampuan
yang tidak dapat membantu banyak untuk kelompok.
Sebaliknya, jika ternyata lebih tinggi kemampuannya, akan merasa
dirinya tersaingi dan bisa menjatuhkan privasinya.

3. Pengelompokan Kemajuan Rangkap (The Dual Progress Plan


Grouping)
The duel progress plan grouping adalah sistem pengelompokan
kemajuan rangkap. Sistem ini dimaksudkan untuk mengatasi perbedaan
kemampuan individual di setiap umur dan tingkat. Masing-masing peserta
didik diberi kesempatan untuk mengerjakan tugas sesuai dengan
kemampuannya.
Keuntungan sistem pengelompokan kemajuan rangkap adalah:
a. Guru lebih mengenal peserta didiknya.
b. Layanan yang diberikan oleh guru benar-benar sesuai dengan yang
dibutuhkan.
c. Peserta didik semakin mengenal gurunya.
d. Peserta didik yang tampak menonjol bakat khususnya akan cepat
maju, karena secepat mungkin mendapatkan layanan dari gurunya.
Kekurangan sistem pengelompokan kemajuan rangkap adalah sebagai
berikut.
a. Peserta didik yang lebih rendah tingkatannya dan yang lebih muda
usianya akan merasa dipaksa menyesuaikan diri dengan peserta didik
yang lebih tinggi tingkatan dan usianya.
b. Peserta didik yang lebih tinggi tingkatan dan usianya akan malas jka
mendapati anggota kelompok lain yang berasal dari tingkatan dan usia
yang lebih rendah ternyata tidak dapat berbuat banyak untuk
kelompoknya. Dan begitu pula sebaliknya, akan merasa tersaingi jika
peserta didik yang lebih rendah tingkatan dan usianya mempunyai
kemampuan yang lebih tinggi.
4. Penempatan Sekelompok Siswa pada Seorang Guru (Self Contained
Classroom)
Self Contained Classroom adalah penempatan sekelompok peserta
didik pada seorang guru. Keuntungan self contained classroom adalah:
a. Guru akan mengenal peserta didik secara mendalam.
b. Peserta didik akan lebih leluasa berpartisipasi dalam kelompoknya.
c. Waktu yang digunakan relatif lebih fleksibel.
d. Guru akan membantu kelompok yang menjadi tanggungjawabnya.
e. Memungkinkan kompetisi yang sehat antar kelompok.
Sedangkan kekurangannya adalah:
a. Peserta didik hanya mendapatkan pengalaman dari seorang guru.
b. Mengharuskan guru mengusai banyak bidang secara general.
c. Guru terisolasi dengan teman sejawatnya dikarenakan lebih bayak
berkelompok dengan peserta didik.
d. Waktu guru lebih banyak dipergunakan untuk persiapan.
5. Pembelajaran Beregu (Team Teaching)
Adalah suatu pengelompokan dimana peserta didik diajar oleh guru
secara team. Dalam suatu team guru merancang pengajaran secara
bersama-sama dengan anggota lainnya, dan mengadakan pembagian yang
jelas antara apa yang harus dikerjakan sendiri, dikerjakan anggota lain, dan
dikerjakan bersama-sama secara team. Dengan demikian, akan
mendapatkan perspektif yang lebih luas.
Keuntungan sistem team teaching adalah:
a. Guru menjadi ahli dalam bidangnya karena terus menerus
mengembangkan speasialisasinya bersama dengan guru-guru yang
terlibat dalam team.
b. Tidak terjadi kekosongan guru, karena guru satu yang berhalangan
hadir dapat diganti oleh guru yang lain.
Sedangkan kekurangannya adalah:
a. Pengajaran bisa gagal jika kerjasama antar anggota team tidak
berjalan dengan baik.
