Anda di halaman 1dari 7

PENDALAMAN MATERI

(Lembar Kerja Resume Modul)

A. Judul Modul : Tata Cara Thaharah dan Shalat


B. Kegiatan Belajar : Thaharah

C. Refleksi

NO BUTIR REFLEKSI RESPON/JAWABAN

Peta Konsep
(Beberapa istilah dan
1
definisi) di modul
bidang studi

1. Pengerti Taharah
Taharah adalah bersuci sedangkan menurut istilah membersihkan diri,
pakaian dan tempat dari hadas dan najis.
2. Bersuci dari Najis
Adapun benda-benda khubuts (najis) adalah:
a). Bangkai (kecuali bangkai ikan dan belalan), daging babi, tai, nanah,
muntah, kencing dan darah (kecuali hati dan limpah)
b). Anjing dan Babi serta hewan yang dilahirkan dari keduanya.
c). Potongan daging dari anggota badan binatang yang masih hidup
d). Muntah, air kencing dan kotoran manusia.
e). Sesuatu yang keluar dari dubur atau kubul
f). Khamar
3. Kaifiah Bersuci dari Najis
Ada beberapa cara yang dilakukan untuk menghilangkan khubuts atau
najis.
a. Dengan menggunakan air
b. berubahnya benda najis menjadi sesuatu yang baik, seperti perubahan
khamar menjadi cuka dan darah ghazal (kijang) menjadi minyak misik
(parfum) dengan sendirinya tanpa dicampur dengan benda apapun.
c. Membakar benda najis dengan api.
d. Menyamak kulit hewan yang najis.
4. Bersuci dari Hadas
1. Pengertian Hadas dan Macam-macamnya
Hadas adalah sesuatu yang mewajibkan wudu atau mandi. Sesuatu yang
mewajibkan wudu disebut hadas kecil dan sesuatu yang mewajibkan
mandi disebut hadas besar.
5. Adapun sesuatu yang mewajibkan wudu adalah meliputi sesuatu yang
membatalkan wudu yaitu sbb:
a). Sesuatu yang keluar dari dua jalan (dubur atau kubul) seperti kencing,
buang air besar, haid, nifas, air mani, mazi, dan wadi.
b). Sesuatu yang tidak keluar dari dua jalan dubur dan qubul, yaitu
meliputi: Hilang akal, seperti gila, pingsan, tidak sadar disebabkan khamar,
ganja, morfin, dan tidur.
Yang menjadi perselisihan ulama adalah tidur. Bagaimana tidur yang
menyebabkan batal wudu’. Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya
wudu itu tidak wajib kecuali bagi orang yang tidur terlentang, sebab
apabilah tidur terlentang, akan terbuka jalan lubang kubul.” (HR. Abu Daud
dan Tumudzi).
Hadis di atas dipahami oleh para ulama mazhab dengan pendapat yang
berbed ulama yakni:

a. Hanabilah, tidur yang mebatalkan wudu adalah tidur dalam setiap


keadaan dengan waktu yang cukup lama. Ketika tidur sebentar dalam
keadaan terlentang tidak membatalkan wudu sehingga mudhtaji’an di
sana adalah tidur yang lama.

b. Ulama Syafi’iyah: tidur yang membatalkan wudu adalah sebagaimana


yang disabdakan oleh Rasul yaitu tidur terlentang, tidur duduk tidak
membatalkan, sekalipun tidurnya lama.

c. Ulama Malikiyah: tidur yang membatalkan wudu adalah tidur yang


pulas sebentar atau lama dalam setiap keadaan, duduk, sujud, atau
berbaring. Tidur dengan terlentang dalam keadaan lama tetapi gelisah
tidak pulas tidak membatalkan wudu tetapi disunnatkan wudu’.

d. Ulama Hanafiyah: tidur yang membatalkan wudu adalah tidur dalam


tiga keadaan: tidur terlentang, tidur bersandar ke dinding, dan tidur
duduk dengan kepala di atas lutut. Selain dari tiga keadaan tidur ini
tidak membatalkan wudu.
c). Menyentuh wanita dengan syahwat
Ada beberapa pendapat ulama dalam hal ini yakni :

1. Menurut Imam Syafi’i menyentuh wanita membatalkan wudu, baik


yang disentuhnya laki-laki maupun perempuan tua ataupun muda tanpa
ada kenikmatan syahwat, tetapi dengan syarat tidak ada penghalang.

2. Imam Hambali berpendapat bahwa wudu menjadi batal apabila


menyentuh wanita dengan syahwat tanpa penghalang meskipun yang
disentuhnya mahram, dalam keadaan hidup atau mati, tua atau muda,
kecil atau besar.

3. Imam Malikiyah berpendapat bahwa wudu batal dengan syarat: bagi


yang menyentuh sudah balig dan bermaksud untuk mendapat
kenikmatan sekalipun tidak memperoleh kenikmatan. Syarat bagi yang
disentuh jika dia telanjang atau tertutup dengan kain tipis. Jika kain
tebal tidak batal.
4. Imam Hanafiyah memandang tidak batal karena menyentuh sekalipun
telanjang. Suami dan isteri yang tidur dengan telanjang tidak batal
wudunya. Kecuali dalam dua keadaan: keluar sesuatu dan bersentuhan
dua parji.
d). Menyentuh kemaluan dengan tanpa penghalang
Ada beberapa pendapat ulama yaitu :

1. Menurut tiga imam seperti Imam Syafi’i, Maliki, dan Hambali bahwa
menyen-tuh kemaluan dengan tanpa penghalang adalah membatalkan
wudu.

2. Menurut Imam Hanafiyah menyentuh zakar tidak membatalkan wudu


sekalipun dengan syahwat, tetapi disunahkan berwudu.
6. Adapun beberapa hal yang mewajibkan mandi besar, yaitu:
1) Berjimak, baik keluar mani maupun tidak
2) Mani.
3) Mati
4) Haid /Nifas
7. Tata Cara Bersuci dari Hadas
a. Wudu
1) Rukun Wudu
2) Sunah-sunah Wudu
Adapun sunah-sunah wudu meliputi:
a) Membaca Basmalah ketika memulai berwudu
b) Bersiwak
c) Membasuh kedua telapak tangan sampai ke pergelangan sebanyak tiga
kali
d) Berkumur-kumur dan memasukkan air ke dalam hidung
e) Mendahulukan yang kanan daripada yang kiri
f) Menyela-nyela anggota wudu seperti jenggot dan kuku
g) Membasuh tiga kal

h) Muwalat Artinya berturut-turut membasuh anggota


i) Menyapu kedua telinga
j) Menggosok-gosok anggota wudu ketika membasuhnya agar lebih bersih
k) Selesai berwudu, menghadap kiblat dan berdoa
8. Perkara Yang Membatalkan Wudu:
a) Sesuatu yang keluar dari dubur atau kubul, seperti: air kencing, mazi,
wadi dan mani dan kotoran lainnya.
b) Tidur nyenyak hingga tidak sadar dan tidak tetap tempat duduknya.
c) Hilang akal, baik karena gila, pingsan, mabuk, atau disebabkan minum
obat-obatan, baik kadar obat tersebut sedikit maupun banyak.
9. ada beberapa hal yang sering kali disangka membatalkan wudu
padahal tidak membatalkan wudu antara lain:
a) Keluar darah tidak melalui dua jalan dubur dan kubul, seperti karena
luka, mimisan, dan berbekam. Demikian pula muntah, baik sedikit ataupun
banyak, tidak membatalkan wudu.
b) Memandikan mayat tidak membatalkan wudu.
c) Menyentuh isteri tanpa pembatas atau penghalang
10. Perkara yang wajib dilakukan dengan berwudu seseorang diwajibkan
berwudu untuk mengerjakan tiga perkara, yaitu sebagai berikut:
a) Salat apapun juga bentuknya, baik salat fardu maupun salat sunat,
termasuk juga bila ingin mengerjakan salat jenazah.
b) Bahwaf di Baitullah
c) Menyentuh mushaf al-Quran.
11. Perkara yang Mewajibkan Mandi
Mandi menjadi wajib disebabkan adanya lima perkara, yaitu sebagai
berikut:
a) Keluar mani disertai syahwat, baik pada waktu tidur maupun ketika
bangun, laki-laki maupun wanita.
b) Hubungan kelamin, yaitu memasukan alat kelamin pria ke dalam alat
kelamin wanita, walau tidak sampai keluar mani,
c) Haid dan nifas jika sudah berhenti,
d) Melahirkan baik anak yang dilahirkan itu cukup umur maupun tidak,
seperti keguguran.
e) Mati
f) Orang kafir jika sudah masuk Islam. Ia juga wajib mandi sebagai awal
dari penyucian dirinya.

12. Permasalahan mandi wajib


Ada beberapa hal yang sering dipertanyakan sekitar mandi wajib, antara
lain sebagai berikut:
a) Seorang yang telah melaksanakan mandi wajib tidak perlu lagi berwudu
sesudah-nya
b) Cukup mandi satu kali saja, meliputi mandi janabat, mandi hari Jumat,
dan mandi hari raya apabila ia meniatkan itu semua ketika memulai
mandinya.
c) Tidak ada larangan atas seorang junub atau wanita yang sedang haid,
memotong kuku, menghilangkan bulu atau rambut, keluar rumah dan
sebagainya.
13. Tayamum
Tayamum secara bahasa adalah al-qashd,
Sedangkan secara istilah adalah menyapu wajah dan kedua tangan dengan
debu yang suci atas jalan yang tertentu
1. Sebab dilakukan tayamum
Adapun sebab-sebab disyariatkannya tayamum adalah:
a) Tidak ada air sama sekali atau ada air tetapi tidak cukup untuk
dipakai bersuci
b) Jika seseorang mempunyai luka atau ditimpa sakit dan ia khawatir
dengan memakai air itu penyakitnya jadi bertambah atau lama
sembuhnya
c) Jika air terlalu dingin dan keras dugaannya akan timbul bahaya
disebabkan menggunakannya, dengan syarat ia tak sanggup
memanaskan air tersebut, walau hanya dengan jalan diupahkan
d) Apabila air yang tersedia hanya sedikit sekali dan diperlukan di
waktu sekarang atau masa depan yang dekat untuk minumnya atau
minum orang lain, atau binatang (walaupun seekor anjing) atau untuk
memasak makanannya, atau mencucui pakaian salatnya yang terkena
najis.
2) Rukun-Rukun Tayamum
a) Niat
b) Debu yang suci
c) Menyapu seluruh wajah
d) Menyapu kedua tangan sampai siku.
3) Kaifiyat Tayamum
Tayamum menjadi batal oleh sesuatu yang membatalkan wudu.
Begitupun ia batal disebabkan adanya air. Tetapi, bila seseorang
melakukan salat dengan tayamum kemudia ia menemukan air, maka ia
tidak wajib mengulang salatnya walaupun waktu salat masih ada.
4) Mengusap di atas Pembalut (Perban atau Plaster)

1. Haid adalah darah yang keluar dari kemaluan kaum hawa yang rutin setiap
Daftar materi bidang bulan, minimal darah haid adalah setetes (sekecretan) dan maksimalnya
2 studi yang sulit
dipahami pada modul adalah lima belas hari. Lebih dari itu adalah darah penyakit yang disebut
darah istihadhah.

1. Hadis tersebut dapat dipahami bahwa menyentuh zakar sama dengan

Daftar materi yang menyentuh telinga, pipi, dan anggota tubuh lainnya, sehingga tidak
sering mengalami membatalkan wudu. Menurut Imam Hanafi, dalil yang digunakan oleh
3
miskonsepsi dalam
pembelajaran ketiga Imam di atas adalah anjuran untuk mencuci tangan, bukan berwudu
Padahal sebelumnya saya kira menyentuh zakar itu membatalkan wudhu.

Anda mungkin juga menyukai