Anda di halaman 1dari 12

BANK ASI, BANK SPERMA, DAN ATM KONDOM

Makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Masailul Fiqhiyah


Dosen pengampu :

Disusun oleh :
1. Nooratry Hanifah (X.03/19.20/02.11081)
2. Nurul Lutfiah Hilalyani (X.03/19.20/02.11084)
3. Oktina Rizka Azizah (X.03/19.20/02.11085)

INSTITUT ISLAM MAMBA’UL‘ULUM SURAKARTA


FAKULTAS TARBIYAH
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
2021/2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kehidupan kepada makhluk ciptaan-Nya, yang
telah melebihkan manusia dibandingkan dengan makhluk ciptaan-Nya yang lain.

Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad saw.
Sebagai sosok yang sangat kita muliakan karena akhlaknya dan kepribadiannya. Dalam
makalah ini menjelaskan tentang “Bank Asi, Bank Sperma, dan ATM Kondom.”

Dikarenakan tidak memungkinkannya penjabaran secara menyeluruh, oleh karena itu saya
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk perbaikan dimasa yang akan datang. Saya
juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu membimbing
penulisan makalah guna memenuhi tugas Mata Kuliah Masailul Fiqhiyah Dosen Pengampu :

Surakarta, 26 Oktober 2021

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
ASI merupakan makanan yang terbaik bagi bayi, karena pengolahannya telah
berjalan secara alami dalam tubuh si ibu.. Namun demikian ada banyak kaum ibu
pada saat ini yang tidak dapat memberikan ASI kepada anaknya dengan berbagai
alasan seperti ASI-nya tidak keluar, alasan kesehatan serta karena waktunya tersita
untuk bekerja, maka muncullah gagasan untuk mendirikan Bank ASI untuk
memenuhi kebutuhan ASI balita yang ibunya tidak bisa menyusui anaknya secara
langsung
Selanjutnya perlu diketahui bahwa tujuan perkawinan, diantaranya adalah
untuk melanjutkan keturunan dan menentramkan jiwa. Namun demikian kadang-
kadang keturunan tidak diperoleh karena adakalanya si suami mandul (tidak subur),
sedang suami istri menginginkan anak, sehingga tidak tercipta suasana jiwa keluarga
yang tenang dan tenteram, karena tidak ada anak sebagai penghibur hati. Berdasarkan
keadaan tersebut ada orang yang berupaya untuk mendapatkan anak dengan jalan
mengangkat atau memungut anak, melakukan inseminasi sperma, dan adakalanya
dengan jalan menerima sperma dari donor yang telah tersimpan pada Bank Sperma.
Penelitian dalam rangka penulisan berangkat dari kontroversi operasionalisasi
ATM Kondom yang mempunyai tujuan untuk mempermudah program Keluarga
Berencana dan kesehatan reproduksi dari BKKBN. Akan tetapi, operasionalisasi
ATM Kondom ini dikhawatirkan memberikan dampak yang buruk dalam masyarakat
karena bisa menyebabkan penggunaan kondom tidak terawasi dengan baik sehingga
disalah gunakan.
B. Rumusa Masalah
1. Apa Pengertian Bank ASI
2. Apa pengertian Bank Sperma
3. Apa Pengertian ATM Kondom
C. Tujuan
1. Mengetahui Pengertian Bank ASI
2. Mengetahui Pengertian Bank Sperma
3. Mengetahui Pengertian ATM Kondom
BAB II
PEMBAHASAN

A. Bank ASI
I. Definisi dan Manfaat Bank ASI

Air Susu Ibu (ASI) sangat penting dan berguna bagi pertumbuhan anak manusia. Hingga
sampai sekarang ini pemberian ASI kepada anak selalu digalakkan di Indonesia. Dalam
ajaran agama islam, Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 233 yang
artinya: “Dan para ibu hendaklah menyusukan anaknya selama dua tahun penuh yaitu bagi
yang ingin menyempurnakan penyusuan.”

