Anda di halaman 1dari 15

Dimensi, Pendekatan, dan Model

Kepemimpinan dalam Pendidikan


Oleh:

Andi Fadhilah A.Natsir, S.Pd.I, MA

Abstrak

Kepemimpinan mempunyai peranan penting dalam berbagai bidang.


Sehingga berhasil atau tidaknya suatu lembaga dapat dilihat dari bagaimana
kepemimpinan yang dijalankan di lembaga tersebut. Dalam lembaga pendidikan
pada khususnya sekolah, maka pemimpin tertinggi dipegang oleh kepala sekolah.
Kepala sekolah sebagai seseorang yang diberi tugas untuk memimpin sekolah,
bertanggung jawab atas tercapainya visi misi sekolah. Seorang kepala sekolah
harus mampu menjalankan dimensi kepemimpinan yang semestinya dengan
menggunakan berbagai pendekatan, baik pendekatan sifat, perilaku, maupun
situasional. Dari pendekatan situasional, kepala sekolah dapat memilih model
kepemimpinan yang tepat dalam menyelesaikan masalah-masalah yang berkaitan
dengan kepemimpinan tersebut sehingga visi misi sekolah dapat tercapai.

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kepemimpinan berasal dari kata pemimpin yang artinya seorang pribadi

yang memiliki kecakapan dan kelebihan, khususnya kecakapan/ kelebihan di

satu bidang sehingga dia mampu mempengaruhi orang-orang lain untuk

bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi pencapaian satu

atau beberapa tujuan.(Kartono, 1994:181)

Menurut Munson dalam buku Kepemimpinan Islam dan Dakwah oleh

Drs. RB. Khatib Pahlawan Kayo (2005:8), mendefinisikan kepemimpinan

sebagai kemampuan menghandel orang lain untuk memperoleh hasil


maksimal dengan friksi sesedikit mungkin dan kerja sama yang besar.

Kepemimpinan adalah kekuatan semangat atau moral yang kreatif dan

terarah.

Sementara menurut Edwin A.Locke mendefinisikan kepemimpinan

sebagai proses membujuk orang-orang lain untuk mengambil langkah menuju

suatu sasaran bersama. (Kayo, 2005:8)

Berdasarkan pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa

kepemimpinan merupakan kemampuan untuk mempengaruhi atau

menghandel perilaku seseorang/kelompok untuk mencapai suatu tujuan

bersama dengan berdasarkan pada kecakapan dan kelebihan yang dimiliki

oleh pemimpin pada bidang keahliannya.

Kepemimpinan merupakan faktor penting yang paling menentukan

berjalan atau tidaknya suatu organisasi atau lembaga. Karenanya

kepemimpinan merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi

gagal atau tidaknya sebuah lembaga.(Sukamto, 1999:19)

Semua jenis pemimpin melakukan tugas kepemimpinannya sesuai

dengan bidang garapnya. Bidang yang menjadi garapannya seringkali

membedakan pemimpin satu dengan pemimpin lainnya. Dari sini dapat

dimaklumi bahwa lahirnya pemimpin ada dimana mana, baik dalam

komunitas besar maupun kecil. Fenomena ini menandakan bahwa tidak ada

suatu kelompok masyarakat tanpa pemimpin, kalau memang di sana masih

ada pihak-pihak yang dipengaruhi dan diarahkan.(Kartodirdjo,1990:7)


Perilaku pemimpin harus dapat mendorong kinerja staf dan para

bawahannya dengan menunjukkan rasa bersahabat, dekat, dan penuh

pertimbangan terhadap semua pihak, baik sebagai individu maupun

kelompok. Dengan demikian, keberadaan seorang pemimpin dalam setiap

lembaga termasuk di dalamnya lembaga pendidikan dalam tugas dan

fungsinya dituntut untuk memiliki kebijaksanaan dan wawasan yang luas,

terampil dalam berbagai disiplin ilmu. Pola kepemimpinan pun juga akan

berpengaruh dan bahkan menentukan terhadap kemajuan sebuah lembaga

pendidikan.(Direktorat Dikmenjur,tt: 8)

Dalam suatu lembaga pendidikan atau sekolah, kepala sekolah

merupakan pemimpin tertinggi. Kepala sekolah sebagai seseorang yang

diberi tugas untuk memimpin sekolah, bertanggung jawab atas tercapainya

visi misi sekolah. Kepala sekolah diharapkan menjadi pemimpin dan

inovator di sekolah. Oleh sebab itu, kualitas kepemimpinan kepala sekolah

adalah signifikan bagi keberhasilan sekolah.

