Anda di halaman 1dari 2

a.

Pengertian dan Dasar Hukum Aqiqah

Menurut bahasa, Aqiqah berarti rambut yang tumbuh di kepala bayi yang baru lahir. Secara istilah, Aqiqah
yaitu menyembelih binatang ternak bertepatan pada hari ketujuh kelahiran sang anak sebagai bukti rasa
syukur kepada Allah SWT dengan niat dan syarat-syarat tertentu.

Ibadah Aqiqah adalah salah satu bentuk syariat yang dijiwai oleh rasa tulus dan ikhlas dalam rangka mendidik
dan menanamkan nilai-nilai rohaniah kepada sang anak. Diharapkan sang bayi memperoleh kekuatan,
kesehatan lahir dan batin tumbuh dan berkembang dengan nilai-nilai ketuhanan, menjadi anak yang saleh dan
berbakti kepada kedua orang tuanya.

Adapun dasar dianjurkannya Aqiqah adalah ketika rasulullah SAW merayakan Aqiqah untuk kedua orang
saudara kembar, yatiu cucu Nabi Muhammad saw. Bernama Hasan dan Husein. Bahkan lebih jauh Aqiqah
ini juga disyariatkan pada umat-umat terdahulu.

b. Hukum Aqiqah dan Mengomsumsi Daging Aqiqah

ibadah Aqiqah merupakan anjuran dari ajaran Rasulullah SAW. Hukum Aqiqah terbagi 2 yakni sunnah dan
wajib. Berdasarkan atas dalil-dalil serta tafsir dari para Fuqaha. Jumhur ulama mengatakan hukum Aqiqah
adalah sunah (mustahab). Jadi, ulama menjelaskan bahwa Aqiqah itu hukumnya sunah muakkad, yaitu sunah
yang harus diutamakan. Menurut mazhab Hanafi, Aqiqah hukumnya mubah tidak sampai mustahab.
Sedangkan menurut mazhab Maliki, makruh hukumnya mengadakan Aqiqah dalam bentuk perayaan dimana
orang-orang diundang menghadirinya. Sedangkan mazhab Syafi’i dan Hambali memperbolehkan membuat
perayaan dengan Aqiqah. Beberapa ulama seperti Imam Laits dan Hasan al-Bashri berpendapat bahwa hukum
Aqiqah adalah wajib untuk dilakukan. Adapun menurut jumhur ulama menjadi wajib bagi yang sudah
menazarkan.

Adapun hukum daging Aqiqah seperti daging kurban, dalam arti sebagiannya boleh dimakan oleh orang yang
berAqiqah dan sebagian lagi disedekahkan. Tidak boleh sama sekali menjualnya. Disunahkan memasak daging
tersebut, kemudian pihak keluarga dan orang-orang lainnya memakan daging tersebut di rumah si pemilik.
Disebutkan bahwa Imam Ahmad dalam sebuah riwayat dari beliau-berpendapat tentang bolehnya menjual
kulit dan kepala hewan Aqiqah lantas menyedekahkan uang yang diperoleh. Selanjutnya, dianjurkan memberi
bagian dari daging Aqiqah itu kepada orang yang membantu kelahiran (bidan atau yang lainnya).

c. Waktu pelaksanaan Aqiqah dan Jumlah Hewan untuk Aqiqah

Aqiqah dianjurkan pada hari ketujuh hari kelahiran bayi. Jika terlewatkan, bisa hari keempat belas, jika
terlewatkan, bisa hari kedua puluh satu. Jika tidak bisa, maka pada kapan saja boleh dilakukan. Mazhab Syafi'i
dan Hambali menegaskan bahwa jika Aqiqah dilakukan sebelum atau sesudah hari ketujuh, maka tetap
dibolehkan. Selanjutnya, dalam mazhab Hambali dan Maliki disebutkan bahwa tidak dibolehkan melakukan
Aqiqah selain ayah sibayi, sebagaimana tidak dibolehkan bagi seseorang mengAqiqahkan dirinya sendiri ketika
sudah besar. Alasannya, Aqiqah disyariatkan bagi sang ayah, sehingga tidak boleh bagi orang lain
melakukannya.

Bilangan jumlah hewan untuk ibadah Aqiqah, menurut mazhab Maliki cukup satu ekor, baik yang lahir itu anak
laki-laki maupun anak perempuan. Adapun menurut mazhab Syafi’i dan Hambali, jika yang lahir laki-laki,
maka dua ekor domba, sedangkan jika perempuan satu ekor.

3. Tanggung Jawab dan Hikmah Aqiqah

Menurut jumhur ulama, disunahkan bagi sang bapak mengaqiqahkan anaknya yang baru lahir dari harta yang
dimilikinya. Jika ada pihak lain yang ingin mengaqiqahi atau membantu biaya Aqiqah anak tersebut, maka
harus dengan seizin ayahnya. Menurut mazhab Syafi’i, Aqiqah sunah dilakukan oleh pihak-pihak yang wajib
menafkahi si anak. Sebagaimana hadis yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas

b. Hikmah Aqiqah

ibadah Aqiqah mengandung makna dan sarat nilai keutamaan terutama pendidikan karakter dan akhlak.
Beberapa hikmah yang dapat dipetik dari ibadah aqiqah antara lain sebagai bentuk taqarub kepada Allah SWT
sekaligus wujud rasa syukur atas lahirnya sang anak, bersemainya rasa cinta dan kasihsayang orangtua dan
anak, wujud rasa bahagia antar sesama karib kerabat, bentuk perlindungan dari syetan yang dapat
mengganggu anak yang terlahir itu, Aqiqah merupakan tebusan hutang anak untuk memberikan syafaat bagi
kedua orang tuanya kelak pada hari perhitungan, Aqiqah sebagai bentuk rasa gembira dalam melaksanakan
syariat Islam dan nikmat bertambahnya generasi muslim, memperkuat ukhuwah persaudaraan sesama
musim dan tolong menolong kepada para fakirmiskin

D. Kontekstualisasi Konsep Moderasi Beragama dalam Materi Aqiqah

Ibadah Aqiqah dianjurkan ketika hari ketujuh kelahiran san anak sebagai bentuk kesyukuran kepada Allah
SWT. Dalam proses pelaksanaan Aqiqah, setiap daerah dengan adat istiadat dan budaya berbeda
merayakannya. Hal ini menunjukkan bahwa dalam pelasanaan Aqiqah mengandung konsep moderasi
beragama berupa ramah budaya (i’tibar al-‘urf). Hal tersebut dibolehkan, Selama tidak bertentangan dengan
syariat Islam, maka hal itu boleh saja dilakukan pada pelaksanaan Aqiqah tersebut.

Anda mungkin juga menyukai