Anda di halaman 1dari 11

MAKKIYAH DAN MADANIYAH

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Pada Mata Kuliah Ulumul Qur’an

Dosen: Isnaini Nur Azizah, M.Pd

Di Susun Oleh :
Kelompok 4

1. Rodhiah Umri 221310029


2. Siti Alawiyah 221310030
3. Fidiyah Ningrum 221310014

Program Studi S.I Pendidikan Islam Anak Usia Dini

FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS MA’ARIF LAMPUNG (UMALA)
METRO LAMPUNG
1444 H/ 2023 M

i
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur yang kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan hidayah untuk berpikir sehingga dapat menyelesaikan makalah pada
mata kuliah Ulumul Qur’an.
Dalam penulisan ini kami tulis dalam bentuk sederhana, sekali mengingat
keterbatasan yang ada pada diri penulis sehingga semua yang ditulis masih sangat
jauh dari sempurna.
Atas jasanya semoga Allah SWT memberikan imbalan dan tertulisnya
laporan observasi ini dapat bermanfaat dan kami minta ma’af sebelumnya kepada
Dosen, apabila ini masih belum mencapai sempurna kami sangat berharap atas
kritik dan saran-saran nya yang sifatnya membangun tentunya.

Metro, Februari 2023

Kelompok 4

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................... i

KATA PENGANTAR .................................................................................. ii

DAFTAR ISI ................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1

A. Latar Belakang ........................................................................... 1

B. Rumusan Masalah....................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN .............................................................................. 2

A. Pengertian Makkiyah Dan Madaniyah ........................................ 2

B. Ruang Lingkup Pembahasan Makkiyah Dan Madaniyah ............. 3

C. Metode Membedakan Ayat Makkiyah Dan Madaniyah ............... 3

D. Ciri-ciri Makkiyah dan Madaniyah ............................................. 4

E. Urgensi Ilmu Makkiyah dan Madaniyah ..................................... 5

F. Faedah Mempelajari Makkiyah Dan Madaniyah ......................... 5

BAB III KESIMPULAN ............................................................................... 7

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 8

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Mempelajari ayat ayat qur’an dengan tahapannya sehingga dapat
menentukan waktu serta tempat turunnya dan, dengan bantuan tema surah atau
ayat, untuk menentukan apakah sebuah seruan itu termasuk makky atau
madany, ataukah iya merupakan tema tema yang menjadi titik tolak dakwah di
makkah atau di madinah.
Yang terpenting dipelajari dalam pembahasan ini ialah: 1) yang di
turunkan di makkah 2) yang di turunkan di madinah 3) yang di perselisihkan.
Inilah macam macam ilmu qur’an yang pokok, berkisar di sekitar makky dan
madany oleh karenanya di namakan “ilmu makky dan madany”.
Makalah ini kami buat supaya pembaca mengetahui perbedaan surat
makkiyah dan madany, mengetahui ciri cirri al makkiyah dan al madaniyah,
selanjutnya mengetahui faedah al makkiyah dan al madaniyah.

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Makkiyah dan Madaniyah
2. Ruang lingkup pembahasan Makkiyah dan Madaniyah
3. Metode membedakan ayat Makkiyah dan Madaniyah
4. Ciri-ciri Makkiyah dan Madaniyah
5. Urgensi Ilmu Makkiyah dan Madaniyah
6. Faedah mempelajari Makkiyah dan Madaniyah