b. Banyak waktu yang digunakan untuk merencanakan kerja team.
c. Memerlukan tempat dan ruang khusus.
6. Departementalisasi
Departementalisasi adalah sistem pengelompokan peserta didik,
dimana guru hanya mengkhususkan diri pada satu mata pelajaran tertentu.
Beberapa keuntungan departementalisasi adalah:
a. Guru akan lebih kompeten mengajar karena ia mendalami terhadap apa
yang akan mereka ajarkan.
b. Peserta didik mendapatkan pengetahuan yang dalam, karena yang
memberikan materi adalah guru yang ahli dalam bidangnya.
Kekurangan sistem ini adalah:
a. Bisa terjadi kekosongan guru saat guru lain tidak hadir, guru lain tidak
bisa menggantikan, karena hanya terfokus pada satu mata pelajaran.
b. Menyebabkan guru menjadi malas belajar karena sudah merasa ahli di
bidangnya.
c. Guru cenderung menganggap bahwa keahliannya yang lebih penting
dibanding keahlian orang lain.
7. Pengelompokan Berdasarkan Kemampuan (Ability Grouping)
Ability grouping adalah sistem pengelompokan berdasarkan
kemampuan peserta didik. Peserta didik yang mempunyai kemampuan
yang sama ditempatkan pada kelompok yang sama.
Keuntungan ability group adalah:
a. Guru mudah menyesuaikan pengajarannya sesuai dengan kemampuan
peserta didik.
b. Peserta didik yang mempunyai kemampuan lebih tinggi tidak merasa
terhambat perkembangannya oleh peserta didik yang berkemampuan
rendah.
c. Peserta didik yang mempunyai kemampuan sama akan dapat saling
mengisi dan membantu perkembangan kemampuan mereka.
d. Peserta didik yang berkemampuan rendah tidak merasa tertinggal jauh
dengan anggota kelompoknya.
Kelemahan ability group adalah:
a. Guru harus membuat persiapan yang berbeda-beda, ada rancangan
pengajaran yang dikhususkan untuk siswa berkemampuan rendah dan
tinggi.
b. Peserta didik merasa terganggu privasinya jika dimasukkan ke dalam
kelompok inferior.
c. Peserta didik yang masuk ke dalam kelompok superior merasa dirinya
lebih dan sombong.
Menurut Ny. Pakasi (Imron, 1995: 86), mengelompokkan peserta
didiknya berdasarkan prestasi belajarnya di kelas yang disebut dengan
Achievement Grouping
Achievement Grouping adalah sistem pengelompokan berdasarkan
prestasi belajarnya di kelas. Peserta didik yang berprestasi tinggi
dikelompokkan dengan peserta didik yang berprestasi tinggi, dan begitu
pula sebaliknya. Ada tiga macam pengelompokan, yaitu kelompok untuk
peserta didik yang cepat berpikir, kelompok untuk peserta didik yang
sedang dan kelompok untuk peserta didik yang lambat belajar.
Menurut Saiful Bahri Djamarah, sisi lain yang perlu diperhatikan oleh
guru dalam pengelompokan anak didik adalah jenis kelamin. Anak didik
yang cerdas sebaiknya digabung dengan anak didik yang kurang cerdas.
Anak didik yang pandai bicara sebaiknya dikelompokan dengan anak
didik yang pendiam. Sekelompok anak didik yang gemar membuat
keributan dan suka mengganggu temannya akan lebih baik bila
penempatan mereka dipisah-pisah dan tidak terlepas dari pengawasan guru
bahwa pengelompokan semacam itu bermaksud agar kelas tidak
didominasi oleh satu kelompok, tetapi yang terjadi dalam belajar adalah
persaingan yang positif.9

