Anda di halaman 1dari 10

TEMPLATE UNTUK PROBLEM BASED LEARNING (PBL)

MODUL PROFESIONAL

Nama Mahasiswa : NETI CASTURI


Kelompok Mapel : FIQIH
Judul Modul : Melakukan eksplorasi penyebab dominan dan keterkaitannya dengan
penyebab determinan
No Komponen Deskripsi Jawaban
1. Identifikasi Masalah Masalah keagamaan kontekstual yang
(Masalah yang diidentifikasi merupakan terkait dengan pokok bahasan modul
masalah keagamaan kontekstual yang "Ariyah, Jual Beli, Khiyar, Riba" dapat
terkait dengan pokok bahasan modul meliputi beberapa isu yang sering
ARIYAH, JUAL BELI, KHIYAR, RIBA muncul dalam konteks sosial
masyarakat. Berikut adalah beberapa
(fakta dan realita sosial)
contoh masalah yang mungkin
diidentifikasi dalam konteks tersebut:

(DIBUAT PADA MODUL 1) 1. Kesalahpahaman tentang prinsip-


prinsip ariyah (penundaan pembayaran)
dalam transaksi jual beli. Beberapa
orang mungkin tidak memahami
dengan jelas batasan dan implikasi
hukum dari prinsip ini, sehingga dapat
terjadi penyalahgunaan atau
ketidakadilan dalam transaksi jual beli.

2. Praktik jual beli yang melibatkan


unsur penipuan atau manipulasi. Dalam
konteks jual beli, terdapat risiko
praktik-praktik yang tidak jujur, seperti
penjualan barang palsu atau penipuan
harga. Hal ini bertentangan dengan
prinsip-prinsip kejujuran dan keadilan
yang diatur dalam modul tersebut.

3. Ketidakpahaman mengenai konsep


khiyar (opsi pembatalan) dalam
transaksi jual beli. Beberapa orang
mungkin tidak menyadari hak-hak dan
batasan dalam menggunakan opsi
pembatalan ini, sehingga dapat terjadi
penyalahgunaan atau ketidakadilan
dalam transaksi.

4. Permasalahan terkait riba (bunga)


dalam konteks keuangan. Riba adalah
praktik yang diharamkan dalam agama
Islam, dan dapat terjadi dalam transaksi
pinjaman atau investasi dengan sistem
bunga konvensional. Masalah yang
muncul adalah ketidakjelasan atau
ketidaksesuaian dalam transaksi
keuangan yang melibatkan riba,
terutama dalam konteks perbankan atau
pembiayaan.

Penting untuk dicatat bahwa masalah-


masalah ini dapat berbeda-beda dalam
berbagai konteks sosial dan budaya.
Solusi yang tepat untuk masalah-
masalah ini akan sangat tergantung
pada kondisi spesifik masyarakat dan
institusi yang terlibat. Oleh karena itu,
penting untuk mendiskusikan dan
menerapkan pendekatan yang sesuai
dengan nilai-nilai agama dan prinsip-
prinsip keadilan yang dijelaskan dalam
modul tersebut.
2 Eksplorasi penyebab masalah (literatur dan Penyebab masalah terkait dengan
realitas review) ariyah, jual beli, khiyar, dan riba dapat
(Melakukan literatur berdasarkan identifikasi bervariasi tergantung pada konteks
masalah pada poin 1) sosial, budaya, dan ekonomi yang
spesifik. Berikut adalah beberapa
penyebab umum yang mungkin
menjadi pemicu masalah tersebut:
(DIBUAT PADA MODUL 2)
1. Kurangnya pemahaman dan
pengetahuan: Salah satu penyebab
utama masalah terkait dengan ariyah,
jual beli, khiyar, dan riba adalah
kurangnya pemahaman dan
pengetahuan tentang prinsip-prinsip
tersebut. Banyak orang mungkin tidak
memiliki pengetahuan yang memadai
tentang aturan dan batasan dalam
transaksi keagamaan, sehingga
membuat mereka rentan terhadap
kesalahan atau penyalahgunaan.

2. Ketidakjujuran dan ketidakadilan:


Praktik jual beli yang melibatkan
ketidakjujuran dan ketidakadilan dapat
menjadi penyebab masalah yang
berkaitan dengan ariyah, jual beli,
khiyar, dan riba. Misalnya, penjual
yang tidak jujur dalam menyajikan
informasi tentang barang yang dijual
atau memanipulasi harga dapat
menyebabkan ketidakadilan dalam
transaksi.

