Anda di halaman 1dari 16

ILMU HADITS

Makalah ini
Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Mengikuti Perkuliahan
Mata Kuliah Ulumul Hadits

Dosen Pembimbing:
Drs.Masyhud, M.Ag.

Disusun oleh:

Rakhmah Rizqi Nafisah

KELAS 2B

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM SUFYAN TSAURI (STAIS)
MAJENANG
CILACAP
2021

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, dengan ini kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah Ulumul Hadits.

Adapun makalah ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan


tentunya dengan bantuan dari banyak pihak, sehingga dapat memperlancar proses
pembuatan makalah ini. Oleh karena itu, kami juga ingin menyampaikan rasa
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
makalah ini.

Didalamnya kami uraikan mengenai pengertian Ilmu Hadits, ruang


lingkup Ilmu Hadits, dan tujuan mata kuliah Ilmu Hadits.

Penyusun mengharapkan semoga dari makalah Ulumul Hadits yang


berjudul “Ilmu Hadits” ini dapat diambil manfaatnya sehingga dapat memberikan
pengetahuan yang lebih, dijadikan uswah dan juga memberikan inspirasi terhadap
pembaca. Selain itu,kritik dan saran dari para pembaca kami tunggu untuk
perbaikan makalah ini nantinya.

Majenang, 2 April 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...............................................................................................i


KATA PENGANTAR ............................................................................................ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang .................................................................................4
1.2. Rumusan Masalah ...........................................................................4
1.3. Tujuan Rumusan Masalah ...............................................................5
1.4. Manfaat ……………………………………………………………5
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Ulumul Hadits ...............................................................6
2.2. Ruang lingkup Ilmu Hadits .............................................................6
2.3. Tujuan mata kuliah Ilmu Hadits ....................................................10
BAB 3 PENUTUP
3.1. Kesimpulan ..................................................................................15
3.2. Saran ……………………………………………………………..15
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................16

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada masa Rasulullah masih hidup, zaman khulafaur rasyidin dan sebagian
besar zaman Umayyah sehingga akhir abad pertama hijrah, hadits-hadits nabi
tersebar melalui mulut kemulut (lisan). Ketika itu umat Islam belum mempunyai
inisiatif untuk menghimpun hadits-hadits nabi yang bertebaran. Mereka merasa
cukup dengan menyimpan dalam hafalan yang terkenal kuat. Dan memang diakui
oleh sejarah bahwa kekuatan hafalan para sahabat dan para tabi’in benar-benar
sulit tandingannya.

Hadits nabi tersebar ke berbagai wilayah yang luas dibawa oleh para sahabat
dan tabi’in ke seluruh penjuru dunia. Para sahabat pun mulai berkurang jumlahnya
karena meninggal dunia. Sementara itu, usaha pemalsuan terhadap hadits-hadits
nabi makin bertambah banyak, baik yang dibuat oleh orang-orang zindik dan
musuh-musuh Islam maupun yang datang dari orang Islam sendiri.

Yang dimaksud dengan pemalsuan hadits ialah menyandarkan sesuatu yang


bukan dari Nabi SAW kemudian dikatakan dari Nabi SAW. Berbagai motifasi
yang dilakukan mereka dalam hal ini. Ada kalanya kepentingan politik seperti
yang dilakukan sekte-sekte tertentu setelah adanya konflik fisik (fitnah) antara
pro-Ali dan pro-Muawiyyah, karena fanatisme golongan, madzhab, ekonomi,
perdagangan dan lain sebagainya pada masa berikutnya atau unsur kejujuran dan
daya ingat para perawi hadits yang berbeda. Oleh karena itu, para ulama bangkit
mengadakan riset hadits-hadits yang beredar dan meletakkan dasar kaidah-kaidah
yang ketat bagi seorang yang meriwayatkan hadits yang nantinya ilmu itu disebut
Ilmu Hadits.

4
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah makalah ini


adalah sebagai berikut :

1. Apa pengertian Ilmu Hadits ?


2. Bagaimana ruang lingkup Ilmu Hadits ?
3. Apa tujuan mata kuliah Ilmu Hadits ?

1.3 Tujuan

1. Memahami pengertian Ilmu Hadits


2. Memahami ruang lingkup Ilmu Hadits
3. Memahami apa tujuan mata kuliah Ilmu Hadits

1.4 Manfaat

Supaya kami semua dan para pembaca memahami ilmu-ilmu yang


berhubungan dengan Hadits dan dapat menerapkannya dalam kajian serta mampu
mengenal dan menjelaskan ilmu Hadits dalam pendidikan.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ilmu Hadits ( ‘Ulum Al – Hadis )

Ilmu Hadis ( ‘Ulumul Hadis ), secara kebahsaan berarti ilmu-ilmu tentang


hadis. Kata ‘ulum ber bentuk dari jamak dari kata ‘ilm ( ilmu ). Secara etimologis,
seperti yang di ungkapkan oleh As-Suyuthi, ilmu hadis adalah Ilmu pengetahuan
yang membicarakan cara-cara persambungan hadis sampai kepada Rosul
SAW.dari segi hal ihkwal para rawinya,yang menyang kut ke-dhabitan dan
ke’adilannya dan dari bersambung dan terputusnya sanad, dan sebagainnya.

Dalam hubungannya dengan pengatahuan tentang hadis, ada ulama yang


menggunakan bentuk ‘Ulum al-hadits, seperti Ibnu Salah ( w.643 H/1246 M ) 
dalam kitabnya ‘Ulum Al-Hadits, dan ada juga yang menggunakan bentuk ‘ilm al-
hadis, seperti jalaludin As-Suyuthi dalam mukhadimah kitab hadisnya, Tadrib Ar-
Rawi. Penggunaan bentuk jamak disebabkan ilmu tersebut bersangkut paud
dengan hadis Nabi SAW. yang banyak macam dan cabangnya. Hakim An-
Naisaburi ( 321 H/933 M -405H/1014 M ) misalnya, dalam kitab nya Ma’rifah
‘Ulum Al-Hadits menggunakan 52 macam ilmu hadis. Muhammad bin Nasir Al-
Hazimi, ahli hadis klasik,mengatakan bahwa jumlah ilmu hadis mencapai lebih
dari 100 macam yang masing-masing mempunyai obyek kajian khusus sehingga
bisa dianggap sebagai suatu ilmu tersendiri. Secara garis besar, ulama hadis
mengelompokkan ilmu hadis tersebut kedalam dua bidang pokok, yakni ilmu
hadis riwayah dan ilmu hadis dirayah.

2.2 Ruang Lingkup Ilmu Hadits

1. Ilmu hadis Riwayah

Kata riwayah artinya periwayatan atau cerita. Ilmu hadis riwayah, secara
bahasa ,berarti ilmu hadis yang berupa periwayatan. Para ulama berbeda-beda
dalam mendefinisikan ilmu hadis riwayah, namun yang paling terkenal diantara

6
definisi-definisi tersebut adalah Ibnu Al-Akhfaini, yaitu Ilmu hadis riwah adalah
ilmu yang membahas ucapan-ucapan dan perbuatan-perbuatan Nabi SAW.,
periwayatannya, pencatatnya, dan penelitian lafazh-lafazhnya. Namun menurut
‘Itr, definisi ini mendapat sanggahan dari beberapa ulama hadis lainnya karena
definisi ini tidak komprehenshif, tidak menyebutkan ketetapan, dan sifat-sifat
Nabi SAW. Definisi ini juga tidak mengidahkan pendapat yang menyatakan
bahwa hadis itu mencangkup segala apa yang dinisbatkan kepada sahabat, atau
tabiin sehingga pengertian hadis yang lebih tepat, menurut ‘Itr,adalah Ilmu yang
membahas tentang ucapan, perbuatan, ketetapan, dan sifat-sifat Nabi SAW.,
periwayatannya, dan penelitian Lafazh-lafazhnya.

Objek kajian ilmu hadis riwayah adalah segala sesuatu yang dinis batkan
kepada Nabi SAW., sahabat, dan tabiin, yang meliputi:

1. Cara periwayatannya, yakni cara penerimaan dan penyampaian hadis dari


seorang periwayat ( rawi ) kepada periwayat lain.
2. Cara pemeliharaan, yakni penghapalan, penulisan dan pembukuan hadis.
Ilmu ini tidak membicarakan hadis dari sudut pandang kualitasnya, seperti
tentang ‘adalah ( ke’adil-an ) sanad, syadz (kejanggalan), dan ‘ilat
( kecacatan ) matan.

Ilmu hadis riwayah bertujuan untuk memelihara hadis Nabi SAW. dari
kesalahan dalam proses periwayatan atau dalam penulisan dan pembukuannya.
Lebih lanjut, ilmu ini juga bertujuan agar umat islam menjadikan Nabi SAW.
sebagai suri tauladan melalui pemahaman terhadap periwayatan yang berasal
darinya dan mengamalkannya. Sesuai dengan firman allah SWT., “Sesungguhnya
telah ada pada (diri) Rosulullah itu suri tauladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi
orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia
banyak menyebut Allah”. (Qs.Al-Ahzab ayat 22).

Ulama yang terkenal dan di pandang sebagai pelopor ilmu hadis riwahyah
adalah Abu Bakar Muhammad bin Syihab Az-Zuhri (51-124H),seorang imam dan
ulama besar di Hedzjaz (Hijaz) dan Syam (Syuriah). Dalam sejarah perkembangan
hadis, Az-Zuhri tercatat sebagai ulama pertama yang menghimpun hadis Nabi

7
SAW. atas perintah khalifah Umar bin Abdul Aziz atau khalifah II (memerintah
99 H/717 M – 102 H/720 M).

Ilmu hadis riayah ini sudah ada sejak periode Rasulullah SAW., bersamaan
dimulainnya periwayatan hadis itu sendiri. Sebagai mana di ketahui, para sahabat
menaruh perhatian yang tinggi terhadap hadis Nabi SAW. Meraka berupaya
mendapatkannya dengan menghadiri majlis Rasulullah SAW. dan mendengar
serta menyimak pesan atau nasihat yang disampaikan Nabi Muhammad SAW.
Mereka juga memerhatikan dengan seksama apa yang dilakukan Rasulullah
SAW., baik dalam beribadah maupun akivitas sosial, serta akhlak Nabi SAW.
sehari-hari. Semuaitu mereka fahami dengan baik dan mereka pelihara melalui
hapalan meraka. Selanjutnya mereka menyampaikan secara hati-hati kepada
sahabat lain atau tabiin. Para tabiin pun melakukan hal yang sama, memahami
hadis, memeliharanya, dan menyampaikannya kepada tabiin lain atau tabiat-tabiin
(generasi sesudah tabiin). Demikianlah, periwayatan dan pemeliharaan hadis Nabi
SAW. berlangsung hingga usaha penghimpunan yang dipelopori oleh Az-Zuhri.
Usaha penghimpunan, penyeleksian, penulisan dan pembukuan hadis secara
besar-besaran dilakukan oleh ulama hadis pada abad ke 3H, seperti Imam Al-
Bukhari, Imam Muslim, Imam Abu Dawud, Imam At-Tirmizi, dan ulama-ulama
hadis lainnya melalui kitab hadis masing-masing.

2. Ilmu hadis Dirayah

Istilah ilmu hadis dirayah, menurut As-suyuthi, muncul setelah masa Al-
Khatib Al baghdadi, yaitu pada masa Al-Akfani. Ilmu ini dikenal juga dengan
sebutan ilmu ushul al-hadits, ‘ulum al-hadits, musththalah al-hadits, dan qawa’id
al-hadits. Definisi yang paling baik, seperti yang di ungkapkan oleh ‘Izzuddin bin
Jama’ah, yaitu Ilmu yang membahas pedoman-pedoman yang dengannya dapat
diketahui keadaan sanad dan matan.

Dari pengertian tersebut, kita bisa mengetahui bawha ilmu hadis dirayah
adalah ilmu yang mempelajari kaidah-kaidah untuk mengetahui hal ihwal sanad,
matan, cara menerima dan menyampaikan hadis,sifat rawi, dan lain-lain. Sasaran
kajian ilmu hadis dirayah adalah sanad dan matan dengan segala persoalan yang

8
terkandung di dalamnya yang turut memengaruhi kualitas hadis tersebut. Kajian
terhadap masalah-masalah yang bersangkutan dengan sanad disebut naqd as-sanad
(kritik sanad) atau kritik ekstern. Disebut demikian karena yang dibahas ilmu itu
adalah akurasi (kebenaran), jalur periwayatan, mulai sahabat sampai kepada
periwayat terakhir yang menulis dan membukukan hadis tersebut. Pokok bahasan
naqd as-sanad adalah sebagai berikut :

1. Ittishal as-sanad (persambungan sanad). Dalam hal ini tidak dibenarkan


adanya rangkaian sanad yang terputus,tersembunyi, tidak diketahui
identitasnya (wahm), atau samar.
2. Tsiqad as-sanad, yakni sifat ‘adl (adil) dhabit (cermat dan kuat), dan tsiqah
(terpercaya) yang harus dimiliki seorang periwayat.
3. Syadz, yakni kejanggalan yang terdapat atau bersumber dari sanad.
Misalnya, hadis yang diriwayatkan oleh seseorang yang tsiqah, tetapi
menyendiri dan bertentangan dengan hadis yang diriwayatkan oleh
perawi-perawi tsiqah laiannya.
4. ‘Illat, yakni cacat yang tersembunyi pada suatu hadis yang kelihatannya
baik atau sempurna. Syadz dan ‘Illat ada kalanya terdapat juga pada matan
dan untuk menelitinya diperlukan penguasaan hadis yang mendalam.

Kajian terhadap masalah yang menyangkut matan disebut naqd al-matan


(kritik matan) atau kritik intern. Disebut demikian karena yang dibahasnya adalah
materi hadis itu sendiri, yakni perkataan, perbuatan, atau ketetapan Rasulullah
SAW. Pokok pembahasannya meliputi:

1. Kejanggalan-kejanggalan dari segi redaksi.


2. Fasad al-ma’na, yakni terdapat cacat atau kejanggalan pada makna hadis
karena bertentangan dengan al-hiss ( indra) dan akal, bertentangan dengan
nash Al-Quran, dan bertentangan dengan fakta sejarah yang terjadi pada
masa Nabi SAW. serta mencerminkan fanatisme golongan yang
berlebihan.
3. Kata-kata gharib (asing), yakni kata-kata yang tidak bisa difahami
berdasarkan makna yang umum dikenal.

9
Tujuan dan faedah ilmu hadis dirayah adalah :

 Mengetahui pertumbuhan dan perkembangan hadis dan ilmu hadis dari


masa ke masa sejak masa Rasulullah SAW. sampai masa sekarang.
 Mengetahui tokoh-tokoh dan usaha-usaha yang telah dilakukan dalam
mengumpulkan, memelihara, dan meriwayatkan hadis.
 Mengetahui kaidah-kaidah yang di pergunakan oleh para ulama dalam
meng klasifikasikan hadis lebih lanjut.
 Dan mengetahui istilah-istilah, nilai-nilai, dan kriteria-kriteria hadis
sebagai pedoman dalam menetapkan suatu hukum syara’.

Dengan mengetahui ilmu hadis dirayah, kita bisa mengetahui dan menetapkan
maqbul (diterima) dan mardad (ditolak)-nya suatu hadis. Karena dalam
perkembangannnya,hadis Nabi SAW. telah dikacaukan dengan munculnya hadis-
hadis palsu yang tidak saja dilakukan oleh musuh-musuh islam, tetapi juga umat
islam sendiri dengan motif kepentingan pribadi, kelompok, atau golongan. Oleh
karena itu, ilmu hadis dirayah ini mempunyai arti penting dalam usaha
pemeliharaan hadis Nabi SAW. Dengan ilmu hadis dirayah, kita dapat meneliti
hadis mana yang dapat dipercaya berasal dari Rasulullah SAW., yang shahih,
dhaif, dan maudhu’ (palsu).

CABANG – CABANG ILMU HADIS

Dari ilmu hadis riwayah dan ilmu hadis dirayah, muncul cabang-cabang  ilmu
hadis lainnya, seperti ilmu rijal al-hadits, ilmu al-jahr wa at-ta’dil, ilmu fannil
mubhamat, ilmu ‘ilali al-hadits, ilmu gharib al-hadits, ilmu nasikh wa al-maskukh,
ilmu talfiq al- hadits, ilmu tashif wa at-tahrif, ilmu asbab al-wurud al-hadits,dan
ilmu mushthalah ahli hadits.

1. Ilmu rijal Al-Hadits

Adalah ilmu yang membahas hal ikhwal dan sejarah para rawi dari kalangan
sahabat , tabiin, dan atba’ al-tabiin. Ulama hadis mendefinisikan ilmu rijal al-
hadis,yaitu : Ilmu yang membahas rawi hadis, baik dari kalangan sahabat, tabiin,

10
maupun dari generasi-generasi sesudahnya. Ilmu ini mempunyai kedudukan yang
sangat penting dalam ranah kajian ilmu hadis karena kajian ilmu hadis padasarnya
terletak pada dua hal, yaitu matan dan sanad. Ilmu rijal al-hadis mengambil
tempat yang khusus mempelajari persoalan-persoalan sekitar sanad maka
mengetahui keadaan rawi yang menjadi sanad merupakan separuh dari
pengetahuan.

Bagian dari ‘ilmu rijal al-hadis ini adalah ‘ilmu tarikh rijal al-hadis. Ilmu ini
secara khusus membahas perihal para rawi hadis dengan penekanan pada aspe-
aspek tanggal kelahiran, nasab atau garis keturunan, guru sumber hadis, jumlah
hadis yang diriwayatkan,dan murig-muridnya.

2. Ilmu jahr wa At-ta’dil

Secara bahasa, kata al-jahr artinya cacat atau luka dan kata al-ta’dil artinya
mengendalikan atau menyamakan.jadi kata ilmu al-jahr wa at-ta’dil adalah ilmu
tentang kecatatan dan keadilan seseorang. Secara terminologis, ada ulama yang
mendefinisikan secara terpisah antara istilah al-jahr dan at-ta’dil, namun adajuga
yang menyatukannya. Para ulama hadis yang mendifinisikan al-jahr dan at-ta’dil
sebagai berikut: Jahr, menurut mukhadditsin, adalah menunjukkan sifat-sifat cela
rawi sehingga mengangkat atau mencacatkan adalah atau kedhabitannya.
Sedangkan, At-Ta’dil adalah kebalikan dari jahr, yaitu menilai bersih terhadap
seorang rawi dan menghukumnya bahwa ia adil dan dhabit.

Sedangkan ulama lain mendefinisikan al-jahr dan at-ta’dil ialah Ilmu yang
membahas rawi hadis dari segi yang dapat menunjukkan keadaan mereka, baik
yang dapat mencatatkan atau membersihkan mereka, dengan lafazh tertentu.

3. Ilmu Fannil Mubhamat

Ialah ilmu untuk mengetahui nama orang yang tidak disebutkan dalam matan
atau dalam sanad. Diantara ulama yang menyusun kitab dalam masalah ini adalah
Al-Khathib Al-Baghdady. Dan kemudian kitab AL-khathib ini diringkas dan di
teliti oleh Nawawy dalam kitab Al-Isyarat ila Bayani Asma Al-Mubhamat.

11
4. Ilmu ‘Illal Al-Hadits

Kata al-’Illah’, secara bahasa artinya ‘al-marad (penyakit atau sakit).


sedangkan menurut ulama Muhadditsin ilmu ilal al-hadits adalah Ilmu yang
membahas sebab-sebab yang tersembunyi yang dapat mencacatkan kesahihan
hadis, misalnya mengatakan muttasil terhadap hadis yang munqathi, menyebut
marfu’ terhadap hadis yang mauquf, memasukkan hadis kedalam hadis lain, dan
hal-hal lain seperti itu.

5. Ilmu Gharib Al-Hadits

Ilmu gharib al-hadis adalah Ilmu yang menerangkan makna kalimat yang
terdapat dalam matan hadis yang sukar diketahui maknanya dan jarang terpakai
oleh umum. Ilmu ini membahas lafazh yang musykil dan kalimat yang sukar
dipahami sehingga orang tidak akan menduga-duga dalam memahami redaksi
hadis. Menurut sejarah, orang yang mula-mula berusaha untuk mengumpulkan
lafazh yang gharib adalah Abu Ubaidah Ma’mar ibn Al-Mutsanna (w.210 H),
kemudian dikembangkan oleh Abdul Hasan Al-Mazini (w.204).

6. Ilmu Nasikh wa Al-Mansukh

Nasakh secara etimologi berarti al-izalatu ( menghilangkan) dan annaqlu


(mengutib,menyalin), sedangkan menurut ulama hadis ilmu nasikh wa al-mansukh
adalah Ilmu yang membahas hadis-hadis yang saling bertentangan yang tidak
mungkin saling bias dikompromikan, dengan cara menentukan sebagainya sebagai
‘nasikh’ dan sebagian lainnya ‘mansukh’. Yang terbukti datang terdahulu sebagai
mansukh dan yang terbukti dating sebagai nasikh. Ilmu ini sangat bermanfaat
untuk pengamalan hadis bila ada dua hadis maqbul yang tanaqud yang tidak dapat
dikompromikan atau di jama’. Bila dapat dikompromikan, hanya sampai pada
tingkat Mukhtalif Al-Hadis, kedua hadis maqbul tersebut dapat diamalkan. Bila
tidak bisa di jama’ (di kompromikan), hadis maqbul yang tanaqud tersebut di
tarjih atau di-nasakh.

12
Perintis ilmu ini adalah Asy-Syafi’i  dilanjutkan oleh Ahmad ibn Ishaq Ad-
Dinari (w.318 H), Muhammad ibn Bahar al-Ashbahani (w.322 H), Ahmad ibn
Muhammad An-Nahhas (w.338 H). Muhammad ibn Musa Al-Hazimi (w.584 H)
meny sun kitab al-‘Itibar,yang telah diikhtisarkan oleh ibn ‘Abd Al-haq(w.744 H).

7. Ilmu Talfiq Al-Hadist

Ilmu talfiq al-hadist adalah Ilmu yang membahas cara mengumpulkan hadis-
hadis yang berlawanan lahirnya. Cara mengumpulkan dalam talfiq al-hadits ini
adalah dengan mentakhsis-kan makna hadis yang ‘amm (umum), men-taqyid-kan
hadis yang mutlaq, atau melihat berapa banyak hadis itu terjadi. Para ulama
menamai ilmu hadis ini dengan Mukhtalif Al-Hadits.

Diantara para ulama yang telah merintis ilmu ini adalah Asy-Syafi’i (w.204
H), dengan kitab Mukhtalif Al-Hadits-nya, dilanjutkan oleh Ibnu Qutaibah (w.276
H), Al-Thahawi (w.321 H), Ibn Al-Jauzi (597 H) yang menyusun kitab At-
Tahqiq, yang di-syarah dengan baik oleh Ahmad Muhammad Syakir.

8. Ilmu Tashif wa At-Tahrif

Ilmu tashif wa at-tahrif adalah Ilmu yang membahas sebab-sebab yang


tersembunyi, tidak nyata, yang dapat mencacatkan hadis. Diantara kitab dalam
ilmu ini adalah kitab Al-Tashnif wa At-Tahrif, susunan Al-Daruquthni (w.385 H)
dan Abu Ahmad Al-‘Askari (w.283 H).

9. Ilmu Asbab Al-Wurud Al-Hadits

Pengertian ilmu asbab al-wurud al-hadis adalah Ilmu yang menerangkan


sebsb-sebab Nabi SAW. menuturkan sabdanya dan masa-masanya Nabi SAW.
menuturkan itu. Ilmu ini untuk memahami dan untuk menafsirkan hadis serta
mengetahui hikma-hikmah yang berkaitan dengan wurud hadis tersebut, atau
mengetahui kekhususan konteks makna hadis, sebagaimana pentingnya
kedudukan asbab al-nuzul dalam memahami Al-Quran.

13
Ulama yang mula-mula menyusun kitab asbab wurud al-hadis adalah Kaznah
Al-Jubari dan abu hafash ‘Umar ibn Muhammad ibn Raja’ Al-Ukbari (339
H).kitab yang terkenal adalah kitab Al-Bayan wa Al-Ta’rif yang disusun oleh
Ibrahim Ibn Muhammad Al-Husaini (w. 1120 H).