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Makkiyah Dan Madaniyah


Pembedaan makkiyah dan madaniyah sangat mendapat perhatian dari
para ahli ilmu al-qur’an disebabkan korelasi ayat makkiyah dan madaniyah
menimbulkan konsekuensi hukum syariah. Apabila ayat hukum itu turun di
makkah maka akan terhapus hukumnya oleh ayat-ayat yang diturunkan di
madinah. Konsekuensi ini menuntut para ahli untuk berupaya menentukan
setepat mungkin masalah makkiyah dan madaniyah. Maka para ahli ilmu al-
qur’an berbeda pendapat dalam menentukan defenisi makkiyah dan
madaniyah terdapat empat pendekatan dalam mendefinisikan makkiyah dan
madaniyah :
Pertama : pendekatan historis (mulahadzatu zamanin nuzul) yaitu :
teori yang berorientasi pada sejarah masa turunnya wahyu. Ulama
mendifinisikan makkiyah adalah ayat yang diturunkan di makkah sekalipun
turunnya setelah hijrah, sedangkan madaniyah adalah ayat yang turun di
madinah.
Kedua : pendekatan geografis (mulahadzatu makanin nuzul) teori ini
berorientasi pada tempat turunnya ayat. Maka ayat makkiyah ialah ayat yang
turun di makkah dan sekitarnya seperti mina dan arafah atau hudaibiyah.
Sedangkan madinah : ayat yang turun di madinah dan sekitarnya seperti uhud,
quuba dan salwa.
Ketiga : pendekatan obyek (mulahadzatul mukhotobin fin nuzul) teori
ini berorientasi kepada obyek yang ditunjukkan oleh ayat. Maka makkiyah
ialah ayat yang ditunjukkan bagi orang-orang makkah. Menurut pendapat ini
bahwa firman allah yang menyeru kepada seluruh manusia : ya ayyuhannas
adalah makkiyah. Sedangkan ayat yang ditunjukkan kepada orang-orang
mukmin : ya ayyuhalladzina aamanuu adalah madaniyah.
Keempat : pendekatan konstektual (mulahadzatu maa tadammanathu
assuratu), teori ini berorientasi kepada kandungan ayat maupun surat
termaksud. Dengan demikian setiap surat mengandun kisah-kisah lama,

2
konsep tauhid, suri tauladan dan semacamnya termasuk makkiyah, sedangkan
yang mengandung pembentukan masyarakat, hukum, ekonomi, dan
semacamnya termasuk madaniyah.1

B. Ruang Lingkup Pembahasan Makkiyah Dan Madaniyah


Pembahasan tentang makkiyah dan madaniyah mulai diklasifikasikan
untuk menetapkan periode hukum. Sehingga dapat diambil kesimpulan yang
tetap dalam menentukan hukum fiqih, ijtihaj, maupun pemikiran hukum yang
dikandung ayat-ayat al-qur’an.
Ruang lingkup pembahasan ini merupakan dasar-dasar umum dari
usaha para ulama untuk memperlajari ayat-ayat makkiyah dan madaniyah,
sehingga ilmu ini dinamakan ilmu makkiyah dan madaniyah. Mengenai ayat-
ayat yang turun di makkah, madinah dan tempat yang berada disekitar dua
tempat tersebut maupun yang diperdebatkan diantara keduanya lebih tepat
dalam pembahasan ini. Jumlah surat al-qur’an 114 surat 20 diantaranya
madaniyah, terdapat 82 surat yang kesemuanya makkiyah, sedangkan yang
dipertentangkan 12 surat.
Yang termasuk surat-surat madaniyah terdapat 20 surat : al-baqarah 2.
Al-imran 3. An-nisa 4. Al-maidah 5. An-anfal 6. At-taubah 7. An-nur 8. Al-
ahzab 9. Muhammad 10. Al-faht 11. Al-hujurat 12. Al-hadied 13. Al-
mujadalah 14. Al-hasyr 15. Al-mumtahanah 16. Al-jumah 17. Al-munafiqun
18. At-thalaq 19. At-tahriem 20. An-nashr.2

C. Metode Membedakan Ayat Makkiyah Dan Madaniyah


Para Ulama’ membuat dua pedoman dasar dalam membedakan ayat-
ayat diatas, sbb : 1. Pedoman samai naqli (pemindahan riwayat). 2. Pedoman
qiyas ijtihadi (mengambil contoh untuk dijadikan analogi dengan dasar ijtihad
yang dikemukakan).
Pedoman pertama didasarkan atas riwayat shahih dari para sahabat
yang hidup dan mempelajarinya pada saat turunnya wahyu itu, atau para

1
Shalahuddin Hamid, Study Ulumul Qur’an, Jakarta selatan: intimedia ciptanusantara,
2002, hlm. 191-194
2
Shalahuddin Hamid, Study Ulumul Qur’an, hlm. 195

