Anda di halaman 1dari 8

PENDALAMAN MATERI

(Lembar Kerja Resume Modul)

A. Judul Modul : ...................................................................


B. Kegiatan Belajar : ................................................................... (KB 1/2/3/4)

C. Refleksi

NO BUTIR REFLEKSI RESPON/JAWABAN


Pengertian khiyar
Khiyar, menurut bahasa artinya “memilih yang terbaik”.
Sedangkan pengertian khiyar menurut istilah syara‟
adalah penjual dan pembeli boleh memilih antara
meneruskan atau mengurungkan jual belinya. Dalam
pengertian lain, khiyar adalah hak yang dimiliki oleh orang
yang melakukan transaksi untuk meneruskan atau
membatalkannya sesuai kondisi orang yang bertransaksi
masing-masing.
Dalam bisnis, khiyar merupakan hal yang perlu
dipertimbangkan dan juga dipahami, baik oleh penjual
maupun pembeli. Khiyar dalam konteks jual beli bisa
memiliki beberapa maksud. Hal ini di antaranya adalah
hak memilih yang diberikan kepada dua belah pihak
(penjual dan pembeli). Penjual dan pembeli memiliki hak
yang sama untuk melangsungkan jual beli serta mengikuti
syarat-syarat jual beli.
Konsep (Beberapa istilah
1 Dari pengertian khiyar di atas dapat kita simpulkan bahwa
dan definisi) di KB
khiyar dalam jual beli adalah hak yang sama diberikan
kepada pembeli (Ba’i) maupun penjual (Mustari) untuk
memilih, menyetujui, menetapkan, menentukan pilihan
mereka sebelum akad jual beli menjadi lazim.
Hak khiyar seharusnya menjadi aturan baku dalam setiap
transaksi jual beli, apalagi model dan bentuk-bentuk jual
beli masa sekarang yang kebanyakan melakukan
transaksi jula beli model online. Betapa banyak platform
jual beli online namun terkadang tidak mengacu kepada
prinsip=prinsip jual beli sesuai dengan syariat Islam
sesuai yang diajarkan oleh Nabi. Jika perinsip khiyar ini
benar-benar dijadikan sebagai sebuah prinsip dalam jual
beli maka tidak ada yang kita dengar betapa banyak
pelanggan jual beli online yang merasa dirugikan membeli
sebab tidak sesuai dengan barang yang mereka beli.
Hikmah adanya khiyar
Tujuan adanya khiyar adalah agar kedua belah pihak
(penjual ataupun pembeli) tidak akan mengalami kerugian
atau penyesalan setelah transaksi yang diakibatkan dari
sebab-sebab tertentu dari proses jual beli yang dilakukan.
Atau hal yang terkait mengenai barang ataupun harga.
Setiap aturan Islam pasti ada hikmah dan orientasi
pemecahan masalah yang dapat diselesaikan. Begitu
pula dengan adanya aturan khiyar dalam proses transaksi
jual beli. Dengan adanya aturan khiyar, dapat diambil
beberapa hikmah yang luas, di antaranya sebagai berikut:
1. Dengan adanya khiyar dapat dipertegas adanya akad
yang terdapat dalam jual beli;
2. Membuat kenyamanan dan akan muncul kepuasan
dari masing-masing belah pihak;
3. Dengan adanya khiyar, maka penipuan dalam
transaksi akan juga terhindarkan, karena adanya
kejelasan dan hak yang sudah jelas;
4. Masing-masing penjual dan pembeli dapat secara
jujur dan transparan melakukan proses transaksi;
5. Menghindarkan adanya perselisihan dalam proses
jual beli
Macam-macam khiyar
1. Khiyar majlis
Khiyar majlis sah menjadi milik si penjual dan si
pembeli semenjak dilangsungkannya akad jual beli
hingga mereka berpisah, selama mereka berdua
tidak mengadakan kesepakatan untuk tidak ada
khiyar, atau kesepakatan untuk menggugurkan hak
khiyar setelah dilangsungkannya akad jual beli atau
seorang di antara keduanya menggugurkan hak
khiyarnya, sehingga hanya seorang yang memiliki
hak khiyar.
Khiyar majlis ini hanya berlaku bagi penjual dan
pembeli bertemu secara tatap muka ketika berada di
