Anda di halaman 1dari 9

LANDASAN BELAJAR HADIS

MAKALAH
Disusun dalam rangka untuk memenuhi tugas Studi Hadis

Prodi Studi Agama Agama IAIN KEDIRI

Dosen pengampu :

Dwi Hariono

DISUSUN OLEH :

1. Meira Wahyu Arisanti (21101017)


2. M. Ginanjar Erfan (21101026)
3. Radya Paksi Sandi Prayoga (21101024)

Institut Agama Islam Negeri Kediri


Tahun Ajaran: 2021/2022
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis mengucapkan pada ALLAH SWT. Karena


atas izinnya penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah (LANDASAN
BELAJAR HADIS). Makalah ini dibuat sebagai tugas Studis Hadis pada semester
1 Prodi Studi Agama Agama IAIN KEDIRI.

Dalam penyusunan materi ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi.
Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak
lain berkat bantuan, dorongan dan bimbingan orang tua, sehingga kendala yang
dihadapi teratasi.

Penulis juga mengucapkan terimah kasih kepada dosen mata kuliah Studi
Hadis yang telah memberikan tugas, petunjuk kepada penulis sehingga dapat
termotivasi dan dapat menyelesaikan tugas ini. Penulis menyadari bahwa masih
banyak kekurangan dari makalah ini, baik dari materi mapun cara penyajiannya,
mengingat kurangnya pengetahuan dan pengalaman penulis. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun sangat penulis harapkan.

KEDIRI, 19 September 2021


Kata pengantar .................................................................................................................... i
Daftar Isi ............................................................................................................................. ii
Bab I. Pendahuluan
1.1 Latar belakang .............................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................................... 1
1.3 Tujuan .......................................................................................................................... 1
Bab II. Pembahasan
2.1 Landasan filosofis hadis ...............................................................................................5
2.2 Dalil Dalil Al-Qur’an dan hadis....................................................................................6
2.3 Pendapat para ulama..................................................................................................... 7
Bab III. Penutup
3.1 Kesimpulan ..................................................................................................................10

Daftar Pustaka ................................................................................................................... 11


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Mempelajari hadis nabi Muhamad SAW mempunyai keistimewaan
tersendiri sebagaimana yang dijanjikan oleh Rasulullah SAW dalam hadisnya
bahwa orang yang mempelajari hadis-hadisnya akan dianugerahi oleh ALLAH
SWT wajah yang bercahaya, hadis dan sunnah baik secara structural maupun
fungsional disepakati oleh mayoritas kaum muslimin berbagai madzab islam
sebagai sumber ajaran agama islam kedua setelah Al-Qur’an, karena adanya
hadis dan sunnah itulaha ajaran islam menjadi jelas, rinci , dan spesifik.
Mempelajari dan mengkaji hadis harus secara secara mendalam dan
menyeluruh mencakup sisi periwayatan maupun kualitas dan kesahihan hadis.
Mempelajari dan mengkaji hadis ini merupakan kegiatan yang kopleks
mengingat kodifikasi hadis dilakuan dua abad setelah nabi hijrah, sehingga
terdapat kemungkinan terjadi distorsi terhadap hadis. Oleh karena itu penelitian
terhadap hadis harus meneyeluruh dan serius, agar diperoleh hadis yang
berkualitas.

1.2 Rumusan masalah


Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan maka diperoleh rumusan sebagai
berikut :
1. Apa yang dimaksud landasan filosofis hadis ?
2. Apa yang dimaksud dalil dalil Al-Qur’an dan hadis ?
3. Apa dan bagaimana pendapat para ulama ?

1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini yakni :
1. Mengetahui maksud landasan filosofis hadis
2. Untuk mengetahui yang dimaksud dalil dalil Al-Qur’an dan hadis
3. Dapat mengetahui apa saja dan bagaimana pendapat para ulama
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Landasan Filosofis Hadis


Salah satu kata yang memiliki peran signifikan dalam dinamika kehidupan
manusia ialah, “OMONGAN”. Dari omongan lahir berbagai gejala sosial.
Orang bisa bahagia gara-gara omongan; orang bisah sedih gara-gara
omongan; orang bisa memuji-muji gara-gara omongan; orang bisa marah-
marah gara-gara omongan. Lebih luas, kata yang tepat dan relevan dengan
kata “omongan” ialah “berita”. Berita melalui kecanggihan media yang
sedemikian canggih dan spektakuler sangat mempegaruhi opini masa.
Orang yang punya media berpeluang besar-kalau tidak boleh dikatakan
absolut- untuk mencetak pola pikir, pandangan hidup, gaya hidup publik
melalui berita. Berita baik akan mempengaruhi mereka menjadi baik, berita
jelek akan mempengaruhi mereka menjadi jelek.

Karena sedemikian pentingnya pengaruh omongan ini maka sangatlah tidak


berlebihan jika kita memparadigmakan omongan-berita dari sisi filosofi
Ilmu Hadits. Secara normatif, al-Qur`an telah mewanti-wanti sejak lima
belas abad yang lalu mengenai penerimaan berita. Di dalamnya ditandaskan
suatu prinsip nilai agar kita tidak sembarang percaya dengan berita yang
disampaikan orang yang tidak kita ketahui baik-buruknya(fasiq)pada kita.
Terlalu gampang percaya terhadap berita orang hanya akan menimbulkan
efek kekeliruan berita dan merugikan orang lain. Dari sinilah lahir yang
namanya “Tabayyun” yang diartikan: Check dan re-check, kroscek,
verifikasi atau pengecekan/penelitian tentang kevalidan berita. Di jaman
yang serba kapitalis ini, kebutuhan akan pengecekan setiap berita semakin
menemukan urgensinya.
Senada dengan kata “omongan” ialah kata hadits. Pada mulanya ilmu hadits
lahir akibat adanya fitnah-fitnah yang terjadi dikalangan sahabat. Masa-
masa fitnah itu acapkali menimbulkan penyimpangan-peyimpangan berita.
Banyak orang di luar sahabat yang memanfatkan fitnah yang terjadi untuk
kepentingan mereka dengan membuat hadits-hadits palsu yang mereka
sandarkan langsung pada Rasulullah Shallalahu `alaihi wasallam .Sejak saat
itu dimulailah tradisi kritisisasi berita yang diungkap dengan idiom “sammu
lana rijaalakum”(tunjukkan nama sang pemberi berita). Tradisi kritisisasi
kebenaran berita ini berkembang sedemikian pesat dari tahun ke tahun
hingga terbentuk disiplin ilmu yang bernama Ilmu Hadits. Sebuah Ilmu
yang membahas tentang kebenaran berita yang disampaikan orang dari
Rasulullah shallalhu alaihi wasallam.

Suatu berita dikatakan shahih(benar) jika memiliki standar berikut:


Pembawa beritanya harus: Adil(menyangkut kebaikan, dan kesalehan
personal), Dhabith(menyangkut kecerdasan dan kekuatan hafalan),
Mutawaashil(beritanya nyambung), adamu syudzud(tidak bertentangan
dengan pemberita yang lebih valid dan akurat), adamu illah(berita yang
secara tekstual kelihatan benar tetapi ketika diteliti lebih jauh ternyata tidak
akurat dan cacat). Standar-satandar barusan jika benar-benar diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari maka kesimpangsiuran berita akan
terhindarkan. Namun, dalam budaya kaum kapitalis metode ini pasti akan
dibuang ke tempat sampah. Logika kapitalis hanyalah meraih keuntungan
pribadi. Segala cara akan diupayakan untuk meluluskan tujuan(al-ghooyatu
tubarrirul wasiilah). Sedangkan ideologi Islam mengajarkan cara untuk
mencapai tujuan harus benar dan sesuai prosedur syar`i.

