“TAKHRIJ HADIS”
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Ulum Hadis
Dosen Pengampu :
Disusun oleh :
Kelompok 11
Penulis menyadari bahwa ada banyak kekurangan pada makalah ini. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun dari seluruh pihak senantiasa penulis
harapkan. Demikian yang dapat disampaikan, semoga bermanfaat bagi penulis
dan pembaca.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1
1.1............................................................................................................... Latar Belakang
.....................................................................................................................................1
.....................................................................................................................................2
1.3............................................................................................................................ Tujuan
.....................................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................3
2.1. Pengertian Takhrij Hadis............................................................................................3
2.2. Sejarah Perkembangan Takhrij Hadis........................................................................4
2.3. Tujuan dan Manfaat Takhrij Hadis.............................................................................5
2.4. Metode Takhrij Hadis.................................................................................................7
a) Metode Takhrij Melalui Lafal Pertama dari Matan Hadits...................................8
b) Metode Takhrij melalui Kata-Kata dalam Matan Hadits......................................9
c) Metode Takhrij melalui Perawi Hadits Pertama..................................................11
d) Metode Takhrij berdasarkan Tema Hadits..........................................................11
e) Metode Takhrij berdasarkan Status Hadits..........................................................12
BAB III PENUTUP ......................................................................................................14
3.1. Kesimpulan...............................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
ِباْلَبِّيٰن ِت َو الُّز ُبِۗر َو َاْنَز ْلَنٓا ِاَلْيَك الِّذ ْك َر ِلُتَبَنِّي ِللَّناِس َم ا ُنِّز َل ِاَلْيِه ْم َو َلَعَّلُه ْم َيَتَف َّك ُر ْو َن
Artinya : (mereka Kami utus) dengan membawa keterangan-keterangan
(mukjizat) dan kitab-kitab. Dan Kami turunkan Ad-Dzikr (Al-Qur'an) kepadamu,
agar engkau menerangkan kepada manusia apa yang telah diturunkan kepada
mereka dan agar mereka memikirkan.
Dalam rangka untuk mengetahui apakah suatu hadis yang di terima
merupakan hadis yang sahih, hasan ataupun daif untuk diamalkan. Apakah hadis
maqbul atau mardud, kegiatan takhrij hadis sangatlah penting serta menguatkan
keyakinan untuk mengamalkan hadis tersebut. Kegiatan takhrij hadis ini akan
merujuk pada proses penelusuran dan penelitian terhadap suatu hadis untuk
mengetahui sanad dan matan yang autentik. Oleh karena itu makalah ini akan
membahas tentang takhrij hadis.
1
1.2. Rumusan Masalah
1.3. Tujuan
Adapun tujuan dalam pembahasan makalah adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui pengertian takhrij hadis
2. Mengetahui sejarah perkembangan takhrij hadis
3. Mengetahui tujuan dan manfaat dari takhrij hadis
4. Mengetahui metode takhrij hadis
2
BAB II
PEMBAHASAN
mashdar dari خترجيا ، خيرج، خرجdimana mempunyai dua makna dasar, yaitu (
)النفاذ عن الشيء yang artinya menembus sesuatu dan ( )إختال ف لوننيyang artinya
perbedaan dua warna.1 Dalam kitab Ushul at-takhrij wa Dirasat al-Asanid kata
pada takhrij berdasarkan pengertian asal bahasanya misalnya berkumpulnya dua
hal yang berlawanan pada satu tempat. Kata at-takhrij sendiri sering dimutlakkan
1
Ibnu Faris, Mu’jam Maqayis Al-Lugha, (Beirut: Daar al-Jail, 1411 H/1991 M), Jilid 2
2
Mahmud al-Thahlan, Ushul al-Takhrij Wa Dirasah al Asanid, (Riyadh: Maktabah al-Ma’arif,
1991)
3
Keempat: Mengemukakan hadis berdasarkan sumbernya atau berbagai
sumbernya, yakni kitab kitab hadis, yang didalamnya disertakan metode
periwayatannya dan sanadnya masing-masing serta penjelasan keadaan para
periwayatnya dan kualitas hadisnya.
Kelima: Menunjukkan atau mengemukakan letak asal hadits pada
sumbernya yang asli, yakni berbagai kitab yang di dalamnya hadits itu
dikemukakan secara lengkap dengan sanadnya masing masing.
