Tentang
Oleh:
Kelompok VI
Dosen Pembimbing:
Syukra Vadhillah, M. Pd
1441 H/2020 M
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat,
taufik serta hidayah-Nya sehingga pemakalah dapat menyelesaikan tugas
penulisan makalah yang berjudul “Pengelompokan Peserta Didik”.
Pemakalah
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...............................................................................................
B. Rumusan Masalah..........................................................................................
C. Tujuan Penulisan............................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan....................................................................................................
B. Saran………………………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peserta didik merupakan salah satu unsur kegiatan belajar mengajar
dimana dalam proses belajar mengajar itu peserta didik perlu untuk
dikelompok-kelompokkan. Pengelompokan atau lazim dikenal dengan
grouping didasarkan atas pandangan bahwa disamping peserta didik tersebut
mempunyai kesamaan, juga mempunyai perbedaan. Kesamaan-kesamaan
yang ada pada peserta didik melahirkan pemikiran penempatan pada
kelompok yang sama, sementara perbedaan-perbedaan yang ada melahirkan
pemikiran pengelompokan mereka pada kelompok yang berbeda.
Jika perbedaan antara peserta didik satu dengan yang lain dicermati lebih
mendalam, akan didapati perbedaan antara individu dan perbedaan intra
individu. Yang pertama berkenaan dengan berbedanya peserta didik satu
dengan yang lain dalam kelas, dan yang kedua berkenaan dengan berbedanya
kemampuan masing-masing peserta didik dalam berbagai mata pelajaran atau
bidang studi. Perbedaan antar peserta didik dan intra peserta didik ini
mengharuskan layanan pendidikan yang berbeda terhadap mereka. Oleh
karena layanan yang berbeda secara individual demikian dianggap kurang
efisien, maka dilakukan pengelompokan berdasarkan persamaan dan
perbedaan peserta didik, agar kekurangan pada pengajaran secara klasikal
dapat dikurangi.
Alasan pengelompokan peserta didik juga didasarkan atas realitas bahwa
peserta didik secara terus menerus bertumbuh dan berkembang. Dengan
adanya pertumbuhan dan perkembangan tersebut peserta didik diharuskan
mampu mengembangkan potensinya seoptimal mungkin, maka dilakukanlah
pengelompokan peserta didik. Oleh karena itu penting adanya pengelompokan
peserta didik, berikut akan dibahas lebih lanjut mengenai Pengaturan
Pengelompokan Peserta Didik.
B. Rumusan Masalah
1. Jelaskanlah urgensi pengelompokan peserta didik!
2. Bagaimana wacana pengelompokan peserta didik?
3. Jelaskanlah jenis-jenis pengelompokan peserta didik!
4. Bagaimana pengelompokan dan penjurusan peserta didik?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui urgensi pengelompokan peserta didik!
2. Mengetahui wacana pengelompokan peserta didik?
3. Mengetahui jenis-jenis pengelompokan peserta didik!
4. Memahami cara pengelompokan dan penjurusan peserta didik?
BAB II
PEMBAHASAN
1
Tim Dosen Administrasi Pendidikan, Manajemen Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2011) hlm.
205.
2
Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009) hlm.
39.
masuk) hingga akhir (tamat) dari lembaga pendidikan”.3
Manajemen peserta didik merupakan penataan dan pengaturan terhadap
kegiatan yang berkaitan dengan peserta didik, mulai dari siswa itu masuk
sampai dengan keluar dari suatu sekolah. Manajemen peserta didik tidak
semata pencatatan data peserta didik akan tetapi meliputi aspek yang lebih
luas yaitu dapat membantu upaya pertumbuhan anak melalui proses
pendidikan di sekolah.4
Pengelompokan peserta didik didasarkan atas pandangan bahwa
disamping peserta didik mempunyai kesamaan, peserta didik juga mempunyai
perbedaan. Kesamaan-kesamaan yang ada pada peserta didik melahirkan
pemikiran penempatan pada kelompok yang sama, sementara perbedaan-
perbedaan yang ada pada peserta didik melahirkan pemikiran pengelompokan
mereka pada kelompok yang berbeda.
Jika perbedaan antara peserta didik satu dengan yang lain dicermati lebih
mendalam, akan didapati perbedaan antar individu dan perbedaan intra
individu. Yang pertama lebih teraksentuasi pada berbedanya peserta didik satu
dengan yang lain dalam kelas. Kedua, lebih teraksentuasi pada berbedanya
kemampuan masing-masing peserta didik dalan berbagai mata pelajaran atau
bidang studi.
Berbedanya antar peserta didik dan intra peserta didik, mengharuskan
layanan pendidikan yang berbeda terhadap mereka. Oleh karena layanan yang
berbeda secara individual demikian dianggap kurang efisien, maka
dilakukanlah pengelompokan berdasarkan persamaan dan perbedaab peserta
didik agar kekurangan pada pengajaran secara klasikal dapat dikurangi.
Dengan perkataan lain, pengelompokan adalah konvergensi dari pengajaran
sistem klasikal dan sistem individual.
Alasan pengelompokan peserta didik juga didasarkan atas realitas bahwa
peserta didik secara terus-menerus bertumbuh dan berkembang. Pertumbuhan
dan perkembangan peserta didik satu dengan yang lain berbeda. Agar
perkembangan peserta didik yang cepat tidak mengganggu peserta didik yang
3
Mujamil Qomar, Manajemen Pendidikan Islam (Malang: Erlangga, 2007), hlm. 140.
4
Daryanto dan Mohammad Farid, Konsep Dasar Manajemen Pendidikan di Sekolah (Yogyakarta:
Gava Media, 2013), hlm. 53.
lambat dan begitu sebaliknya, dilakukanlah pengelompokan peserta didik.
Dari beberapa pengertian diatas pemakalah menyimpulkan peserta didik
adalah anggota masyarakat yang sedang berusaha mengembangkan diri
melalui bimbingan dan pengarahan pada suatu jenjang pendidikan.
Jadi manajemen peserta didik adalah satu komponen manajemen di
lembaga pendidikan dengan tujuan mengelola segala hal yang berhubungan
dengan peserta didik di mulai dari perencanaan pendaftaran calon peserta
didik sampai peserta didik lulus dari sekolah atau lembaga pendidikan.
5
Ali Imron, Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), hlm. 97.
tingkatannya sesuai kemampuan diskriminan alat ukur yang dipergunakan
untuk membedakan. Semakin tinggi tingkat kemampuan membedakan alat
ukur yang dipergunakan, semakin tinggi pula tingkatan heterogenitas peserta
didik yang ada di sekolah.
Adapun alat ukur yang lazim dipergunakan untuk membedakan peserta
didik antara lain adalah tes. Dalam hal ini, banyak tes yang dapat
dipergunakan untuk membedakan kemampuan peserta didik. Tes kemampuan
umum seperti tes kemampuan verbal dan numerikal, dapat dipergunakan
untuk membedakan kemampuan umum peserta didik. Tes keklerekan dapat
dipergunakan untuk membedakan kecepatan kerja dan kecermatan kerja
peserta didik. Tes minat dapat dipergunakan untuk membedakan minat yang
dimiliki oleh peserta didik. Tes prestasi belajar dapat digunakan untuk
membedakan daya serap masing-masing peserta didik terhadap bahan ajaran
yang telah disampaikan kepada peserta didik. Tes kepribadian dapat
dipergunakan untuk membedakan integritas dan pribadi peserta didik.
Menurut Yeager dalam pengelompokan peserta didik didasarkan atas dua
fungsi yaitu fungsi integrasi dan fungsi perbedaan.6 Fungsi integrasi yaitu
pengelompokan berdasarkan kesamaan-kesamaan peserta didik.
Pengelompokkan ini berdasarkan jenis kelamin, umur, dan sebagainya.
Pengelompokkan berdasarkan fungsi ini menghasilkan pembelajaran yang
bersifat klasikal. Fungsi perbedaan, yaitu pengelompokkan peserta didik
didasarkan kepada perbedaan-perbedaan yang ada dalam individu peserta
didik, seperti minat, bakat, kemampuan, dan sebagainya. Pengelompokkan
berdasarkan fungsi ini menghasilkan pembelajaran yang bersifat individual.
6
Ali Imron, Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), hlm.
112.
7
Ali Imron, Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), hlm. 99.
Pengelompokan yang didasarkan atas kemampuan adalah suatu
pengelompokan dimana peserta didik yang pandai dikumpulkan dengan yang
pandai, yang kurang pandai dikumpulkan dengan yang kurang pandai.
Sementara, pengelompokan dalam setting kelas adalah suatu kelompok
dimana peserta didik pada masing-masing kelas, dibagi lagi menjadi beberapa
kelompok kecil. Pengelompokan ke dalam kelompok-kelompok kecil
demikian, juga memberi kesempatan kepada masing-masing individu untuk
masuk ke dalam lebih dari satu kelompok yang dibentuk berdasarkan
karakteristik individu. Terdapat beberapa macam kelompok kecil di dalam
kelas ini, yaitu: interest grouping, special need grouping, team grouping,
tutorial grouping, research grouping, full class grouping, dan combined class
grouping.
1. Pengelompokan Berdasarkan Minat (Interest Grouping)
Interest Grouping adalah pengelompokan yang didasarkan atas minar
peserta didik seperti minat pada pokok bahasan, kegiatan, topik atau tema
tertentu.
2. Pengelompokan Berdasarkan Kebutuhan Khusus (Special Need
Grouping)
Special Need Grouping, adalah pengelompokan berdasarkan
kebutuhan-kebutuhan khusus peserta didik. Maksudnya peserta didik yang
telah tergabung ke dalam kelompok-kelompok tertentu dapat membentuk
kelompok baru untuk belajar keterampilan khusus.
3. Pengelompokan Beregu (Team Grouping)
Team Grouping, adalah suatu kelompok yang terbentuk karena dua atau
lebih peserta didik yang ingin bekerja dan belajar secara bersama
memecahkan masalah-masalah khusus.
4. Pengelompokan Tutorial (Tutorial Grouping)
Tutorial Grouping, adalah suatu pengelompokan dimana peserta didik
bersama-sama dengan guru merencanakan kegiatan-kegiatan
kelompoknya. Antara kelompok satu dengab yang lain, bisa berbeda
kegiatannya, karena mereka sama-sama mempunyai otonomi untuk
menentukan kelompok masing-masing.
5. Pengelompokan Penelitian (Research Grouping)
Research Grouping, adalah suatu pengelompokan dimana dua atau
lebih peserta didik menggarap suatu topik khusus untuk dilaporkan di
depan kelas.
6. Pengelompokan Kelas Utuh (Full Class Grouping)
Full Class Grouping, adalah suatu pengelompokan dimana peserta
didik secara bersama-sama mempelajari dan mendapatkan pengalaman di
bidang seni.
7. Pengelompokan Kombinasi (Combined Class Grouping)
Combined Class Grouping, adalah suatu pengelompokan dimana dua
atau lebih kelas yang dikumpulkab dalam suatu ruangan untuk bersama-
sama menyaksikan pemutaran film, slide, TV, dan media audio visual
lainnya.
Menurut Regan ada 7 macam pengelompokan peserta didik yang
didasarkan atas realitas pendidikan di sekolah, yaitu: the non grade elementary
school, multi grade and multi age grouping, the dual progress plan, self
contained classroom, team teaching, departementalisasi dan ability grouping.8
1. SD Tanpa Tingkat (The Non Grade Elementary School)
The Non Grade Elementary School, yaitu sekolah dasar tanpa tingkat
yang memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada peserta didik untuk
mengambil mata pelajaran berdasarkan kemampuan masing-masing
individu peserta didiknya yang tidak dibatasi dengan angkatan masuk.
Maksud dari tidak dibatasi dengan angkatan masuk yaitu peserta didik
dapat mengambil mata pelajaran yang mungkin sama dengan mereka dari
angkatan masuk yang berbeda. Pada sistem demikian, sistem tingkat (naik
tingkat atau tidak) tidak dikenal karena adanya kelas tersebut lebih
dipandang sebagai kode atau ruangan belaka daripada tingkatan.
Sistem pengajaran pada sistem ini yaitu menggunakan sistem
pengajaran secara kelompok, di mana seorang guru melayani kelompok-
8
Ali Imron, Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), hlm.
101.
kelompok yang anggota kelompoknya mempunyai kemajuan, keinginan
dan kebutuhan yang sama dari angkatan tahun yang berbeda-beda.
Keuntungan sistem pengelompokan demikian adalah sebagai berikut:
a. Secara psikologis, terpenuhinya kebutuhan peserta didik karena peserta
didik tidak pernah dipaksakan untuk melaksanakan sesuatu yang dia
sendiri tidak bisa, tidak suka dan tidak mampu.
b. Peserta didik tidak bosan, dikarenakan pengajaran yang diberikan
sesuai dengan kemampuan masing-masing peserta didik.
c. Peserta didik akan dibantu sesuai dengan tingkat dan kecepatan
perkembangannya.
d. Peserta didik akan puas karena peserta didik memperoleh apa yang
sesuai dengan yang mereka inginkan.
e. Terdapat kerja sama yang baik antara peserta didik dengan gurunya
karena tidak terjadi perbedaan interpretasi.
f. Peserta didik akan merasa mendapatkan layanan pendidikan yang
terbaik.
Kekurangan-kekurangan sistem pengelompokan ini yaitu sebagai berikut:
a. Pengadministrasian yang sulit karena harus menyesuaikan dengan
kebutuhan peserta didik yang berbeda-beda.
b. Menyulitkan mutasi peserta didik ke sekolah lain karena adanya
perbedaan sistemnya, misalnya peserta didik yang harus pindah ke
sekolah lain yang menggunakan sistem tingkat.
c. Tidak efisien, karena membutuhkan biaya, tenaga dan ruang kelas
yang banyak. Hal ini disebabkan atas dasar banyaknya kelompok yang
relatif lebih banyak.
d. Membutuhkan guru yang tinggi tingkat komitmen dan tingkat
kecermatannya sehingga guru tersebut mampu mengetahui
karakteristik peserta didik secara individual.
e. Sulit mengharapkan tercapainya komoetensi yang diharapkan karena
pada sistem ini segala sesuatunya bergantung kepada peserta didik.
2. Pengelompokan Kelas Rangkap (Multigrade and Multiage Grouping)
Multigrade dan Multiage Grouping, adalah pengelompokan yang
multi tingkat dan multi usia yang dapat terjadi pada sekolah-sekolah yang
menggunakan sistem tingkat. Peserta didik yang berbeda tingkat dan
berbeda usia akan dikelompokkan ke dalam tempat yang sama sehingga
mereka harus berinteraksi dan belajar bersama-sama.
Keuntungan dari sistem pengelompokan demikian adalah sebagai berikut.
a. Mendorong peserta didik untuk dapat bersosialisasi dengan cepat
dengan lingkungan sebayanya.
b. Peserta didik yang berada pada tingkat awal dan relatif lebih sedikit
usianya dapat belajar banyak kepada peserta didik yang berada pada
tingkat di atasnya.
c. Meningkatkan kepercayaan diri peserta didik yang mempunyai
kemampuan tinggi pada tingkat yang lebih rendah dan usia yang lebih
muda.
d. Mendorong kuatnya kompetisi peserta didik akibat adanga
heterogenitas dalam pengelompokan ini sehingga dapat memacu dalam
peningkatan prestasi peserta didik.
Kekurangan sistem pengelompokan demikian adalah sebagai berikut.
a. Peserta didik yang lebih rendah tingkatannya dan yang lebih rendah
tingkat usianya akan merasa dipaksakan menyesuaikan diri dengan
peserta didik yang lebih tinggi usia dan tingkatannya.
b. Peserta didik yang lebih tinggi usianya dan lebih tinggi tingkatnya
akan menjadi malas jika mendapati bahwa anggota kelompok lain
berasal dari usia dan tingkat yang lebih rendah dengan kemampuan
yang tidak dapat membantu banyak untuk kelompok.
Sebaliknya, jika ternyata lebih tinggi kemampuannya, akan merasa
dirinya tersaingi dan bisa menjatuhkan privasinya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengelompokan peserta didik didasarkan atas pandangan bahwa
disamping peserta didik mempunyai kesamaan, peserta didik juga mempunyai
perbedaan. Kesamaan-kesamaan yang ada pada peserta didik melahirkan
pemikiran penempatan pada kelompok yang sama, sementara perbedaan-
perbedaan yang ada pada peserta didik melahirkan pemikiran pengelompokan
mereka pada kelompok yang berbeda. Jika perbedaan antara peserta didik satu
dengan yang lain dicermati lebih mendalam, akan didapati perbedaan antar
individu dan perbedaan intra individu. Yang pertama lebih teraksentuasi pada
berbedanya peserta didik satu dengan yang lain dalam kelas. Kedua, lebih
teraksentuasi pada berbedanya kemampuan masing-masing peserta didik
dalam berbagai mata pelajaran atau bidang studi. Pengelompokan peserta
didik juga didasarkan atas realitas bahwa peserta didik secara terus-menerus
bertumbuh dan berkembang. Pertumbuhan dan perkembangan peserta didik
satu dengan yang lain berbeda. Agar perkembangan peserta didik yang cepat
tidak mengganggu peserta didik yang lambat dan begitu sebaliknya,
dilakukanlah pengelompokan peserta didik.
B. Saran
Dalam pengelompokan peserta didik sebaiknya sekolah tidak hanya
melihat memperhatikan hobby dan keaktifannya, tetapi juga harus dilihat dari
kelebihan atau bakat yang dimiliki peserta didik, karena tidak semua peserta
didik memiliki bakat atau kelebihan yang sama. Dalam hal ini dapat
mempermudah peserta didik dan guru dalam proses pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Bahri, Saiful Djamarah. 2000. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif.
Jakarta: PT Rineka Cipta.
Daryanto dan Mohammad Farid. 2013. Konsep Dasar Manajemen Pendidikan di
Sekolah. Yogyakarta: Gava Media.
Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Imron, Ali. 2011. Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah. Jakarta: Bumi
Aksara.
Alfabeta.
Grafika.