2.2 Dalil Al-Quran dan Hadis


َ ‫طَلَبُ ْال ِع ْل ِم فَ ِر ْي‬
‫ضةٌ َعلَى ُك ِّل ُم ْسلِ ٍم‬

“Menuntut ilmu itu wajib atas setiap Muslim” (HR. Ibnu Majah no. 224,
dari sahabat Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, dishahihkan Al Albani
dalam Shahiih al-Jaami’ish Shaghiir no. 3913).

Menuntut ilmu itu wajib bagi muslim maupun muslimah. Ketika sudah
turun perintah Allah SWT yang mewajibkan suatu hal, yang harus
dilakukan setiap Muslim adalah sami’na wa atha’na (kami dengar dan kami
taat).
Dalam hadits lainnya Rasulullah SAW bersabda,

)‫اضعُوْ الِ ُم َعلِّ ِم ْي ُك ْم َولَيَلَوْ ا لِ ُم َعلِّ ِم ْي ُك ْم ( َرواهُ الطَّب َْرانِ ْي‬ َ ْ‫تَ َعلَّ ُمو‬
َ ‫او َعلِّ ُموْ ا َوت ََو‬

"Belajarlah kamu semua, dan mengajarlah kamu semua, dan hormatilah


guru-gurumu, serta berlaku baiklah terhadap orang yang mengajarkanmu."
(HR Tabrani).

Ilmu agama menjadi yang prioritas untuk dipelajari. Namun bukan berarti
ilmu-ilmu lain bisa diabaikan. Apalagi, ada juga dalam satu hadist
disebutkan bahwa menuntut ilmu juga merupakan jihad di jalan Allah SWT.

Dari Anas bin Malik, Rasulullah Saw bersabda:

ِ ِ‫ب ْال ِع ْل ِم فَهُ َو فِى َسب‬


‫يل هَّللا ِ َحتَّى يَرْ ِج َع‬ ِ َ‫خَر َج فِى طَل‬
َ ‫َم ْن‬

"Barang siapa keluar dalam rangka menuntut ilmu, maka dia berada di jalan
Allah sampai ia kembali."

2.3 Pendapat Para Ulama


hadits Nabi shallallahu 'alaihi wasallam adalah keutamaan yang amat agung,
imam An Nawawi rahimah berkata, Sesungguhnya diantara ilmu yang
paling penting adalah mempelajari hadits-hadits nabi, mempelajari matan-
matannya, shahih, hasan, dan dla'ifnya, dan ilmu -ilmu hadits lainnya,
buktinya adalah : bahwa sesungguhnya syari'at kita berdasarkan kepada Al
Qur'an dan sunnah, dan sunnah adalah poros hukum-hukum fiqih, dan
kebanyakan ayat-ayat hukum bersifat global, dan penjelasannya ada dalam
sunnah.

Para ulama bersepakat bahwa diantara syarat mujtahid baik dari qadli
maupun mufti adalah berilmu tentang hadits-hadits hukum. Maka menjadi
jelas bahwa menyibukkan diri dengan hadits adalah kebaikan yang paling
utama dan taqorrub yang paling agung…”.[1]

Al 'Allamah Asy Syihab Ahmad Al manini Ad Dimasyqi rahimahullah


berkata, “Sesungguhnya ilmu hadits adalah ilmu yang memiliki kedudukan
tinggi, dan sebutan yang mulia. Tidak ada yang memperhatikannya kecuali
ulama dan tidak ada yang menghalangi darinya kecuali orang-orang yang
bodoh, dan-kebaikan yang tidak pernah ada habis sepanjang zaman…”

BAB III

PENUTUP

Imam Asy Syafi'I berkata, “Kalau bukan karena adanya ahli hadits, tentu orang-
orang zindiq berani berkhutbah di mimbar-mimbar”.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.kompasiana.com/amoehirata/filosofi-ilmu-
hadits_552a606ef17e619602d623b7
https://kumparan.com/berita-hari-ini/hadist-menuntut-ilmu-perintah-dan-
keutamaannya-bagi-umat-islam-1ughI7xmK2J

https://cintasunnah.com/keutamaan-belajar-hadits/

Anda mungkin juga menyukai