Pada awalnya pencarian hadis tidak didukung oleh metode tertentu karena
memang tidak sangat dibutuhkan. Sudah bukan menjadi rahasia umum lagi bahwa
para ahli ahli hadis itu mempunyai suatu kemampuan menghafal dan menjadi alat
suatu metode pencarian hadis bagi mereka. Ketika mereka itu sendiri
membutuhkan hadis sebagai penguat dalam waktu singkat mereka dapat
menemukan letak-letaknya di dalam kitab hadis, baik jilidnya atau setidaknya
mereka dapat mengetahuinya dengan dugaan yang sangat kuat didalamnya kitab
kitab hadis itu sendiri.
Kegiatan takhrij hadis ini telah mengalami berbagai perkembangan seiring
berjalannya dengan adanya perhatian ulama terhadap pemeliharaan hadis itu
sendiri. Kegiatan takhrij ini awalnya berupa suatu pencarian dengan
mengeluarkan hadis dari ulama yang telah mengetahui hadis atau beberapa
hadisdari ulama yang memenuhi syarat sebagai periwayat suatu hadis tersebut.
Kegiatan takhrij hadis seperti itulah yang ditempuh oleh Imam al-Bukhari, Imam
Muslim, dan Imam al-Sittah pada umumnya.
Tahap pertama dalam kegiatan takhrij hadis tersebut disebut sebagai
sensus, karena kegiatan tersebut menelusuri satu persatu ulama yang memiliki
hadis dari berbagai tempat.3 Kemudian Ibnu Hajar al-Atsqolani memperluas
jangkauan takhrij hadis sebagai upaya menyusun hadis secara tematik
(berdasarkan tema) dengan mengumpulkan dan mengutip hadis-hadis yang
4
semakna dari kitab berbagai hadis dengan menyebutkan mukharrijnya masing
masing dan sahabat yang meriwayatkannya.
Takhrij hadis dimasa sekarang yang sedang dikembangkan ini adalah
untuk mencari kualitas dan kuantitas suatu hadis tersebut, dengan metode yang
diidentikkan lebih ke penelitian kepustakaan, yaitu mencari hadis dari berbagai
kitab yang memuat di dalamnya kelengkapan matan dan sanadnya. serta
dilanjutkan pada kasus penelitian kualitas sanad dan matan itu sendiri. Banyak
dikalangan ulama hadis pada masa sekarang yang meminati kegiatan takhrij hadis
ini, dengan beberapa alasan, pertama mereka ingin mendapat hadis yang utuh
sehingga mereka dapat mengambil kesimpulan tentang kualitas hadis, kedua
tersedianya program hadis yang dapat diakses melalui komputer dan alat lainnya,
sehingga dapat mempermudah dalam mengkajinya.4
5
3. Untuk mengetahui ada atau tidaknya syahid atau mutab' pada
sanad yang diteliti.
4. Untuk mengetahui bagaimana pandangan para ulama tentang
keshahihan suatu Hadis.
5. Agar dapat mengatur muttasil kepada Hadis yang diriwayatkan
dengan menggunakan 'adawat al tahammul wal ada'
6. Agar dapat memastikan identitas para perawi, baik yang berkaitan
dengan kuniyah, laqob atau nasab dengan nama yang jelas.5
Sementara untuk manfaat Takhrij al-Hadits adalah sebagai berikut:
1. Memperkenalkan sumber-sumber hadis, kitab-kitab asal dari suatu
hadis beserta ulama yang meriwayatkannya.
2. Menambah perbendaharaan sanad Hadis melalui kitab-kitab yang
ditunjuknya.
3. Memperjelas keadaan sanad, sehingga dapat diketahui apakah
munqathi', mu'dha l, atau lainnya.
4. Memperjelas hukum Hadis dengan banyak riwayatnya, seperti
Hadis dha'if melalui satu riwayat, maka dengan Takhrij
kemungkinan akan didapati riwayat lainyang dapat mengangkat
status Hadis tersebut kepada derajat yang lebih tinggi.
5. Mengetahui pendapat-pendapat para Ulama sekitar hukum Hadis.
6. Memperjelas perawi Hadis yang samar, karena dengan adanya
Takhrij dapat diketahui nama perawi yang sebenarnya secara
lengkap.
7. Memperjelas perawi Hadis yang tidak melalui namanya
perbandingan diantara sanad-sanad.
8. Dapat menafikan pemakaian “sebuah" Dalam periwayatan Hadis
oleh seorang perawi mudallis. Dengan didapatinya sanad yang lain
yang memakai kata yang jelas kebersambungan sanad-nya, maka
periwayatan yang memakai "sebuah" tadi akan tampak pula
kebersambungan sanad-nya.
6
9. Dapat menghilangkan kemungkinan terjadinya percampuran
riwayat.
10. Dapat membedakan nama perawi yang sebenarnya. Hal ini karena
Mungkin saja ada perawi-perawi yang mempunyai kesamaan gelar.