majlis akad. Baik di toko, pasar, Mall, atau di tempat
umum yang mana tempat tersebut dijadikan sebagai
tempat transaksi berlangsung. Proses negosiasi
antara penjual dan pembeli sudah masuk tahap
khiyar antara melanjutkan atau membatalkan jula
beli.
2. Khiyar ‘Aib
Jika seseorang membeli barang yang mengandung
aib atau cacat dan ia tidak mengetahuinya hingga si
penjual dan si pembeli berpisah, maka pihak
pembeli berhak mengembalikan barang dagangan
tersebut kepada si penjualnya.
Yang menjadi titik tekannya dalam khiyar „aib adalah
saat penjual dan pembeli berpisah dari majlis akad.
Selama berpisah jika terjadi „aib baik pada barang
yang dibeli atau pada alat tukar yang digunakan
pembeli untuk menukar barang terjadi cacat, palsu,
rusak maka pembeli dan atau penjual memiliki hak
untuk mengembalikan barang tersebut sebagai
tanda bahwa transaksi yang dilakukan tidak bisa
dilanjutkan sebab terjadi kecacatan pada salah satu
atau kedua barang. Prinsip Khiyar aib ini sangat
relevan jika dijadikan sebagai aturan yang baku
dalam jual beli online. Jika barang yang dibeli oleh si
pembeli tidak sesuai dengan apa yang diinginkannya
maka seharusnya pembeli dibolehkan untuk
mengembalikan barang tersebut, namun pada
praktiknya masih banyak platform jual beli online
tidak menggunakan prinsip khiyar ini. Itu sebabnya
banyak yang merasa dirugikan dalam jual beli
online. Betapa banyak kasus-kasus dalam jual beli
online berupa barang tidak sesuai dengan gambar
yang ada di platform, terjadi kecacatan saat proses
pengiriman, terjadi pembatalan transaksi secara
sepihak, dan masih banyak lagi model-model kasus
yang akan ditimbulkan dalam jual beli online.
3. Khiyar syarat
Khiyar syarat yaitu kedua orang yang sedang
melakukan jual beli mengadakan kesepakatan
menentukan syarat, atau salah satu di antara
keduanya menentukan hak khiyar sampai waktu
tertentu, maka ini dibolehkan meskipun rentang
waktu berlakunya hak khiyar tersebut cukup lama.
Perbedaan antara khiyar „aib dengan khiyar syarat
adalah khiyar „aib terjadi saat barang terjadi
kecacatan setelah berpisah sedangkan khiyar syarat
terjadi saat mereka penjual dan pembeli sudah
berpisah namun dibatasi dengan waktu.
Khiyar syarat terjadi jika si penjual dan pembeli
menyetujui syarat yang diajukan oleh salah satu
atau kedua belah pihak. Jika syarat itu muncul baik
waktunya pendek maupun lama maka tetap hak
khiyar masih ada bagi keduanya.
Namun jika kasusnya salah satu pihak memberikan
hak khiyar syarat kepada yang lain lalu terjadi jual
beli, maka jadilah jual beli itu, dan jika mereka telah
berpisah sesudah terjadi jual beli itu, sedang salah
seorang di antara mereka tidak (meninggalkan) jual
belinya, maka jual beli telah terjadi (juga).”
Menggugurkan hak khiyar
1. Secara jelas (sarih)
Penguguran sharih ialah penguguran oleh orang
yang berkhiyar, seperti menyatakan,”Saya
batalkan khiyar dan saya rida.”Dengan demikian,
akad menjadi lazim (sahih). Sebaliknya, akad
gugur dengan pernyataan,”Saya batalkan atau
saya gugurkan akad.”
Kedua belah pihak secara terang-terang
membatalkan transaksi jual beli yang mereka
lakukan dengan ungkapan “saya membatalkan
jual beli” maka jual beli menjadi matal.
2. Secara dilalah
Pengguguran dengan dilalah adalah adanya
tasharuf (beraktivitas dengan barang tersebut) dari
perilaku khiyar yang menunjukkan bahwa jual beli
jadi dilakukan, seperti pembeli menghibahkan
barang tersebut kepada orang lain, atau
sebaliknya, pembeli mengembalikan kepemilikan
kepada penjual
Maksud dan tujuan kedua belah pihak untuk
