Anda di halaman 1dari 20

i

MAKALAH
“PROBLEMA DAN TANTANGAN DALAM
PERENCANAAN PENDIDIKAN”

DISUSUN OLEH :
FIFI OKTAFIN DARWIS 2002060087
ARIEF BUDI SETIAWAN 2002060105
HASNI 2002060080
Dosen Pengampuh :
Firman Pattawari,S.Pd.,M.Pd.

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALOPO
2022

i
ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. Berkat rahmatnya penulis dapat menyelesaikan
tugas ini tentang “PROBLEMA DAN TANTANGAN DALAM
PERENCANAAN PENDIDIKAN” dalam bentuk makalah.

Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan tugas


makalah ini tidak lain berkat bantuan, bimbingan, dan dorongan dari teman-
teman. Sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi bisa teratasi oleh karena itu
penulis mengucapkan banyak terimah kasih kepada:
Selaku manusia biasa, penulis menyadari bahwa dalam makalah ini masih
banyak kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik
dan saran guna kesempurnaan makalah ini. Akhirnya dengan segala kerendahan
hati, penulis mohon maaf atas segala kekhilafan dan kesalahan.

Palopo, April 2022

Penulis

ii
iii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 3
1.2 Rumusan Masalah 3
BAB II PEMBAHASAN 4
2.1 Problema dalam Perencanaan Pendidikan 4
2.2   Tantangan dalam perencanaan pendidikan 7
2.3 Solusi menghadapi tantangan masa depan pendidikan di
Indonesia …….. 10
BAB III PENUTUP 15
3.1 Kesimpulan 15
3.2 Saran 16
DAFTAR PUSTAKA 17

iii
1

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Perencanaan merupakan sebuah proses pemantauan kemajuan dalam


mengimplementasikan sebuah strategi atau melaksanakan sebuah proyek, memudahkan
tanggung jawab, dan pengordinasian. Jadi, perencanaan pendidikan merupakan suatu yang
sangat urgen dan dapat memberi manfaat bagi keberhasilan aktivitas pendidikan.

Secara umum, perencanaan membantu untuk menghindari penundaan-penundaan


yang disebabkan kegagalan melaksanakan suatu tindakan, dan untuk kembali mengambil
tindakan sedini mungkin atas kegagalan. Di samping itu, perencanaan juga dapat membantu
dalam mengestimasi biaya-biaya dari strategi

yang diajukan, dengan demikian memberikan kesempatan kepada seorang Pengelola


pendidikan untuk memanajemen apa-apa yang harus dilakukan.

Manajemenpendidikan merupakan suatu proses untuk mengkoordinasikan berbagai


sumber daya pendidikan seperti guru, sarana dan prasarana pendidikan seperti perpustakaan,
laboratorium, dan lain-lain untuk mencapai tujuan dan sasaran pendidikan.1[1]

Kemajuan suatu bangsa sangat dipengaruhi oleh kualitas SDM bangsa tersebut.
Kualitas SDM tergantung pada tingkat pendidikan masing-masing individu pembentuk
bangsa. Pendidikan yang visioner, memiliki misi yang jelas akan menghasilkan out put yang
berkualitas. Dari sanalah pentingnya manajemen pendidikan diterapkan.

Manajemen pendidikan merupakan hal yang harus diprioritaskan untuk kelangsungan


pendidikan, sehingga menghasilkan out put yang diinginkan. Kenyataannya, banyak institusi
pendidikan yang belum memiliki manajemen yang bagus dalam pengelolaan pendidikannya,
karena manajemen yang digunakan masih konvensional, sehingga kurang bisa menjawab
tantangan zaman dan terkesan tertinggal dari modernitas. Hal ini mengakibatkan sasaran-
sasaran ideal pendidikan yang seharusnya bisa dipenuhi ternyata tidak  bisa diwujudkan.
Parahnya, terkadang para pengelola pendidikan tidak menyadari  akan hal itu.

1
http://www.smanraja.blogspot.com/2007/08/model-model-perencanaan-pendidikan Yayat M.
Herujito, dasar-dasar manajemen, (PT Grasindo, jakarta :2001).
2

Dengan manajemen pendidikan dapat digunakan dalam proses untuk


mengkoordinasikan berbagai sumber daya pendidikan seperti guru, sarana dan prasarana
pendidikan seperti perpustakaan, laboratorium, dan sebagainya, untuk mencapai tujuan dan
sasaran pendidikan, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia
seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan
berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani,
kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan
kebangsaan.