Dengan adanya sanad yang lain, maka nama perawi itu
akan menjadi jelas.
11. Dapat memperkenalkan periwayatan yang tidak terdapat dalam
satu sanad.
12. Dapat memperjelas arti kalimat asing yang terdapat di dalam
sanad.
13. Dapat menghilangkan syadz yang terdadpat pada suatu hadis
melalui perbandingan riwayat.
14. Dapat membedakan hadis yang mudraj dari yang lainnya.
15. Dapat mengungkapkan keragu-raguan dan kekeliruan yang dialami
oleh seorang perawi.
16. Dapat mengungkap hal-hal yang dihapus atau diringkas oleh
seorang perawi.
17. Dapat membedakan antara proses periwayatan yang dilakukan
dengan lafal dan yang dilakukan dengan makna saja.
18. Dapat menjelaskan masa dan tempat terjadinya hadis.
19. Dapat sebab-sebab timbulnya Hadis melalui perbandingan sanad-
sanad yang ada.
20. Dapat mengungkapkan kemungkinan terjadinya kesalahan cetak
melalui perbandingan-perbandingan sanad yang ada.
7
Alquran, misalnya Al-Mu'jam Mufahras Li alfâzh Al-Qur'an al Karim, sedangkan
penelusuran terhadap Hadis Nabi terhimpun dalam banyak kitab dengan metode
penyusunan yang beragam.6
Dengan dimuatnya Hadis Nabi dalam berbagai kitab Hadis, maka sampai
saat ini, belum ada sebuah kamus yang mampu memberi petunjuk untuk mencari
Hadis yang dimuat oleh seluruh kitab hadis yang ada, tetapi terbatas pada
sejumlah hadis saja, namun tidaklah berarti Hadis Nabi yang termuat dalam
berbagai kitab tidak dapat ditelusuri, untuk maksudnya, lebih lanjut para ulama
hadis telah menyusun kitab-kitab kamus dengan metode yang beragam. Adapun
cara penggunaan metode tersebut adalah sebagai berikut.
8
3. Selanjutnya mencari huruf-huruf selanjutnya, yaitu ghain ( )غ, sin( )س, dan
nun ( )نdan demikianlah selanjutnya mencari huruf-huruf hijaiyah pada
lafaz-lafaz matan hadis tersebut.7
Metode ini memiliki kelebihan dalam hal memberikan kemungkinan yang
besar bagi seorang Mukharij untuk menemukan Hadis-Hadis yang sedang dicari
dengan cepat. Akan tetapi, kelemahan dari metode ini adalah jika terdapat
kelainan atau perbedaan lafaz pertama sedikit saja, maka akan sangat sulit untuk
menemukan hadis yang dimaksud.
Metode ini dapat dilakukan dengan bantuan sebagian Kitab athraf yang
susunannya menurut urutan alfabet awal kata dari matan hadis. athraf jenis ini
misalnya adalah kitab mausu'ah athraf al hadis an nabawi al syarif. Metode ini
juga dilakukan dengan bantuan kitab-kitab hadis yang masyhur seperti kitab al
tazkirah fi ahadis al musytahirah karya Suyuti. Para ulama juga telah membuat
kitab kunci yang berfungsi sebagai kamus mencari hadis-hadis bagi kitab-kitab
hadis tertentu. Seperti, kitab miftah asy shahihain karya Muhammad Al Syarif bin
Musthafa al Tauqadi. Kitab ini berfungsi sebagai kamus mencari hadis- hadis
kitab shahih Bukhari dan Muslim. Khusus untuk mempermudah penelusuran
hadis-hadis musnad Imam Ahmad bin Hanbal, Shidqi Muhammad jamil al 'aththar
membuat faharis imam Ahmad dalam bentuk athraf yang disusun menurut urutan
alfabet awal.8
إن النيب صلي اهلل عليه وسّلم هني عن طعام املتباريني ان يؤكل
9
Dalam Hadits pencarian di atas pada dasarnya dapat ditelusuri melalui kata-kata
tidak ()نهي, berkata (لTT )يؤك, atau al-mutabariyaini (اريينTT)المتب. Akan tetapi dari
sekian kata yang dapat digunakan, lebih disarankan untuk menggunakan kata al-
mutabariyaini (اريينTT ) المتبkarena kata tersebut jarang adanya. Penggunaan kata
tabara di dalam kitab induk hadis (yang berjumlah sembilan) hanya dua kali.9
Beberapa keistimewaan metode ini adalah:
1. Metode ini mempercepat pencarian Hadis
2. Para penyusun kitab-kitab takhrij dengan metode ini membedakan
Hadis-Hadisnya dalam beberapa kitab induk dengan menyebutkan
nama kitab, juz, bab, dan halamannya.