3
tabi’in yang mempelajari Al-Qur’an dari para sahabat dan mendengarnya dari
mereka tentang hal ikhwal turunnya wahyu itu. Kebanyakan ayat-ayat yang
diturunkan di makkah dan madinah diketahui mereka.
Pedoman kedua didasarkan pada kekhususan ayat-ayat makiyyah dan
ayat-ayat madaniyah. Apabila dalam satu surat makkiyah terdapat spesifikasi
ayat madaniyah maka disebut madaniyah ataupun sebaliknya. Metode ini
dikenal dengan metode qiyas ijtihadi.3

D. Ciri-ciri Makkiyah dan Madaniyah


Para ulama menetapkan surat-surat makkiyah dan madaniyah, mereka
mengambil kesimpulan analogis dari setiap ayat-ayat tersebut yang
menjelaskan tentang kekhususan ushlub dan topic yang ia miliki, serta
menyusun pula undang-undang penentuan Makkiyah dan Madaniyah serta
keistimewaannya masing-masing.
1. Ciri-ciri Makkiyah :
a. Setiap surat didalamnya terdapat ayat sajdah maka ayat tersebut
makkiyah
b. Setiap surat yang lafadnya terdapat kalimat (‫ )ﻛﻼ‬maka surat itu
Makkiyah, dan disebutkan sama sekali kecuali dipertengahan akhir
dari Al-Qur’an. Dan ia disebutkan 33 kali dalam 15 surat
c. Setiap surat yang didalamnya menceritakan kisah-kisah Nabi dan
ummat terdahulu maka ia disebut makkiyah selain Al-Baqarah
2. Ciri-ciri madaniyah :
a. Setiap surat yang menerangkan tentang kewajiban dan sanksi hukum
maka disebut madaniyah.
b. Setiap surat yang didalamnya terdapat penyebutan orang munafik
maka ia madaniyah selain surat al-Ankabut sesungguhnya surat itu
makkiyah.
c. Setiap surat yang didalamnya terdapat pertentangan ahli kitab adalah
madaniyah.4

3
Shalahuddin Hamid, Study Ulumul Qur’an, hlm. 204-205
4
Shalahuddin Hamid, Study Ulumul Qur’an, hlm. 205-206

4
E. Urgensi Ilmu Makkiyah dan Madaniyah
Kita melihat bahwa umat islam berusaha menjaga keagungan dan
keabadian risalah yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW, risalah yang
dibawanya merupakan ajaran yang membawa kesadaran para pemikir disetiap
zaman. Telaah tentang Makkiyah dan Madaniyah sangat dibutuhkan sekali.
Berangkat dari kesadaran ini, maka kemudian para ulama merincinya satu
persatu ayat demi ayat, surat demi surat, untuk menertibkannya sesuai dengan
masa turunnya, dengan tetap memperhatikan kondisi sejarah, masa, tempat,
dan obyek yang ditunjukknya. Mereka memperhatikan masa diturunkannya
maupun tempatnya. Ada kalanya mereka mengumpulkan data-data itu sesuai
dengan masa, tempat dan penunjukkannya. Sungguh suatu kerja yang patut
dipuji, para ulama telah memberikan telaah yang komperehensif dan
representatif dalam bidang ini. 5

F. Faedah Mempelajari Makkiyah Dan Madaniyah


1. Sebagai satu petunjuk dalam menafsirkan Al-Qur’an : karena mengetahui
tempat turunnya Al-Qur’an membantu pemahaman ayat dan tafsirnya
dengan penafsiran yang benar, meskipun hal ini membantu secara umum
saja tidak pada sebab-musababnya.
2. Mengetahui strategi dakwah rasulallah dan mengamalkannya untuk
mengembangkan dakwah dimasyarakat. Bahwa strategi defensif tidak
selalu merupakan kekalahan dalam memperjuangkan kebenaran,
sebaliknya strategi ofensif membuktikan bahwa manusia mampu
menciptakan revolusi moral yang mencengankan.
3. Membantu pengembangan wacana tafsir Al-Qur’an dengan baik dan
benar. Karena dengan mengetahui pembahasan ini mufassir akan merasa
ikut terbawa dengan gaya bahasa yang dipakai dalam ayat-ayat makkiyah
yang menjelaskan tanda-tanda kekuasaan Allah sebagai bukti tauhidullah
dan ayat-ayat madaniyah yang menjelaskan hukum secara definitif dan
gaya bahasanya yang tegas.

