PETA KONSEP
JARIMAH TAKZIR
Pokok-Pokok Materi
Macam-macam jarimah
takzir
pertolongan), dan yang kedua berarti )ضرب َّال من س ٌجنsalah satu jenis pukulan). Sedangkan menurut Ibrahim Mustafa,
dkk. berarti )وأعانه المهmencegah dari kejahatan dan menolongnya), dan juga berarti )ورده منعه الشيء وعنmelarang dari
sesuatu dan mengembalikannya). Selanjutnya di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dikemukanan bahwa takzir
adalah hukuman yang dijatuhkan atas dasar kebijaksanaan hakim terhadap pelanggaran yang tidak ada ketentuan
sanksinya di dalam al-Qur'an dan hadis. Pemberlakuan hukuman takzir ditetapkan oleh pemerintah atau hakim yang
bertindak sebagai wakil pemerintah di bidang penegakan hukum dengan mempertimbangkan beberapa hal. Di antara
hal-hal yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan oleh hakim adalah besar kecilnya pelanggaran, adanya unsur
sengaja atau kelalaian, baru pertama dilakukan atau sudah berkali-kali dan sebagainya.
B. Dasar Hukum Jarimah Takzir
Landasan hukum sanksi bagi pelaku jarimah takzir adalah at-ta'zir yaduru ma'a mashlahah, yaitu hukum takzir
berlandaskan pertimbangan manfaat dengan tetap berpedoman pada asas keadilan. dalam masyarakat. Ayat-ayat al-
Qur’an yang dijadikan sebgai dasar jarimah takzir adalah QS alFath/48: 8-9:
Adapun perbuatan para sahabat yang dapat dijadikan landasan hukum bagi jarimah dan hukuman takzir antara lain
perbuatan Sayyidina Umar ibn Khattab yang melihat orang-orang meletakkan seekor kambing kemudian ia mengasah
pisaunya. Khalifah Umar memukul pria itu dengan cambuk dan dia berkata: "Asah pisaunya dulu".
C. Macam-macam Jarimah Takzir
yang melanggar hak hamba. Jarimah yang berkaitan dengan hak Allah adalah segala sesuatu yang berkaitan
dengan kemaslahatan umum. Misalnya membuat kerusakan di bumi, pemberontakan, perampokan dan
sebagainya. Sedangkan jarimah yang berkaitan dengan hak hamba (adami) adalah segala sesuatu yang
jarimah takzir karena melakukan perbuatan yang membahayakan kepentingan umum, dan jarimah takzir karena
melakukan pelanggaran (mukhalafah), yaitu meninggalkan yang sunnat dan melakukan yang makruh. Jarimah
takzir karena melakukan perbuatan maksiat dapat berbentuk pelanggaran terhadap halhal yang dilarang oleh
syarak seperti bersumpah palsu, atau dapat berupa perbuatan meninggalkan hal-hal yang diperintahkan oleh
syarak seperti tidak berpuasa pada bulan Ramadan tanpa uzur yang dibolehkan oleh syarak.
3. Dilihat dari segi dasar hukum (penetapannya), jarimah takzir terbagi kepada: 1. Jarimah takzir yang berasal dari
jarimah hudud atau kisas-diat yang tidak memenuhi syarat penerapan sanksi hadnya atau mengandung syubhat
seperti pencurian harta yang tidak disimpan pada tempat penyimpanan semestinya. 2. Jarimah takzir yang jenis
perbuatannya dilarang dalam al-Qur'an atau sunnah tetapi jenis sanksinya belum ditetapkan seperti menyuap,
mengurangi timbangan, meninggalkan salat fardu, dan sebagainya. 3. Jarimah takzir yang jenis dan bentuk
sanksinya belum ditentukan oleh syarak. Penetapan jenis dan bentuk jarimah ini diserahkan kepada pemerintah
atau hakim seperti pelanggaran peraturan lalu lintas dan pelanggaran disiplin pegawai negeri.
D. Sanksi Jarimah Takzir
Hakim dalam menetapkan sanksi jarimah takzir tetap terikat pada kaidah-kaidah keadilan dan kesesuaian antara tindak
kejahatan dan sanksi yang diberikan. Demikian pula ia terikat untuk memulai dengan sanksi minimal yang cukup
menghentikan pelakunya melakukan kejahatan. Ia tidak boleh berlebih-lebihan atau melampaui batas dalam
1. Sanksi Takzir yang Berkaitan dengan Badan Sanksi jarimah takzir yang berkaitan dengan badan ada dua macam,
a. Hukuman Mati Hukuman mati merupakan sanksi yang dikenakan kepada pelaku jarimah kisas dan hudud, di
b. Dera. Dera merupakan salah satu sanksi dalam jarimah takzir. Fukaha telah sependapat menganai penggunaan dera
atau cambuk sebagai sanksi dalam jarimah takzir seperti pemalsuan stempel baitul mal, percobaan perzinaan, pencurian
tidak sampai nisab dan sebagainya. Akan tetapi, mereka berbeda pendapat dalam menetapkan jumlah atau kadarnya.
2. Sanksi Takzir yang Berkaitan dengan Kemerdekaan Bentuk sanksi yang termasuk dalam golongan ini adalah penjara
dan peng-asingan.
a. Penjara Dalam kajian hukum Islam, kata penjara digunakan term al-sijn atau al-habs yang berarti mencegah atau
tempat menahan. Menurut Ibnu al-Qayyim yang dikutip oleh Muslich bahwa yang dimaksud dengan al-habs bukan
menahan pelaku di tempat yang sempit, melainkan menahan seseorang dan mencegahnya agar ia tidak dapat melakukan
tindakan hukum, baik penahanan itu di dalam rumah dan di masjid ataupun di tempat lainnya. Penahanan semacam ini
telah dilakukan oleh Abu Bakar. Akan tetapi, Umar pada masa pemerintahannya membeli sebuah rumah kemudian
menjadikannya sebagai penjara. Atas dasar ini, jumhur fukaha membolehkan sanksi dalam bentuk penjara. Sanksi
penjara dapat dibagi kepada dua macam, yaitu: sanksi penjara yang terbatas dan yang tidak terbatas.
b. Pengasingan Fukaha menyetujui pengasingan (pengucilan/pmbuangan) sebagai salah satu bentuk sanksi dalam
jarimah takzir. Ketetapan ini didasarkan pada firman Allah swt. dalam QS al-Ma’idah/5: 33 yang menjelaskan
pengasingan (yunfau min al-ard) sebagai salah satu sanksi bagi pelaku jarimah perampokan. Meskipun ketetapan sanksi
pengasingan dalam ayat itu untuk jarimah had, tetapi sanksi ini juga digunakan dalam jarimah takzir.
3. Sanksi Takzir yang Berkaitan dengan Harta. Sanksi jarimah takzir yang berkaitan dengan harta Ibnu al-Qayyim
mengutip pendapat Ibnu Taimiyah yang mengemukakan bahwa sanksi takzir berupa harta ada tiga macam, yaitu:
menghancurkannya (itlaf), mengubahnya (tagyir), dan memilikinya (tamlik). Takzir berupa penghancuran dikenakan
kepada pelaku jarimah seperti tempat khamar, patung, menumpahkan susu yang dicampur dengan air, dan sebagainya.
Takzir dengan tagyir seperti patung dipotongpotong lalu dijadikan sebagai batu penyangga, atau kepalanya dipotong
sehingga menjadi seperti pohon. Adapun takzir dengan tamlik, seperti melipatgandakan sanksi bagi pencuri buah dari
buah yang dicurinya. Sanksi bentuk ketiga ini dapat disebut sebagai denda
4. Sanksi Takzir yang Ditentukan oleh Pemerintah Demi Kemaslahatan Umum Sanksi jarimah takzir yang dapat
digunakan oleh pemerintah atau hakim untuk mewujudkan kemaslahatan umum selain sanksi yang telah disebutkan
sangat banyak. Di antara sanksi yang lain itu adalah peringatan keras, dihadirkan di hadapan sidang, nasihat, celaan,
pengucilan, pemecatan, mengumumkan kesalahan secara terbuka, dan 10 sebagainya. Sanksi-sanksi tersebut dapat
digunakan selama dapat memberikan efek jera sebagai bentuk pendidikan terhadap pelakunya. Ini menjadi
pertimbangan penting bagi hakim yang menangani pelanggaran jarimah takzir ini.
E. Hikmah Jarimah Takzir Pemberlakuan jarimah takzir sebagai hukuman yang bersifat pendidikan akan mengantarkan
pelaku jarimah atau pelaku tindak kejahatan menyadari kesalahannya dan selanjutnya menghentikan perbuatan jahat di
masa selanjutnya. Pelaku tindak kejahatan yang tidak memenuhi syarat untuk dijatuhkan hukuman had, atau tuduhan
tidak dapat dibuktikan dalam sidang pengadilan kalau ada indikasi mengandung kebenaran dalam tuduhan tersebut,
maka ia tetap akan mendapat sanksi sehingga semua tindakan yang mengandung unsur kejahatan dapat dihentikan dari
siapapun, baik oleh pelaku tindak kejahatan maupun terhadap orang lain. Dengan demikian, ketika semua orang
berhati-hati dan menjaga diri untuk tidak melakukan kejahatan, maka ketertiban dan keamanan masyarakat akan dapat
terwujud.