Anda di halaman 1dari 10

TEMPLATE UNTUK PROBLEM BASED LEARNING (PBL)

MODUL PROFESIONAL

Nama Mahasiswa : NETI CASTURI


Kelompok Mapel : FIQIH
Judul Modul : MAKANAN , MINUMAN DAN PENYEMBELIHAN
No Komponen Deskripsi Jawaban
1. Identifikasi Masalah Dalam konteks modul makanan,
(Masalah yang diidentifikasi merupakan masalah keagamaan kontekstual yang
masalah keagamaan kontekstual yang dapat diidentifikasi meliputi:
terkait dengan pokok bahasan modul
1. Makanan Haram: Individu yang
memiliki keyakinan agama tertentu,
(fakta dan realita sosial)
seperti agama Islam atau Yahudi,
memiliki larangan mengonsumsi
makanan tertentu yang dianggap haram
(DIBUAT PADA MODUL 1) atau tidak halal. Masalah yang mungkin
muncul adalah ketersediaan makanan
yang sesuai dengan kepercayaan agama
mereka. Misalnya, restoran atau pabrik
makanan mungkin tidak menyediakan
opsi makanan halal atau tidak
menjalankan praktik penyembelihan
yang sesuai.

2. Bahan Tambahan Haram: Terdapat


bahan tambahan makanan tertentu yang
dianggap haram dalam beberapa
agama. Contohnya, penggunaan
alkohol dalam makanan atau minuman,
penggunaan gelatin babi dalam produk
makanan, atau penggunaan daging babi
dalam hidangan yang seharusnya halal.
Masalah muncul ketika konsumen yang
memiliki keyakinan agama sensitif
terhadap bahan-bahan tersebut tidak
memiliki informasi yang jelas tentang
kandungan makanan atau ketika bahan-
bahan tersebut digunakan tanpa
disebutkan dalam label.

3. Kontaminasi Silang: Kontaminasi


silang terjadi ketika makanan yang
seharusnya halal terkontaminasi dengan
makanan yang dianggap haram.
Misalnya, penggunaan peralatan yang
sama untuk memasak makanan halal
dan non-halal tanpa pembersihan yang
memadai atau penyajian makanan halal
yang bersentuhan dengan makanan
non-halal. Hal ini dapat menimbulkan
ketidaknyamanan dan masalah
keagamaan bagi individu yang ingin
memastikan makanan yang mereka
konsumsi sesuai dengan keyakinan
agama mereka.

4. Labeling yang Tidak Jelas: Informasi


yang jelas dan akurat tentang
kandungan makanan sangat penting
bagi individu yang ingin memastikan
kesesuaian dengan kepercayaan agama
mereka. Masalah muncul ketika
labeling makanan tidak cukup jelas,
tidak memberikan informasi yang
memadai tentang proses produksi, atau
tidak mencantumkan bahan-bahan yang
mungkin dianggap sensitif oleh
individu dengan keyakinan agama
tertentu.

5. Praktik Tidak Etis: Beberapa praktik


dalam industri makanan dapat
melanggar prinsip-prinsip etika dan
moral dalam agama tertentu. Misalnya,
penggunaan bahan-bahan yang
diperoleh melalui eksploitasi manusia
atau hewan, seperti pekerja anak, buruh
migran yang dieksploitasi, atau praktik
penyembelihan yang tidak manusiawi.
Hal ini dapat menimbulkan masalah
keagamaan bagi individu yang ingin
memastikan bahwa makanan yang
mereka konsumsi dihasilkan melalui
praktik yang sesuai dengan prinsip-
prinsip agama mereka.

