Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Studi Al-Qur’an dan Hadits
Dosen Pengampu:
Kelompok 2:
TMT II A
TADRIS MATEMATIKA
FEBRUARI 2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, nikmat dan karunia-Nya
sehingga penyusun dapat menyusun makalah yang Nasikh dan Mansukh dalam Al-Qu’an dan
Hadits.
1. BapakAhmad Marzuqi, S.Th.I. M.Pd.I. selaku Dosen pengampu mata kuliah Studi Al-
Qur’an Hadits.
2. Semua pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini disusun berdasarkan hasil diskusi kelompok dan juga dari referensi yang
relevan, agar nantinya makalah ini dapat diterima dengan baik di semua kalangan dan dapat
memberi manfaat kepada pembacanya.
Penyusun menyadari bahwa terdapat banyak kesalahan dari makalah yang kami susun.
Maka dari itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran oleh para pembaca yang dapat
membangun agar makalah ini menjadi lebih baik lagi kedepannya.
Penyusun
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................1
C. Tujuan Penulisan..........................................................................................2
BAB II : PEMBAHASAN
A. Kesimpulan................................................................................................11
B. Saran...........................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................16
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Qur’an adalah kitab yang diwahyukan Allah kepada Nabi Muhammad, yang
dinukilkan secara mutawatir, yang berisi petunjuk bagi tercapainya kebahagian kepada orang
yang percaya kepadanya. Al-Qur’an adalah sebuah kitab yang ayat-ayatnya disusun dengan
rapi serta dijelaskan secar terperinci juga diturunkan dari sisi Allah SWT. Sekalipun turun di
tengah bangsa Arab dan bahasa Arab, tetapi segala petunjuknya bersifat universal sesuai
dengan risalah Nabi Muhammad yang diutus sebagai rahmat bagi semesta alam.1
Sedangkan Hadits atau al- hadist menurut bahasa disebut dengan al jadid minal asyya
(sesuatu yang baru), lawan dari qodim (sesuatu yang dekat). Hal ini mencakup sesuatu
(perkataan) baik itu banyak ataupun sedikit. Hadist juga sering disebut dengan al-khabar (yang
berarti berita) yaitu sesuatu yang dipercakapkan dan dipindahkan dari seseorang kepada orang
lain dan ada kemungkinan ada benar atau salahnya, yang sama maknanya dengan hadist.
Menurut istilah terminology, para ahli memberikan definisi (ta’rif) yang berbeda-beda sesuai
dengan latar belakang disiplin ilmunya. Dan adapun ahli hadits mendefisikan istilah hadis
hampir sama dengan sunah (murodif, yang mana keduanya memiliki arti segala sesuatu yang
berasal dari Rasul, baik setelah dingkat ataupun sebelumnya. Akan tetapi kalau kita
memandang lafadz hadis secara umum adalah segala sesuatu yang diriwayatkan dari Nabi
Muhammad saw. setelah diangkat menjadi nabi, yang berupa ucapan, perbuatan, dan taqrir
beliau. Oleh sebab itu, sunah lebih umum dari pada hadits sebagaimana hadis berikut: “segala
perkataan nabi, perbuatan, dan hal ihwalnya
Salah satu teori yang senantiasa banyak iperbincangkan baik oleh kalangan ahli adalah
nasikh-mansukh. Tidak hanya diperbincangkan, keberadaannya dianggap begitu penting
dalam memahami dan meanfsirkan hukum-hukum dalam hadits.2 Oleh karena itu, kami
menulis makalh yang berjudul Nasikh dan Mansukh dalam Hadits.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari nasikh?
2. Apa pengertian dari mansukh?
3. Bagaimana syarat-syarat nasikh?
4. Bagaiaman rukun dari nasikh?
5. Apa jenis-jenis nasikh?
6. Bagaimana pola dari nasikh dan mansukh?
7. Bagaimana cara mengetahui nasikh dan mansukh?
8. Apa kitab-kitab tentang nasikh?
C. Tujuan Penulisan
1
Al-Anbiya’ (21): 107
2
Jalaluddin al-Suyuti, Al-Itqan fi Ulum Al-Qur’an (Bairut: Dar al-fikr,t.t),II: 20
1
2
PEMBAHASAN
3
Muhammad Abd al-`Azhim al-Zarqani, Manahil al-Irfan fî Ulum al-Qur`an, (Kairo: `Isa al-Babi al-
Halabi, 1957), hlm. 175. Lihat pula Jalal al-Din al-Suyuthi, al-Itqan fî Ulum al-Qur`an,
(Beirut: Dar al-Fikr, 1979), hlm. 200. Lihat pula Supiana dan M. Karman, Ulumul al-Quran dan
Pengenalan Metode Tafsir, (Bandung : Pustaka Islamika, 2002), hlm. 149.
