KUANTITAS PERAWI
MAKALAH
Dosen Pengampu :
Kelas : HTN 1A
Kelompok I
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Munasabah Dalam Al-
Qur’an Serta Periwayatan Hadits” ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari
makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Studi Al-Qur'an dan Hadits.
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan juga
bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
menyelesaikan makalah ini. Ucapan terima kasih tidak lupa kami sampaikan kepada:
1. Prof. Dr. Maftuhin, M.Ag. selaku Rektor UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung
2. Dr. H. Nur Efendi, M.Ag. selaku Dekan FASIH UIN Sayyid Ali Rahmatullah
Tulungagung
3. Bapak Ahmad Gelora Mahardika, M.H. selaku Ketua Program Studi Hukum Tata Negara
4. Bapak Moh. Ali Abd Shomad Very Eko Atmojo, S.Ag., M.PdI selaku Dosen Mata Kuliah
Studi Al-Qur'an dan Hadits
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................... 2
DAFTAR ISI...................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah.................................................................................................... 4
C. Tujuan...................................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Makkiyah dan Madiniyah...................................................................... 5
A. Latar Belakang
Al-qur’an merupakan firman (kalam) allah swt yang diwahyukan kepada nabi
Muhammad saw. melalui malaikat jibril dengan lafadz dan maknanya. All-qur’an sebagai
kitabulloh menempati posisi sebagai sumber pertama dan utama dari seluruh ajaran islam.
Selain itu al-qur’an juga berfungsi sebagai petunjuk bagi umat mansia dalam mencapai
kehidupan dunia dan akhirat. Sebagai sumber ajaran islam yang paling utama alqur’an
merupakan sumber dari segala ajaran untuk operasionalisasi ajaran islam dan
pengembangannya sesuai dengan kebutuhan dan tantangan yang dihadapi umat islam. Setiap
prilaku dan tindakan umat islam,baik secara individu maupun kelompok harus dilakukan
berdasarkan al-qur’an. Oleh karena itu, sumber ajaran silam berfunngsi sebagai dasar pokok
ajaran islam. Sebagai dasar, maka sumber itu menjadi landasan semua prilaku dan tindakan
umat islam sekaligus referensi tempat orientasi dan komunikasi.
Dilihat dari segi kualitasnya, hadits dapat diklasifikasikan menjadi hadits sahih,
hasan, dan dhaif. Pembahasan tentang hadits sahih dan hasan mengkaji tentang dua jenis
hadits yang hampir sama, tidak hanya karena keduanya berstatus sebagai hadits maqbul,
dapat diterima sebagai hujjah dan dalil agama, tetapi juga dilihat dari segi persyaratatan dan
kriteria-kriterianya sama kecuali pada hadits hasan, diantara periwayatannya ada yang kurang
kuat hafalannya, sedangkan pada hadits sahih diharuskan kuat hafalannya. Sedang
persyaratan lain terkait dengan persambungan sanad, keadilan periwayat, keterlepasan dari
kejanggalan dan cacat.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian makkiyah dan madaniyah?
2. Apa teori tentang ayat Makiyah dan Madaniyah?
3. Apa ciri-ciri surah Makiyah dan Madaniyah?
4. Bagaimana Klasifikasi ayat Al-Makkiyah dan Al-Madaniyah?
5. Bagaimana pembagian Hadits dari segi kuantitas perawi?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari makkiyah dan madaniyah
2. Untuk mengetahui teori dari makkiyah dan madaniyah
3. Untuk mengetahui apa saja ciri dari makkiyah dan madaniyah
4. Mengetahui klasifikasi ayat Al-Makkiyah dan Al-Madaniyah
5. Mengetahui pembagian hadits dari segi kuantitas perawi
BAB II
PEMBAHASAN
4
Amroeni Drajat, Ulumul Qur’an Pengantar Ilmu-Ilmu Al-Qur’an, Depok:KENCANA, 2017, cet ke-1, hlm:67
D. Klasifikasi Ayat Al-Makkiyah dan Al-Madaniyah
1. yang diturunkan di Madinah
Ada 20 surah Madaniyah, yakni al-Baqarah, Ali Imran, an-Nisaa’, al-Maa’idah,
al_anfaal, al-Hujuraat, al-Hadiid, al-Mujadalah, al-Hasyr, al-Mumtanah, al-
Jumu’ah, al-Munafiquun, at-Talaq, at-Tahriim, dan an-Nasr.
2. Yang diperselisihkan
Adapun yang masih dipersilisihkan ada dua belas surah, yakni al-Faatihah, ar-
Ra’d, ar-Rahman, as-Saff, at-Taghabun, at-Tatfif, al-Qadar, al-Bayyinah, az-
Zalzalah, al-Ikhlas, al-Falaq, dan an-Naas.
3. Yang diturunkan di Mekkah
Ada 82 surah sisanya, jadi jumlah surah-surah Al-Qur’an itu semuanya seratus
empat belas surah.
5
Alfiah dkk, Studi Ilmu Hadis, Kreasi Edukasi, 2016, cet ke-1, hlm:113
6
Khusniati Rofiah, Studi Ilmu Hadis, Ponorogo:IAIN PO Press, 2018, cet ke-2, hlm:118
2. Jumlah perawi yang banyak tersebut dapat menjamin tidak memungkinkan
untuk mufakat melakukan kebohongan dalam periwayatan hadits.
3. Jumlah oerawi yang bayak yang tidak mungkin melakukan kebohongan
tersebut secara konsisten terdapat pada setiap thabaqat sanadnya dari awal
hingga akhir tanpa berkurang.