membatalkan transaksi jual beli tidak dengan
bahasa yang lugas dan jelas, namun dengan
ungkapan, perbuatan yang samar-samar. Ketika
pembeli mengembalikan barang berarti ia memilih
untuk membatalkan transaksi jual beli.
3. Darurah
a. Waktu khiyar sudah habis
Hal Khiyar menjadi gugur jika masa waktu
yang ditentukan kedua belah pihak sudah
berakhir. Maka hak khiyar sudah habis dan
setatus transaksi menjadi lazim, secara
otomatis akad mereka menjadi akad jual beli.
Dalam khiyar ini mazhab syafi‟iyah berbeda
pendapat dengan madzhab malikiyah.
Syafi‟iyah brpendapat bahwa khiyar yang
berakhir waktunya jual belinya menjadi lazim
sedangkan madzhab malikiyah hukum jual
belinya tidak menjadi lazim, hak khiyar masih
berlangsung selama belum ada ketentuan
dan ketetapan dari pihak yang meberikan
syarat.
Contoh kasus: Andi membeli mobil pada
Budi, seharga Rp. 200.000.000,00-, kemudian
si meberikan uang muka sebsar
Rp.150.000.000,00-, . si andi masih memiliki
angsuran mobil seharga Rp. 50.000.000,00-, .
si budi memberikan mobil tersebut kepada
Andi dengan syarat jika dalam jangka 1
minggu harga mobil belum lunas maka budi
akan membatalkan jual beli tersebut.
Khilafiyah dalam kasus: Pendapat syafi‟iyah
bahwa jual beli menjadi lazim jika si Andi
menyerahkan sisa uang tepat pada waktunya.
Sedangkan pendapat malikiyah jual belinya
tidak menjadi lazim selama Andi belum
melaksanakan syarat yang diajukan Budi atau
Budi belum memberikan kebebasan atas
syarat yang ia berikan sekalipun waktunya
sudah lewat.
b. Meninggalnya salah satu atau kedua belah
pihak
Jika orang yang memberikan syarat
meninggal dunia, maka khiyar menjadi gugur,
baik yang meninggal itu sebagai pembeli
maupun penjual, lalu akad pun menjadi lazim,
sebab tidak mungkin membatalkannya.
Namun, tetang kewarisan syarat para ulama
berbeda pendapat, antara lain: 1) Menurut
ulama Hanafiyah, khiyar syarat tidak dapat
diwariskan, tetapi gugur dengan
meninggalnya orang yang memberikan
syarat; 2) Ulama Hanbaliyah berpendapat
bahwa bahwa khiyar menjadi batal dengan
meninggalnya orang yang memberikan
syarat, kecuali jika ia mengamanatkan untuk
membatalkannya. Dalam hal ini, khiyar
menjadi kewajiban ahli waris; 3) Ulama
syafi‟iyah dan Malikiyah berpendapat bahwa
khiyar menjadi haknya ahli waris. Dengan
demikian, tidak gugur dengan meninggalnya
orang yang memberikan syarat
c. Adanya Hal-hal yang Semakna dengan Mati,
Khiyar gugur dengan adanya hal-hal yang
serupa dengan mati, seperti gila, mabuk, dan
lain-lain.
d. Barang Rusak Ketika Masa Khiyar Tentang
rusaknya barang ketika khiyar terdapat
beberapa masalah, apakah rusaknya setelah
diserahkan kepada pembeli atau masih
dipegang penjual dan lainlain, sebagaimana
akan dijelaskan di bawah ini: 1) Jika barang
masih di tangan pembeli batallah jual beli dan
khiyar pun gugur; 2) Jika barang sudah pada
tangan pembeli, jual beli batal jika khiyar
berasal dari penjual, tetapi pembeli harus
menggantinya. 3) Jika barang suadah ada di
tangan pembeli dan khiyar dari pembeli, jual-
beli menjadi lazim dan khiyar pun gugur. e.
e. Adanya Cacat pada Barang, Dalam masalah
ini terdapat beberapa penjelasan. Jika khiyar
berasal dari penjual dan cacat terjadi dengan
sendirinya, khiyar gugur dan jual-beli batal.
Akan tetapi, jika cacat karena perbuatan
pembeli atau orang lain, tidak gugur dan
pembeli berhak khiyar dan bertanggung jawab
atas kerusakannya. Begitu juga dengan orang
lain. Jika khiyar berasal dari pembeli dan ada
cacat, khiyar gugur, tetapi jual beli tidak
gugur, sebab barang menjadi tanggung jawab
pembeli.