4
Moh. Nor Ichwan, Studi Ilmu-Ilmu al-Quran, (Semarang : RaSail Media Group, 2002), hlm.108.
5
M. Quraish Shihab, Membumikan al-Quran, Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan,
(Bandung : Mizan, 2004), hlm. 143.
6
Abi Bakar Muhammad ibn Musa al-Hazimi al-Hamdzani, Al-`Itibar fî al-Nasikh wa alMansukh min
al-Atsar, (Pakistan: Jami`ah al-Dirasat al-Islamiyyah Karatisyi 1982), hlm. 52.
Lihat juga Muhammad Wafa`, Ahkam al-Naskh fî al-Syari`ah al-Islamiyyah, (Kairo: Dar
alThabi`ah al-Muhammadiyyah, 1984), hlm. 22-26
3
4
Ilmu Nasikh wa Mansukh hadits adalah ilmu pengetahuan yang membahas tentang
hadits yang datang kemudian sebagai penghapus terhadap ketentuan hukum yang
berlawanan dengan kandungan hadits yang datang lebih dahulu.
Para Muhadditsin memberikan ta’rif ilmu itu secara lengkap ialah:
هوالعلم ااذ ي يبحث عن االحاديث المتعارضة التلى اليمكن التو فيق بينها من حيث الحكم على بعضها
. فما ثبت تقد مه كان منسوخا وما تاخره كان ناسخا, وعلى بعضهااالخر بانه منسوخ,باء نه ناسخ
“Ilmu yang membahas tentang hadist-hadist yang berlawanan yang tidak dapat
dipertemukan dengan ketetapan yang datang terlebih dahulu disebut mansukh dan yang
datang kemudian disebut nasikh” 7
Atas dasar itu, dalil yang datang kemudian disebut nasakh (yang menghapus).
Sedangkan hukum yang pertama disebut mansukh (yang terhapus).8
B. Syarat-Syarat Nasikh
Ada sejumlah syarat yang harus terpenuhi agar nasikh dapat
dioperasionalkan. Namun syarat-syarat ini tidak baku, karena tidak ada kesepakatan antar
Ulama terkait hal ini. Diantara syarat-syarat terjadinya nasikh adalah sebagai berikut9:
1. Hukum yang dihapus adalah hukum syara’ yang bersifat amali.
2. Terdapat dua ayat hukum yang saling bertolak belakang dan tidak dapat
dikompromikan, serta tidak bisa diamalkan secara bersamaan.
3. Harus diketahui secara meyakinkan perurutan turunnya ayat-ayat tersebut, sehingga
yang lebih dahulu ditetapkan sebagai mansūkh sedangkan yang datang belakangan
ditetapkan sebagai nasīkh.
4. Hukum yang dihapus tidak terbatas oleh waktu. Sebab apabila sebuah hukum
dibatasi oleh waktu, keberlakuan hukum tersebut akan berakir dengan sendirinya.
5. Penghapusan berasal langsung dari Allah atau Nabi. Sebab penghapusan sebuah
hukum tidak bisa dilakukan melalui ijma’ atau qiyas.
6. Memenuhi syarat kontradiksi, antara lain, adalah persamaan subjek, objek, dan waktu.
7. Hukum yang di-naskh bukan hukum yang disepakati oleh akal sehat tentang baik
buruknya suatu perbuatan. Seperti kejujuran dan ketidakadilan untuk pihak yang
baik serta kebohongan dan ketidak adilan untuk yang buruk.
8. Ketentuan hukum yang mencabut atau nasīkh ditetapkan kemudian, karena pada
hakikatnya nasikh adalah untuk mengakhiri pemberlakuan ketentuan hukum yang
sudah ada.
7
Fachtur Rahman, Ikhtisar Musthalahul Hadits, (Bandung: PT.Al-Ma’arif, 1974) hlm. 331
8
Kahar Mansykur, Pokok-pokok Ulumul Qur`an, (Jakarta : Rineka Cipta, 2002), hlm.
135
9
Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an, h.162.