Dari ayat di atas bahwa Allah memerintahkan memberikan ASI kepada anak dengan
sempurna selama dua tahun. Para ulama sepakat dalam mengakui penyempurnaan penyusuan
dan kegunaan ASI, karena jelas anjuran yang disebutkan dalam Alquran menunjukkan bahwa
ASI sangat bermanfaat bagi pertumbuhan anak.

Air Susu Ibu (ASI) adalah bagian yang mengalir dari anggota tubuh manusia, dan tidak
diragukan lagi itu merupakan karunia Allah bagi manusia dimana dengan adanya ASI
tersebut seorang bayi dapat memperoleh gizi. ASI tersebut merupakan sesuatu hal yang urgen
di dalam kehidupan bayi. Karena pentingnya ASI tersebut untuk pertumbuhan maka sebagian
orang memenuhi kebutuhan tersebut dengan membeli ASI pada orang lain. Jual beli ASI
manusia itu sendiri di dalam fiqih Islam merupakan cabang hukum yang para ulama berbeda
pendapat di dalamnya.

Bank ASI merupakan tempat penyimpanan dan penyalur ASI dari donor ASI yang kemudian
akan diberikan kepada ibu-ibu yang tidak bisa memberikan ASI sendiri ke bayinya. Ibu yang
sehat dan memiliki kelebihan produksi ASI bisa menjadi pendonor ASI. Kesulitan para ibu
memberikan ASI untuk anaknya menjadi salah satu pertimbangan mengapa bank ASI perlu
didirikan, terutama di saat krisis seperti pada saat bencana yang sering membuat ibu-ibu
menyusui stres dan tidak bisa memberikan ASI pada anaknya. Namun seseorang dianjurkan
menghindari untuk memilih seorang ibu susu yang bisu, gila, pelaku.

Pandangan Islam dalam masalah bank ASI dan status kemahraman anak penerima donor ASI
dengan ibu pendonor ASI dan keturunannya wajar saja apabila terjadi perbedaan dalam
menetapkan hukum mendirikan bank ASI, karena ketiadaan nash yang secara langsung
membolehkan atau mengharamkan Bank ASI. Nash yang ada hanya bicara tentang hukum
penyusuan, sedangkan syarat-syaratnya masih terdapat perbedaan pendapat. Karena berbeda
dalam menetapkan syarat-syarat inilah, sehingga para ulama juga berbeda dalam menetapkan
hukumnya. Bank ASI dianggap berkaitan dengan sepersusuan. Penyusuan anak dalam
wacana fiqh dibahasakan dengan istilah ar-rada’ (ar-rada’ah). Kata ini berasal dari kata kerja
rada’a – yardi’u – rad’an yang memiliki arti menyusu atau menetek.

Ulama sepakat bahwa anak susuan memiliki hubungan mahram dengan ibu susuan. Akan
tetapi para ulama berbeda pendapat mengenai unsur-unsur yang harus dipenuhi dalam rada’
diantaranya tentang kadar susuan, usia anak yang menyusui, kemurnian air susu, dan cara
sampainya air susu dari seorang ibu kepada si anak. Dalam praktik donor ASI penghimpun
air susu dilakukan beberapa ibu donor sehingga yang menerima mungkin tidak saling
mengenal antara anak yang menerima donor ASI dengan ibu pendonornya. Hal ini pun
dijadikan alasan sebagian ulama bahwa pemanfaatan ASI dari bank ASI tidak bisa disamakan
dengan konsep ar-rada’.

Para ulama berbeda pendapat tentang tata cara menyusu yang bisa mengharamkan. Mayoritas
ulama mengatakan bahwa yang penting adalah sampainya air susu tersebut ke dalam perut
bayi, sehingga membentuk daging dan tulang, baik dengan cara menghisap puting payudara
dari perempuan langsung, ataupun dengan cara as-su'uth (memasukkan susu ke lubang
hidungnya), atau dengan cara al-wujur (menuangkannya langsung ke tenggorakannya), atau
dengan cara yang lain.

