Makalah ini
Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Mengikuti Perkuliahan
Mata Kuliah Ulumul Hadits
Dosen Pembimbing:
Drs.Masyhud, M.Ag.
Disusun oleh:
KELAS 2B
i
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, dengan ini kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah Ulumul Hadits.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Pada masa Rasulullah masih hidup, zaman khulafaur rasyidin dan sebagian
besar zaman Umayyah sehingga akhir abad pertama hijrah, hadits-hadits nabi
tersebar melalui mulut kemulut (lisan). Ketika itu umat Islam belum mempunyai
inisiatif untuk menghimpun hadits-hadits nabi yang bertebaran. Mereka merasa
cukup dengan menyimpan dalam hafalan yang terkenal kuat. Dan memang diakui
oleh sejarah bahwa kekuatan hafalan para sahabat dan para tabi’in benar-benar
sulit tandingannya.
Hadits nabi tersebar ke berbagai wilayah yang luas dibawa oleh para sahabat
dan tabi’in ke seluruh penjuru dunia. Para sahabat pun mulai berkurang jumlahnya
karena meninggal dunia. Sementara itu, usaha pemalsuan terhadap hadits-hadits
nabi makin bertambah banyak, baik yang dibuat oleh orang-orang zindik dan
musuh-musuh Islam maupun yang datang dari orang Islam sendiri.
4
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
5
BAB II
PEMBAHASAN
Kata riwayah artinya periwayatan atau cerita. Ilmu hadis riwayah, secara
bahasa ,berarti ilmu hadis yang berupa periwayatan. Para ulama berbeda-beda
dalam mendefinisikan ilmu hadis riwayah, namun yang paling terkenal diantara
6
definisi-definisi tersebut adalah Ibnu Al-Akhfaini, yaitu Ilmu hadis riwah adalah
ilmu yang membahas ucapan-ucapan dan perbuatan-perbuatan Nabi SAW.,
periwayatannya, pencatatnya, dan penelitian lafazh-lafazhnya. Namun menurut
‘Itr, definisi ini mendapat sanggahan dari beberapa ulama hadis lainnya karena
definisi ini tidak komprehenshif, tidak menyebutkan ketetapan, dan sifat-sifat
Nabi SAW. Definisi ini juga tidak mengidahkan pendapat yang menyatakan
bahwa hadis itu mencangkup segala apa yang dinisbatkan kepada sahabat, atau
tabiin sehingga pengertian hadis yang lebih tepat, menurut ‘Itr,adalah Ilmu yang
membahas tentang ucapan, perbuatan, ketetapan, dan sifat-sifat Nabi SAW.,
periwayatannya, dan penelitian Lafazh-lafazhnya.
Objek kajian ilmu hadis riwayah adalah segala sesuatu yang dinis batkan
kepada Nabi SAW., sahabat, dan tabiin, yang meliputi:
Ilmu hadis riwayah bertujuan untuk memelihara hadis Nabi SAW. dari
kesalahan dalam proses periwayatan atau dalam penulisan dan pembukuannya.
Lebih lanjut, ilmu ini juga bertujuan agar umat islam menjadikan Nabi SAW.
sebagai suri tauladan melalui pemahaman terhadap periwayatan yang berasal
darinya dan mengamalkannya. Sesuai dengan firman allah SWT., “Sesungguhnya
telah ada pada (diri) Rosulullah itu suri tauladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi
orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia
banyak menyebut Allah”. (Qs.Al-Ahzab ayat 22).
Ulama yang terkenal dan di pandang sebagai pelopor ilmu hadis riwahyah
adalah Abu Bakar Muhammad bin Syihab Az-Zuhri (51-124H),seorang imam dan
ulama besar di Hedzjaz (Hijaz) dan Syam (Syuriah). Dalam sejarah perkembangan
hadis, Az-Zuhri tercatat sebagai ulama pertama yang menghimpun hadis Nabi
7
SAW. atas perintah khalifah Umar bin Abdul Aziz atau khalifah II (memerintah
99 H/717 M – 102 H/720 M).
Ilmu hadis riayah ini sudah ada sejak periode Rasulullah SAW., bersamaan
dimulainnya periwayatan hadis itu sendiri. Sebagai mana di ketahui, para sahabat
menaruh perhatian yang tinggi terhadap hadis Nabi SAW. Meraka berupaya
mendapatkannya dengan menghadiri majlis Rasulullah SAW. dan mendengar
serta menyimak pesan atau nasihat yang disampaikan Nabi Muhammad SAW.
Mereka juga memerhatikan dengan seksama apa yang dilakukan Rasulullah
SAW., baik dalam beribadah maupun akivitas sosial, serta akhlak Nabi SAW.
sehari-hari. Semuaitu mereka fahami dengan baik dan mereka pelihara melalui
hapalan meraka. Selanjutnya mereka menyampaikan secara hati-hati kepada
sahabat lain atau tabiin. Para tabiin pun melakukan hal yang sama, memahami
hadis, memeliharanya, dan menyampaikannya kepada tabiin lain atau tabiat-tabiin
(generasi sesudah tabiin). Demikianlah, periwayatan dan pemeliharaan hadis Nabi
SAW. berlangsung hingga usaha penghimpunan yang dipelopori oleh Az-Zuhri.