Khiyar dalam Jual Beli Online


Pengertian Jual Beli Online (Oline Shop) dan
Hukumnya
Pengertian online shop adalah suatu proses pembelian
barang atau jasa dari mereka yang menjual melalui
internet. Istilah lain untuk bisnis onlinem adalah
ecommerce. Tetapi yang pasti, setiap kali orang
berbicara tentang e- commerce, mereka memahaminya
sebagai bisnis yang berhubungan dengan internet. Dari
definisi di atas, bisa diketahui karakteristik bisnis online,
yaitu: a. Terjadinya transaksi antara dua belah pihak; b.
Adanya pertukaran barang, jasa, atau informasi; c.
Internet merupakan media utama dalam proses atau
mekanisme akad tersebut.
Jadi, intinya yang membedakan antara bisnis online dan
bisnis offline yaitu proses transaksi (akad) dan media
utama dalam proses tersebut.
Bentuk baru kegiatan jual beli ini tentu mempunyai
banyak nilai positif, di antaranya kemudahan dalam
melakukan transaksi (karena penjual dan pembeli tidak
perlu repot bertemu untuk melakukan transaksi).
Hukum Jual Beli Online Menurut Ualam Fiqih
Imam Syafi‟i dalam kitabnya Al-Risalah mengatakan
bahwa semua persoalan yang terjadi dalam kehidupan
seorang muslim itu tentu ada hukum jelas dan mengikat
atau sekurang-kurangnya ketentuan hukum harus dicari
dengan cara ijtihad. Secara konvensional jual beli dalam
Islam diatur dalam fikih muamalah yang mensyaratkan
adanya empat hal, yaitu: sighat al-‟aqd (ijab qabul),
mahallul „aqd (obyek perjanjian /barang), al‟aqidaian
(para pihak yang melaksanakan isi perjanjian) dan
maudhu‟ ul‟aqd (tujuan perjanjian).

Hak Khiyar dalam Jual Beli Online (Online Shop)


Perkembangan teknologi saat ini bisa memudahkan
transaksi melalui jarak jauh, dimana manusia bisa dapat
berinteraksi secara singkat walaupun tanp face to face,
akan tetapi di dalam bisnis adalah yang terpenting
memberikan informasi dan mencari keuntungan. Oleh
sebab itu, jual beli online dalam Islam diperbolehkan
dengan syarat harus diterangkan sifat-sifatnya dan ciri-
cirinya. Kemudian jika barang sesuai dengan keterangan
penjual, maka sahlah jual belinya. Tetapi, jika tidak
sesuai maka pembeli mempunyai hak khiyar, artinya
boleh meneruskan atau membatalkan jual belinya. Dalam
UU RI No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan
Konsumen Pasal 7 huruf E yang berbunyi “memberi
kesempatan kepada konsumen untuk menguji, dan/atau
mencoba barang dan/atau jasa tertentu serta memberi
jaminan dan/atau garansi atas barang yang dibuat
dan/atau yang diperdagangkan”. UU tersebut kiranya
penting karena pada umumnya konsumen sering berada
pada posisi yang dirugikan dalam transaksi jual beli
online, seperti barang yang tidak sesuai dengan
pemesanan, penipuan, dan sebagainya. Dalam hukum
jual beli online, perlu ada ketentuan khiyar agar hak-hak
konsumen bisa terlindungi. Yang paling penting adalah
kejujuran, keadilan, dan kejelasan dengan memberikan
data secara lengkap dan tidak ada niat untuk menipu
atau merugikan orang lain sebagaimana firman Allah
dalam QS alBaqarah2/: 275 dan 282 harus ada dalam
transaksi jual beli online.
Seharusnya Prinsip khiyar dalam transaksi jual beli
Online menjadi sayarat mutlak bagi platform e-
commerce. Agar pelanggan tidak selalu menjadi pihak
yang dirugikan. Karena tidak semua platform jual beli
Online menjalankan prinsip-prinsip jual beli sesuai
dengan syariat Islam terutama perinsip khiyar agar tidak
ada yang dirugikan kedua belah pihak.

Daftar materi yang sulit dipahami adalah memahami konsep


khiyar syarat yang hampir mirip dengan akkad salam dalam
jual beli dengan menyebutkan secara jelas barang atau syarat-
Daftar materi pada KB syarat yang dipesan. Dalam memahami khiyar syarat harus
2
yang sulit dipahami bisa membedakan mana yang termasuk khiyar syarat mana
yang khiyar aib karena keduanya juga memiliki konsep yang
hampir sama. Sama-sama memiliki hak khiyar jika terjadi
kecacatan dan terjadi syarat yang diajukan kedua belah pihak.

Materi yang sering mengalami miskonsepsi adalah prinsip-


prinsip jual beli onlin serta implikasinya terhadap hukum baik
hukum jual beli maupun hukum khiyar itu sendiri, karena dalam
menjalankan hak khiyar dalam jual beli online tidad semua
Daftar materi yang sering platform menjalankan prinsip-prinsip khiyar yang diajarkan
3 mengalami miskonsepsi dalam syariat Islam. Padahal hak khiyar merupakan hak yang
dalam pembelajaran harus ada pada saat melakukan transaksi jual beli, namun
berbeda saat melakukan praktik jual beli online yang terkesan
aturan dan syarat hanya dikuasai oleh satu belah pihak yaitu
toko online sementara pelanggan tidak diberikan kebebesan
aturan dalam menjalankan prinsip-prinsip jual beli.

Anda mungkin juga menyukai