Dalam perkembangannya, manajemen pendidikan memerlukan Good Management


Practice untuk pengelolaannya. Tetapi pada prakteknya, ini masih merupakan suatu hal yang
eksklusif. Banyak penyelenggara pendidikan yang beranggapan bahwa hal tersebut bukanlah
suatu hal yang penting,

Beberapa hal yang perlu diperhatikan terkait manajemen pendidikan antara lain
Sasaran Pendidikan, Manajemen Guru, Peningkatan Pengawasan, Manajer Pendidikan,
Partisipasi Manajer Bisnis, Aliansi antar sekolah, dan Kebijakan Pemerintah.2[2]

Sasaran Pendidikan termasuk aspek afektif. Salah satu isu utama keberhasilan
pendidikan adalah sejauh mana tingkat afektifitas yang dimiliki oleh anak didik, apakah
menjadi lebih saleh, berbudi pekerti, memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan
kebangsaan. Inilah tantangan yang harus dijawab oleh pendidikan.

Keberhasilan manajemen pendidikan tidak bisa dilepaskan dari peran serta


manajer/pengelola pendidikan. Selama ini banyak peran ganda yang dijalankan oleh
komponen pendidikan, seperti guru menempati posisi sebagai kepala institusi pendidikan.
Efisiensi biaya sering dijadikan alasan, meski urusan manajemen sangat berbeda dengan
urusan belajar-mengajar.

Dalam manajemen pendidikan memerlukan partisipasi manajer bisnis. Dalam


membenahi manajemen pendidikan, tidak ada salahnya bagi penyelenggara pendidikan untuk
memanfaatkan keterampilan manajerial para manajer bisnis. Fungsi manajemen bersifat
universal dan keterampilan manajemen dapat ditransfer dari satu bidang ke bidang lain.

Aliansi antar institusi pendidikan bisa menjadi jalan memajukan institusi pendidikan,
sehingga dapat belajar dari good management practice lembaga pendidikan lain. Salah satu

2
http://www.smanraja.blogspot.com/2007/08/model-model-perencanaan-pendidikan Yayat M.
Herujito, dasar-dasar manajemen, (PT Grasindo, jakarta :2001).
3

faktor eksternal lainnya adalah kebijakan pemerintah yaitu  berupa keterlibatan pemerintah
dalam pendidikan juga mempengaruhi manajemen pendidikan di negara tersebut.

Singkatnya, manajemen pendidikan sangat diperlukan oleh semua pihak yang terkait
dengan pendidikan. Meski demikian, penerapannya ternyata tidak sesederhana yang
dibayangkan. Ada banyak tantangan dan problematika yang harus dihadapi, Semua pihak
harus bekerja sama menyelesaikan problematika tersebut agar cita-cita pendidikan bisa
terealisasi. Dengan kata lain manajemen yang baik memerlukan perencanaan yang matang,
berikut dengan konsep dan pelaksanaan yang tepat.

B.     Rumusan Masalah

1.      Bagaimana Problema dalam perencanaan pendidikan?

2.   Bagaimana Tantangan dalam perencanaan pendidikan ?

2.      Bagaimana solusi menghadapi tantangan dalam perencanaan pendidikan?

http://www.smanraja.blogspot.com/2007/08/model-model-perencanaan-pendidikan Yayat M.
Herujito, dasar-dasar manajemen, (PT Grasindo, jakarta :2001).
4

BAB II

PEMBAHASAN

2.1.    Problema dalam Perencanaan Pendidikan

Terkadang dalam sebuah perencanaan kita kurang bisa memprediksikan problema-


problema yang sekiranya  akan ada dalam proses pelaksanaan, sehingga terkadang kita
kesulitan dalam mencari solusi dari permasalahan tersebut.

Tugas merencanakan sesuatu sering kali tidak bisa dijalankan dengan baik sehingga
perencanaan itu tidak tepat, selain itu sering pula pelaksanaan pekerjaan tidak sesuai dengan
yang direncanakan. Keadaan yang demikian itu disebabkan3[3]

a.       Para perencana tidak cakap untuk melihat kemuka dengan tepat

b.      Kewenangan – kewenangan atau kekuasaan tidak jelas, samar-samar sehingga pelaksanaan
bertindak ragu-ragu dalam mengerjakan tugas.

c.       Anggaran yang diberikan tidak cukup untuk melaksanakan pekerjaan, karena itu juga tidak
sesuai dengan rencana anggaran dalam perencanaan.

d.      Tidak ada bantuan penduduk dan tidak ada “moral suport”, umpamanya suatu rencana yang
diterima dengan dingin oleh masyarakat ketika rencana itu akan dikerjakan.

Menurut Stoner James, A.F. (1988) ada dua jenis problema utama terhadap
pengembangan rencana yang efektif, yaitu;4[4]

1.      Perlawanan internal para calon perencana terhadap penetapan sasaran dan penyusunan
rencana untuk mencapainnya. Dengan kata lain, adanya keengganan untuk menetapkan
sasaran.