4. Periwayatan oleh setiap perawi didasarkan pada kesaksian indrawi, seperti
penglihatan atau pendengaran dan bukan dari hasil pemikiran atau pemahaman
perawi .
a) Pembagian Hadits mutawatir
1. Mutawatir Lafdhi
Hadits mutawatir lafdhi adalah hadits yang mutawatir lafadz dan
maknanya. Contoh hadits mutawatir lafdzi adalah sebagaimana hadits dari
abu Hurairah dari Rasulullh SAW yang berbunyi:
ما رفع صيل اهلل عله وسلم يديه حيت رؤي بياض إبطيه يف شيئ من داعئه إال يف اإلستسقاء
متفق عليه:
“Rasulullah SAW tidak mengangkat kedua tangan beliau dalam doa-
doanya selain dalam doa salat istiqa’ dan beliau mengangkat tangannya,
sehingga nampak putih-putih kedua ketiaknya.” (HR. Bukhari Muslim)
b. Hadits Ahad
Dari segi bahasa kata “ahad” (tanpa madd) berarti satu. Maka khabar ahad
adalah khabar (berita) yang diriwayatkan oleh satu orang perawi. Sedangkan hadis
ahad secara terminologi adalah hadits yang tidak memenuhi persyaratan
sebagaimana yang terdapat pada hadits mutawatir, yaitu mencakup hadis yang
diriwayatkan oleh seorang perawi pada satu thabaqat atau pada semua thabaqat
dan diriwayatkan oleh dua perawi atau lebih tetapi tidak mencapai jumlah perawi
tingkat mutawatir.
a) Pembagian Hadits Ahad
1. Hadits Masyhur
Menurut masyhur berasal dari kata شهرyang berarti اعلنyang berarti
mengumumkan. Secara terminology hadits masyhur adalah:
3. Hadits Gharib
Kata gharib, secara bahasa merupakan bentuk sifah musyabbahah dari
kata gharaba’ yang berarti infrada (menyendiri). Juga bisa berarti jauh
dari tanah airnya. Disamping itu juga bisa diartikan asing, pelik atau
aneh. Dengan demikian hadits gharib dari segi bahasa adalah hadits yang
aneh. Sedangkan dalam istilah Ilmu Hadis berarti : واحد راو بروايته ينفرد ما
yaitu hadis yang dalam meriwayat-kannya seoarang perawi menyendiri
(tidak ada orang lain yang ikut meriwayatkannya).
Definisi ini memungkinkan kesendirian seorang perawi baik pada
setiap tingkatan sanad atau pada sebagian tingklatan sanad, bahkan
mungkin hanya pada satu tingkatan sanad saja. Hadis gharib dibagi
menjadi dua macam:
1) Gharib Mutlak, yaitu : ندهqqل سqqف أصqqد يqqخص واحqq“ ما ينفرد بروايته شHadis
yang diriwayatkan oleh satu orang perawi pada asal sanad” (tingkatan
sahabat). Contoh hadis gharib mutlak adalah :
إنما األعمال بانليات
“Sesungguhnya seluruh amal itu bergantung pada niat.” (HR Bukhari
dan Muslim). Hadis ini hanya diriwayatkan oleh Umar bin Khattab
saja di tingkat sahabat, sedangkan sesudahnya diriwayatkan oleh
banyak orang.
2)Gharib Nisbi, yaitu ندهqqف أثناءسqqة يqq“ ما اكنت الغربHadis yang kesendirian
perawinya ada di pertengahan sanad.” Maksudnya, hadis gharib nisbi
ini pada mulanya diriwayatkan oleh beberapa orang pada tingkat
sahabat, namun pada pertenganhan sanad, terdapat tingkatan yang
perawinya hanya satu orang. Contoh hadis gharib nisbi adalah:
“Bahwasannya Rasulullah saw memasuki kota Mekah dan di atas
kepalanya ada penutup kepala.” (HR Ahmad bin Hambal).
Dalam sanad hadis di atas, hanya Malik yang menerima hadis tersebut dari al-
Zuhri. Hadis dikatakan gharib nisbi dapat juga didasarkan atas beberapa hal,
yaitu:
a) Hanya seorang perawi tertentu yang menerima hadis itu dari perawi tertentu.
b) Hanya penduduk kota tertentu yang meriwayatkan hadis tersebut.
c) Hanya penduduk kota tertentu yang meriwayatkan hadis tersebut dari
penduduk kota tertentu pula
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Makkiyah umumnya berisi tentang tauhid dan akidah, sedangkan surat Madaniyah
umumnya berisi tentang penjelasan ibadah dan muamalah. Ayat-ayat pada surat
Makkiyah umumnya menggunakan kalimat yang kuat dan keras, sedangkan ayat-
ayat pada surat Madaniyah umumnya menggunakan kalimat yang agak lembut
dan mudah dicerna.
2. Madaniyah adalah istilah yang diberikan kepada ayat Al Qur’an yang diturunkan
di Madinah atau diturunkan setelah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam hijrah
ke Madinah. Sebuah surat dapat terdiri atas ayat-ayat yang diturunkan di Madinah
secara keseluruhan namun bisa juga sebagian diturunkan di Mekkah (Makiyyah).
3. Pembagian hadits ditinjau dari segi kuantitas perawinya dibagi menjadi tiga
bagian yaitu Mutawatir:Masyhur:Ahad.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qaththan, Syaikh Manna. 2004. Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an. Jakarta: Pustaka Al-
Kautsar
Drajat, Amroeni. 2017. Ulumul Qur’an (Pengantar Ilmu-Ilmu Al-Qur’an). Depok: Kencana