3. Faktor ekonomi: Faktor ekonomi


seperti kemiskinan, ketidakstabilan
ekonomi, dan kesenjangan ekonomi
dapat mempengaruhi praktik jual beli
dan transaksi keagamaan. Dalam situasi
yang sulit secara finansial, beberapa
orang mungkin terdorong untuk
melakukan transaksi yang melanggar
prinsip-prinsip ariyah, jual beli, khiyar,
dan riba.

4. Pengaruh budaya dan lingkungan


sekitar: Budaya dan lingkungan sekitar
juga dapat memengaruhi praktik jual
beli dan transaksi keagamaan. Nilai-
nilai yang dominan dalam masyarakat
atau tekanan sosial dapat
mempengaruhi keputusan individu
dalam melakukan transaksi yang
melanggar prinsip-prinsip keagamaan
yang terkait dengan ariyah, jual beli,
khiyar, dan riba.

5. Ketidakjelasan regulasi dan


penegakan hukum: Ketidakjelasan
dalam regulasi dan penegakan hukum
terkait dengan transaksi keagamaan
dapat menyebabkan kebingungan dan
penyalahgunaan. Kurangnya pedoman
yang jelas atau penegakan yang
konsisten dapat memberikan celah bagi
praktik-praktik yang melanggar prinsip-
prinsip ariyah, jual beli, khiyar, dan
riba.

Penting untuk mengidentifikasi


penyebab masalah secara spesifik
dalam konteks yang relevan agar dapat
mengambil langkah-langkah yang tepat
untuk mengatasi masalah tersebut.
Dalam beberapa kasus, edukasi,
kesadaran, pengawasan yang lebih baik,
dan perbaikan sistem regulasi dapat
membantu mengurangi masalah terkait
dengan ariyah, jual beli, khiyar, dan
riba.
3. Eksplorasi penyebab masalah (literatur dan Untuk melakukan eksplorasi penyebab
realitas review) masalah terkait dengan ariyah, jual beli,
(Realitas review yang relevan dengan khiyar, dan riba berdasarkan realitas
identifikasi masalah pada poin 1 dan 2) dan relevan, kita perlu memperhatikan
fakta dan realita sosial terkini yang
mempengaruhi praktik transaksi
keagamaan. Meskipun saya tidak
(DIBUAT PADA MODUL 3) memiliki akses langsung ke data
terbaru, saya dapat mencoba
memberikan beberapa contoh penyebab
masalah yang mungkin relevan dengan
realitas saat ini:

1. Perubahan dalam praktik bisnis:


Dalam era globalisasi dan kemajuan
teknologi, praktik bisnis telah berubah
dengan cepat. Munculnya platform e-
commerce dan transaksi online telah
memberikan tantangan baru dalam
penerapan prinsip-prinsip ariyah, jual
beli, khiyar, dan riba. Misalnya, ada
kemungkinan terjadinya penipuan atau
manipulasi harga dalam transaksi
online yang melibatkan pembayaran
yang ditunda atau sistem kebijakan
pengembalian barang yang tidak adil.

2. Kompleksitas produk keuangan:


Produk keuangan modern sering kali
kompleks dan melibatkan berbagai
instrumen dan kontrak yang sulit
dipahami. Di sektor perbankan dan
keuangan, ada kemungkinan adanya
produk-produk yang mengandung
elemen riba yang tidak jelas atau
kompleksitas dalam mengidentifikasi
praktek-praktek yang melanggar
prinsip-prinsip keagamaan.

3. Ketidakadilan dalam sistem


ekonomi: Ketidakadilan dalam sistem
ekonomi dapat menjadi penyebab
masalah terkait dengan ariyah, jual beli,
khiyar, dan riba. Ketimpangan
pendapatan, akses terbatas terhadap
sumber daya, dan perlakuan yang tidak
adil dalam transaksi bisnis dapat
mendorong orang untuk melanggar
prinsip-prinsip keagamaan dalam upaya
untuk bertahan hidup atau mencapai
kesejahteraan ekonomi.