2.      Yang terdapat diluar perencana, yaitu keenggaan dan menolak rencana yang membawa
perubahan dalam organisasi.

Ada sejumlah alasan sehingga seorang perencana merasa enggan atau sama sekali
gagal menetapkan sasaran, yaitu :

ü  Keengganan untuk mengorbankan sasaran alternatif

4
http://www.smanraja.blogspot.com/2007/08/model-model-perencanaan-pendidikan Yayat M.
Herujito, dasar-dasar manajemen, (PT Grasindo, jakarta :2001).
5

ü  Ketakutan terhadap kegagalan

ü  Kurang pengetahuan tentang organisasi

ü  Kurang pengetahuan tentang lingkungan

ü  Kurang kepercayaan diri.

Untuk mengantisipasi hal ini maka kita perlu untuk melakukan Forcasting. Forcasting
adalah membuat prakiraan dengan mengantisipasi ke depan. Prakiraan tersebut didasarkan
atas faktor-faktor organisasi pendidikan baik yang bersifat kondisional maupun situasional.
Dimensi waktu yang harus dilibatkan ialah dimensi kelampauan, dimensi kekinian dan
dimensi keakanan5[5]

Berarti, masa lampau dan masa kini organisasi pendidikan, dengan segala faktor
kondisional dan situasionalnya, dikaji terlebih dahulu sebelum hal-hal yang akan dilakukan
tersebut dirumuskan. Dengan demikian, apa yang pada masa lampau dan masa kini berhasil
dapat diulangi dan bahkan ditingkatkan, sedangkan yang gagal dapat dijadikan sebagai
pelajaran. Dengan mengkaji masa lampau dan masa kini organisasi pendidikan, hal-hal yang
akan dilakukan tersebut dapat dirumuskan secermat mungkin, dan ada kesinambungannya
dengan apa yang dilakukan pada masa lampau.

Namun jika permasalahan tersebut sudah ada di hadapan kita pada saat proses
pelaksanaan perencanaan, maka langlah yang harus kita ambil adalah mengidentifikasi
masalah. Ini dilakukan dengan cara mengeksplorasi dan mengkonfirmasikan permasalahan
yang dihadapi oleh sekolah kepada: pengurus yayasan, kepala sekolah, tenaga kependidikan
(guru dan staf), anak didik, orang tua, masyarakat, dewan sekolah, kepala sekolah yang
menjadi kelanjutan sekolah tersebut, dan sebagainya.

Masalah-masalah yang diidentifikasi hendaknya yang seobjektif mungkin dan seriil


mungkin, dan bukan terkaan sumber data. Masalah-masalah tersebut dapat digali dengan
penyebaran angket, pengamatan, penggalian data dokumenter dan wawancara. Dari kegiatan
identifikasi masalah ini akan didapatkan banyak masalah yang dapat diangkat guna dicarikan
alternatif pemecahannya.

Kemudian digali juga alternatif penyebab munculnya masalah. Satu permasalahan


dimungkinkan oleh lebih dari satu alternatif penyebab. Alternatif penyebab masing-masing
masalah tersebut, hendaknya yang seriil mungkin, ialah yang dialami oleh sekolah tersebut

5
http://www.smanraja.blogspot.com/2007/08/model-model-perencanaan-pendidikan Yayat M.
Herujito, dasar-dasar manajemen, (PT Grasindo, jakarta :2001).
6

beserta komponen-komponennya. Sebab, jika alternatif penyebab dan yang dikemukakan di


sini bukan yang rill, maka alternatif pemecahan yang akan dipecahkan juga menjadi tidak rill.

Selanjutnya adalah mengidentifikasi alternatif pemecahan masalah, di sini haruslah


dipertimbangkan masalah dan alternatif pemecahannya. Suatu masalah yang sama, dengan
alternatif penyebab yang berbeda, bisa membutuhkan alternatif pemecahan masalah yang
berbeda, dan bisa juga membutuhkan alternatif pemecahan masalah yang sama. Semakin
banyak alternatif pemecahan masalah yang diajukan, akan semakin mudah didapatkan
alternatif pemecahan masalah yang lebih tepat.

Guna menentukan alternatif pemecahan masalah yang tertepat, diperlukan faktor


pendukung yang berupa sumber-sumber potensial dari perencanaan tersebut, dan faktor
penghambatnya agar dapat dijadikan sebagai pertimbangan dalam menentukan altenatif
dalam mencari solusi yang paling tepat.

Setelah diperhatikan dengan seksama, serta berdasarkan banyaknya faktor pendukung


dan faktor penghambat, alternatif-alternatif pemecahan masalah yang telah diajukan, dapat
dipilih. Alternatif pemecahan yang dipilih inilah yang yang bisa menjadi solusi bagi
permasalahan perencanaan dalam pendidikan. Adapun cara mengatasinya sebagaiberikut:6[6]

1.      Melibatkan para pegawai, terutama mereka yang terkena pengaruh dalam proses
perencanaan.
2.      Memberikan banyak informasi kepada para pegawai tentang rencana dan kemungkinan
akibat-akibatnya sehingga mereka memahami perlunya perubahan, manfaat yang diharapkan
dan apa yang diperlukan untuk pelaksanaan yang efektif.
3.      Mengembangkan suatu pola perencanaan dan penerapan yang efektif, suatu “track record”
yang berhasil mendorong kepercayaan kepada para pembuat rencana serta menyebabkan
rencana baru tersebut diterima
4.      Menyadari dampak dari perubahan-perubahan yang diusulkan oleh para anggota organisasi
dan memperkecil gangguan yang tidak perlu.

2.2   Tantangan Dalam Perencanaan Pendidikan

Jika ditelaah dari segi fungsi, maka istilah pendidikan menurut UU Republik
Indonesia Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3 adalah untuk
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
6
http://www.smanraja.blogspot.com/2007/08/model-model-perencanaan-pendidikan Yayat M.
Herujito, dasar-dasar manajemen, (PT Grasindo, jakarta :2001).
7

bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya


potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada TUHAN
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara demokratis serta bertanggungjawab. Program yang bagus memang, hanya sayang,
ketika hal itu diturunkan dalam praktek nyata, pada umumnya pendidikan di Indonesia masih
terjadi berbagai hal yang mengakibatkan terjadinya ketimpangan dan ketidaksuksesan
pendidikan yakni antara lain7[7]:

1. Terlalu cepatnya perubahan Kurikulum. Seiring dengan semakin meningkatnya


keinginan untuk memajukan pendidikan bangsa, terkadang unsur-unsur dunia
pendidikan berlomba-lomba untuk menciptakan suatu kreasi dan penciptaan baru di
dunia pendidikan yang akan membawa perubahan dan kemajuan termasuk salah
satunya adalah perubahan kurikulum. Hanya sayang, perubahan kurikulum yang
terlalu cepat terkadang malah menjadikan Dunia Pendidikan sendiri menjadi tidak
mampu meraih hasil maksimal. Guru yang merupakan unsur terpenting dalam dunia
ini malah kerap merasa kebingungan untuk menentukan sikap lantaran mereka jadi
dituntut harus menyesuaikan diri dengan cepat dengan perubahan kurikulum tersebut.
Akibatnya, waktu pelaku utama pendidikan yang seharusnya bertugas utama
menyebarkan ilmu pengetahuan kepada murid ini malah menjadi tersita akibat terlalu
lamanya mereka berkutat dengan administrasi dan segala tetek bengek yang
disyaratkan dalam tiap perubahan kurikulum.

2. Kesulitan Mengilmiahkan Ilmu dalam kegiatan sehari-hari. Sudah bukan rahasia lagi,
negara kita ini lebih terkenal dengan sistem ilmu teori-nya daripada praktek nyata.
Padahal, kebutuhan sejati dari ilmu pengetahuan yang dituntut dalam sekolah adalah
bagaimana cara mendidik tunas bangsa agar ketika mereka nanti ketika sudah lulus
dari sekolah bisa mengembangkan keterampilan sekaligus pengetahuan yang mereka
dapatkan di sekolah agar bisa tampil handal dalam masyarakat umum.

3. Memberi kepastian. Karena perubahan yang terjadi, maka manusia ingin adanya
kepastian pada segala sesuatu, termasuk kebutuhan kognitifnya. Ini berarti, adanya
kemampuan dari dunia pendidikan untuk menyingkirkan, atau paling sedikit mulai
mengurangi ketidakpastian yang mendalam [yang ada dalam diri peserta didik] untuk
mencapai suatu kepastian.

7
http://www.smanraja.blogspot.com/2007/08/model-model-perencanaan-pendidikan Yayat M.
Herujito, dasar-dasar manajemen, (PT Grasindo, jakarta :2001).
8

4. Penggunaan tekhnologi tinggi dalam pendidikan. Teknologi diperlukan dalam


pembangunan. Pembangunan adalah segala kegiatan manusia untuk memenuhi
keperluan dan meningkatkan taraf hidupnya. Karena untuk meningkatkan taraf hidup
tersebut, melalui pendidikan manusia mengembangkan tekhnologi. Kemudian
memakai hasil tekhnologi yang didapat dan dikembangkannya untuk membantu dan
mengembangkan pendidikan. Jadi, melalui pendidikan, manusia menghasilkan
teknologi; dan dengan tekhnologi manusia mengembangkan pendidikan. Artinya,
setiap institusi pendidikan akan berusaha dapat mempergunakan hasil tekhnologi
dalam pendidikan.

5. Pendidikan [harus] terfokus pada manusia dan kemanusiaanya sekaligus bersifat


manusiawi; artinya berdampak perubahan pada manusia.

6. Pendidikan harus selaras dan mampu mengembangkan iptek; dan iptek menghasilkan
aneka barang atau benda serta jasa untuk meningkatkan kualitas hidup dan kehidupan
manusia dan masyarakat.