3. Pencarian Hadits melalui kata-kata apa saja yang terdapat di dalam
hadis.
Selain memiliki keistimewaan metode ini juga mempunyai beberapa kelemahan
diantaranya:
1. Adanya keharusan memiliki kemampuan bahasa arab dan perangkat
ilmunya secara mampu, karena metode ini menuntut untuk mampu
mengembalikan setiap kata kuncinya hingga kata dasarnya. Seperti
kata muta'ammidun mencarinya melalui kata 'amida.
2. Metode ini tidak menyebutkan perangkat dari kalangan sahabat yang
menerina Hadis dari Nabi saw. Karenanya untuk mengetahui nama
sahabat, harus kembali kepada kitab-kitab aslinya setelah men-takhrij-
nya dengan kitab ini.
3. Terkadang suatu Hadis tidak diperoleh dengan satu kata sehingga
orang yang mencarinya harus menggunakan kata- kata lain.
Kitab yang terkenal menggunakan metode ini adalah Al-Mu'jam al-
Mufharos li Alfazi Ahadis al-Nabawi. Di dalam kitab ini penempatan kata kerja
sesuai dengan urutan huruf hijaiyah, yaitu, alif, ba', ta', dan seterusnya. Mengiringi
setiap Hadis dicantumkan nama-nama ulama yang meriwayatkannya di dalam
kitab-kitab hadis karya mereka. Selain itu juga dicantumkan nama kitab dan
babnya, atau nama kitab dan no urut Hadisnya, atau juz kitab dan halamannya.
10
Dalam rangka efisiensi penyusunannya menggunakan kode-kode tertentu untuk
setiap kitab-kitab hadis; dan penjelasan kode-kode tersebut dicantumkan pada
bagian dasar (bawah) dari setiap halamannya.
2.4.c. Metode Takhrij melalui Perawi Hadits Pertama
Metode ini berlandaskan pada perawi pertama suatu hadis, baik, perawi
tersebut dari kalangan sahabat, bila sanadnya muttasil sampai kepada Nabi saw.
Atau dari kalangan tabi'in, apabila Hadis tersebut mursal.
Langkah pertama dalam metode ini adalah mengenal para perawi pertama
dari setiap Hadis yang hendak ditakhrij setelah itu barulah mencari nama perawi
Hadis yang dimaksud ke dalam kitab-kitab takhrij yang disusun berdasarkan nama
perawi pertama setiap satu Hadis, dan selanjutnya mencari Hadis-Hadis yang
tertera dibawah nama perawi pertama tersebut.
Keuntungan dengan metode ini adalah bahwa masa proses takhrij dapat
diperpendek karena dengan metode ini diperkenalkan sekaligus nama ulama Hadis
yang meriwayatkannya beserta kitab-kitabnya.
Akan tetapi kelemahan dari metode ini adalah tidak dapat digunakan
dengan baik, apabila perawi pertama Hadis yang hendak diteliti itu tidak diketahui
maka, hal ini merupakan kesulitan tersendiri untuk mencari Hadis diantara Hadis-
Hadis yang tertera dibawah nama perawi pertamanya yang kadang-kadang
jumlahnya cukup banyak,10 metode ini dapat dilakukan dengan menggunakan
Kitab-kitab athraf dan musnad
10
11
اِإل اَل َلى ْمَخٍس َش ا ِة َأْن ال إل ِإاَّل ا َأَّن َّم ًد ا وُل ِإَقاِم الَّصاَل ِة ِإي اِء الَّز َك اِة
َو َت َه ُهلل َو َحُم َرُس ُه َو َه َد ُبَيِن ْس ُم َع
َو َصْو ِم َرَم َض اَن َو َحَج اْلَبْيِت َم ِن اْس َتَطاَع ِإَلْيِه َس ِبيال
Artinya: “Dibangun islam atas lima (fondasi), yaitu: kesaksian bahwa
tiada tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad itu adalah Rasulullah,
mendirikan shalat, membayar zakat, mempuasakan bulan Ramadhan, dan
menunaikan haji bagi yang telah mampu”.
Hadis di atas mengandung beberapa tema, yaitu iman, tauhid, zakat, puasa,
dan haji. Berdasarkan tema-tema tersebut, maka Hadis di atas harus dicari di
dalam kitab-kitab hadis dibawah tema-tema itu. Dari keterangan di atas, jelaslah
bahwa takhrij dengan metode ini sangat tergantung kepada pengenalan terhadap
tema Hadis, sehingga apabila tema dari suatu Hadis tidak diketahui, maka akan
sulitlah untuk melakukan takhrij dengan menggunakan metode ini.