Selanjutnya para ulama berbeda pendapat di dalam menentukan batasan umur ketika orang
menyusui yang bisa menyebabkan kemahraman. Namun mayoritas ulama mengatakan bahwa
batasannya adalah jika seorang bayi berumur dua tahun ke bawah. Dalilnya adalah firman
Allah swt Al – Baqarah ayat 233 dan Hadist rasulullah melalui Aisyah ra, bahwasanya
Rasulullah saw bersabda: “ Hanya saja persusuan (yang menjadikan seseorang mahram)
terjadi karena lapar”(HR Bukhari dan Muslim).

Di Indonesia, persoalan bank ASI pun telah mendapatkan tanggapan oleh MUI dan dalam
Musyawarah Nasional Majelis Ulama Indonesia VIII di Jakarta, MUI mengeluarkan fatwa
tentang Bank ASI. Mendirikan Bank ASI hukumnya boleh dengan syarat sebagai berikut:

1. Dilakukan dengan musyawarah antara orang tua bayi dengan pemilik ASI
sehingga ada kesepakatan dua belah pihak, termasuk pembiayaannya.
2. Ibu yang mendonorkan ASI-nya harus dalam keadaan sehat dan tidak sedang
hamil.
3. Bank tersebut mampu menegakkan dan menjaga ketentuan syari’at Islam.
4. Berpedoman pada fatwa MUI di atas, tugas Bank ASI sebenarnya adalah hanya
sebagai media yang menjembatani pertemuan antara bayi dengan calon ibu
susuan, bukan menampung donor ASI nya.

I. Hukum Jual beli ASI

Berkaitan dengan jual-beli ASI pemakalah mengambil dari 2 pendapat ulama yang berbeda.
Menurut Imam Syafi’i bahwa jual beli ASI dibolehkan sebagaimana yang disebutkan dalam
kitab Fath al-Qadir di atas sebagai berikut, artinya: “Dan berkata Imam Syafi’i rahimahullah,
boleh menjual belikannya sebab ia minuman yang suci”.

Alasan Imam Syafi’i dalam menetapkan hukum kebolehan menjualbelikan ASI tersebut
adalah:

1. Karena Air Susu Ibu (ASI) adalah salah satu yang masuk dalam kategori syarat
benda yang boleh untuk diperjualbelikan.
2. Karena Air Susu Ibu (ASI) itu adalah minuman yang suci
3. Karena jual beli ASI itu tidak ada larangan dalam Alquran dan Hadis, sedangkan
ASI itu bermanfaat bagi orang lain. Dapat dipahami menurut Imam Syafi’i boleh
menjualbelikan ASI karena ia minuman yang suci dan bermanfaat bagi bayi.
4. Adanya firman Allah Ta’ala pada surat at-Talaq ayat 6 yang Artinya: Kemudian
jika mereka menyusukan (anak-anakmu) untukmu maka berilah kepada mereka
upahnya dan musyawarahlah di antara kamu (segala sesuatu) dengan baik dan jika
kamu menerima kesulitan maka perempuan lain boleh menyusukan anak itu
untuknya.

Sedangkan Imam Abu Hanifah tidak membolehkan menjual belikan ASI, baik yang
sudah dikeluarkan dari payudara maupun yang belum. Adapun alasan Imam Abu
Hanifah dalam menetapkan hukum ketidakbolehan menjualbelikan ASI tersebut ialah:
Menurut Imam Abu Hanifah bahwa ASI itu adalah bahagian tubuh anak Adam, dan
semua juzu’ anak Adam itu mulia. Karena mulianya tidak boleh dijual belikan.

Melihat tujuannya yang mulia, bahwa Bank ASI didirikan untuk menolong bayi-bayi
yang kurang beruntung dan harus diselamatkan kelangsungan hidupnya, tentu semua
kalangan akan mendukung berdirinya Bank ASI. Tidak ada lagi kekhawatiran akan
bahaya yang ditimbulkan karena Bank ASI sudah menggunakan praktik Islami.
Dengan demikian, tercapailah maqậshid syarî’ah (tujuan syari’ah) pada masing-
masing pihak.