7. Memberi perhatian besar pada HAM. Modernisasi, juga menjadikan manusia


menemukan makna hidupnya serta kesamaan universal sebagai sesama manusia di
manapun mereka berada. Karena kesamaan universal itu, memunculkan perhatian
pada harkat, harga diri, serta nilai-nilai kemanusiaan. Dengan demikian, jika terjadi
pelanggaran terhadap hal-hal yang menyangkut kemanusiaan seseorang, maka akan
menadapat sorotan secara internasionbal. Dalam kaitan dengan dunia pendidikan,
peserta didik dihadapkan dengan pelanggaran HAM yang terjadi setiap hari. Oleh
sebab itu, pendidikan harus memberi porsi yang besar terhadap segala sesuatu yang
menyangkut HAM. Hal tersebut dilakukan agar peserta didik terpanggil utnuk
memperjuangkan HAM untuk pribadinya, bangsa dan negara, serta umat manusia
secara universal.

8. Melakukan perbaikan terhadap informasi sampah yang diterima peserta didik. Pada


umumnya, peserta didik di masyarakat dunia ketiga [termasuk Indonesia] berada atau
hidup dalam situasi tiga millenium sekaligus; mereka akan menadapat arus informasi
yang [mungkin] bertolak belakang dengan nilai-nilai hidup dan kehidupannya. Oleh
sebab itu, institusi pendidikan [formal dan informal] harus mampu memberikan
informasi yang benar dan tepat serta menyeluruh sehingga mampu melindungi peserta
didik dari ekses-ekses informasi sampah.

http://www.smanraja.blogspot.com/2007/08/model-model-perencanaan-pendidikan Yayat M.
Herujito, dasar-dasar manajemen, (PT Grasindo, jakarta :2001).
9

9. Adanya upaya mencari keuntungan melalui pendidikan. Pada masa kini [dan mungkin
akan terus berlangsung] setiap manusia menginginkan apapun yang dilakukannya
menghasilkan keuntungan secara ekonomi. Hal itu pun terjadi pada pendidikan;
sehingga menjadi industri pendidikan. Ini berarti, penyelenggara pendidikan [yang
berinvestasi pada insitusi pendidikan] berusaha mendapat keuntungan dari institusi
yang dikelolanya. Dan upaya untuk mendapat keuntungan tersebut, menjadikan
peserta didik akan membayar mahal kepada penyelengara pendidikan. Jika itu terjadi,
maka pendidikan yang telah menjadi industri pendidikan tersebut, akan menghasilkan
atau menjadikan orang-orang yang berusaha agar mendapatkan
kembali kerugian karena membayar mahal selama pendidikan. Akibat dari upaya
mendapatkan kembali tersebut, akan menghasilkan manusia serakah yang hanya
berorientasi keuntungan ekonomi, egois, materialistik, korupsi, kolusi, nepotisme,
manipulasi sekaligus merugikan dan mengkesampingkan kepentingan umum, serta
mengacaukan hidup dan kehidupan masyarakat.

10. Minimnya fasilitas, prasarana, sarana pendukung pendidikan. Minimnya anggaran


negara untuk perbaikan pendidikan dan kesejahteraan para pendidik, juga
merupakaan sumbangan kepada ketidakmajuan pendidikan pada berbagai daerah di
Indonesia. Pada banyak tempat di Indonesia, ditemukan sekolah-sekolah yang rusak
serta minim fasilitas; hanya mempunyai dua atau tiga guru yang mengajar untuk
semua kelas; anak-anak usia sekolah tidak mempunyai kesempatan belajar, karena
berbagai kendala sosial dan ekonomi; dan lain sebagainya.

11. Pendidikan harus menghasilkan ilmuwan yang bertanggungjawab kepada


kesejahteraan semua umat manusia; artinya ia harus mengaplikasikan semua
pengetahuannya dalam bentuk hal-hal positip dan membangun demi kelangsungan
hidup dan kehidupan. Ilmuwan yang bertanggungjawab dan komitmen pada
profesinya, dan harus berani mengkesampingan batas-batas SARA; ia mampu
merubah manusia menjadi lebih baik sesuai bidangnya tanpa mempersoalkan latar
belakang orang tersebut

2.3 Solusi menghadapi tantangan masa depan pendidikan di Indonesia


Upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk menghadapi tantangan pendidikan ialah
dengan meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia yaitu usaha peningkatan mutu
dengan perubahan kurikulum dan proyek peningkatan lain: Proyek Perpustakaan, Proyek

http://www.smanraja.blogspot.com/2007/08/model-model-perencanaan-pendidikan Yayat M.
Herujito, dasar-dasar manajemen, (PT Grasindo, jakarta :2001).
10

Pengadaan Buku Paket, Proyek Peningkatan Mutu Guru, Bantuan Operasional Sekolah
(BOS) dan Bantuan Khusus Murid/BSM dll. Selain itu juga memberikan penghargaan kepada
insan pendidikan, meningkatkan profesionlisme guru dan pendidik, sebisa mungkin kurangi
dan berantas korupsi karena sangat merugikan negara.
Dalam konteks pembangunan sektor pendidikan, pendidik merupakan pemegang
peran yang amat sentral. Guru adalah jantungnya pendidikan. Tanpa denyut dan peran aktif
guru, kebijakan pembaruan pendidikan secanggih apa pun tetap akan sia-sia. Sebagus apa pun
dan semodern apa pun sebuah kurikulum dan perencanaan strategis pendidikan dirancang,
jika tanpa guru yang berkualitas, tidak akan membuahkan hasil optimal. Artinya, pendidikan
yang baik dan unggul tetap akan tergantung pada kondisi mutu guru.