Dalam pemecahan masalah yang berkaitan dengan kepemimpinan ada

beberapa pendekatan yang dilakukan. Maka dari itu jurnal ini disusun guna

menambah wawasan dan menambah khasanah pengetahuan yang kaitannya

dengan Dimensi, Pendekatan dan Model Kepemimpinan dalam Pendidikan.


B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari latar belakang yang telah dikemukakan

ialah :

1. Bagaimana dimensi kepemimpinan dalam pendidikan ?

2. Bagaimana pendekatan kepemimpinan dalam pendidikan ?

3. Bagaimana model kepemimpinan dalam pendidikan ?


II. PEMBAHASAN

A. Dimensi kepemimpinan

Teori dan penelitian penuh dengan berbagai kerangka acuan untuk

menguji aspek-aspek penting dari tingkah laku kepemimpinan. Kebanyakan

konseptualisasi kepemimpinan berdimensi ganda, paling sedikit mereka

menyokong dua tipe yang berbeda.(Purwanto,2000:27)

Berdasarkan penelitiannya Dorwin Cartwright dan Alvin Zander dalam

Purwanto (2000a:28) mengemukakan kepemimpinan dipandang dari dua

fungsi kelompok. Mereka berkesimpulan bahwa pada umumnya, atau

mungkin semua, sasaran-sasaran kelompok dapat dihubungkan dengan salah

satu dari dua hal berikut : 1) pencapaian tujuan yaitu pencapaian beberapa

tujuan khusus dari kelompok; atau 2) pemeliharaan kelompok yaitu

pemeliharaan atau perkuatan kelompok itu sendiri.

Dalam usahanya menggabungkan teori dan penelitian tentang

kepemimpinan, David G Bowers dan Stanley E. Seashore dalam Purwanto

(2000b:29) mengusulkan empat dimensi pokok dari struktur fundamental

kepemimpinan, yaitu :

1. Bantuan (support) – tingkah laku yang memperbesar perasaan berharga

seseorang dan merasa dianggap penting.


2. Kemudahan interaksi – tingkah laku yang memberanikan anggota-anggota

kelompok untuk mengembangkan hubungan-hubungan yang saling

menyenangkan.

3. Pengutamaan tujuan – tingkah laku yang merangsang antusiasme bagi

penemuan yujuan kelompok mengenai pencapaian prestasi yang baik.

4. Kemudahan bekerja – tingkah laku yang membantu pencapaian tujuan

dengan kegiatan-kegiatan seperti penetapan waktu, pengoordinasian, dan

penyediaan sumber-sumber seperti alat-alat, bahan-bahan dan pengetahuan

teknis.

Jika dimensi itu diperas menjadi dua, maka dimensi-dimensi yang

dikemukakan oleh Cartright dan Zander dan yang dikemukakan oleh para ahli

lainnya muncul kembali. Dimensi bantuan dan kemudahan interaksi

diringkas menjadi fungsi-fungsi pemeliharaan kelompok atau kegiatan-

kegiatan ekspresif; dimensi pengutamaan tujuan dan kemudahan bekerja

diringkas menjadi fungsi pencapaian tujuan atau kegiatan-kegiatan

instrumental.(Purwanto,2000c:29)

Dengan demikian, dimensi-dimensi kepemimpinan secara garis besar

terbagi 2 yaitu pencapaian tujuan dan pemeliharaan kelompok.

B. Pendekatan kepemimpinan

Yang dimaksud pendekatan kepemimpinan disini adalah sudut pandang

terhadap kepemimpinan, yang mana pendekatan kepemimpinan ini ada 3

yaitu: Pertama, yaitu pendekatan sifat yang menfokuskan pada karakteristik

pribadi pemimpin. Kedua, yaitu pendekatan perilaku dalam hubungannya


dengan bawahannya. Ketiga, Pendekatan situasional, perilaku seorang

pemimpin dengan karakteristik situasional.

1. Pendekatan Sifat.

Keberhasilan seseorang pemimpin banyak ditentukan atau dipengaruhi

oleh sifat-sifat yang dimiliki oleh pribadi si pemimpin. Jadi, menurut

pendekatan ini, seseorang menjadi pemimpin karena sifat-sifatnya.

(Purwanto,2000d:31)

Ada empat sifat umum yang mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan

kepemimpinan organisasi, yaitu  :

a. Kecerdasan; pada umumnya pemimpin mempunyai tingkat kecerdasan lebih

tinggi dibandingkan dengan yang dipimpin,

b. Kedewasaan, pemimpin cenderung menjadi matang dan mempunyai emosi

yang stabil serta perhatian yang luas terhadap aktivitas-aktivitas sosial,

c. Motivasi diri dan dorongan berprestasi; pemimpin cenderung mempunyai

motivasi yang kuat untuk berprestasi,

d. Sikap hubungan kemanusiaan, pemimpin yang berhasil mau mengakui harga

diri dan kehormatan bawahan.

(http://www.bintan-s.web.id/2011/04/pendekatan-kepemimpinan-

berdasarkan.html, diakses tanggal 29 Januari 2013 )

Sifat-sifat umum tersebut sangat menunjang keberhasilan seseorang

untuk menjadi pemimpin.


2. Pendekatan perilaku

Pendekatan perilaku (behavioral approach) merupakan pendekatan yang

berdasarkan pemikiran bahwa keberhasilan atau kegagalan pemimpin

ditentukan oleh sikap dan gaya keemimpinan yang dilakukan oleh pemimpin

yang bersangkutan. Sikap dan gaya kepemimpinan itu tampak dalam

kegiatannya sehari-hari dalam hal bagaimana cara pemimpin itu memberi

perintah, membagi tugas dan wewenangnya, cara berkomunikasi, cara

mendorong semangat kerja bawahan, cara memberi bimbingan dan

pengawasan, cara membina ddisiplin kerja bawahan, cara menyelenggarakan

dan memimpin rapat anggota, cara mengambil keputusan dan sebagainya.

(Purwanto,2000e:32)

Dengan demikian, maka selain pendekatan sifat, pendekatan perilaku

juga cukup menentukan keberhasilan seorang pemimpin.

3. Pendekatan situasional

Pendekatan atau teori kepemimpinan ini dikembangkan oleh Hersey dan

Blanchard berdasarkan teori-teori kepemimpinan sebelumnya. Pendekatan

situasional biasa disebut dengan pendekatan kontingensi. Pendekatan ini

didasarkan atas asumsi bahwa keberhasilan kepemimpinan suatu organisasi

atau lembaga tidak hanya bergantung atau dipengaruhi oleh perilaku dan

sifat-sifat pemimpin saja. Tiap organisasi atau lembaga memiliki ciri-ciri

khusus dan unik. Bahkan organisasi atau lembaga yang sejenispun akan
menghadapi masalah yang berbeda karena lingkungan yang berbeda,

semangat, watak dan semangat dan watak bawahan yang berbeda. Situasi

yang berbeda-beda ini harus dihadapi dengan perilaku kepemimpinan yang

berbeda pula.

Berbagai faktor yang dapat mempengaruhi gaya kepemimpinan antara

lain: sifat pribadi pemimpin, sifat pribadi bawahan, sifat pribadi sesama

pemimpin, struktur organisasi, tujuan organisasi, motivasi kerja, harapan

pemimpin maupun bawahan, pengalaman pemimpin maupun bawahan, adat,

kebiasaan, budaya lingkungan kerja dan lain sebagainya.(Purwanto,2000f:32)

Pendekatan kontingensi menekankan pada ciri-ciri pribadi pemimpin dan

situasi. Teori ini bukan hanya penting bagi kompleksitas yang bersifat

interaktif dan fenomena kepemimpinan tetapi turut membantu para pemimpin

yang potensial dengan konsep-konsep yang berguna untuk menilai situasi

yang bermacam-macam dan untuk menunjukkan perilaku kepemimpinan

yang tepat berdasarkan situasi.(Wahdjosumidjo,2008:20-21)

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendekatan ini menekankan

bukan hanya pada sifat dan perilaku pemimpin tetapi juga situasi yang ada

dalam organisasi tersebut.

