Anda di halaman 1dari 10

UJIAN TENGAH SEMESTER (UTS)

Disusun Guna Memenuhi Tugas UTS Mata Kuliah Hadis Tarbawi

Dosen Pengampu : Ahmad Falah, M.Ag.

Oleh:

Zulfa Liana (1810110201)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS

FAKULTAS TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

TAHUN 2020
SOAL DAN JAWABAN

1. Jelaskan tentang pengertian hadits secara istilah! Dan bagaimana


ketika dikaitkan dengan pendidikan atau tarbiyah.Tulislah hadits
yang relevan dengan pendidikan.
Jawaban :
Hadis menurut istilah adalah segala ucapan,perbuatan,dan takrir
nabi (ketetapan/sikap diam nabi terhadap permasalahan yang terjadi,beliau
mengetahui nya ). Hadis digunakan sebagai sumber hukum Islam di
samping al-Qur’an, hadits posisi dalam hal ini adalah sumber hukum
kedua setelah Al-Qur’an. Ulama hadits cenderung melihat hadits sebagai
segala sesuatu yang disandarkan kepada nabi menyangkut perkataan,
perbuatan serta ketetapannya. Sedangkan ahli hukum menilai hadits adalah
hal ihwal yang disandarkan kepada nabi yang dinilai memiliki nilai
hukum. Pendapat ini menggambarkan bahwa baik ulama hadits maupun
ulama ushul belum menyebutkan kebenaran ucapan para sahabat maupun
tabi’in.
Dalam kaitannya dengan pendidikan, maka pertanyaan penting
yang muncul di sini adalah bagaimana dengan hubungan hadits dan
pendidikan ? Kemudian seperti apa pandangan pemikir pendidikan
terhadap hadits. Apakah pakar pendidikan Islam memiliki defenisi
tersendiri atau tidak. Walaupun pakar pendidikan tidak secara khusus
mendefenisikan hadits sebagaimana pakar bidang lain, hanya saja dapat
ditemui beberapa literatur khusus yang berisikan hadits-hadits pendidikan.
Selanjutnya pada bagian perkembangan pemahaman hadits rasulullah
dapat dijelaskan bahwa hadits yang sampai kepada umat Islam salah
satunya adalah sirah atau tarikh. Selain terkait dengan perbuatan,
perkataan dan takriri, tarikh juga meliputi dimensi waktu kejadian,
dimensi sosio kultural, kondisi dan situasi lingkungan pada saat kejadian.
Uraian di atas memberikan pemahaman bahwa, pada kajian pendidikan
agaknya hadits dipahami sebagai sesuatu yang luas. Hadits tidak hanya
qauliy, hadits fi’li dan hadits taqrir, melainkan juga sirah nabawiyah.

1
Hadits sebagai bagian dari sumber ilmu pengetahuan dan pengembangan
keilmuan pendidikan, tidak hanya memberikan informasi tentang apa yang
dikatakan atau diperbuat oleh Rasul melainkan komponen-komponen
sejarah yang mengitarinya. Termasuk dalam hal ini dimensi waktu,
tempat, bagaimana dan kenapa suatu peristiwa terjadi. Dengan demikian
dalam kerangka pendidikan hadits dipandang sebagai sumber rujukan,
sumber informasi dan konfirmasi ilmu pengetahuan, menjadi dasar dan
landasan berfikir dalam pengembangan keilmuwan. Pada lembaga
pendidikan Islam, hadits menjadi sebuah kajian khusus, apakah itu
kandungan hadits, isi atau matan hadits, penelitian mengenai kedudukan
dan kualitas hadits, dan sebagainya. oleh sebab itu di madrasah dan
sekolah, hadits tidak terlepas dari pembahasannya, sebagi bagian atau sub
bagian pembahasan. Misalnya kajian hadits sebagai mata kuliah yaitu:
ulumul hadits, hadits, takhrijul hadits, al-Qurận hadits, dan sebagainya.
Sedangkan sebagai sub pembahasan hadits ini tercakup dalam mata
pelajaran dan mata kuliah keislaman, maka aka nada satu bab khusus
pembahasan mengenai hadits. Untuk itu, kedudukan hadits dalam materi
pendidikan Islam sangat jelas dan urgen. Begitu juga sebagai dasar dan
landasan dalam penjelasan berbagai ilmu, hadits juga ditampilkan dan
disajikan untuk mendukung penjelasan pada materi tersebut.

Hadits yang relevan dengan pendidikan.

ِ ‫ض ةٌ علَى ُك ِّل مس لِ ٍم وو‬


‫اض ُع الْعِْل ِم‬ ِ َ‫ طَل‬: ‫م‬.‫اهلل ص‬ ِ ‫ قَ َال رس و ُل‬:‫عن أَنَس ب ِن مالِك قَ َال‬
ََ ْ ُ َ َ ْ‫ب الْع ْل ِم فَ ِري‬
ُ ُْ َ َ ْ َْ
َّ ِ ِ ِِ ِ ِ
)‫ب (رواه ابن ماجة‬ َ ‫عْن َد َغرْي أ َْهله َك ُم َقلِّد اخْلَنَازيْ ِر اجْلَ ْو َهَر َواللُّ ْؤلَُؤ َوالذ َه‬
"Dari Anas bin Malik ia berkata, Rasulullah saw, bersabda: Mencari ilmu
itu wajib bagi setiap muslim, memberikan ilmu kepada orang yang bukan
ahlinya seperti orang yang mengalungi babi dengan permata, mutiara,
atau emas" (HR.Ibnu Majah)
2. Hadits sebagai sumber Islam yang kedua setelah Al-Qur’an dan sebagai
teori besar dalam membuat dan menciptakan konsep termasuk konsep

2
pendidikan Islam. Pertanyaannya, bagaimana urgensi atau pentingnya
hadits bagi pendidikan atau tarbiyah.
Jawaban :
Hadist memiliki peranan yang sangat penting dalam mengembangkan
pendidikan agama islam yang mana hadist merupakan penjelas dari al-Quran
dan Al-Qur’an merupakan dasar syariat yang bersifat sangat global sekali,
sehingga bila hanya monoton menggunakan dasar Al-Qur’an saja tanpa
adanya penjelasan lebih lanjut maka akan  banyak sekali masalah yang tidak
terselesaikan ataupun menimbulkan kebingungan yang tak mungkin
terpecahkan. Semisal pada kenyataan praktik sholat, dalam Al-Qur’an hanya
tertulis perintah untuk mendirikan sholat, tanpa ada penjelasan berapa kali
sholat dilaksanakan dalam sehari semalam, lebih-lebih apa saja syarat dan
rukun sholat, dan lain sebagainya. ;orang yang hanya berpegang pada Al-
Qur’an saja tidak mungkin bisa mengerjakan sholat, bagaimana praktik sholat,
apa saja yang harus dilakukan dalam sholat, apa saja yang harus dijauhi ketika
melakukan sholat, dan lain-lain. Maka, disinilah urgensitas hadits, yang
mempunyai peran penting sebagai penafsir dan  penjelas dari keglobalan isi
Al-Qur’an, sehingga manusia dapat mempelajari dan memahami islam secara
utuh. 
Urgensi al-Qur’an dan Hadist merupakan dasar pendidikan. sehingga
Urgensi hadist terhadap pendidikan Agama islam banyak berperan. Seperti
pada masa Rosulullah SAW. yang mendasari pentingnya hadist terhadap
pendidikan contohnya adalah hadist nabi yang bermakna sebagai berikut :
“Artinya :Menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Sufyan, menceritakan
kepada kami Fulaih, menceritakan kepada kami Hilal ibn ‘Ali, Dari ‘Atha’
ibn Yasar, dari Abu Hurairat RA, Bahwa Rosulullah SAW. bersabda, Semua
ummatku akan masuk surga kecuali yang enggan, “Para sahabat bertanya,
“Wahai Rosulullah! Siapa yang enggan ? Beliau menjawab, “Barang siapa
menaatiku maka dia masuk surga, dan siapa yang durhaka terhadapku maka
dia yang enggan.” (H.R. Bukhari).
Uraian hadist diatas adalah salah satu contoh pendidikan agama islam
tentang ummat nabi yang masuk surga diakhirat nanti. Banyak sekali hadist

3
nabi yang menjelaskan tentang pendidikan agama islam yang dapat diketahui
dalam kitab- kitab dan buku – buku hadist tarbawi.
Urgensi hadist terhadap agama islam adalah sebagai uraian dari pada
Al-qur’an dan penjelasan yang masih belum jelas dan juga meragukan dalam
menjalankan agama islam, sehingga hadist dalam pendidikan agama islam
juga menjadi pedoman yang sangat peting dalam merajut sistem.
Kedudukan hadits dalam Islam yang utama adalah penjelas ayat Al-
Quran yang masih global. Rasulullah diperintahkan untuk menjelaskan tiap
tiap ajaran kepada para sahabat setelah beliau mendapatkan penjelasan dari
Jibril. Peran yang kedua adalah agar hadits menjadi pedoman tambahan ketika
muncul persoalan-persoalan yang tidak secara spesifik terdapat pada Al-
Quran. Setelah Rasulullah Saw. Al-Quran dan hadits dijadikan sebagai
rujukan para ulama untuk mengeluarkan fatwa dan aturan lainnya. Peran yang
ketiga, menjaga agar ayat-ayat Al-Quran tidak secara sembarangan
dilencengkan sehingga seolah ayat-ayat Al-Quran berkontradiksi. Penjelasan
Rasulullah sudah merupakan penjelasan yang dapat dipahami bahwa juga
sudah ditafsirkan secara mendalam oleh para ulama. Ucapan dan kepribadian
Rasulullah SAW. selalu berdasarkan Al-Quran. Umat Islam yang mengikuti
hadits-hadits Rasulullah adalah mereka yang juga taat kepada Al-Quran. Peran
yang keempat, hadits /sunah merupakan dasar hukum Islam, yaitu salah satu
dari sumber hukum Islam yang menduduki urutan kedua setelah Al-Quran.
Dan wajib diikuti sebagaimana mengikuti Al-quran, baik dalam
bentuk awamir maupun nawahi-nya. Sedangkan bila dilihat dari segi
kehujjahan, hadits melahirkan hukum Zhanni kecuali hadits mutawatir.
Hadist merupakan bagian terpenting dalam pendidikan agama islam
karena pedididikan didasarkan pada sandaran hukum dan pedoman melangkah
dalam kehidupan bermasyarakat dan menjalankan agama islam dengan baik
dan benar. Paradigma pendidikan akan berjalan dengan teratur dan bermuara
dengan kebahagiaan, dengan hakikat bahagia didunia dan akhirat dengan
menjalani tuntunan nabi dan rosul yang telah diutus oleh sang Kholiq.

4
3. Indikasi apa yang disebut dengan ilmu yang bermanfaat? dan
bagaimana dengan ilmu yang tidak bermanfaat? Jawaban bisa
dengan contoh dan kasus.
Jawaban :
Ilmu yang bermanfaat menunjukkan pada dua hal. Pertama,
mengenal Allah Ta’ala dan segala apa yang menjadi hak-Nya berupa
nama-nama yang indah, sifat-sifat yang mulia, dan perbuatan-perbuatan
yang agung. Hal ini mengharuskan adanya pengagungan, rasa takut, cinta,
harap, dan tawakkal kepada Allah serta ridha terhadap takdir dan sabar
atas segala musibah yang Allah Ta’ala berikan. Kedua, mengetahui segala
apa yang diridhai dan dicintai Allah ‘Azza wa Jalla dan menjauhi segala
apa yang dibenci dan dimurkai-Nya berupa keyakinan, perbuatan yang
lahir dan bathin serta ucapan. Hal ini mengharuskan orang yang
mengetahuinya untuk bersegera melakukan segala apa yang dicintai dan
diridhai Allah Ta’ala dan menjauhi segala apa yang dibenci dan dimurkai-
Nya. Apabila ilmu itu menghasilkan hal ini bagi pemiliknya, maka
inilah ilmu yang bermanfaat. Kapan saja ilmu itu bermanfaat dan
menancap di dalam hati, maka sungguh, hati itu akan merasa khusyu’,
takut, tunduk, mencintai dan mengagungkan Allah ‘Azza wa Jalla, jiwa
merasa cukup dan puas dengan sedikit yang halal dari dunia dan merasa
kenyang dengannya sehingga hal itu menjadikannya qana’ah dan zuhud di
dunia.” ilmu yang bermanfaat itu adalah ilmu yang di ajarkan kepada
orang lain ilmu yang diaplikasikan didalam kehidupan sehari-hari
ilmu yang membuat pemiliknya semakin merunduk ketika ilmunya
semakin bertambah
Imam Al Ghazali mewanti-wanti tentang bahaya dari ilmu yang
tidak bermanfaat, “Ketahuilah, bahwa nafsu yang sering muncul ketika
seseorang itu dalam proses thalabul ilmi adalah nafsu yang selalu
mengajak-ngajak ‘nafsu amarah’ kepada kejelekan, mengikuti jalan
syaitan sehingga seseorang itu berada dalam kerusakan-kerusakan”. Yang
dimaksud dalam pernyataan itu, yaitu coba kita perhatikan di sekeliling
kita, berapa banyak sebab orang-orang yang pinter, ilmunya tinggi, hebat-

5
hebat, tetapi justru tidak membawa kemaslahatan kepada orang lain, tidak
membawa kemaslahatan kepada lingkungannya, tetapi justru sebaliknya,
membawa kemafsadatan atau kerusakan yang lebih parah. Penipuan-
penipuan yang berkedok ilmu semakin merajalela. Ilmunya hanya
dijadikan alat untuk menjauh dari Allah. Inilah yang dikatakan Imam Al
Ghazali sebagai wujud nyata dari ilmu yang tidak bermanfaat.
Contoh ilmu yang bermanfaat dalam agama islam adalah
Mengajarkan cara membaca al qur'an kepada anak-anak Menggunakan
ilmu yang dimiliki untuk mengobati orang yang terluka dengan ikhlas
Menggunakan ilmu yang dimiliki untuk mengajarkan masyarakat sehingga
dapat meringankan beban kehidupan masyarakat Mengajari seseorang cara
membaca dan menulis yang baik.
Contoh ilmu yang tidak bermanfaat adalah ilmu sihir, ilmu
nujum/ta’tsir, ilmu kalam (berbicara akidah berdasarkan akal dan filsafat),
mendalami masalah takdir, ruh, dan menanyakan masalah yang belum
terjadi.
4. Sejak kapan manusia itu menerima pelajaran atau belajar? dan
jelaskan faktor-faktor apa yang menentukankan kesuksesan belajar
manusia! Jawaban disertai dengan dalil hadits Nabi.
Jawaban :
Usia belajar merupakan usia sekolah ataupun usia anak didik.
Dalam sebuah hadist ada anjuran untuk memerintahkan anak
melaksanakan sholat ketika anak tersebut sudah berusia tujuh tahun,
karena pada usia itu abak sudah mampu menerima perintah atau sudah
paham menerima ajaran terebut. Kalau pada usia sebelumnya anak hanya
ikut ikutan, pada usia ini sudah mulai mampu belajar sholat dengan baik.
Disisi lain, konsekuensi anak yang sudah mampu dan sudah paham belajar
sholat dengan baik berarti pula ia telah menerima hukuman jika ia
meninggalkan kewajiban sholat.

6
‫عن عمر بن شعيب عن ابيه عن عن جده قال قال رسول اهلل صلى اهلل عليه وسلم مروا اوالدكم‬

‫ب ا الص الة وهم ابن اء س بع س نني واض ربوهم عليه ا وهم ابن اء عش ر وفرق و بينهم ىف املض اجع‬

)‫(أخرجه أبو داود‬

Terjemahan : Dari ‘amr bin syu’aib dari ayahnya dari kakeknya berkata :
Rasulullah saw bersabda “perintahkan anak anakmu melaksanakan
sholat ketika mereka masih berusia tujuh tahun dan pukullah mereka
karena meningtinggal sholat ketika mereka berusia 10 tahun dan
pisahkan mereka dari tempat tidurnya.” (HR. Abu Dawud)
Dari penjelasan hadis di atas, menjelaskan tentang bagaimana kita
mendidik agama pada anak anak. Pendidikan agama harus di berikan kepada
anak sejak mereka kecil, sehingga nanti usia dewasa perintah perintah agama
dapat dilakukan secara mudah dan ringan. Diantara perintah agama yang di
sebutkan dalam hadist ada tiga perintah, yaitu perintah melaksanakan sholat,
perintah memberi hukuman pada pelanggarnya dan perintah mendidik
pendidikan seks.

Dalam ilmu pendidikan, perintah adalah salah satu alat pendidikan.


Jadi dalam pendidikan ada perintah dan ada larangan. Hal ini di maksudkan
agar anak mengerti, mana yang di perintahkan dan mana yang terlarang. Pada
usia tujuh tahun anak di sebut dengan usia kritis atau mumayyiz dan usia
pendidikan. Pada usia ini seorang anak sudah bisa membedakan antara
kebenaran dan kesalahan, antara yang hak dan yang batil dan pada usia inilah
anak sudh memulai berpikir cerdas menangkap pengetahuan serta dapat
berkomunkasi secara sempuna (mumayyiz).

faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar, yaitu faktor intern dan faktor
ekstern.

1) Faktor intern terdiri dari :


a) Faktor Jasmaniah antara lain, faktor kesehatan, dan cacat tubuh.
b) Faktor Psikologi yaitu, intelegensi, perhatian, minat, bakat,
motivasi, kematangan dan kesiapan.

7
c) Faktor Kelelahan Faktor kelelahan sangat mempengaruhi hasil
belajar, agar siswa dapat belajar dengan baik haruslah menghindari
jangan sampai terjadi kelelahan dalam belajarnya. Sehingga perlu
diusahakan kondisi yang ebbas dari kelelahan.
2) Faktor Ekstern terdiri dari :
a. Faktor Keluarga, seperti cara orang tua mendidik, relasi antar
anggota, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian
orang tua, dan latar belakang kebudayaan.
b. Faktor Sekolah, seperti metode mengajar, kurikulum, relasi guru
dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat
pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan
gedung, metode belajar, dan tugas rumah.
c. Faktor Masyarakat, seperti kegiatan siswa dalam masyarakat, mass
media, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat.

‫ فَأَقَ ْمنَا‬،‫صلَّى اهللُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم َوحَنْ ُن َشبَبَةٌ ُمَت َقا ِربُو َن‬ ٌ ِ‫ َح َّد َثنَا َمال‬:‫ قَ َال‬،َ‫َع ْن أَيِب قِالَبَة‬
َ ِّ ‫ أََتْينَا إِىَل النَّيِب‬،‫ك‬
‫ َفلَ َّما ظَ َّن أَنَّا قَ ِد‬،‫يم ا َرفِي ًق ا‬ ِ ِ
ً ‫ص لَّى اهللُ َعلَْي ه َو َس لَّ َم َرح‬
ِ ُ ‫ و َك ا َن رس‬،ً‫ِعْن َده ِع ْش ِرين يوم ا ولَيلَ ة‬
َ ‫ول اللَّه‬ َُ َ ْ َ ً َْ َ ُ
،‫ ْار ِجعُ وا إِىَل أ َْهلِي ُك ْم‬ :‫ قَ َال‬،ُ‫َخَب ْرنَ اه‬ ْ ‫ أ َْو قَ ِد‬- ‫اش َت َهْينَا أ َْهلَنَ ا‬
ْ ‫ فَأ‬،‫ َس أَلَنَا َع َّم ْن َتَر ْكنَ ا َب ْع َدنَا‬- ‫اش َت ْقنَا‬ ْ
ِ ِ‫فَأَق‬
‫ص لُّوا َك َم ا َرأ َْيتُ ُم ويِن‬
َ ‫ َو‬- ‫َح َفظُ َه ا‬
ْ ‫َح َفظُ َه ا أ َْو الَ أ‬
ْ ‫َش يَاءَ أ‬
ْ ‫ َوذَ َك َر أ‬- ‫وه ْم‬ ُ ‫يموا في ِه ْم َو َعلِّ ُم‬
ُ ‫وه ْم َو ُم ُر‬ ُ
ِ ‫ فَِإ َذا حضر‬،‫أُصلِّي‬
َ ‫الصالَةُ َف ْلُي َؤذِّ ْن لَ ُك ْم أ‬
)‫ َولَْي ُؤ َّم ُك ْم أَ ْكَبُر ُك ْم (رواه البخاري‬،‫َح ُد ُك ْم‬ َّ ‫ت‬ ََ َ َ

Terjemahan Dari Abi Qilabah berkata; memberitakan kepada


kami Malik (bin al-Huwayrits) r.a. berkata: “Kami datang
kepada Rasulullah SAW kami beberapa pemuda yang
sebaya usia dan tinggal bersama Beliau selama dua puluh
hari. Beliau adalah seorang yang penyayang dan pengasih.
Ketika .Beliau mengira bahwa kami telah menginginkan
bertemu dengan keluarga atau merindukannya, Beliau
bertanya tentang keluarga yang kami tinggalkan, dan
setelah kami beritahu tentang hal itu Beliau bersabda:
“Pulanglah kamu kepada keluargamu tinggallah bersama
mereka dan ajarkanlah kepada mereka shalat serta
perintahlah mereka untuk taat — dan Beliau menyebutkan
beberapa hal yang aku hafal atau yang aku tidak hafal—,

8
shalatlah sebagaimana engkau melihat aku shalat,
apabila datang waktu shalat hendakiah adzan salah satu di
antara kamu dan hendaklah menjadi imam yang tartua di
antara kamu.” (HR.Bukhari).
Hadits di atas menjelaskan bagaimana kesungguhan
para sahabat dalam mencari ilmu dan belajar ilmu dari
Rasulullah saw., sekalipun mereka datang dari tempat yang
jauh tidak menghalangi belajar.

Anda mungkin juga menyukai