B. Bank Sperma
I. Sejarah Bank Sperma

Bank sperma atau kadang yang sering disebut bank ayah, mulai tumbuh pada awal
tahun 1980, berkembang setelah banyak laki-laki yang menjarangkan anaknya atau
melakukan vasektomi, namun menyimpan spermanya di dalam bank sebagai
cadangan sewaktu-waktu dibutuhkan untuk memiliki anak laki.

Bank sperma diawali dari penemuan seorang pendeta katholik, Spallanzani, tahun
1780 tentang inseminasi buatan (permanian buatan). Penelitian ini berhasil membuahi
seekor anjing betina ke dalam rahim anjing betina tanpa disetubuhi anjing jantan
namun dengan menyuntikkan sprema ke dalam rahim anjing betina. Sementara itu
inseminasi buatan terhadap manusia dilakukan oleh Hunter, seorang sarjana.

Latar belakang munculnya bank sperma antara lain adalah sebagai berikut :

1. Keinginan memperoleh atau menolong untuk memperoleh keturunan pada


seorang pasangan suami istri yang tidak mempunyai anak (mandul).
2. Memperoleh generasi jenius atau orang super.
3. Mengembangbiakkan manusia secara cepat untuk menghindarkan kepunahan
manusia.
4. Untuk memilih jenis anak yang ideal sesuai yang dikehendaki.
5. Mengembangkan kemajuan teknologi terutama dalam bidang kedokteran.

II. Permasalahan Bank Sperma Ditinjau dari Hukum Islam


a. Pengambilan Sperma

Sperma yang didonorkan ke bank sperma berasal dari dua pendonor. Pertama, sperma
dititipkan oleh suami sendiri dan hanya akan digunakan oleh istrinya. Kedua, sperma
berasal dari seorang pendonor yang dirahasiakan dan dapat dibeli dan dipakai untuk
siapa saja. Untuk pengambilan sperma dapat dilakukan dengan berbagai cara :

1. Onani.
2. Senggama terputus.
3. Dihisan langsung dari pelir, testis, kelenjar kelamin laki-laki.
4. Jimak memakai kondom.
5. Sperma yang ditumpahkan ke dalam vagina, yang dihisap secara cepat dengan
alat kedokteran.

Secara umum islam memandang melakukan onani merupakan tergolong perbuatan


yang tidak etis. Mengenai masalah hukum onani, ada perbedaaan pendapat. Ada yang
mengharamkan secara mutlak dan ada yang mengharamkan pada suatu hal-hal
tertentu, ada yang mewajibkan juga pada hal-hal tertentu, dan ada pula yang
menghukumi makruh. Kalau tidak ada alasan yang senada dengan itu maka onani
hukumnya haram. Ibnu hazim berpendapat bahwa onani hukumnya makruh, tidak
berdosa tetapi tidak etis.

b. Status Anak yang Lahir dengan Inseminasi Buatan

Sebagaimana telah dijelaskan di atas, sperma di bank sperma berasal dari sperma
suami dan sperma pendonor. Sperma yang diambil dari bank dapat digunakan dengan
cara inseminasi buatan.

Inseminasi buatan dengan sperma suami sendiri, dilakukan karena ada kelainan yang
dialami suami atau istri. Apabila hal ini dilakukan dan menghasilkan anak, maka jelas
status anak adalah anak yang sah, anak yang terlahir dari suami istri yang terikat
dalam perkawinan yang sah.

Adapun inseminasi buatan yang dilakukan dengan sperma pendonor dilatarbelakangi


dengan motivasi lain, bukan alasan kesehatan. Inseminasi buatan dengan sperma
donor inilah yang memunculkan permasalahan. Dalam hukum Islam masalah yang
timbul adalah mengenai status anak yang lahir dari inseminasi buatan tersebut.