5
10
Ibn al-Jauzī, Nawāsikh al-Qur’ān, muḥaqiq, Muhammad Asyraf Alī al-Malibārī
(Madinah: Iḥya al-Turāts al-Islamī ,1984), h. 97
11
Rosihon Anwar, Ulum Al-Qur’an (Bandung: CV Pustaka Setia, 2008), Hlm. 165
12
Zuhaili, Ilmu Usul al-Fiqh al-Islami, jilid 2. Hlm. 967
6
ان رسول هللا صلى هللا عليه وسلم كان اول ماقد المد ينة نزل على احداده من االء نصاروانه صلى
.قبل بيت المقد س سته عشر شهرا اءوسبعه عشر شهر
Daripada al-Barra’ bin `Azib bahwa perkara yang dilakukan oleh Rasulullah S.A.W.
apabila sampai di Madinah ialah menemui datuk neneknya dari kalangan Ansar dan
baginda bersembahyang mengadap ke arah Baitul Maqdis selama enam belas bulan
atau tujuh belas bulan.
" ان هللا قد أعطى كل ذي حق: سمعت رسول هللا صلى هللا عليه وسم يقو ل: قال,عن ابي امامة
فال وصية لوارث" ابو داود,حقه
13
Zuhaili, Ilmu Usul al-Fiqh al-Islami, jilid 2. Hlm. 971
7
Terjadinya proses penghapusan (nasikh) ini bisa diketahui melalui empat cara yaitu
:14
1. Adanya penjelasan langsung dari syari’ yaitu Rasulullah. Contohnya sebagaimana
hadits tentang pelarangan ziarah kubur yang dihapus dengan perintah melakukannya.
ِ ت القُب
ُور َ سلَّ َم لَعَنَ زَ َّو
ِ ارا َ علَ ْي ِه َو َّ صلَّى
َ َُّللا ُ أَ َّن َر،َع ْن أَبِي ه َُري َْرة
َ ِسو َل هللا َ
“Bahwa Rasulullah SAW. Melaknat para perempuan peziarah kubur” (HR.
Tirmidzi).
وء ِم َّما
ِ ضُ س َّل َم ت َْركُ ْال ُو َ ُصلَّى هللا
َ علَ ْي ِه َو ُ آخ َر ْاِل َ ْم َري ِْن ِم ْن َر
ِ َّ سو ِل
َ َّللا ِ َ « َكان:َ قَال،ع ْن َجا ِب ٍر َ
»ارُ ت ال َّن
ِ غي ََّر َ
Diriwayatkan oleh Jabir, bahwa: “Adalah di antara dua perbuatan Rasulullah SAW.
ialah tidak berwudhu setelah makan sesuatu yang berubah karena dimasak.” (HR. Abu
Daud)
3. Melalui penelusuran sejarah keluarnya hadits, sebagaimana hadits Syaddad bin Aus
yang menjelaskan pembatalan puasa bagi orang yang bekam dan yang membekam.
14
Masyruri Mochtar, Kamus Istilah Hadis (Pasuruan: Pustaka Sidogiri Pondok Pesantren Sidogiri.
1435 H), hlm. 316.
8
Hadits ini muncul pada peristiwa penaklukan kota Mekkah kemudian di nasikh oleh
hadits Ibnu Abbas bahwa Nabi melakukan bekam, sedang beliau dalam keadaan ihram
dan puasa, dan itu terjadi pada peristiwa haji wada’.
.اج ُم َوال َمحْ ُجو ُم َ أَ ْف:َسلَّ َم قَال
ِ ط َر ال َح َ علَ ْي ِه َو َّ صلَّى
َ َُّللا َ ِ ع ِن النَّبِي
َ ،ٍع ْن َرافِ ِع ب ِْن َخدِيج
َ
Diriwayatkan dari Rafi’ bin Khadij, bahwa: Rasulullah SAW. bersabda “Batal
berpuasa bagi orang yang membekam dan yang dibekam.” (HR. Turmudzi)
َواحْ تَ َج َم َوه َُو،سلَّ َم احْ تَ َج َم َوه َُو ُمحْ ِر ٌم َ ُصلَّى هللا
َ علَ ْي ِه َو َّ ِ «أَ َّن النَّب:ع ْن ُه َما
َ ي َّ ي
َ َُّللا َ ض
ِ َّاس َر
ٍ عبَ ع ِن اب ِْن
َ
»صائِ ٌم
َ
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra. Bahwa Nabi SAW. berbekam sedang beliau dalam
keadaan berihram dan berpuasa. (HR. Bukhari)
4. Petunjuk ijma’ atau konsensus ulama’ sebagaimana hukum cambuk bagi peminum
minuman keras yang jika mengulangi sampai empat kali maka dibunuh. Menurut An-
Nawawi, ijma’ menunjukkan terjadinya nasikh. Ijma’, katanya, tidak bisa menghapus
dan tidak bisa dihapus. Akan tetapi, ia hanya menunjukkan adanya nasikh didalamnya.