Beberapa upaya untuk meningkatkan mutu guru adalah sebagai berikut:8[8]


1.      Sertifikasi guru
Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru. Hingga saat ini
sertifikasi bagi guru dalam jabatan dilaksanakan oleh Lembaga Pendidikan Tenaga
Kependidikan (LPTK) yang terakreditasi dan ditetapkan oleh pemerintah. Sedangkan
pelaksanaan sertifikasi dilakukan dalam bentuk portofolio sesuai dengan Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 18 Tahun 2007.

8
http://www.smanraja.blogspot.com/2007/08/model-model-perencanaan-pendidikan Yayat M.
Herujito, dasar-dasar manajemen, (PT Grasindo, jakarta :2001).
11

Sertifikasi guru dalam jabatan merupakan kebijakan pemerintah untuk memenuhi


standar guru yang dipersyaratkan, yaitu memiliki kualitas akademik minimal S-1/D-IV yang
relevan dan memiliki kompetensi sebagai agen pembelajaran (agent of learning) dan key
person in the classroom (Davies dan Ellison, 1992). Sertifikasi guru merupakan upaya
peningkatan mutu guru yang disertai peningkatan kesejahteraan, sehingga diharapkan dapat
meningkatkan mutu pembelajaran dan pendidikan di tanah air secara berkesinambungan.
Bentuk kesejahteraan guru adalah tunjangan profesi yang besarnya satu kali gaji dan
diberikan apabila seorang guru telah memperoleh sertifikat pendidik.
Sertifikasi guru memiliki tujuan yang sangat mulia, yaitu untuk memberikan
kesejahteraan yang lebih baik kepada guru, dan sekaligus untuk meningkatkan kualitas guru.
Namun demikian, dalam pelaksanaan sertifikasi guru perlu adanya pengawasan. Jika tidak
dikhawatirkan akan terjadi praktik-praktik yang tidak seharusnya dilakukan seperti KKN
yang dilakukan antara institusi yang diberi kewenangan untuk melakukan uji sertifikasi
dengan para guru yang berkeinginan sekali untuk lulus dan mendapat sertifikat pendidik.
Oleh karena itu, baik pemerintah, masyarakat, dan organisasi profesi pendidik terutama PGRI
serta organisasi sejenis harus saling bersinergi dan bekerja keras untuk mengawasi dan
memantau pelaksanaan sertifikasi sehingga benar-benar dapat dilaksanakan sesuai dengan
harapan. Jika diperlukan, bisa dibentuk lembaga pemantau dan pengawas independen 
pelaksanaan sertifikasi guru.
2.      Continuous Professional Development (CPD)
Upaya lain yang dilakukan dalam rangka peningkatan mutu dan profesionalisme guru 
juga telah dilakukan oleh pemerintah. Peningkatan profesionalisme dilakukan melalui
pendidikan, pelatihan-pelatihan singkat maupun berkesinambungan, dengan pembiayaan dari
pemerintah, yang dikenal dengan Continuous Professional Development (CPD). Beberapa
upaya yang dilakukan dengan pendekatan CPD ini adalah dengan memberdayakan unsur-
unsur sebagai berikut.
a.      KKG (Kelompok Kerja Guru) dan MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran)
KKG merupakan kelompok atau forum musyawarah kerja guru di tingkat pendidikan
dasar, sedangkan MGMP yaitu forum musyawarah kerja guru di tingkat pendidikan
menengah, yang tercatat dan diakui keberadaannya oleh Pemerintah Daerah melalui Dinas
Pendidikan.
Kaitannya dengan kualifikasi dan sertifikasi guru maka KKG/MGMP dapat menjadi
tempat para guru untuk saling membantu dalam meningkatkan kemampuannya guna

http://www.smanraja.blogspot.com/2007/08/model-model-perencanaan-pendidikan Yayat M.
Herujito, dasar-dasar manajemen, (PT Grasindo, jakarta :2001).
12

mencapai kualifikasi standar guru yang disyaratkan (S1/D4) dan sertifikasi profesi sebagai
guru. Dalam KKG/MGMP para guru dapat saling belajar dan saling memberikan semangat
untuk maju bersama meningkatkan kualifikasi dan profesionalitasnya secara terus menerus.
b.      KKKS (Kelompok Kerja Kepala Sekolah) dan MKKS (Musyawarah Kerja Kepala
Sekolah)
Kepala sekolah dapat beperan positif terhadap perkembangan para guru,  yaitu para
kepala sekolah mampu meningkatkan potensi guru-guru sekaligus memberikan ruang gerak
dan kebebasan untuk maju bagi para guru guna meningkatkan komitmen tanggung jawab
tugasnya.
Para guru perlu mendapatkan dorongan kuat dari para kepala sekolah untuk berani
keluar dari dunia rutinitas hariannya masuk kedalam dunia dinamis yang merupakan syarat
dari sutau perkembangan profesionalisme para guru itu sendiri dalam rangka meningkatkan
kompetensi untuk mendukung tugas luhurnya sebagai guru yang profesional.
Sebaliknya kepala sekolah dapat menjadi penghambat perkembangan para guru, jika
para guru tidak mendapat dukungan untuk secara dinamis mengembangkan potensinya
dengan berinteraksi dengan jaringan guru-guru dari satuan pendidikan lainnya dan lembaga-
lembaga lainnya. Dengan interaksi keluar yang terarah maka para guru akan mendapatkan
berbagai best practices dari jaringannya sehingga individualnya akan terbangkitkan untuk
maju bersama rekan guru lainnya.
c.       LPMP dan P4TK
Dalam upaya menumbuhkembangkan KKG dan MGMP, perlu mendapatkan pasokan
informasi, material dan juga finansial secara sistematis sampai mereka menjadi grup-grup
dinamis yang dapat mengembangkan dan membiayai kelompoknya sendiri. Lembaga yang
dapat memberikan masukan diantaranya Lembaga Penjaminan Mutu Pendidik (LPMP) dan
Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (P4TK). Fungsi
LPMP dan P4TK terkait dengan pengembangan profesionalisme guru berkelanjutan adalah
antara lain:
a.       LPMP dan P4TK dapat berperan dalam mengembangkan profesionalisme guru melalui
berbagai kegaiatan dengan bekerjasama dengan KKG/MGMP.
b.      LPMP dan P4TK dapat membuat jaringan kerja dinamis dengan seluruh KKG/MGMP di
daerahnya masing-masing.

http://www.smanraja.blogspot.com/2007/08/model-model-perencanaan-pendidikan Yayat M.
Herujito, dasar-dasar manajemen, (PT Grasindo, jakarta :2001).
13

c.       Pembuatan jaringan dapat dimulai dengan pendataan profil dan pemetaan KKG/MGMP,
membuat perencanaan pengembangan jaringan kerja yang menghubungakan antara
KKG/MGMP dan LPMP dan P4TK.
d.      Selanjutnya LPMP/P4TK dapat mendorong para vocal point (wakil aktif) tiap-tiap
KKG/MGMP untuk selalu saling berinteraksi melalui berbagai media baik Email, SMS,
telepon, pertemuan langsung dan lain-lain. Semakin intensif  interaksi antar mereka semakin
cepat perkembangan KKG/MGMP dan juga perkembangan LPTK dan P4TK.
d.      Perguruan Tinggi (PT/LPTK)
Lembaga Perguruan Tinggi baik LPTK maupun Perguruan Tinggi umum lainnya
mempunyai peranan signifikan dalam peningkatan profesionalisme guru:
a)      Perguruan Tinggi dapat menyumbangkan andilnya dalam menjalin kerjasama dan akses
networking dengan para guru atau KKG/MGMP.
b)      Perguruan Tinggi dapat menjadi acuan kemajuan dalam bidang Ilmu pengetahuan dan
teknologi yang diperlukan para guru dalam mengaktualisasikan pengetahuannya.
c)      Perguruan Tinggi dapat melakukan kegiatan-kegiatan di satuan-satuan pendidikan guna
ikut mengaktifkan guru-guru dan menjalin hubungan kerjasama pengembangan pedidikan.
Dengan semakin banyak persinggungan antara para guru dalam KKG/MGMP maka semangat
peningkatan kualifikasi guru akan semakin meningkat.
d)     Kuliah Kerja Nyata (KKN) dari Perguruan Tinggi dapat diarahkan guna ikut membina
satuan-satuan pendidikan beserta tenaga gurunya, sehingga secara reguler mendapatkan
suntikan motivasi, tenaga dan informasi dari mahasiswa dan dosen-dosen perguruan tinggi.
e)      Perguruan tinggi dapat melakukan networking ke satuan-satuan pendidikan dan
KKG/MGMP atau sebaliknya guna saling memahami permasalahan yang ada dan selanjutnya
mejalin kerjasama.

e.       Assosiasi profesi


Dalam rangka meningkatkan profesionalisme guru berkelanjutan, peranan assosiasi profesi
guru yang ada sangat signifikan. Hal tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara sebagai
berikut.
a.       LPMP/P4TK dan KKG/MGMP dapat menjalin kerjasama dengan assosiasi guna lebih
mengembangkan sayap kerjanya untuk meningkatkan mutu guru.

http://www.smanraja.blogspot.com/2007/08/model-model-perencanaan-pendidikan Yayat M.
Herujito, dasar-dasar manajemen, (PT Grasindo, jakarta :2001).
14

b.      Assosiasi dapat bekerjasama dalam menggerakkan dinamika guru dengan berbagai macam
kegaiatan yang mengarah pada pemberdayaan individu dan kelompok guru. Bagi assosiasi
hal ini sangat penting karena asosiasi akan semakin mendapat legitimasi luas sebagai
organisisi yang benar-benar memperjuangkan kemajuan guru.
c.       Asosiasi dapat mengembangkan hubungan kerja LPMP/P4TK, KKG/MGMP dan guru
secara networking, dimana  ”saling tergantung” diubah menjadi  ”saling mendukung”, dari
”saling berebut”  menjadi ”saling berbagi” dan dari ”saling berusaha merugikan” menjadi
”saling berusaha menguntungkan”, dari “saling menyembunyikan informasi” menjadi “saling
sharing informasi”, dan sebagainya.

BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan.

Adanya perencanaan dapat mengetahui kekurangan dan kelebihan setiap pekerjaan


yang sedang dijalankan, sehingga dapat diberikan suatu evaluasi untuk mengatasi sebuah

http://www.smanraja.blogspot.com/2007/08/model-model-perencanaan-pendidikan Yayat M.
Herujito, dasar-dasar manajemen, (PT Grasindo, jakarta :2001).
15

problema – problema yag dihadapi, sehingga dapat menghasilkan suatu pekerjaan yang
maksimal.

Dua jenis problema utama terhadap pengembangan rencana yang efektif, yaitu

a.       Perlawanan internal.

b.      Yang terdapat di luar (Perlawan eksternal)

Adapun cara mengatasinya sebagaiberikut:

1.      Melibatkan para pegawai,

2.      Memberikan banyak informasi kepada para pegawai tentang rencana dan kemungkinan
akibat-akibatnya sehingga mereka memahami perlunya perubahan, manfaat yang diharapkan
dan apa yang diperlukan untuk pelaksanaan yang efektif.

3.      Mengembangkan suatu pola perencanaan dan penerapan yang efektif,

4.      Menyadari dampak dari perubahan-perubahan yang diusulkan oleh para anggota organisasi
dan memperkecil gangguan yang tidak perlu.

Terdapat beberapa tantangan masa depan pendidikan di Indonesia, antara lain:

a.       Kualitas pendidikan

b.      Kualitas kurikulum

c.       Guru

d.      Relevansi pendidikan

e.       Pemerataan pendidikan

Beberapa upaya untuk meningkatkan mutu atau kualitas guru adalah sebagai berikut:

a.       Sertifikasi guru

b.      Continuous Professional Development (CPD)

B. Saran

Semua elemen sekolah dan juga pemerintah harus bersinergi secara positif untuk
mewujudkan masa depan pendidikan yang berkualitas.

http://www.smanraja.blogspot.com/2007/08/model-model-perencanaan-pendidikan Yayat M.
Herujito, dasar-dasar manajemen, (PT Grasindo, jakarta :2001).
16

Demikian yang dapat penulis sampaikan, penulis berharap semoga makalah ini dapat
menambah pengetahuan bagi para pembaca khususnya dan pelajaran bagi penulis sendiri.
Saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan. Semoga bermanfa’at.

DAFTAR PUSTAKA

Adriand, Indra Jaya Perencanaan dan Manajemen Pembangunan Pendidikan,

indrajayaadriand.wordpress.com, 2008

http://www.smanraja.blogspot.com/2007/08/model-model-perencanaan-pendidikan Yayat M.
Herujito, dasar-dasar manajemen, (PT Grasindo, jakarta :2001).
17

Asnawir, Manajemen Pendidikan, Padang: IAIN IB Press, 2006

Yayat M. Herujito, dasar-dasar manajemen, (PT Grasindo, jakarta :2001)

Ibid, hal. 98

Rusliana,Ade, Blog Manajemen Pendidikan Indonesia,

http://www.smanraja.blogspot.com/2007/08/model-model-perencanaan-pendidikan

Yayat M. Herujito, dasar-dasar manajemen, (PT Grasindo, jakarta :2001).

Adelia Sandra http://izzaucon.blogspot.com/2014/06/tantangan-masa-depan-pendidikan-di.html

http://izzaucon.blogspot.com/2014/06/tantangan-masa-depan-pendidikan-di.html

http://www.smanraja.blogspot.com/2007/08/model-model-perencanaan-pendidikan Yayat M.
Herujito, dasar-dasar manajemen, (PT Grasindo, jakarta :2001).

Anda mungkin juga menyukai