Usaha penghimpunan, penyeleksian, penulisan dan pembukuan hadis secara
besar-besaran dilakukan oleh ulama hadis pada abad ke 3H, seperti Imam Al-
Bukhari, Imam Muslim, Imam Abu Dawud, Imam At-Tirmizi, dan ulama-ulama
hadis lainnya melalui kitab hadis masing-masing.
Istilah ilmu hadis dirayah, menurut As-suyuthi, muncul setelah masa Al-
Khatib Al baghdadi, yaitu pada masa Al-Akfani. Ilmu ini dikenal juga dengan
sebutan ilmu ushul al-hadits, ‘ulum al-hadits, musththalah al-hadits, dan qawa’id
al-hadits. Definisi yang paling baik, seperti yang di ungkapkan oleh ‘Izzuddin bin
Jama’ah, yaitu Ilmu yang membahas pedoman-pedoman yang dengannya dapat
diketahui keadaan sanad dan matan.
Dari pengertian tersebut, kita bisa mengetahui bawha ilmu hadis dirayah
adalah ilmu yang mempelajari kaidah-kaidah untuk mengetahui hal ihwal sanad,
matan, cara menerima dan menyampaikan hadis,sifat rawi, dan lain-lain. Sasaran
kajian ilmu hadis dirayah adalah sanad dan matan dengan segala persoalan yang
8
terkandung di dalamnya yang turut memengaruhi kualitas hadis tersebut. Kajian
terhadap masalah-masalah yang bersangkutan dengan sanad disebut naqd as-sanad
(kritik sanad) atau kritik ekstern. Disebut demikian karena yang dibahas ilmu itu
adalah akurasi (kebenaran), jalur periwayatan, mulai sahabat sampai kepada
periwayat terakhir yang menulis dan membukukan hadis tersebut. Pokok bahasan
naqd as-sanad adalah sebagai berikut :
9
Tujuan dan faedah ilmu hadis dirayah adalah :
Dengan mengetahui ilmu hadis dirayah, kita bisa mengetahui dan menetapkan
maqbul (diterima) dan mardad (ditolak)-nya suatu hadis. Karena dalam
perkembangannnya,hadis Nabi SAW. telah dikacaukan dengan munculnya hadis-
hadis palsu yang tidak saja dilakukan oleh musuh-musuh islam, tetapi juga umat
islam sendiri dengan motif kepentingan pribadi, kelompok, atau golongan. Oleh
karena itu, ilmu hadis dirayah ini mempunyai arti penting dalam usaha
pemeliharaan hadis Nabi SAW. Dengan ilmu hadis dirayah, kita dapat meneliti
hadis mana yang dapat dipercaya berasal dari Rasulullah SAW., yang shahih,
dhaif, dan maudhu’ (palsu).
Dari ilmu hadis riwayah dan ilmu hadis dirayah, muncul cabang-cabang ilmu
hadis lainnya, seperti ilmu rijal al-hadits, ilmu al-jahr wa at-ta’dil, ilmu fannil
mubhamat, ilmu ‘ilali al-hadits, ilmu gharib al-hadits, ilmu nasikh wa al-maskukh,
ilmu talfiq al- hadits, ilmu tashif wa at-tahrif, ilmu asbab al-wurud al-hadits,dan
ilmu mushthalah ahli hadits.
Adalah ilmu yang membahas hal ikhwal dan sejarah para rawi dari kalangan
sahabat , tabiin, dan atba’ al-tabiin. Ulama hadis mendefinisikan ilmu rijal al-
hadis,yaitu : Ilmu yang membahas rawi hadis, baik dari kalangan sahabat, tabiin,
10
maupun dari generasi-generasi sesudahnya. Ilmu ini mempunyai kedudukan yang
sangat penting dalam ranah kajian ilmu hadis karena kajian ilmu hadis padasarnya
terletak pada dua hal, yaitu matan dan sanad. Ilmu rijal al-hadis mengambil
tempat yang khusus mempelajari persoalan-persoalan sekitar sanad maka
mengetahui keadaan rawi yang menjadi sanad merupakan separuh dari
pengetahuan.
Bagian dari ‘ilmu rijal al-hadis ini adalah ‘ilmu tarikh rijal al-hadis. Ilmu ini
secara khusus membahas perihal para rawi hadis dengan penekanan pada aspe-
aspek tanggal kelahiran, nasab atau garis keturunan, guru sumber hadis, jumlah
hadis yang diriwayatkan,dan murig-muridnya.
