Anda di halaman 1dari 3

HADIS SEBAGAI SUMBER HUKUM ISLAM

A. Konsep beserta deskripsinya yang saya temukan didalam bahan ajar yaitu:

” Menurutnya, empat metode pokok yang ditawarkan alGhazali, yaitu (1) pemahaman hadis
berdasarkan al-Quran, (2) pemahaman hadis berdasarkan hadis lain, (3) pemahaman hadis berdasarkan
fakta historis, dan (4) pemahaman hadis berdasarkan kebenaran ilmiah, itu hampir tidak tidak berbeda
dengan delapan metode pokok yang ditawarkan Yusuf alQaradawi, yaitu (1) memahami hadis sesuai
dengan petunjuk al-Quran, (2) menghimpun hadis-hadis yang setema, (3) mengompromikan atau men-
tarjih hadis-hadis yang tampak kontradiktif, (4) memahami hadis sesuai dengan latar belakang, situasi
dan kondisi serta tujuannya, (5) membedakan antara sarana yang berubah-ubah dan tujuan yang tetap,
(6) membedakan antara ungkapan hakiki dan majasi, (7) membedakan antara yang gaib dan yang nyata,
dan (8) memastikan makna kata-kata dalam hadis.1 Secara garis besar, metode pertama yang
ditawarkan Muhammad alGhazali dan Yusuf al-Qaradawi dalam memahami hadis, yakni pemahaman
hadis berdasarkan al-Quran, itu memang senada. Namun di sela-sela pemaparan keduanya terhadap
hadis-hadis yang dijadikan objek kajian, terselip metode komparasi-konfrontatif hadis-al-Quran untuk
menentukan 1  Lihat Suryadi, Metode Kontemporer Memahami Hadis Nabi: Perspektif Muhammad al-
Ghazali dan Yusuf al-Qaradawi, (Yogyakarta: Teras, 2008), h. 198. Amrulloh, Hadis sebagai Sumber
Hukum..... [289] kualitas hadis secara keseluruhan, bukan sanad atau matannya saja. Tulisan ini
bermaksud untuk mendeskripsikan metode komparasi-konfrontatif hadisal-Quran guna menentukan
kualitas hadis yang diaplikasikan Muhammad alGhazali dan Yusuf al-Qaradawi, lalu menganalisis dan
mengomparasikannya untuk mengidentifikasi persamaan atau perbedaan antara kedua metode. Dengan
demikian, akan diketahui bagaimana implikasi metode keduanya terhadap layak dan tidaknya hadis yang
sedang dikonfrontasikan itu sebagai sumber hukum Islam.

B. Kontektualisasi atas pemaparan materi dalam bahan ajar dengan realitas sosial

Keberadaan hadis (sunnah) Nabi sangat penting dan mendasar karena kedudukannya sebagi sumber
hukum sama dengan al-qur’an. Namun jika diurut secara hirarkis maka sumber hukum yang pertama
adalah al-Qur’an, sedangkan hadis menempati posisi yang kedua.

Segala perkataan, perbuatan dan takrir Nabi Muhammad SAW dijadikan pedoman dan panutan oleh
umat islam dalam kehidupan sehari-hari. Terlebih-lebih jika diyakini bahwa Nabi selalu mendapat
tuntunan wahyu sehingga apa saja yang berkenaan dengan beliau pasti menjadi dasar. Bila menyimak
ayat-ayat al-Qur’an, setidaknya ditemukan sekitar 50 ayat 5 yang secara tegas memerintahkan umat
islam unuk taat kepada Allah dan juga kepada Rasul-Nya, diantaranya dikemukakan sebagai berikut:

‫ومااتكم الرسول فخذوه وما نھاكم عنھ فأنتھوا‬

Artinya: Dan apa-apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dan apa-apa yang dilarangnya
maka tinggalkanlah.

Menurut ulama ayat tersebut memberi petunjuk secara umum yakni semua perintah dan larangan yang
berasal dari Nabi wajib dipatuhi oleh orang- orang yang beriman. Dengan demikian ayat ini mepertegas
posisi hadis sebagai sumber ajaran islam. Oleh karena itu kewajiban patuh kepada Rasulullah
merupakan konsekuenis logis dari keimanan seseorang. Dalam surat al-Nisa’ ayat 80 juga dikemukakan :

‫من یطیع الرسول فقد اطاع هللا‬


Artinya: Barang siapa yang mengikuti Rasul maka sesunguhnya ia telah mentaati Allah.8 Ayat tersebut
mengandung petunjuk bahwa kepatuhan kepada Rasulullah merupakan salah satu tolok ukur kepatuhan
seseorang kepad Allah.

Pada ayat lain dikemukakan bahwa kehadiran Nabi Muhammad adalah menjadi anutan yang baik bagi
umat islam seperti dalam surat al-Ahzab ayat 21 dikatakan :

‫لقد كان لكم في رسول هللا اسوة حسنة‬

Artinya: Sesunguhnya telah ada pada diri Rasullah teladan yang baik bagimu

Dari petunjuk ayat-ayat diatas, jelaslah bahwa hadis atau sunnah Nabi merupakan sumber ajaran Islam
di samping al-Qur’an. Orang yang menolak hadis sebagi sumber ajaran Islam, berarti orang itu pada
hakikatnya menolak al-Qur’an. Walaupun demikian, tetap saja ada orang yang menolak hadis sebagai
sumber ajaran Islam baik di kalangan orang Islam maupun orientalis. Mereka umumnya memahami
bahwa adanya otoritas Nabi sebagaimana yang diungkapkan oleh al-Qur’an tersebut menunjuk pada
ucapan dan tindak tanduk beliau di luar al-Qur’an.

Dr. H. Zulkanaini, MA selaku ketua STAIN Zawiyah Cot Langsa mengatakan, dahulu para ulama hadist
dalam mencari sebuah hadist membutuhkan waktu yang sangat lama, namun sekarang dengan
perkembangan teknologi yang sangat canggih hadist dapat diakses dengan mudah. Tidak seperti dulu
yang membutuhkan waktu berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan.

Selanjutnya, beliau juga menuturkan bahwa, saat ini ilmu hadist sudah sangat kurang diminati oleh
banyak orang, padahal ilmu hadist sangat penting mengingat hadist merupakan sumber hukum bagi
umat islam, dengan mempelajari hadist umat islam dapat mengetahui tingkatan-tingkatan hadist, denga
mempelajari takhrij hadist kita dapat mengetahui berbagai tingkatan hadist.

Beliau juga menjelaskan, fungsi Lembaga Pendidikan tidaklah semata-mata menjalankan proses
pembelajaran dan penelitian, namun ada fungsi yang tidak kalah penting yaitu mengabdi kepada
masyarakat.

C. Merefleksikan Hasil Kontekstualisasi Materi Bahan Ajar Dalam Pembelajaran Bermakna

Al-Qur'an dan Hadits merupakan sumber utama ajaran Islam, dalam arti ia merupakan sumber akidah-
akhlak, syari’ah/fikih (ibadah, muamalah), sehingga kajiannya berada di setiap unsur tersebut Al-Qur'an
dan Hadits, menekankan pada kemampuan baca tulis yang baik dan benar, memahami makna secara
tekstual dan kontekstual, serta mengamalkan kandungannya dalam kehidupan sehari-hari.

Mengajarkan Hadits kepada mereka (para peserta didik) merupakan salah satu pokok dalam ajaran
Islam. Tujuannya adalah agar mereka tumbuh sesuai dengan fitrahnya. Hati merekapun bisa dikuasai
dengan cahaya hikmah. Pembelajaran Al-Qur’an-Hadits adalah bagian dari upaya untuk mempersiapkan
sejak dini agar siswa memahami, terampil melaksanakan dan mengamalkan isi kandungan AlQur’an-
Hadits melalui kegiatan pendidikan.

Rasulullah SAW menyampaikan sebuah pendidikan, pembelajaran atau pengajaran kepada para sahabat
menggunakan berbagai macam cara atau metode, sehingga para sahabat dapat menerima, memahami
dan menguasai apa yang disampaikan oleh Rasulullah SAW. Beberapa metode pembelajaran yang
dikemukakan dalam makalah ini, merupakan metode – metode yang digunakan oleh Rasulullah SAW
dalam menyampaikan materi kepada para sahabat. Metode – metode tersebut terdiri dari metode
ceramah, metode diskusi, metode keteladanan, metode tanya jawab, metode demonstrasi, metode
keteladanan, metode pembiasaan,metode mau’izahat dan nasihat, metode kisah, metode
perumpamaan, metode hadiah dan hukuman, metode gradual, metode perbandingan, dan metode
menggunakan gambar.

Pada dasarnya metode–metode pembelajaran yang digunakan oleh Rasulullah SAW. Hingga saat ini
masih digunakan dalam dunia pendidikan, artinya begitu besar manfaat dari pada metode tersebut
digunakan dari pada masa Rasulullah SAW hingga masa sekarang ini dan artinya pula sudah ratusan
tahun yang lalu metode – metode tersebut telah digunakan oleh Rasulullah SAW.

Anda mungkin juga menyukai