C. Model Kepemimpinan

Ada beberapa model kepemimpinan yang lahir dari pendekatan

situasional, yakni :

1. Model Kepemimpinan Kontingensi Fielder


Model kepemimpinan ini dikembangkan oleh Fred E. Fielder. Dia

berpendapat bahwa keberhasilan seorang pemimpin tidak hanya ditentukan

oleh suatu gaya kepemimpinan yang diterapkannya. Menurut pendekatan ini,

ada tiga variabel yang menentukan efektif tidaknya kepemimpinan, yaitu

hubungan antara pemimpin dengan yang dipimpin, derajat struktur tugas, dan

kedudukan kekuasaan pimpinan.(Wahdjosumidjo,2008a:39-40)

Berdasarkan pendapat Fielder tersebut, maka situasi organisasi atau

lembaga dikatakan menguntungkan dalam arti menentukan keberhasilan

pemimpin jika :

a. Hubungan pemimpin dengan anggota bawahan baik, pemimpin disenangi

oleh anggota kelompoknya ditaati segala perintahnya.

b. struktur tugas-tugas terinci dengan jelas dan dipahami oleh tiap anggota-

anggota kelompok, setiap anggota memiliki wewenang dan tanggungjawab

masing-masing secara jelas sesuai dengan fungsinya, dan

c. kedudukan kekuasaan formal pemimpin kuat dan jelas sehingga

memperlancar usahanya mempengaruhi anggota kelompoknya.

(Wahdjosumidjo,2008b:40)

Dengan demikian maka ada 3 patokan dalam melihat keberhasilan suatu

lembaga atau organisasi, yakni jika hubungan pemimpin dan yang dipimpin

itu baik, struktur tugas terinci dengan jelas, serta kedudukan kekuasaan

pemimpin yang kuat.


2. Model kepemimpinan tiga dimensi

Reddin dalam Harbani Pasolong (2010:43-45) menggambarkan

efektifitas kepemimpinan dalam 3 (tiga) hal pokok (tiga kotak), pendekatan

ini disebut model 3 (tiga) dimensi :

a. Gaya Eksekutif, yaitu pemimpin banyak memberikan perhatian pada tugas-

tugas pekerjaan da hubungan kerja. Pemimpin yang menggunakan ini disebut

motivator yang baik, mau dan mampu menetapkan standar kerja yang tinggi,

mau mengenal perbedaan karakteristik individu, mau menggunakan kerja tim

dalam manajeman.

b. Gaya Pecinta Pengembangan, yaitu pemimpin memberikan perhatian

maksimal pada hubungan kerja dan minimal terhadap tugas. Pemimpin yang

menggunakan gaya ini mempunyai kepercayaan implicit terhadap orang-

orang yang bekerja dalam birokrasi dan sangat memperhatikan

pengembangan individu.

c. Gaya Otokratis Yang Baik Hati, yaitu pemimpin memberikan perhatian yang

maksimal pada tugas dan hubungan kerja. Pemimpin yang menggunakan

gaya ini mengetahui secara tepat yang diinginkan dan cara mencapainya

tanpa menyebabkan keengganan pihak bawahannya.

d. Gaya Pecinta Kompromi, yaitu pemimpin memberikan yang maksimal pada

tugas dan hubungan kerja berdasarkan kompromi. Pemimpin yang


menggunakan gaya ini sangat tertarik kepada aturan-aturan dan mengontrol

pelaksanaannya secara teliti.

e. Gaya Birokrat, pemimpin memberikan perhatian yang sangat besar pada

tugas pekerjaan dan hubungan kerja berdasarkan kompromi. Pemimpin yang

menggunakan gaya ini merupakan pembuat keputusan yang jelek karena

banyak tekanan bawahan yang mempengaruhinya.

f. Gaya Missionari, pemimpin memperhatikan maksimal pada hubungan kerja

dan minimal terhadap tugas. Gaya ini hanya menilai keharmonisan sebagai

tujuan dirinya sendiri.

g. Gaya Lari Dari Tugas, pemimpin sama sekali tidak memberikan perhatian

pada tugas dan hubungan kerja. Gaya ini tidak peduli pada tugas dan orang

lain.

3. Model kontinum berdasarkan banyaknya peranserta bawahan dalam

pengambilan keputusan.