D. Pengelompokan dan Penjurusan


Penjurusan didasarkan atas karakteristik yang ada pada peserta didik.
Penjurusan lebih diorientasikan pada tujuan dan prospektif peserta didik
setelah lulus. Setelah kurikulum 1984, penjurusan secara garis besar dibagi
menjadi dua, yaitu program A dan program B.
Program A digolongkan menjadi A1, A2, A3, A4. Program A1,
mempelajari tentang ilmu fisik. Program A2 mengarahkan peserta didik untuk
menguasai ilmu biologi. Program A3, mengarahkan untuk menguasai ilmu
sosial. Program A4, mempersiapkan peserta didik agar menguasai ilmu
budaya termasuk agama.

Program A digolongkan menjadi:


1. Program ilmu fisik menyiapkan peserta didik untuk melanjutkan program
studi pendidikan tinggi yang mengkaji gejala-gejala alamiah yang
menyangkut benda atau bahan tak hidup. Seperti fisika, kimia, elektronika,
astronomi, geologi, maupun matematika.
2. Program ilmu biologi menyiapkan peserta didik untuk melanjutkan
9
Saiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif (Jakarta: PT Rineka
Cipta, 2000), hlm. 32.
program studi pendidikan tinggi yang mengkaji gejala-gejala alamiah yang
hidup. Seperti pertanian, kedokteran, biologi dan sebagainya.
3. Program ilmu sosial menyiapkan peserta didik untuk melanjutkan
program studi pendidikan tinggi yang mengkaji kehidupan sosial manusia.
Seperti ilmu administrasi, ilmu ekonomi, ilmu politik, sosiologi, psikologi,
dan sebagainya.
4. Program pengetahuan budaya menyiapkan peserta didik untuk
melanjutkan program studi pendidikan tinggi yang mengkaji aspek-aspek
budaya seperti hukum, pengetahuan agama (teologi), filsafat, bahasa,
sastra, dan sebagainya.
Sedangkan program B dimaksudkan untuk mempersiapkan peserta didik
ke lapangan kerja atau terjun ke masyarakat. Selain itu juga untuk
mempersiapkan peserta didik yang akan memasuki politeknik dan program
diploma.
Program B digolongkan menjadi:
1. Program-program di bidang teknologi industri menyiapkan peserta didik
yang memilih bidang teknologi industri sebagai lapangan kerja,
mempersiapkan ke politeknik, akademi teknik.
2. Program di bidang komputer menyiapkan peserta didik yang meneruskan
ke akademi komputer, diploma komputer ataupun memilih bidang
komputer sebagai lapangan kerja.
3. Program di bidang pertanian dan kehutanan menyiapkan peserta didik
yang meneruskan ke akademi pertanian, akademi kehutanan, diploma,
ataupun memilih bidang pertanian dan kehutanan sebagai lapangan kerja.
4. Program di bidang jasa mempersiapkan peserta didik yang meneruskan ke
akademi perdagangan, akademi pariwisata, akademi sekretaris ataupun
memilih bidang pelayanan sebagai lapangan kerja.
5. Program di bidang kesejahteraan keluarga mempersiapkan peserta didik
yang meneruskan ke akademi gizi, akademi kesejahteraan keluarga,
ataupun memilih bidang kesejahteraan keluarga sebagai lapangan kerja.
6. Program di bidang maritim mempersiapkan peserta didik yang
meneruskan ke akademi pelayaran, perikanan laut ataupun memilih bidang
maritim sebagai lapangan kerja.
7. Program di bidang budaya mempersiapkan peserta didik yang meneruskan
ke akademi bahasa, teater, seni rupa ataupun memilih bidang budaya
sebagai lapangan kerja.
8. Program di bidang pengetahuan agama mempersiapkan peserta didik yang
meneruskan ke program pendidikan agama ataupun memilih bidang agama
sebagai lapangan kerja.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pengelompokan peserta didik didasarkan atas pandangan bahwa
disamping peserta didik mempunyai kesamaan, peserta didik juga mempunyai
perbedaan. Kesamaan-kesamaan yang ada pada peserta didik melahirkan
pemikiran penempatan pada kelompok yang sama, sementara perbedaan-
perbedaan yang ada pada peserta didik melahirkan pemikiran pengelompokan
mereka pada kelompok yang berbeda. Jika perbedaan antara peserta didik satu
dengan yang lain dicermati lebih mendalam, akan didapati perbedaan antar
individu dan perbedaan intra individu. Yang pertama lebih teraksentuasi pada
berbedanya peserta didik satu dengan yang lain dalam kelas. Kedua, lebih
teraksentuasi pada berbedanya kemampuan masing-masing peserta didik
dalam berbagai mata pelajaran atau bidang studi. Pengelompokan peserta
didik juga didasarkan atas realitas bahwa peserta didik secara terus-menerus
bertumbuh dan berkembang. Pertumbuhan dan perkembangan peserta didik
satu dengan yang lain berbeda. Agar perkembangan peserta didik yang cepat
tidak mengganggu peserta didik yang lambat dan begitu sebaliknya,
dilakukanlah pengelompokan peserta didik.
B. Saran
Dalam pengelompokan peserta didik sebaiknya sekolah tidak hanya
melihat memperhatikan hobby dan keaktifannya, tetapi juga harus dilihat dari
kelebihan atau bakat yang dimiliki peserta didik, karena tidak semua peserta
didik memiliki bakat atau kelebihan yang sama. Dalam hal ini dapat
mempermudah peserta didik dan guru dalam proses pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Bahri, Saiful Djamarah. 2000. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif.
Jakarta: PT Rineka Cipta.
Daryanto dan Mohammad Farid. 2013. Konsep Dasar Manajemen Pendidikan di
Sekolah. Yogyakarta: Gava Media.
Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.
Imron, Ali. 2011. Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah. Jakarta: Bumi

Aksara.

Tim Dosen Administrasi Pendidikan. 2011. Manajemen Pendidikan. Bandung:

Alfabeta.

Undang-Undang SISDIKNAS (UU RI NO. 20 Th 2003). 2014. Jakarta: Sinar

Grafika.

Qomar, Mujamil. 2007. Manajemen Pendidikan Islam. Malang: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai