Anda di halaman 1dari 5

PENDALAMAN MATERI

(Lembar Kerja Resume Modul)

A. Judul Modul : Zakat


B. Kegiatan Belajar : Hubungan Zakat, Pajak & Wakaf (KB 3)

C. Refleksi

NO BUTIR REFLEKSI RESPON/JAWABAN

Definisi Zakat
Menurut Abdullah bin Muhammad al-Thayyar
mengatakan bahwa zakat adalah kewajiban dari Allah
swt. yang harus dikeluarkan terkait harta tertentu dan
diserahkan kepada orang-orang tertentu, pada masa
tertentu, untuk mendapatkan ridha Allah

Definisi Pajak
Abdurrahman Navis mengatakan bahwa pajak menurut
istilah kontemporer adalah iuran rakyat kepada kas
negara berdasarkan undang-undang sehingga dapat
dipaksakan dengan tidak mendapat balas jasa secara
langsung. Negara dapat menampilkan dirinya sebagai
Konsep (Beberapa istilah penguasa yang bisa mengatur rakyat dan warga
1
dan definisi) di KB negaranya untuk mengeluarkan pajak

Definisi Wakaf
Pengertian wakaf adalah menahan harta yang bisa
diambil manfaaatnya dengan tetap kekalnya zat harta itu
sendiri dan memanfaatkan kegunaannya di jalan
kebaikan dengan tujuan mendekatkan diri kepada Allah
swt. Wakaf adalah amalan sunah, berbeda dengan zakat
yang wajib hukumnya. Harta wakaf dijalankan dengan
suka rela tetapi zakat harus dipaksa bagi orang yang
enggan dan malas-malasan. Dalam kitab Kifayah al-
Akhyar diterangkan sebagai berikut; “Definisi wakaf
menurut syara’ adalah menahan harta-benda yang
memungkinkan untuk mengambil manfaatnya beserta
kekalnya zat harta-benda itu sendiri, dilarang untuk
mentasaharrufkan zatnya. Sedang mentasharrufkan
kemanfaatannya itu dalam hal kebaikan dengan tujuan
mendekatkan diri kepada Allah swt”

Salah satu materi yang dianggap sulit dalam


memahaminya diantaranya masalah yang berkaitan
dengan Manajemen dan Tata Kelola Zakat
Pada masa Rasulullah, pengelolaan zakat diamanatkan
pada Baitul Mal. Pada zaman itu, Baitul Mal tidak saja
berfungsi sebagai pengelola keuangan Negara, tetapi
juga tempat menampung dana zakat umat muslim. Zakat
dimasukkan ke dalam instrument fiskal Negara di
samping sudah ada jizyah, ghanimah, dan lain-lain.
Di jaman lampau, pengelolaan zakat pun menjadi lebih
tertata rapi setelah masa Khalifah Umar bin Khattab
berkuasa. Sang Khalifah membentuk Diwan, yaitu
departemen khusus mengatur tentang zakat. Dari kata
diwan ini kemudian kita mengenal istilah dewan.
Daftar materi pada KB Diwan pada masa khalifah Umar bin Khattab sudah
2
yang sulit dipahami terbilang modern. Karena Diwan bertugas untuk
mengelola zakat dengan perencanaan, pelaksanaan, dan
pengordinasian dalam pengumpulan, pendistribusian dan
pe,ndayagunaan zakat. Ini bisa dibilang sebagai
kontribusi besar Khalifah Umar dalam menatata sistem
pemerintahan Islam pada jamannya, serta sebagai
hikmah besar untuk diambil pelajaran oleh umat muslim
sekarang.
Pada perkembangan kontemporer, dalam rangka
memenuhi kebutuhan pengelolaan zakat yang optimal,
maksimal, dan profesional, banyak instansi yang
menamakan dirinya sebagai organisasi Pengelola Zakat
(OPZ). Sejatinya, semua ini adalah penerjemahan dari
diwan yang sudah ada pada jaman Khalifah Umar bin
Khattab. Berikut ini beberapa lembaga organisasi yang
berfokus pada pengelolaan zakat