Pengembangan model kepemimpinan ini adalah Vroom dan Yetton :

Keduanya berpendapat bahwa ada dua macam kondisi utama yang dapat

dijadikan dasar bagi pemimpin untuk mengikutsertakan atau tidak

mengikutsertakan bahawan dalam pembuatan keputusan. Dua macam kondisi

tersebut ialah tingkat keefektifan teknis diantara para bawahan dan toingkat

motivasi serta dukungan para bawahan.(Purwanto,2000g:44)

Berdasarkan kedua macam kondisi tersebut, seorang pemimpin dapat

memilih salah satu dari empat gaya kepemimpinan yang akan diterapkan
dengan hubungannya dengan pembuatan putusan. Bagaimana prosedur

pemilihan gaya kepemimpinan itu, dapat digambarkan dengan penjelasan

berikut :

a. Jika tingkat keefektifan teknis dan tingkat motivasi dukungan bawahan

keduanya rendah, maka pemimpin memilih gaya membuat keputusan sendiri

( make decision alone).

b. Jika tingkat keefektifan teknis dari bawahan tinggi, tetapi tingkat motivasi

dan dukungan rendah, maka gaya kepemimpinan yang dimilikinya adalah

membuat putusan secara konsultatif (consul); pimpinan berkonsultasi dengan

bawahan.

c. Jika tingkat keefektifan teknis dari bawahan rendah, tetapi tingkat motivasi

dan dukungan bawahan tinggi, maka gaya kepemimpinan yang sesuai adalah

dengan mendelegasikan delegate) atau melimpahkan kepada bawahan.

Pemimpin membuat putusan, kemudian melimpahkan tanggungjawab kepada

bawahan untuk melaksanakannya.

d. Jika tingkat keefektifan teknis maupun tingkat motivasi dukunyan bawahan

keduanya tinggi, maka gaya kepemimpinan yang sesuai adalah membuat

putusan bersama ( share decision). Pemimpin dan bawahan membuat putusan

secara musyawarah.
III. KESIMPULAN

1. Dimensi-dimensi kepemimpinan secara garis besar terbagi 2 yaitu pencapaian

tujuan dan pemeliharaan kelompok.

2. Pendekatan kepemimpinan dalam pendidikan meliputi : pendekatan sifat

(seseorang menjadi pemimpin karena sifat-sifatnya), pendekatan perilaku

(seseorang menjadi pemimpin tidak hanya berdasarkan sifat tetapi juga

perilakunya), dan pendekatan situasional (keberhasilan kepemimpinan suatu

organisasi tidak hanya dipengaruhi oleh sifat dan perilaku pemimpin saja,

melainkan juga situasi yang ada dalam organisasi tersebut).

3. Model kepemimpinan dalam pendidikan meliputi :

a. Model kepemimpinan kontingensi Fielder

b. Model kepemimpinan tiga dimensi

c. Model kepemimpinan berdasarkan banyaknya peran serta bawahan dalam

pengambilan keputusan.
DAFTAR PUSTAKA

Bintan.2011.Pendekatan Kepemimpinan Berdasarkan Sifat.(online).


(http://www.bintan-s.web.id/2011/04/pendekatan-kepemimpinan-
berdasarkan.html, diakses tanggal 29 Januari 2013)

Direktorat Dikmenjur.t.t.Panduan Manajemen Sekolah.Jakarta : Depdiknas

Kartodirdjo, Sartono.1990. Kepemimpinan dalam Dimensi Sosial.Jakarta : LP3ES


Kartono, Kartini.1994.Pemimpin dan Kepemimpinan.Jakarta: Raja Grafindo
Persada

Kayo, Khatib Pahlawan.2005.Kepemimpinan Islam dan Dakwah.Jakarta : Amzah


Pasolong, Harbani.2010.Kepemimpinan Birokrasi.Bandung: Alfabeta
Purwanto, Ngalim .2000.Administrasi dan Supervisi Pendidikan,.Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya
Sukamto.1999.Kepemimpinan Kyai dalam Pesantren,.Jakarta : LP3ES
Wahjosumidjo.2008.Kepemimpinan Kepala Sekolah: Tinjauan Teoritik dan
Permasulahannya.Jakarta: RajaGrafindo Persada

Anda mungkin juga menyukai