10. Ilmu Musthalah Ahli Hadits

Ilmu musthalah ahli hadis adalah Ilmu yang menerangkan pengertian-


pengertian (istilah-istilah) yang dipakai oleh ahli hadis. Ulama yang mula-mula
menyusun kitab tentang ilmu ini adalah Abu Muhammad Ar-Ramahurmuzy       
(w. 360 H). Kemudian dilanjutkan oleh Abu Nu’aim Al-Ashbhani, Al-Khatib   
(w. 463 H), Al-Hafidz ibn Shalah (463 H) dengan kitabnya Muqadimah ibn
Shalah.

Kitab-kitab tentang ilmu ini ada yang ditulis secara ringkas seperti Nukhbatul
Fikar yang disusun oleh Al-‘Asqalani. Dan ada juga yang ditulis secara panjang
lebar, seperti Taujihun Nadzar fi Ushulil Atsar karangan Asy-Syaikh Thahir Al-
Jaza’iry dan Qawa’idul Tahdits, karya Allamah Jamaluddin Al-Qasimi.

14
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Ilmu Hadis , Ilmu pengetahuan yang membicarakan cara-cara


persambungan hadis sampai kepada Rosul SAW.dari segi hal ihkwal para
rawinya,yang menyang kut ke-dhabitan dan ke’adilannya dan dari
bersambung dan terputusnya sanad, dan sebagainnya
2. Secara garis besar, ulama hadis mengelompokkan ilmu hadis ada 2 yaitu;
Ilmu hadis Riwayah, Ilmu hadis riwah adalah ilmu yang membahas
ucapan-ucapan dan perbuatan-perbuatan Nabi SAW., periwayatannya,
pencatatnya, dan penelitian lafazh-lafazhnya. Sedangkan Ilmu hadis
Dirayah, ilmu yang mempelajari kaidah-kaidah untuk mengetahui hal
ihwal sanad, matan, cara menerima dan menyampaikan hadis,sifat rawi,
dan lain-lain. Sasaran kajian ilmu hadis dirayah adalah sanad dan matan
dengan segala persoalan yang terkandung di dalamnya yang turut
memengaruhi kualitas hadis.

3. Cabang-cabang ilmu hadis, ilmu rijal al-hadits, ilmu al-jahr wa at-ta’dil,


ilmu fannil mubhamat, ilmu ‘ilali al-hadits, ilmu gharib al-hadits, ilmu
nasikh wa al-maskukh, ilmu talfiq al- hadits, ilmu tashif wa at-tahrif, ilmu
asbab al-wurud al-hadits,dan ilmu mushthalah ahli hadits.

3.2 Saran

Dengan selesainya makalah ini tentunya masih banyak yang kurang di


dalamnya maka dari itu kami mengharapkan kritikan dan saran yang sifatnya
membangun dari Bapak dosen yang membawakan mata kuliah ini.

Himbauan kepada teman teman yang membaca makalah ini, untuk terus
mencari ilmu tentang Qira’at yang bersumber dari buku ataupun yang lainnya,
karena kami selaku penyusun makalah ini hanya mengambil dari sedikit informasi
saja, sehingga belum dapat menyempurnakan makalah yang kami buat.

15
DAFTAR PUSTAKA

Nurddin ‘Itr.Manhaj An-Naqd fi ‘Ulum Al-Hadits.Terj. Mujito. Bandung: Remaja


Rosda Karya. 1994

As-suyuthi. Tadrib Ar-Rawi fi Syarh Taqrib An-Nawawi. Beirut: Dar Al-Fikr.


1409 H/1988

Utang Ranuwijaya. Ilmu Hadits. Jakarta: Gaya Media Pratama. 1996

M.Hasbi Ash-Shiddieqy. Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadis. Jakarta: Bulan


Bintang.1987

Shubhi As-Shahih. ‘Ulum Al-Hadits wa Mushthalahuh. Beirut: Dar AL-‘Ilm li Al-


Malayin.1997

Muhammad Ahmad. ‘Ulumul Hadis. Bandung: Pustaka Setia. 2004

Endang Soetari. Ilmu hadis: Kajian Riqayah dan Dirayah. Bandung: Mimbar
pustaka. 2005

Yahya Muhammad. Ulumul Hadis: sebuah pengantar dan aplikasinya. Sulawesi


Selatan: Syahadah.2016

16

Anda mungkin juga menyukai