Dalam mengatasi masalah-masalah ini,


penting untuk meningkatkan kesadaran
dan pemahaman tentang persyaratan
keagamaan terkait dengan makanan,
meningkatkan transparansi dan
kejelasan labeling, dan memastikan
kepatuhan terhadap prinsip-prinsip
2 Eksplorasi penyebab masalah (literatur dan  Berikut adalah beberapa
realitas review) literatur yang dapat menjadi
(Melakukan literatur berdasarkan identifikasi acuan berdasarkan identifikasi
masalah pada poin 1) masalah pada makanan,
minuman, dan penyembelihan:

 1. Ahmed, N., Ahmad, N.,


(DIBUAT PADA MODUL 2)
Mahmood, T., & Khan, Z.
(2019). Halal food certification:
An international perspective.
Journal of Food Science and
Technology, 56(7), 3073-3080.

 2. Awan, M. M., Ahmad, N.,
Iqbal, S., Ahmad, R., &
Rasheed, F. (2020). Halal food
industry: Major challenges and
way forward. Food Control,
112, 107117.

 3. Hossain, M. S., &
Ahammad, M. F. (2018).
Understanding halal food
consumption: A systematic
literature review. Journal of
Islamic Marketing, 9(1), 28-51.

 4. Martin, G. G., Melewar, T.
C., & Suraksha, G. (2020). A
review of halal branding
research. Journal of Islamic
Marketing, 11(4), 947-965.

 5. Hussain, R., Yousaf, S.,
Rehman, M., Naz, A., &
Akram, S. (2020). Muslim
consumer behavior and food
choices: A review of the
literature. Journal of Islamic
Marketing, 11(3), 929-946.

 6. Gilani, F. A., Al-Hajji, S.,
Al-Qudah, A. S., & Marjani, A.
A. (2020). The impact of halal
awareness, halal certification,
and halal quality on consumer
trust and purchase intention.
Journal of Islamic Marketing,
11(5), 1382-1402.

 7. Wąs, A., & Szymańska, E.
(2020). The impact of halal
certificate on purchasing
behaviour among Polish
Muslims. International Journal
of Food Science, 2020, Article
ID 6864360.

 8. Alrubaiee, L., & Al-Nazer,
N. (2010). Investigating the
effects of religiosity on Muslim
consumer behaviour: A review.
Journal of Islamic Marketing,
1(2), 114-128.

 9. Ali, N. M., Alwi, S. F. S., &
Thirumoorthi, T. (2015).
Determinants of Muslim
consumers' intention to
purchase halal labeled
products. Procedia-Social and
Behavioral Sciences, 172, 274-
281.

 10. Asmi, A., Jamaluddin, A.
A., & Bujang, A. (2021).
Awareness and attitude towards
halal food among non-Muslim
consumers: A systematic
review. Journal of Ethnic
Foods, 8, 30.

 Pastikan untuk memeriksa
relevansi, metodologi, dan
konteks penelitian yang sesuai
dengan masalah yang ingin
diteliti.
3. Eksplorasi penyebab masalah (literatur dan Berikut adalah beberapa penyebab
realitas review) umum masalah yang terkait dengan
(Realitas review yang relevan dengan makanan, minuman, dan
identifikasi masalah pada poin 1 dan 2) penyembelihan:

1. Ketidakpatuhan terhadap regulasi


dan standar keamanan pangan: Salah
(DIBUAT PADA MODUL 3) satu penyebab utama masalah pada
makanan dan minuman adalah
ketidakpatuhan terhadap regulasi dan
standar keamanan pangan yang
ditetapkan oleh otoritas pangan. Hal ini
dapat meliputi penggunaan bahan baku
yang tidak aman, penggunaan bahan
tambahan yang melampaui batas yang
ditetapkan, atau kekurangan kebersihan
dalam proses produksi makanan dan
minuman.

2. Kontaminasi mikrobiologis:
Kontaminasi mikrobiologis merupakan
penyebab umum keracunan makanan.
Bakteri, seperti Salmonella, E. coli,
atau Campylobacter, dapat
menyebabkan penyakit pada manusia
jika makanan atau minuman
terkontaminasi dan tidak diolah dengan
benar. Faktor-faktor seperti penanganan
yang tidak higienis, pemrosesan yang
tidak tepat, atau kurangnya sanitasi
yang memadai dapat menyebabkan
kontaminasi mikroba pada produk
pangan.