4. Kurangnya edukasi dan pemahaman:


Kurangnya edukasi dan pemahaman
yang memadai tentang prinsip-prinsip
keagamaan terkait dengan ariyah, jual
beli, khiyar, dan riba dapat
menyebabkan masalah dalam transaksi
keagamaan. Ketika individu atau
komunitas tidak memahami dengan
baik prinsip-prinsip ini, mereka
mungkin rentan terhadap praktik-
praktik yang melanggar aturan atau
terjerumus dalam praktik riba tanpa
disadari.

5. Tuntutan keuangan dan gaya hidup


yang tinggi: Tuntutan keuangan dan
gaya hidup yang tinggi dalam
masyarakat modern sering kali
mendorong orang untuk mengambil
risiko atau terlibat dalam praktik-
praktik yang bertentangan dengan
prinsip-prinsip ariyah, jual beli, khiyar,
dan riba. Dorongan untuk memperoleh
kekayaan dengan cepat atau memenuhi
keinginan materi dapat mengaburkan
pemahaman tentang pentingnya
prinsip-prinsip agama dalam transaksi
keuangan.

Perlu dicatat bahwa penyebab masalah


ini mungkin berbeda-beda dalam
konteks sosial, budaya, dan ekonomi
yang berbeda. Oleh karena itu, untuk
memah

ami penyebab masalah secara lebih


spesifik, penting untuk menggali data
dan informasi terkini yang relevan
dengan masyarakat dan praktik
transaksi keagamaan yang dijalani.
4. Analisa Penentu Penyebab Masalah Untuk menganalisis penentu penyebab
(Melakukan eksplorasi penyebab dominan masalah terkait dengan ariyah, jual beli,
permasalahan dari poin 1,2,3) khiyar, dan riba, perlu diperhatikan
beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi praktik transaksi
keagamaan. Berikut adalah analisis
(DIBUAT PADA MODUL 4)
penentu penyebab masalah yang
mungkin:

1. Faktor sosial dan budaya: Nilai-nilai


sosial dan budaya yang dominan dalam
masyarakat dapat memengaruhi praktik
transaksi keagamaan. Jika masyarakat
memiliki orientasi yang lebih
materialistik dan fokus pada
keuntungan finansial, maka ada
kemungkinan penyalahgunaan prinsip-
prinsip keagamaan terkait ariyah, jual
beli, khiyar, dan riba. Selain itu, norma-
norma sosial yang mengabaikan
prinsip-prinsip keagamaan juga dapat
mempengaruhi praktik transaksi yang
sesuai dengan prinsip-prinsip tersebut.

2. Faktor ekonomi: Keadaan ekonomi


masyarakat, tingkat kemiskinan,
kesenjangan ekonomi, dan tekanan
finansial dapat menjadi penentu
penyebab masalah terkait dengan
ariyah, jual beli, khiyar, dan riba.
Dalam situasi yang sulit secara
finansial, beberapa orang mungkin
terdorong untuk melanggar prinsip-
prinsip keagamaan demi bertahan hidup
atau meningkatkan kesejahteraan
ekonomi mereka.

3. Faktor pendidikan dan pemahaman


agama: Tingkat pendidikan dan
pemahaman agama di masyarakat dapat
mempengaruhi praktik transaksi
keagamaan. Kurangnya akses terhadap
pendidikan yang memadai tentang
prinsip-prinsip keagamaan atau
kurangnya pemahaman yang mendalam
dapat menyebabkan praktik yang tidak
sesuai dengan prinsip-prinsip tersebut.
Sebaliknya, tingkat pendidikan dan
pemahaman agama yang baik dapat
mendorong individu dan masyarakat
untuk menerapkan prinsip-prinsip
keagamaan secara konsisten.

4. Faktor regulasi dan penegakan


hukum: Regulasi yang jelas dan
penegakan hukum yang efektif terkait
dengan praktik transaksi keagamaan
dapat menjadi faktor penentu dalam
mencegah masalah terkait dengan
ariyah, jual beli, khiyar, dan riba.
Kurangnya regulasi yang memadai atau
penegakan hukum yang lemah dapat
memberikan celah bagi praktik-praktik
yang melanggar prinsip-prinsip
keagamaan.

5. Faktor teknologi dan globalisasi:


Kemajuan teknologi dan globalisasi
telah mengubah lanskap bisnis dan
praktik transaksi keagamaan.
Munculnya platform e-commerce,
transaksi online, dan produk keuangan
yang kompleks dapat menyulitkan
penerapan prinsip-prinsip keagamaan
yang terkait dengan ariyah, jual beli,
khiyar, dan riba. Penggunaan teknologi
dan globalisasi juga dapat memperluas
akses terhadap praktik-praktik yang
melanggar prinsip-prinsip tersebut.

Analisis penentu penyebab masalah ini


penting untuk memahami

faktor-faktor yang mempengaruhi


praktik transaksi keagamaan dan
merumuskan solusi yang tepat. Penting
untuk mengambil tindakan yang tepat,
seperti meningkatkan pendidikan
agama, meningkatkan regulasi dan
penegakan hukum, dan
mempromosikan kesadaran tentang
prinsip-prinsip keagamaan dalam
masyarakat untuk mengatasi masalah
yang muncul dalam praktik ariyah, jual
beli, khiyar, dan riba.
5 Analisa Penentu Penyebab Masalah Dalam menganalisis penentu penyebab
(Melakukan eksplorasi keterkaitannya masalah terkait dengan ariyah, jual beli,
dengan penyebab determinan permasalahan khiyar, dan riba, ada beberapa
dari poin 1, 2, 3, dan 4) keterkaitan dengan penyebab
determinan permasalahan yang dapat
dijelaskan sebagai berikut:
(DIBUAT PADA MODUL 5) 1. Faktor sosial dan budaya: Penyebab
determinan permasalahan seperti nilai-
nilai sosial dan budaya yang dominan
juga mempengaruhi praktik transaksi
keagamaan terkait ariyah, jual beli,
khiyar, dan riba. Jika masyarakat
memiliki orientasi yang lebih
materialistik dan cenderung
mengedepankan keuntungan finansial,
hal ini dapat memicu praktik yang
melanggar prinsip-prinsip keagamaan
tersebut. Dalam hal ini, faktor sosial
dan budaya menjadi penentu penyebab
masalah yang berkontribusi pada
praktik yang tidak sesuai dengan
prinsip-prinsip keagamaan.

2. Faktor ekonomi: Faktor ekonomi


yang menjadi penyebab determinan
permasalahan, seperti kemiskinan,
ketimpangan ekonomi, dan tekanan
finansial, juga memiliki keterkaitan
dengan masalah terkait ariyah, jual beli,
khiyar, dan riba. Dalam kondisi
ekonomi yang sulit, beberapa orang
mungkin terdorong untuk melanggar
prinsip-prinsip keagamaan dalam upaya
untuk memenuhi kebutuhan finansial
mereka atau mencapai kesejahteraan
ekonomi. Dengan demikian, faktor
ekonomi menjadi penentu penyebab
masalah yang dapat mempengaruhi
praktik transaksi keagamaan.

3. Faktor pendidikan dan pemahaman


agama: Faktor pendidikan dan
pemahaman agama yang menjadi
determinan permasalahan juga
berkaitan dengan penyebab masalah
terkait ariyah, jual beli, khiyar, dan
riba. Kurangnya pendidikan dan
pemahaman yang memadai tentang
prinsip-prinsip keagamaan dapat
menyebabkan praktik yang tidak sesuai
dengan prinsip-prinsip tersebut.
Sebaliknya, pendidikan agama yang
baik dan pemahaman yang mendalam
dapat mendorong praktik transaksi
keagamaan yang sesuai dengan prinsip-
prinsip ariyah, jual beli, khiyar, dan
riba.

4. Faktor regulasi dan penegakan


hukum: Regulasi dan penegakan hukum
yang menjadi penyebab determinan
permasalahan juga memiliki keterkaitan
dengan masalah terkait ariyah, jual beli,
khiyar, dan riba. Kurangnya regulasi
yang memadai atau penegakan hukum
yang lemah dapat memberikan celah
bagi praktik-praktik yang melanggar
prinsip-prinsip keagamaan. Oleh karena
itu, faktor regulasi dan penegakan
hukum menjadi penentu penyebab
masalah yang dapat mempengaruhi
praktik transaksi keagamaan.

