SOLAT IDAIAN
Disusun oleh : Jihad Abduh
No Peserta : 1063769669110003
A. Pengertian dan Hukum Salat Idaian
Menurut Wahbah al-Zuhaili, hari raya Islam diberi nama id (hari raya)
karena Allah swt pada hari id itu memberikan berbagai ihsan kepada hamba-
hamba-Nya pada setiap tahun. Kata “id” yang selalu diterjemahkan ke bahasa
Indonesia dengan ‘hari raya’ menurut etimologinya berarti al-mausim (musim),
disebut demikian karena setiap tahun berulang.
Salat Idul Fitri adalah adalah salah satu salat yang hanya dikejakan saat
perayaan hari raya Idul Fitri pada setiap tanggal 1 Syawal setelah melaksanakan
puasa Ramadan satu bulan lamanya. Sedangkan salat Idul Adha adalah salat
yang dilaksanakn pada Hari Raya Idul Adha yang jatuh pada 10 Dzulhijjah yang
bertepatan dengan ibadah haji di Makkah Al-Mukarramah dan karena itu disebut
juga dengan Hari Raya Haji atau Hari Raya Qurban kerena disunahkan berkurban
bagi yang mampu.
Mengenai status hukum melaskananakan salat Idain di kalangan para
ulama terjadi perbedaan. Setidaknya ada tiga pendapat yang masyhur di kalangan
ulama:
1. Salat Idain hukumnya sunah muakad. Ini adalah pendapat jumhur (mayoritas)
ulama.
2. Fardu kifayah, artinya (yang penting) dilihat dari segi adanya salat itu sendiri,
bukan dilihat dari segi pelakunya. Atau (dengan bahasa lain, yang penting)
dilihat dari segi adanya sekelompok pelaku, bukan seluruh pelaku. Maka, jika
ada sekelompok orang yang melaksanakannya, berarti kewajiban
melaksanakan salat Idain itu telah gugur bagi orang lain. Pendapat ini adalah
pendapat yang terkenal di kalangan mazhab Hambali.
3. Fardu ain (kewajiban bagi tiap-tiap individu), artinya berdosa bagi siapa yang
meninggalkannya. Ini adalah pendapat mazhab Hanafiyah serta pendapat
salah satu riwayat dari Imam Ahmad.