5
Anas, Idhoh, kaidah kaidah ulumul qur’an, Pekalongan: Al-Asri, 2008, hlm. 189

5
4. Mengetahui hukum-hukum yang turun terakhir kali sehingga dapat
mengetahui kedudukan nasikh dan mansuf serta dapat mengambil
keputusan hukum yang baik dan benar.
5. Usaha menggali sedalam mungkin suri tauladan dan akhlakul karimah
rasulullah dari setiap ayat-ayat Al-Qur’an yang diturunkan kepada beliau.
Karena mempelajari masa turunnya wahyu kepada rasulullah merupakan
upaya mempelajari perjalanan dakwah beliau dari kota makkah sampai
kota madinah, hingga akhir hayat beliau. Ini juga merupakan salah satu
metode dakwah kepada umat manusia, agar mereka benar-benar yakin
akan firman Allah yang diturunkan kepada nabi supaya mereka meyakini
bahwa Al-Qur’an adalah sumber asasi dalam dakwah yang mereka
lakukan.6
6. Untuk di jadikan alat bantu dalam menafsirkan qur’an, sebab pengetahuan
mengenai tempat turun ayat tersebut dan menafsirkannya dengan tafsiran
yang benar, sekali pun yang menjadi pegangan adalah pengertian umum
lafadz, bukan sebab yang khusus. Berdasarkan hal itu seorang penafsir
dapat membedakan antara ayat yang nasikh dengan yang mansukh bila di
antara kedua ayat terdapat makna yang kontradiktif. Yang datang
kemudian tentu merupakan nasikh atas yang terdahulu.
7. Mengetahui sejarah hidup nabi melalui ayat-ayat qur’an, sebab turunnya
wahyu kepada Rasulullah sejalan dengan sejarah dakwah dengan segala
peristiwanya, baik pada periode Makkah maupun periode Madinah, sejak
permulaan turun wahyu hingga ayat terakhir di turunkan. Qur’an adalah
sumber pokok bagi hidup Rasulullah dan umatnya.7

6
Anas, Idhoh, kaidah kaidah ulumul qur’an hlm. 207-208
7
Mudzakir AS., Studi Ulumul Qur’an, Surabaya: CV. Litera Antar Nusa,2012, hlm. 81-
82

6
BAB III
KESIMPULAN

Di era sekarang, banyak masyarakat membaca Al-Qur’an tanpa mengetahui


apakah itu ayat makkiyah atau ayat madaniyah, perbedaan ayat makkiyah dan
madaniyah terdapat pada tempat turunnnya, kapan turunnya, dan fungsi turunnya
ayat tersebut. Al-Makkiyah adalah surat yang diturunkan di Mekkah sebelum
hijrah dan didalamnya menceritakan kisah-kisah Nabi dan ummat terdahulu,
sedangkan Al-Madaniyah diturunkan di madaniyah setelah hijrah nabi
Muhammad dan didalamnya menerangkan tentang kewajiban dan sanksi hukum.
Salah satu faedah mengetahui Al-makkiyah dan Al-madaniyah adalah Sebagai
satu petunjuk dalam menafsirkan Al-Qur’an : karena mengetahui tempat turunnya
Al-Qur’an membantu pemahaman ayat dan tafsirnya dengan penafsiran yang
benar, meskipun hal ini membantu secara umum saja tidak pada sebab-
musababnya.

7
DAFTAR PUSTAKA

Hamid, Shalahuddin, Study Ulumul Qur’an, Jakarta selatan: intimedia


ciptanusantara, 2002.

Mudzakir AS., Studi Ulumul Qur’an , Surabaya: CV. Litera Antar Nusa, 2012

Anas, Idhoh, kaidah kaidah ulumul qur’an, Pekalongan: Al-Asri, 2008

Anda mungkin juga menyukai