Diantara keistimewaan metode ini adalah, bahwa metode ini hanya
menuntut pengetahuan akan kandungan Hadis, tanpa memerlukan pengetahuan
bahasa Arab dengan perubahan katanya, atau pengetahuan lainnya. Metode ini
juga mendidik ketajaman pemahaman Hadis pada diri peneliti, memperkenalkan
kepadanya maksud Hadis yang dicarinya dan Hadis-Hadis yang senada
dengannya.
Akan tetapi, metode ini tidak luput dari berbagai kekurangan, terutama
apabila kandungan Hadis sulit disimpulkan oleh seorang peneliti, sehingga dia
tidak dapat menentukan temanya, maka metode ini tidak mungkin diterapkan.
Demikian juga, apabila pemahaman si mukharrij tidak sesuai dengan pemahaman
penyusun kitab, maka dia akan mencari Hadis tersebut di tempat yang salah.
12
hadis, sanad atau matannya. Misalnya sanad yang diteliti sudah diketahui dha'if
atau mursal.
Hadis ini dapat diperiksa dalam kitab-kitab yang menghimpun Hadis
dha'if. Seperti, silsilah al ahadis adh Dha'ifah wa al maudhu'ah karya Albani.
Demikian juga halnya dengan hadis maudhu' dicari dalam Kitab al Maudhu'at
karya Ibn al Jauzi, dan kitab-kitab yang menghimpun Hadis-Hadis Qudsi, Hadis
Masyhur, Mursal, dan lainnya. Seorang peneliti Hadis, dengan membuka kitab-
kitab seperti di atas, dia telah melakukan takhrij al-Hadits.11
11
13
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Takhrij al-Hadis adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengemukakan
Hadis pada orang banyak dengan menyebutkan para perawinya, mengemukakan
asal usul Hadis dan dijelaskan sumber pengambilannya dari berbagai kitab Hadis
sebagai sumber asli dari Hadis, yang di dalam sumber itu dikemukakan secara
lengkap matan dan sanad Hadis yang bersangkutan. Takhrij Hadis sangat
dibutuhkan karena sebagian para penyusun kitab-kitab dalam bidang Fikih, Tafsir,
dan sejarah yang memuat Hadis-Hadis, namun tidak memuat Hadis-Hadis tersebut
secara sempurna; mereka kadang hanya meringkas Hadis-Hadis tersebut pada
bagian-bagian yang mereka perlukan saja, atau pada saat tertentu mereka
menuliskan lafal Hadisnya dan pada saat yang lain maknanya saja, bahkan kadang
ada yang menuliskan lafal Hadisnya namun tanpa menyebutkannya sebagai hadis,
karena telah masyhur. Maka untuk mengetahui kualitas hadis tersebut sebelum
meneliti sanad dan matan harus diketahui sumber asli Hadis tersebut.
Banyak tujuan serta manfaat dilakukannya takhrij Hadis, dan yang paling
utama adalah agar dapat dilakukan penelitian terhadap satu Hadis setelah
dilakukannya takhrij Hadis tersebut, agar dapat mengetahui kualitas dari Hadis yg
dimaksud. melakukan Takhrij Hadis haruslah mempunyai kitab-kitab pedoman
diantaranya, Usul al Takhrij wa dirasat al asanid oleh mahmud At Tahhan.
Hushul al-Tafrij bi ushul al Takhrij oleh Ahmad Ibn Muhammad Al Gharami
diperlukan juga bantuan kitab-kitab kamus muʼjam Hadis dan muʼjam para perawi
Hadis diantaranya, al-Mu'jam al-Mufharos li Alfazi Ahadis al-Nabawi, Miftah
14
Kunuz al-Sunnah oleh pengarang yang sama diterjemahkan oleh Muhammad
Fuad Abd Baqi. Disamping itu diperlukan juga kitab yang memuat biografi para
sahabat, membahas biografi para perawi hadis berdasarkan tingkat para perawi,
kitab-kitab lain yang memuat biografi para perawi hadis.
DAFTAR PUSTAKA
Ibnu Faris, Mu'jam Maqayis al-Lughah, (Beirut: Daar al-Jail, 1411 H/1991 M)
Sulaiman, Noor. Antologi Ilmu hadis. palu: Gaung Persada Press, 2008
Wahid, Ramli Abdul. Studi Ilmu Hadis. Bandung: Citapustaka Media Perintis,
2002
Wahid, Kamus Lengkap Ilmu Hadis (Medan: Perdana Mulia Sarana, cet, 1, 2011
15