Secara bahasa, kata al-jahr artinya cacat atau luka dan kata al-ta’dil artinya
mengendalikan atau menyamakan.jadi kata ilmu al-jahr wa at-ta’dil adalah ilmu
tentang kecatatan dan keadilan seseorang. Secara terminologis, ada ulama yang
mendefinisikan secara terpisah antara istilah al-jahr dan at-ta’dil, namun adajuga
yang menyatukannya. Para ulama hadis yang mendifinisikan al-jahr dan at-ta’dil
sebagai berikut: Jahr, menurut mukhadditsin, adalah menunjukkan sifat-sifat cela
rawi sehingga mengangkat atau mencacatkan adalah atau kedhabitannya.
Sedangkan, At-Ta’dil adalah kebalikan dari jahr, yaitu menilai bersih terhadap
seorang rawi dan menghukumnya bahwa ia adil dan dhabit.
Sedangkan ulama lain mendefinisikan al-jahr dan at-ta’dil ialah Ilmu yang
membahas rawi hadis dari segi yang dapat menunjukkan keadaan mereka, baik
yang dapat mencatatkan atau membersihkan mereka, dengan lafazh tertentu.
Ialah ilmu untuk mengetahui nama orang yang tidak disebutkan dalam matan
atau dalam sanad. Diantara ulama yang menyusun kitab dalam masalah ini adalah
Al-Khathib Al-Baghdady. Dan kemudian kitab AL-khathib ini diringkas dan di
teliti oleh Nawawy dalam kitab Al-Isyarat ila Bayani Asma Al-Mubhamat.
11
4. Ilmu ‘Illal Al-Hadits
Ilmu gharib al-hadis adalah Ilmu yang menerangkan makna kalimat yang
terdapat dalam matan hadis yang sukar diketahui maknanya dan jarang terpakai
oleh umum. Ilmu ini membahas lafazh yang musykil dan kalimat yang sukar
dipahami sehingga orang tidak akan menduga-duga dalam memahami redaksi
hadis. Menurut sejarah, orang yang mula-mula berusaha untuk mengumpulkan
lafazh yang gharib adalah Abu Ubaidah Ma’mar ibn Al-Mutsanna (w.210 H),
kemudian dikembangkan oleh Abdul Hasan Al-Mazini (w.204).
12
Perintis ilmu ini adalah Asy-Syafi’i dilanjutkan oleh Ahmad ibn Ishaq Ad-
Dinari (w.318 H), Muhammad ibn Bahar al-Ashbahani (w.322 H), Ahmad ibn
Muhammad An-Nahhas (w.338 H). Muhammad ibn Musa Al-Hazimi (w.584 H)
meny sun kitab al-‘Itibar,yang telah diikhtisarkan oleh ibn ‘Abd Al-haq(w.744 H).
Ilmu talfiq al-hadist adalah Ilmu yang membahas cara mengumpulkan hadis-
hadis yang berlawanan lahirnya. Cara mengumpulkan dalam talfiq al-hadits ini
adalah dengan mentakhsis-kan makna hadis yang ‘amm (umum), men-taqyid-kan
hadis yang mutlaq, atau melihat berapa banyak hadis itu terjadi. Para ulama
menamai ilmu hadis ini dengan Mukhtalif Al-Hadits.
Diantara para ulama yang telah merintis ilmu ini adalah Asy-Syafi’i (w.204
H), dengan kitab Mukhtalif Al-Hadits-nya, dilanjutkan oleh Ibnu Qutaibah (w.276
H), Al-Thahawi (w.321 H), Ibn Al-Jauzi (597 H) yang menyusun kitab At-
Tahqiq, yang di-syarah dengan baik oleh Ahmad Muhammad Syakir.
13
Ulama yang mula-mula menyusun kitab asbab wurud al-hadis adalah Kaznah
Al-Jubari dan abu hafash ‘Umar ibn Muhammad ibn Raja’ Al-Ukbari (339
H).kitab yang terkenal adalah kitab Al-Bayan wa Al-Ta’rif yang disusun oleh
Ibrahim Ibn Muhammad Al-Husaini (w. 1120 H).
Kitab-kitab tentang ilmu ini ada yang ditulis secara ringkas seperti Nukhbatul
Fikar yang disusun oleh Al-‘Asqalani. Dan ada juga yang ditulis secara panjang
lebar, seperti Taujihun Nadzar fi Ushulil Atsar karangan Asy-Syaikh Thahir Al-
Jaza’iry dan Qawa’idul Tahdits, karya Allamah Jamaluddin Al-Qasimi.
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Himbauan kepada teman teman yang membaca makalah ini, untuk terus
mencari ilmu tentang Qira’at yang bersumber dari buku ataupun yang lainnya,
karena kami selaku penyusun makalah ini hanya mengambil dari sedikit informasi
saja, sehingga belum dapat menyempurnakan makalah yang kami buat.
15
DAFTAR PUSTAKA
Endang Soetari. Ilmu hadis: Kajian Riqayah dan Dirayah. Bandung: Mimbar
pustaka. 2005
16