15
Chadlori, Arif taufiqurrohman dkk, Fiqh wa Ushulihi, (Kudus: Perpusda
Jateng, 2009), hlm.47-48
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pengertian dari nasikh dan mansukh, nasikh adalah ilmu yang saling berlawanan maknanya
yang tidak mungkin dapat dikompromikan dari sgi hukum yang terdapat pada sebagiannya.
Nasikh adalah penghapus dan mansukh adalah yang dihapus
2. Rukun nasikh adalah sebagai berikut :
2.1 Adat naskh adalah pernyataan yang menunjukkan adanya pembatalan hukum yang
telah ada.
2.2 Nasikh yaitu dalil kemudian yang menghapus hukum yang telah ada. Pada hakiatnya
naskh itu berasal ari berasal dari Allah, karena Dialah yang membuat hukum dan
menghapusnya.
2.3 Mansukh yaitu hukum yang dibatalkan, yang dihapuskan, atau dipindahkan. Mansukh
‘anh yaitu orang yang dibebani hukum
3. Pola dari nasikh dan mansukh Hadits
3.1 Nasakh Hadis Dengan Hadis
Contohnya ialah hadis larangan menziarahi kubur dan menyimpan daging korban.
Larangan-larangan ini pada mulanya thabit dengan hadis dan hadis sendiri yang
membenarkannya. Oleh itu, nasakh ini dikatakan nasakh hadis dengan hadits.
3.2 Nasakh Hadis Dengan al-Qur’an
Contoh perpindahan kiblat dari Baitul Maqdis ke Ka`bah. Sembahyang dengan
mengadap ke arah Baitul Maqdis sememangnya thabit tetapi dengan hadis bukan al-
Qur’an. Al-Hazimi mengemukakan satu riwayat daripada al-Barra’ bin `Azib:
ان رسول هللا صلى هللا عليه وسلم كان اول ماقد المد ينة نزل على احداده من االء نصاروانه
.صلى قبل بيت المقد س سته عشر شهرا اءوسبعه عشر شهر
Daripada al-Barra’ bin `Azib bahawa perkara yang dilakukan oleh Rasulullah
s.a.w. apabila sampai di Madinah ialah menemui datuk neneknya dari kalangan Ansar
dan baginda bersembahyang mengadap ke arah Baitul Maqdis selama enam belas
bulan atau tujuh belas bulan.
Hadis ini telah dinasakhkan oleh ayat yang artinya:
10
11
" ان هللا قد أعطى كل ذي حق: سمعت رسول هللا صلى هللا عليه وسم يقو ل: قال,عن ابي امامة
فال وصية لوارث" ابو داود,حقه
16
Masyruri Mochtar, Kamus Istilah Hadis (Pasuruan: Pustaka Sidogiri Pondok Pesantren Sidogiri.
1435 H), hlm. 316.
13
17
Chadlori, Arif taufiqurrohman dkk, Fiqh wa Ushulihi, (Kudus: Perpusda
Jateng, 2009), hlm.47-48
14
DAFTAR PUSTAKA
Abd,Muhammad al-`Azhim al-Zarqani. 1957. Manahil al-Irfan fî Ulum al-Qur`an. Kairo: `Isa al-Babi
al-Halabi.
Nor,Moch Ichwan. 2002. Studi Ilmu-Ilmu Al-Quran. Semarang : Rasail Media Group.
Quraish M Shihab. 2004. Membumikan al-Quran,Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan.
Bandung : Mizan.
Bakar,Abi Muhammad ibn Musa al-Hazimi al-Hamdzani. 1982. Al-`Itibar fî al-Nasikh wa
alMansukh min al-Atsar. Pakistan: Jami`ah al-Dirasat al-Islamiyyah Karatisyi.
Mansykur,Kahar. 2002. Pokok-pokok Ulumul Qur`an. Jakarta : Rineka Cipta.
Anwar,Rosihon. Ulum Al-Qur’an. 2008. Bandung: CV Pustaka Setia.
Mochtar,Masyuri. 2014. Kamus Istilah Hadis. Pasuruan: Pustaka Sidogiri Pondok Pesantren
Sidogiri.
Chadlori, Arif taufiqurrohman dkk. 2009. Fiqh wa Ushulihi. Kudus: Perpusda Jateng.
16