Anda di halaman 1dari 2

ANALISIS MATERI UNTUK PROBLEM BASED LEARNING

Nama Mahasiswa : Sobur Burhanudin, S.Ag.

Kelompok Mapel : PAI 11

Judul Modul : 1. Teori Belajar dan Pembelajaran

Tema Project : Identifikasi Masalah Pembelajaran PAI

Judul Masalah : Siswa Kesulitan dalam Mempraktikkan Sholat Jenazah

No Komponen Deskripsi

1. Identifikasi Masalah 1. Siswa kesulitan mengkonstruk dalam mengamati Gerakan


Pembelajaran (berbasis Sholat jenazah yang dicontohkan oleh guru (Teori
masalah yang ditemukan di Belajar Konstruktivistik)
lapangan) 2. Siswa kesulitan dalam menghapal niat pada Sholat Jenazah
(Teori Belajar Kognitif)
3. Siswa kesulitan dalam menghapal doa di takbir ke 3 dan ke
4 pada Sholat Jenazah
(Teori Belajar Kognitif)
4. Masih terdapat siswa yang gaduh dan tidak fokus
ketika akan melakukan praktik sholat jenazah (Teori
Belajar Humanistik)
5. Ketika Praktik sholat jenazah siswa masih mengamati
gerakan sholat jenazah yang dilakukan oleh teman di
sebelahnya (Teori Belajar Behavioristik)
6. Ketika siswa memperhatikan perilaku temannya yang
bercanda setiap praktik sholat jenazah, kemudian ikut
meniru perilaku tersebut. (Teori Belajar Sosial)

2. Penyebab Masalah 1. Belum ada visualisasi konkrit seperti media poster yang
menunjukkan tentang tata cara praktik sholat jenazah
(dianalisis apa yang menjadi (Teori Belajar Konstruktivistik)
akar masalah yang menjadi 2. Tidak ada penugasan yang kontinyu dalam hapalan niat
pilihan masalah) pada hapalan sholat jenazah, apalagi ada perbedaan niat
untuk jenazah perempuan dan laki-laki.
(Teori Belajar Kognitif)
3. Tidak ada penugasan yang kontinyu dalam hapalan doa di
takbir ke 3 dan ke 4 pada hapalan sholat jenazah, apalagi
ada perbedaan doa untuk jenazah perempuan dan laki-laki.
(Teori Belajar Kognitif)
4. Siswa melakukan sholat jenazah secara bersamaan dengan
teman-teman yang lainnya dikarenakan mereka akan
melakukan sholat berjamaah (Teori Belajar
Humanistik)
5. Siswa kadang tidak percaya diri dan takut salah, bila tidak
melihat temannya (Teori Belajar Behavioristik)
6. Siswa kadang terbiasa ikut-ikutan temannya, bila tidak
meniru temannya kurang afdol padahal yang ditiru belum
tentu baik (Teori Belajar Sosial)
3. Solusi 1. Guru dalam memberikan contoh perlu diulang-ulang dan
perlu bantuan tutor teman sebaya (Teori Belajar
a. Dikaitkan dengan Konstruktivistik : Dimana “tidak ada teori
teori/dalil yang relevan
konstruktivisme tunggal, tetapi sebagian besar
b. Sesuaikan dengan
langkah/prosedur yang konstruktivisme memiliki dua ide utama yang sama,
sesuai dengan masalah yaitu pembelajar aktif dalam mengkonstruksikan
yang akan dipecahkan pengetahuannya sendiri, dan bahwa interaksi sosial
penting bagi pengkonstruksian pengetahuan” (Bruning,
Schraw, Norby & Ronning, 2004: 195))
2. Perlunya penugasan di rumah dengan pendampingan dari
orang tua/keluarga (Teori Belajar Kognitif:
Dalam belajar, kognitivisme mengakui pentingnya faktor
individu dalam belajar tanpa meremehkan faktor
eksternal atau lingkungan. Bagi kognitivisme, belajar
merupakan interaksi antara individu dan lingkungan, dan
hal itu terjadi terus menerus sepanjang hayatnya. Kognisi
adalah suatu perabot dalam benak kita yang merupakan
“pusat” penggerak berbagai kegiatan kita: mengenali
lingkungan, melihat berbagai masalah, menganalisis
berbagai masalah, mencari informasi baru, menarik
simpulan dan sebagainya (Nugroho, 2015: 291)).
3. Perlunya penugasan di rumah dengan pendampingan dari
orang tua/keluarga (Teori Belajar Kognitif: Interaksi
secara sistematis antara pembimbing, guru atau orang tua
dengan anak diperlukan bagi perkembangan kognitifnya
(Jerome Bruner, 1915-2016)).
4. Perlunya pembiasaan yang dilakukan oleh siswa untuk
melath kedisiplinan (Teori Belajar Humanistik :
Menurut Carl Rogers dalam Hadis (2006: 71), belajar
yang sebenarnya tidak dapat berlangsung bila tidak ada
keterlibatan intelektual maupun emosional peserta didik. )
5. Perlunya praktik mandiri untuk setiap siswa sehingga akan
terlihat siswa mana yang belum paham (Teori Belajar
Behavioristik: Menurut Thorndike, belajar adalah proses
interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus yaitu apa
saja yang dapat merangsang terjadinya kegiatan belajar
seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat
ditangkap melalui alat indera. Sedangkan respon yaitu
reaksi yang dimunculkan siswa ketika belajar, yang juga
dapat berupa pikiran, perasaan, atau gerakan/tindakan. )
6. Perlunya pemberian motivasi pada siswa sehingga percaya
akan kemampuan diri sendiri dan kebiasaan menirunya dapat
berkurang (Teori Belajar Sosial: Teori ini menerima
sebagian besar dari prinsip-prinsip teori-teori belajar
perilaku, tetapi memberi lebih banyak penekanan pada
efek-efek dari isyarat-isyarat pada perilaku, dan pada
proses-proses mental internal (Albert Bandura (1986))

Anda mungkin juga menyukai