Diantara materi yang sering mengalami miskonsepsi


dalam pembelajaran ini diantaranya sebagai berikut :
➢ Masalah yang berkaitan dengan Hubungan
Zakat dengan pajak
Dalam ajaran Islam, pajak sering diistilahkan
dengan al-dharibah. Kata ini memiliki bentuk jamak
berupa al-dharaib. Sebutan lain dari para ulama
untuk pajak ini adalah al-muks. Namun begitu,
jangan sampai dikacaukan dengan konteks lain,
dimana Islam memperkenalkan istilah-istilah lain
yang mirip dengan pajak. Istilahistilah ini berbeda
satu sama lain, sekalipun pada aspek lahiriah yang
kasat mata hampir serupa. Tetapi, secara substansi
berbeda mencolok.
Pertama, al-jizyah, yaitu upeti yang harus
dibayarkan ahli kitab kepada pemerintahan Islam.
Daftar materi yang sering
Upeti ini sebagai bentuk ketundukan, jaminan tidak
3 mengalami miskonsepsi
ada perlawanan dan pengkhianatan, komitmen untuk
dalam pembelajaran
hidup akur, harmonis, dan bersama-sama.
Kedua, al-kharaj yaitu pajak bumi yang dimiliki
oleh negara. Suatu negara pasti memiliki batasan
wilayah. Seluruh tanah yang ada di wilayah tersebut
adalah milik negara, sehingga penduduk yang
menempatinya wajib membayar kharraj. Dalam
bahasa kita, kharraj adalah pajak bumi.
Ketiga, al-usyr yaitu bea cukai bagi para pedagang
non muslim yang masuk ke negara Islam. Dalam
sejarah Islam, ada praktek al-‘usyr yang berarti bea
cukai yang diterapkan penguasa Islam kepada
pedagang non-muslim
Dalam Islam, zakat adalah pemungutan sebagian
harta untuk diserahkan kepada golongan-golongan
tertentu yang sudah ditetapkan. Zakat hanya
diwajibkan kepada umat muslim, tetapi jizyah dan
usyr diwajibkan kepada non muslim dengan catatan
tertentu; jizyah bagi non-muslim sebagai bentuk
ketundukan, sedangkan usyr sebagai bayaran dalam
konteks perdagangan.
Pandangan mengenai pajak para ulama berbeda
pendapat salah satunya dating dari Imam Dzahabi
dalam Al-Kabair ia mengemukakan bahwa pajak
tidak bisa disepadankan dengan zakat, pandangan
bahwa pajak bukan zakat, dan bahwa pajak haram
sedangkan zakat adalah wajib,
Di antara ulama yang membolehkan pemerintahan
Islam mengambil pajak dari kaum muslimin adalah
Imam Ghazali, Imam Syatibi, dan Imam Ibnu Hazm.
Hal ini sesuai dengan hadis yang diriwayatkan dari
Fatimah binti Qais juga bahwa dia mendengar
Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya pada
harta ada kewajiban/hak (untuk dikeluarkan) selain
zakat.” (HR Tirmidzi, No: 595 dan Darimi, No :
1581, di dalamnya ada rawi Abu Hamzah (Maimun).
➢ Masalah yang berkaitan denganhubungan zakat
dengan wakaf
Dalam kasus wakaf uang ini, para ulama berbeda
pendapat.
Pendapat pertama menyatakan bahwa wakaf uang
(waqf al-nuqud) secara mutlak tidak diperbolehkan.
Seseorang harus mewakafkan selain uang,
khususnya benda-benda yang fisiknya tidak
berubah. Rujukan tentang dilarangnya wakaf uang
ini adalah sebagai berikut: “Adapun wakaf sesuatu
yang tidak bisa diambil manfaatnya kecuali dengan
melenyapkannya seperti emas, perak, makanan, dan
minuman maka tidak boleh menurut mayoritas
fukaha. Yang dimaksud dengan emas dan perak
adalah dinar dan dirham dan yang bukan dijadikan
perhiasan”
Pendapat kedua, mereka ini menyatakan bahwa
wakaf uang tetap diperbolehkan. Ibnu Syihab al-
Zuhri juga memperbolehkan wakaf dinar
sebagaimana dinukil al- Bukhari. Telah dinisbatkan
pendapat yang mensahkan wakaf dinar kepada Ibnu
Syihab al-Zuhri dalam riwayat yang telah dinukil
Imam Muhammad bin Isma’il al-Bukhari dalam
kitab Shahihnya. Ia berkata, Ibnu Syihab al-Zuhri
berkata mengenai seseorang yang menjadikan seribu
dinar di jalan Allah (mewakafkan). Ia pun
memberikan uang tersebut kepada budak laki-
lakinya yang menjadi pedagang. Maka si budak pun
mengelola uang tersebut untuk berdagang dan
menjadikan keuntungannya sebagai sedekah kepada
orang-orang miskin dan kerabat dekatnya

Anda mungkin juga menyukai