Wanita yang melahirkan dari sperma donor maka status anaknya menjadi suatu
masalah berkaitan dengan penetapan nasab. Anak tidak bisa dinisbatkan kepada suami
istri yang melahirkan, syariat Islam maupun akal tidak bisa menerimanya, karena
yang punya sperma bukanlah suaminya. Dinisbatkan kepada pemberi donor juga tidak
bisa karena mereka tidak dalam perkawinan yang sah. Satu kemungkinan, anak
tersebut disamakan dengan anak zina, yakni dihubungkan kepada ibunya.

c. Pengaruh Inseminasi Buatan Terhadap Hukum Waris


Hukum waris erat hubungannya dengan nasab. Apabila nasab seseorang tidak jelas
maka akan sulit pula masalah warisnya. Nasab anak yang terlahir dengan inseminasi
buatan dengan sperma suaminya maka anak tersebut dinisbatkan kepada suaminya.
Anak yang terlahir dengan sperma donor nasabnya dihubungkan kepada ibu yang
melahirkannya.

Pada inseminasi buatan dengan sperma sendiri tidak menimbulkan masalah dalam
hukum waris. Hukum warisnya diperlakukan seperti anak yang terlahir alamiah, yaitu
melalui sebab persetubuhan ayah-ibunya. Apabila ayahnya meninggal maka anak itu
juga berhak menerima warisan.

Lain halnya dengan inseminasi sperma donor, yang menimbulkan permasalahan


dalam hukum waris dimana anak yang disangka anaknya ternyata bukan
anaknya.Nasabnya tidak dihubungkan kepada suami dari ibu yang melahirkan,
padahal kunci persoalan waris terletak pada nasab. Oleh karena hubungan nasab
antara anak dengan suami dari istri yang melahirkan tidak ada maka antara keduanya
tidak saling mewarisi. Jika suami ibunya itu meninggal dunia maka si anak tidak
berhak mendapat warisan darinya, begitu juga sebaliknya.

Sebagaimana diketahui bahwa anak pungut tidak berhak mendapat bagian warisan
dari ayah angkatnya, maka demikian pula anak hasil inseminasi buatan tidak berhak
mendapat warisan dari suami si ibu yang melahirkannya, meskipun ia berhak
mendapat warisan dari ibunya. Nasab hanya dihubungkan dengan ibunya, begitu juga
dalam masalah warisnya, seperti ditunjuki hadis:

Dari Amr bin Syu’aib dari bapaknya dari datuknya berkata: “Rasulullah telah
memutuskan tentang anak dari suami istri yang bermula’anah, bahwa si anak dapat
warisan dari ibunya dan ibunya dapat warisan dari anaknya”. (HR Ahmad)

C. ATM Kondom
ATM Kondom adalah alat yg dapat mengeluarkan kondom secara otomatis untuk
mempermudah transaksi pembelian kondom. Inovasi ATM Kondom ini
dilatarbelakangi tingginya kejadian IMS (Infeksi Menular Seksual), terutama
HIV/AIDS • 79,5 persen penderita adalah dari kelompok umur 20-39 tahun. Laki-laki
pada umumnya enggan memakai kondom ATM Kondom.
Penelitian dalam rangka penulisan berangkat dari kontroversi operasionalisasi ATM
Kondom yang mempunyai tujuan untuk mempermudah program Keluarga Berencana
dan kesehatan reproduksi dari BKKBN. Akan tetapi, operasionalisasi ATM Kondom
ini dikhawatirkan memberikan dampak yang buruk dalam masyarakat karena bisa
menyebabkan seseorang memperoleh kondom dengan mudah dan penggunaan
kondom tidak terawasi dengan baik sehingga disalah gunakan.

Subjek penelitian ini adalah kontroversi Operasionalisasi ATM Kondom program


BKKBN sebagai pendukung program Keluarga Berencana. Data-data tersebut
dianalisis menggunakan teknik analisis isi (content analysis) dan komparatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa.
1. Mesin penyedia kondom (Vending Condom Machine) adalah mesin penjual
kondom otomatis yang pengoperasiannya ada yang menggunakan sumber daya
elektrik (memakai aki kering) dan ada yang pengoperasiaanya dilaksanakan secara
mekanik. Mesin ini secara khusus hanya menyediakan kondom.

2. Keluarga Berencana adalah pengaturan rencana kelahiran anak dengan melakukan


suatu cara atau alat yang dapat mencegah kehamilan. KB bukanlah berarti birth
control atau tahdid al-nasl yang konotasinya pembatasan atau mencegah kelahiran.
Hal mana yang bertentangan dengan tujuan perkawinan yaitu melanjutkan
keturunan. Kalangan ulama menilai pencegahan kehamilan dalam program
Keluarga Berencana bergantung pada ‘illat (alasan hukum) tindakan itu,
disamping pada metode KB sendiri.
Mengenai ‘illat, kebanyakan ulama bertolak pada dua batasan yang mereka
berikan pada program KB:
1. Program KB sebagai upaya membatasi kehamilan (tahdidun nasl), akibat
kekhawatiran akan keterbatasan sumber-sumber ekonomi
2. KB sebagai ikhtiar mengatur kelahiran (tanzhimun nasl), dengan tujuan utama
meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan ibu dan anak.

3. Mesin penyedia kondom (Vending Condom Machine) merupakan salah satu


pendukung program pemerintah melalui BKKBN yaitu program Keluarga
Berencana. Permasalahan Vending Condom Machine merupakan tindakan yang
bermaksud baik akan tetapi menimbulkan masalah baru yang lebih parah yaitu
memudahkan orang untuk mendapatkan kondom untuk melakukan perbuatan zina,
dan dikhawatirkan menimbulkan perilaku seks bebas. Dan sangat jelas dampak
dari seks bebas itu bagaimana, seperti dekadensi moral, banyaknya anak yang
dilahirkan tidak sah, banyak gadis tua yang belum menikah dan pemuda yang
membujang, banyaknya perceraian disebabkan oleh hal sepele, dan tersebarnya
penyakit yang menghancurkan. Oleh karena itu, pengoperasionalisasian mesin
penyedia kondom (Vending Condom Machine) diharamkan hukumnya.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Air Susu Ibu (ASI) adalah bagian yang mengalir dari anggota tubuh manusia, dan tidak
diragukan lagi itu merupakan karunia Allah bagi manusia dimana dengan adanya ASI
tersebut seorang bayi dapat memperoleh gizi. ASI tersebut merupakan sesuatu hal yang urgen
di dalam kehidupan bayi. Karena pentingnya ASI tersebut untuk pertumbuhan maka sebagian
orang memenuhi kebutuhan tersebut dengan membeli ASI pada orang lain. Jual beli ASI
manusia itu sendiri di dalam fiqih Islam merupakan cabang hukum yang para ulama berbeda
pendapat di dalamnya.

Bank ASI merupakan tempat penyimpanan dan penyalur ASI dari donor ASI yang kemudian
akan diberikan kepada ibu-ibu yang tidak bisa memberikan ASI sendiri ke bayinya. Ibu yang
sehat dan memiliki kelebihan produksi ASI bisa menjadi pendonor ASI. Kesulitan para ibu
memberikan ASI untuk anaknya menjadi salah satu pertimbangan mengapa bank ASI perlu
didirikan, terutama di saat krisis seperti pada saat bencana yang sering membuat ibu-ibu
menyusui stres dan tidak bisa memberikan ASI pada anaknya. Namun seseorang dianjurkan
menghindari untuk memilih seorang ibu susu yang bisu, gila, pelaku.
Bank sperma atau kadang yang sering disebut bank ayah, mulai tumbuh pada awal tahun
1980, berkembang setelah banyak laki-laki yang menjarangkan anaknya atau melakukan
vasektomi, namun menyimpan spermanya di dalam bank sebagai cadangan sewaktu-waktu
dibutuhkan untuk memiliki anak laki.

ATM Kondom adalah alat yg dapat mengeluarkan kondom secara otomatis untuk
mempermudah transaksi pembelian kondom. Inovasi ATM Kondom ini dilatarbelakangi
tingginya kejadian IMS (Infeksi Menular Seksual), terutama HIV/AIDS • 79,5 persen
penderita adalah dari kelompok umur 20-39 tahun. Laki-laki pada umumnya enggan
memakai kondom ATM Kondom.

Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai