B. Kegiatan Belajar : Menguasi ketentuan hukum Islam tentang kurban dan akikah (KB 1)
C. Refleksi
NO BUTIR REFLEKSI RESPON/JAWABAN
A. Pengertian dan Hukum Kurban 1. Pengertian a. Menurut bahasa, kata kurban berasal dari kata qaraba yang berarti mendekatkan diri. Kurban berarti pendekatan diri atau mendekatkan diri. Istilah lain yang biasa di gunakan adalah nahr (sembelihan), dan udliyyah (sembelihan atau hewan sembelihan). b. Sedangkan dalam pengertian syariat, kurban ialah menyembelih binatang ternak yang memenuhi syarat tertentu yang dilakukan pada Hari Raya (selepas salat hari raya idul adha) dan hari-hari tasyrik yaitu, 11, 12, dan 13 Zulhijjah semata-mata untuk beribadah untuk mendekatkan diri kepada Allah swt. c. Menurut Umat Islam, Kurban juga disebut dengan al-udhhiyyah dan adh-dhahiyyah yang berarti binatang sembelihan, seperti unta, sapi (kerbau), dan kambing yang disembelih pada hari raya Idul Adha dan hari-hari tasyriq sebagai bentuk taqarrub atau Konsep (Beberapa istilah 1 mendekatkan diri kepada Allah. dan definisi) di KB 4 d. Dari uraian tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa kata qurban atau udhhiyah dalam pengertian syara‟, ialah menyembelih hewan dengan tujuan beribadah kepada Allah pada hari raya haji atau Idul Adha dan tiga hari Tasyriq, yaitu tanggal 11, 12, dan 13 bulan Dzulhijjah. 2. Hukum Kurbam a. Hukum Sejak Dulu, Ajaran berkurban bagi muslim merupakan syariat yang ditetapkan Allah swt. Kalau kita telusuri, sejak Nabi Adam a.s. sudah ada syariat kurban. Hal ini dapat dipahami dari kisah Qabil dan Habil, dua putra Nabi Adam a.s. yang bertengkar karena kurban salah satunya tidak diterima. Kemudian pada masa Nabi Ibrahim a.s. dan putranya yang bernama Ismail a.s. juga diperintah Tuhan untuk melakukan ibadah kurban. b. Hukum kurban menurut madzhab fiqih, hukum kurban Ibadah kurban hukumnya adalah sunah muakkad, atau sunah yang dikuatkan. Nabi Muhammad Shallallâhu Alaihi Wasallam tidak pernah meninggalkan ibadah kurban sejak disyariatkannya sampai beliau wafat. Ketentuan kurban sebagai sunah muakkad dikukuhkan oleh Imam Malik dan Imam al-Syafi‟i. Sedangkan Imam Abu Hanifah berpendapat bahwa ibadah kurban bagi penduduk yang mampu dan tidak dalam keadaan safar (bepergian), hukumnya adalah wajib. B. Ketentuan Menyembelih Kurban a. Jenis dan Persyaratan Hewan Kurban, Hewan kurban hanya boleh dari kalangan bahiimatul al- an`aam yaitu hewan yang diternakkan untuk diperah susunya dan dikonsumsi dagingnya yaitu, onta, sapi, kerbau, domba atau kambing. Hewan kurban yang dpilih adalah yang paling baik, gemuk, sehat, dan tidak cacat, seperti pincang, atau matanya buta, badannya tidak kurus kering, tidak sedang hamil atau habis melahirkan anak, dan kuping/daun telinga tidak terpotong.
b. Waktu dan Tempat Penyembelihan Hewan Kurban
1) Waktu yang syah untuk menyembelih hewan kurban adalah a) Pada hari raya idul adha, yaitu tanggal 10 Dzulhijjah setelah shalat idul Adha. Ketentuan ini berdasarkan riwayat dari Al-Barra‟ bin „Asib ra., ia berkata:
b) Pada hari Tasyrik, yaitu tanggal 11, 12, dan 13
bulan Dzulhijjah. Hal ini berdasarkan sabda Nabi saw:
2) Tempat menyembelih sebaiknya dekat dengan
tempat pelaksanaan salat Idul Adha. Hal ini sebagai sarana untuk syi‟ar Islam. Sabda Rasulallah c. Sunah Sewaktu Menyembelih Hewan Kurban 1) Disunnahkan, hewan kurban disembelih sendiri jika mudlahi (orang yang berkurban) itu laki-laki dan mampu menyembelih, sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah saw. 2) Disyariatkan bagi orang yang berkurban bila telah masuk bulan Dzulhijjah untuk tidak mengambil/memotong rambut dan kukunya hingga hewan qurbannya disembelih. 3) Daging kurban sebaiknya dibagikan kepada fakir miskin masih mentahan, dengan ketentuan sebagai berikut: 1/3 untuk yang berqurban dan keluarganya, 1/3 untuk fakir miskin, dan 1/3 untuk hadiah kepada masyarakat sekitar atau disimpan agar sewaktu- waktu bisa dimanfaatkan. 4) Penyembelih hewan kurban atau pengurus kurban boleh saja menerima daging kurban sebagai, tetapi bukan upah sebagai upah menyembeli atau mengurus d. Cara Penyembelihan Hewan Kurban 1) Hewan yang akan dikurbankan dibaringkan ke sebelah rusuknya yang kiri dengan posisi mukanya menghadap ke arah kiblat, diiringi dengan membaca doa “Robbanaa taqabbal minnaa innaka antas samii‟ul „aliim.” (Ya Tuhan kami, terimalah kiranya kurban kami ini, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui). 2) Penyembelih meletakkan kakinya yang sebelah di atas leher hewan, agar hewan itu tidak menggerak- gerakkan kepalanya atau meronta. 3) Penyembelih melakukan penyembelihan, sambil membaca : “Bismillaahi Allaahu akbar.” (Dengan nama Allah, Allah Maha Besar). Dapat pula ditambah bacaan salawat atas Nabi saw. Para penonton pun dapat turut memeriahkan dengan gema takbir “Allahu akbar!” 4) Kemudian penyembelih membaca doa kabul (doa supaya kurban diterima Allah) yaitu : “Allahumma minka wa ilayka. Allahumma taqabbal min …” (sebut nama orang yang berkurban). (Ya Allah, ini adalah dari-Mu dan akan kembali kepadaMu. Ya Allah, terimalah dari…. C. Ketentuan-ketentuan Berkaitan Dengan Akikah 1. Pihak yang Dibebani Akikah 2. Waktu Pelaksanaan Akikah Disunahkan menyembelih akikah 3. Jumlah Kambing yang Disembelih 4. Pemanfaatan Daging Akikah D. Hal-hal lain yang Disyariatkan Terkait Akikah 1. Disyariatkan memberi nama anak yang lahir dengan nama yang baik pada hari yang ketujuh sebagaimana hadis di atas atau pada saat dilahirkan langsung, karena Rasulullah saw. telah menamai putranya yang baru lahir dengan nama Ibrahim. 2. Mencukur (menggundul) semua rambutnya tanpa tersisa, berdasarkan hadis di bawah, bukan sebagian saja 3. Men-tahnik-nya, (yaitu mengunyah kurma sampai lembut lalu meletakkanya pada rongga mulut bagian atas si bayi seraya mengoles-ngolesnya), berdasarkan hadis al-Bukhari dan Muslim, dan sebaiknya yang melakukan adalah orang yang saleh. 4. Mengolesi kepala si bayi dengan minyak wangi sebagai pengganti apa yang dilakukan oleh orang-orang jahiliyah yang mengolesi kepala si bayi dengan darah hewan akikah. Kebiasaan mereka ini tidaklah benar, sehingga syariat Islam meluruskannya dengan cara mengoleskannya minyak wangi di kepalanya. E. Hikmah Disyariatkan Kurban dan Akikah 1. Merupakan bentuk taqarub (pendekatan diri) kepada Allah swt. sekaligus sebagai wujud rasa syukur atas karunia yang dianugrahkan Allah swt. dengan lahirnya sang anak. 2. Menambah kecintaan anak pada orang tua. 3. Mewujudkan hubungan yang, baik sesama tetangga maupun saudara dengan ikut merasakan kegembiraan atas kelahiran seorang anak 4. Akikah ini mengandung unsur perlindungan dari syetan yang dapat mengganggu anak yang terlahir itu. 5. Akikah merupakan tebusan hutang anak untuk memberikan safaat bagi kedua orang tuanya kelak pada hari perhitungan. Sebagaimana Imam Ahmad mengatakan: “Tergadai dari memberikan safaat dari kedua orang tuanya (dengan akikahnya).” 6. Akikah sebagai sarana menampakkan rasa gembira dalam melaksanakan syariat Islam dan bertambahnya keturunan mukmin yang akan memperbanyak umat Rasulullah saw. pada hari kiamat. 7. nmAkikah memperkuat ukhuwah (persaudaraan) di antara masyarakat terutama antara yang kaya dengan yang fakir.
Materi yang sulit dipahami oleh siswa adalah Ketentuan-
ketentuan berkaitan dengan akikah. Terutama dalam aspek Daftar materi pada KB 2 praktik. Antara teori dengan praktik di masyarakat sering tidak yang sulit dipahami sesuai, namun karena sudah menjadi sebuah tradisi yang sudah berjalan di tengah-tengah masyarakat. Materi yang sering mengalami miskonsepsi adalah Menganalisis perbedaan kurban dan akikah. Tidak jarang Daftar materi yang sering masyarakat menyatukan keduanya dalam satu acara dan satu 3 mengalami miskonsepsi kurban. Jika kita menggali lebih dalam pendapat para fuqha dalam pembelajaran bahwa hukum dalam menggabungkan maksud/niat dalam satu ekor kurban ada ulama yang membolehkan ada yang mengharamkan.