Melalui analisis ini, dapat dilihat bahwa


beberapa penyebab determinan
permasalahan yang telah diidentifikasi
juga memiliki keterkaitan dengan
penyebab masalah yang terkait ariyah,
jual beli, khiyar, dan rib

a. Dalam rangka memecahkan masalah


ini, perlu diperhatikan faktor-faktor
tersebut dan diambil langkah-langkah
yang tepat untuk meningkatkan
pemahaman agama, meningkatkan
regulasi dan penegakan hukum, serta
mempromosikan nilai-nilai keagamaan
dalam masyarakat.
6 Rencana Aksi Dalam menyusun rencana dan desain
(Menyusun rencana dan desain pembelajaran yang relevan dengan hasil
pembelajaran yang relevan dengan hasil analisis masalah terkait ariyah, jual
analisis masalah) beli, khiyar, dan riba, berikut adalah
beberapa langkah yang dapat diambil:

1. Identifikasi Tujuan Pembelajaran:


(DIBUAT PADA MODUL 6) Tentukan tujuan pembelajaran yang
spesifik dan terukur terkait dengan
pemahaman prinsip-prinsip ariyah, jual
beli, khiyar, dan riba. Misalnya, tujuan
tersebut dapat mencakup pemahaman
tentang konsep ariyah, praktek-praktek
riba yang harus dihindari, pentingnya
jujur dan adil dalam transaksi, dan
pemahaman tentang prinsip-prinsip jual
beli yang halal.

2. Kurikulum dan Materi Pembelajaran:


Kembangkan kurikulum yang
mencakup materi-materi yang relevan
dengan masalah yang diidentifikasi.
Termasuk dalam materi tersebut dapat
meliputi penjelasan tentang prinsip-
prinsip ariyah, jenis-jenis riba, praktik-
praktik riba yang umum dalam
kehidupan sehari-hari, prinsip-prinsip
jual beli yang halal, dan prinsip-prinsip
etika dalam berbisnis.

3. Metode Pembelajaran yang


Interaktif: Pilih metode pembelajaran
yang interaktif untuk melibatkan
peserta didik secara aktif dalam proses
pembelajaran. Metode seperti diskusi
kelompok, studi kasus, permainan
peran, atau simulasi transaksi dapat
membantu peserta didik memahami
secara praktis prinsip-prinsip
keagamaan yang terkait dengan ariyah,
jual beli, khiyar, dan riba.

4. Sumber Belajar yang Diversifikasi:


Sediakan sumber belajar yang
bervariasi untuk mendukung
pembelajaran. Ini bisa mencakup teks-
teks agama, buku referensi, artikel,
video, atau materi pembelajaran
interaktif online. Pastikan sumber
belajar tersebut relevan dengan konteks
dan realitas sosial saat ini.

5. Diskusi dan Refleksi: Berikan waktu


untuk diskusi dan refleksi tentang
masalah yang diidentifikasi. Diskusikan
situasi nyata dan kontroversi terkait
ariyah, jual beli, khiyar, dan riba. Ajak
peserta didik untuk berbagi pandangan
mereka dan mengeksplorasi solusi yang
sesuai dengan prinsip-prinsip
keagamaan.

6. Latihan dan Evaluasi: Berikan


latihan praktis kepada peserta didik
untuk mengaplikasikan prinsip-prinsip
ariyah, jual beli, khiyar, dan riba dalam
konteks situasi yang berbeda. Evaluasi
pemahaman mereka melalui tugas,
ujian, atau proyek penelitian yang
menuntut penerapan prinsip-prinsip
keagamaan dalam transaksi sehari-hari.

7. Kolaborasi dengan Komunitas:


Kolaborasi dengan tokoh agama, para
ahli ekonomi syariah, atau lembaga
keuangan syariah dalam proses
pembelajaran dapat membantu
memberikan perspektif yang lebih luas
dan mendalam tentang masalah yang
diidentifikasi.

8. Pembimbingan dan Konseling:


Berikan pembimbing

an dan konseling kepada peserta didik


untuk membantu mereka memahami
dan mengatasi tantangan dan dilema
yang mungkin muncul dalam praktik
transaksi keagamaan. Berikan ruang
bagi peserta didik untuk bertanya,
berdiskusi, dan mendapatkan
bimbingan dalam penerapan prinsip-
prinsip keagamaan dalam kehidupan
sehari-hari.

Dengan merancang rencana dan desain


pembelajaran yang relevan dengan hasil
analisis masalah, diharapkan peserta
didik dapat memperoleh pemahaman
yang lebih baik tentang prinsip-prinsip
ariyah, jual beli, khiyar, dan riba, serta
mampu mengaplikasikannya dalam
praktik transaksi keagamaan.

Anda mungkin juga menyukai