3. Pencemaran bahan kimia:


Pencemaran bahan kimia dalam
makanan dan minuman dapat terjadi
akibat penggunaan pestisida, bahan
pengawet, atau bahan tambahan lainnya
yang melebihi batas yang diizinkan
atau menggunakan bahan yang tidak
aman. Pencemaran bahan kimia dapat
berdampak negatif pada kesehatan
manusia jika dikonsumsi dalam jumlah
yang berlebihan.

4. Pemalsuan dan penipuan pangan:


Pemalsuan dan penipuan pangan adalah
praktik yang melibatkan penggantian
atau penambahan bahan yang salah
dalam produk makanan dan minuman.
Hal ini dapat melibatkan penggunaan
bahan baku yang murah atau tidak
aman, penggunaan bahan pengisi yang
tidak sah, atau mengklaim produk
sebagai produk organik atau halal tanpa
validasi yang benar. Pemalsuan dan
penipuan pangan dapat merugikan
konsumen dan merusak kepercayaan
publik terhadap industri pangan.

5. Perlakuan hewan yang tidak


manusiawi: Dalam praktik
penyembelihan, masalah dapat muncul
jika hewan-hewan yang akan
disembelih tidak diperlakukan secara
manusiawi. Misalnya, penggunaan
metode penyembelihan yang
menyebabkan penderitaan yang tidak
perlu bagi hewan atau penahanan yang
tidak memadai sebelum
penyembelihan. Perlakuan yang tidak
manusiawi terhadap hewan melanggar
prinsip-prinsip kesejahteraan hewan
dan dapat menimbulkan masalah
keagamaan dan etis.

6. Ketersediaan sumber daya alam yang


terbatas: Masalah dalam makanan dan
minuman juga dapat disebabkan oleh
keterbatasan sumber daya alam, seperti
kekurangan air bersih, kelangkaan
pangan, atau degradasi lingkungan.
Keterbatasan ini dapat mempengaruhi
produksi makanan dan minuman, serta
menyebabkan kenaikan harga dan
ketidakse
4. Analisa Penentu Penyebab Masalah Penentu penyebab masalah makanan,
(Melakukan eksplorasi penyebab dominan minuman, dan penyembelihan
permasalahan dari poin 1,2,3) melibatkan berbagai faktor yang saling
terkait. Berikut ini adalah beberapa
faktor penentu yang dapat
memengaruhi penyebab masalah pada
(DIBUAT PADA MODUL 4)
makanan, minuman, dan
penyembelihan:

1. Regulasi dan kepatuhan: Ketatnya


regulasi pangan dan kepatuhan terhadap
standar keamanan pangan merupakan
faktor penentu utama. Regulasi yang
ketat dan penerapan standar yang tepat
dapat mendorong produsen dan
penyedia makanan serta minuman
untuk mematuhi prosedur yang
ditetapkan dan memastikan keamanan
pangan yang memadai.

2. Manajemen rantai pasokan:


Pengelolaan yang efektif dalam rantai
pasokan makanan dan minuman sangat
penting untuk menghindari masalah.
Faktor-faktor seperti pemilihan
pemasok yang andal, pemantauan
kualitas bahan baku, transportasi yang
aman, dan penyimpanan yang tepat
menjadi faktor penentu dalam
mengurangi risiko kontaminasi dan
kerusakan produk.

3. Kesadaran dan pendidikan


konsumen: Tingkat kesadaran
konsumen tentang pentingnya makanan
dan minuman yang aman dan
berkualitas juga menjadi faktor
penentu. Konsumen yang teredukasi
memiliki pengetahuan yang lebih baik
tentang risiko makanan yang tidak
aman dan cenderung memilih produk
yang memenuhi standar keamanan dan
kualitas.

4. Ketersediaan teknologi dan inovasi:


Penggunaan teknologi dan inovasi
dalam produksi, pemrosesan, dan
penyimpanan makanan dan minuman
dapat membantu mengurangi risiko
kontaminasi dan memastikan keamanan
pangan. Teknologi seperti pemantauan
suhu, metode pengemasan yang
inovatif, dan penggunaan bahan-bahan
pengawet alami dapat berkontribusi
pada menjaga kualitas produk.
5. Etika dan tanggung jawab sosial:
Kesadaran akan etika dan tanggung
jawab sosial dalam industri makanan
dan minuman dapat mempengaruhi
perilaku produsen dan penyedia
layanan. Etika yang baik dalam
memperlakukan hewan dalam praktik
penyembelihan, tanggung jawab
terhadap kelestarian lingkungan, dan
perlindungan hak-hak konsumen dapat
membantu menghindari masalah dan
membangun kepercayaan publik.

6. Perubahan iklim dan sumber daya


alam: Perubahan iklim dan kelangkaan
sumber daya alam dapat memengaruhi
produksi pangan dan minuman.
Perubahan cuaca yang ekstrem,
penurunan ketersediaan air, dan
degradasi lahan dapat menghambat
produksi dan menyebabkan masalah
ketersediaan pangan.

7. Globalisasi dan perdagangan


internasional: Pertumbuhan
perdagangan internasional dalam
industri makanan dan minuman
membawa tantangan baru terkait
dengan keamanan pangan.
Ketidaksesuaian standar, perbedaan
dalam regulasi, dan jaringan rantai
pasokan yang kompleks dapat
meningkatkan risiko masalah makanan
dan minuman.

Penting untuk memahami


5 Analisa Penentu Penyebab Masalah Terdapat beberapa keterkaitan antara
(Melakukan eksplorasi keterkaitannya penyebab determinan permasalahan
dengan penyebab determinan permasalahan makanan, minuman, dan
dari poin 1, 2, 3, dan 4) penyembelihan. Berikut adalah
beberapa aspek yang saling terkait:

1. Kebijakan dan regulasi: Kebijakan


(DIBUAT PADA MODUL 5) dan regulasi pangan yang ketat dapat
menjadi determinan penting dalam
mencegah masalah makanan, minuman,
dan penyembelihan. Regulasi yang kuat
tentang keamanan pangan, praktik
penyembelihan yang manusiawi, dan
standar kualitas dapat mengurangi
risiko terjadinya masalah.

2. Keberlanjutan dan tanggung jawab


sosial: Prinsip keberlanjutan dan
tanggung jawab sosial berperan penting
dalam penanganan permasalahan
makanan, minuman, dan
penyembelihan. Pendekatan yang
berkelanjutan dalam produksi pangan,
termasuk perlindungan lingkungan,
kesejahteraan hewan, dan kesehatan
manusia, dapat mengurangi risiko
terjadinya masalah.

3. Teknologi dan inovasi: Penggunaan


teknologi dan inovasi dalam produksi,
pemrosesan, dan penyimpanan
makanan dan minuman dapat mengatasi
berbagai permasalahan. Teknologi
seperti sensor suhu, pelacakan produk,
dan sistem keamanan pangan dapat
membantu mendeteksi kontaminasi dan
memastikan keamanan pangan.

4. Kesadaran konsumen: Kesadaran


konsumen tentang pentingnya
makanan, minuman, dan
penyembelihan yang aman dan
berkualitas juga dapat menjadi
determinan yang kuat dalam mengatasi
masalah. Konsumen yang memiliki
pengetahuan yang baik dan memilih
produk yang memenuhi standar
keamanan dan kualitas dapat
mendorong produsen dan penyedia
layanan untuk memperhatikan dan
mematuhi regulasi.

5. Rantai pasokan pangan: Manajemen


rantai pasokan yang baik sangat penting
dalam mencegah masalah makanan,
minuman, dan penyembelihan.
Pemilihan pemasok yang andal,
pemantauan kualitas bahan baku,
transportasi yang aman, dan
penyimpanan yang tepat merupakan
faktor penentu yang dapat mengurangi
risiko kontaminasi dan kerusakan
produk.

6. Perubahan iklim dan sumber daya


alam: Perubahan iklim dan ketersediaan
sumber daya alam yang terbatas juga
berdampak pada masalah makanan,
minuman, dan penyembelihan.
Perubahan cuaca yang ekstrem,
penurunan ketersediaan air, atau
degradasi lahan dapat menghambat
produksi dan menyebabkan masalah
ketersediaan pangan.

Melalui pemahaman dan penerapan


determinan-determinan ini, diharapkan
dapat mengatasi masalah makanan,
minuman, dan penyembelihan secara
holistik dan berkelanjutan.
6 Rencana Aksi Berikut adalah langkah-langkah dalam
(Menyusun rencana dan desain menyusun rencana dan desain
pembelajaran yang relevan dengan hasil pembelajaran yang relevan dengan hasil
analisis masalah) analisis masalah makanan, minuman,
dan penyembelihan:

1. Tentukan tujuan pembelajaran:


(DIBUAT PADA MODUL 6) Tentukan tujuan yang jelas untuk
pembelajaran yang berkaitan dengan
masalah makanan, minuman, dan
penyembelihan. Misalnya, tujuan dapat
mencakup pemahaman tentang
keamanan pangan, praktik
penyembelihan yang etis, atau
kesadaran tentang keberlanjutan dalam
industri makanan.

2. Identifikasi audiens: Kenali audiens


atau peserta didik yang akan mengikuti
pembelajaran. Apakah mereka adalah
siswa, profesional, atau konsumen
umum? Identifikasi tingkat
pengetahuan dan kebutuhan mereka
terkait dengan masalah makanan,
minuman, dan penyembelihan.

3. Pilih metode pembelajaran yang


sesuai: Pertimbangkan berbagai metode
pembelajaran yang sesuai untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Ini
dapat mencakup kuliah, diskusi
kelompok, studi kasus, simulasi, atau
kegiatan praktis seperti kunjungan
lapangan ke pabrik makanan atau
pertanian.

4. Sediakan materi pembelajaran yang


relevan: Kumpulkan materi
pembelajaran yang relevan dengan
masalah makanan, minuman, dan
penyembelihan. Materi ini dapat
mencakup informasi tentang regulasi
pangan, praktik penyembelihan yang
etis, keamanan pangan, atau
keberlanjutan dalam industri makanan.
Pastikan materi tersebut didukung oleh
sumber yang dapat dipercaya dan
terbaru.

5. Sertakan studi kasus atau contoh


nyata: Gunakan studi kasus atau contoh
nyata untuk mengilustrasikan masalah
dan solusi terkait dengan makanan,
minuman, dan penyembelihan. Contoh
ini dapat berasal dari industri makanan
dan minuman yang sebenarnya, kasus-
kasus kontroversial terkait dengan
keamanan pangan, atau praktik
penyembelihan yang baik.

6. Aktivitas interaktif: Sediakan


aktivitas interaktif yang mendorong
peserta didik untuk berpikir kritis dan
berpartisipasi aktif dalam pembelajaran.
Misalnya, Anda dapat meminta mereka
untuk melakukan diskusi kelompok,
menganalisis kasus, atau membuat
rencana tindakan untuk mengatasi
masalah makanan, minuman, dan
penyembelihan.

7. Evaluasi dan umpan balik:


Rencanakan metode evaluasi yang
sesuai untuk mengukur pemahaman dan
pencapaian tujuan pembelajaran. Ini
dapat berupa tes tulisan, proyek,
presentasi, atau diskusi reflektif.
Berikan umpan balik konstruktif
kepada peserta didik untuk membantu
mereka meningkatkan pemahaman dan
keterampilan mereka.

8. Kontinuitas pembelajaran:
Rencanakan langkah-langkah untuk
memastikan kontinuitas pembelajaran
setelah pelatihan selesai. Ini bisa
termasuk sumber daya tambahan,
forum online, atau rekomendasi bacaan
lanjutan untuk memperdalam
pemahaman mereka tentang masalah
makanan, minuman, dan
penyembelihan.

Anda mungkin juga menyukai