Anda di halaman 1dari 20

0

ILMU TAFSIR DAN TERJEMAHAN

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Makalah Mata Kuliah

AL-QUR’AN HADIST

Dosen Pengampu :

Ahmad Marzuki, S.Th.I. M.Pd.I.

Disusun oleh :

Kelompok 10A

1. Fendi (12204193026)

2. Siti Fitrotul Khoiriah (12204193133)

JURUSAN TADRIS MATEMATIKA

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG

MARET 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT., yang telah melimpahkan rahmat serta
hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik
meski banyak kekurangan didalamnya. Makalah ini membahas mengenai
“Ilmu Tafsir dan Terjemahan”.

Sholawat serta salam tetap terlimpahkan kepada Nabi Muhammad


SAW, yang membawa umatnya menuju agama yang dirahmati yakni Agama
Islam. Ucapan terima kasih tidak lupa kami sampaikan kepada:

1. Bapak Dr. H. Maftukhin, M.Ag. Selaku Rektor IAIN Tulungagung


yang telah memberikan kesempatan kepada kita untuk menuntut ilmu
di IAIN Tulungagung.

2. Ahmad Marzuki, S. Th.I. M.Pd.I. selaku dosen pengampu yang telah


memberikan tugas dan pengarahan kepada kami.

3. Teman–teman yang telah mendukung, bekerja sama serta memberikan


motivasi dan semangat kepada kami sehingga makalah ini dapat
terselesaikan dengan baik.

4. Semua pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan tugas


ini.

Penulis berupaya untuk dapat menyelesaikan makalah ini dengan sebaik –


baiknya. Namun makalah ini masih terdapat kekurangan dan kesalahan baik
yang disengaja maupun tidak. Oleh karena itu, penulis memohon maaf. Penulis
juga mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi penyempurnaan
makalah ini.

Tulungagung, Maret 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................... ii

BAB 1: PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ................................................................................ 1
C. Tujuan .................................................................................................. 1

BAB II: PEMBAHASAN

A. Pengertian Ilmu Tafsir dan Terjemah .................................................. 2


B. Sejarah Perkembangan Ilmu tafsir ....................................................... 4
C. Jenis-Jenis Ilmu Tafsir dan Terjemah .................................................. 7
D. Metode Tafsir ....................................................................................... 9
E. Contoh Kitab Tafsir Berbahasa Indonesia ........................................... 11
F. Syarat-Syarat Muffasir dan Penerjemah .............................................. 11

BAB III: PENUTUP

A. Kesimpulan .......................................................................................... 15
B. Saran ..................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Usaha penafsiran Al-Qur’an sebenarnya sudah dilakukan oleh Zaman
Rasulullah SAW, memandang Al-Qur’an sebagai Huddan (petunjuk) dan
Rahmatan (rahmat) bagi seluruh umat manusia. Hal ini menjadikan suatu
kemungkinan yang luas bagi penafsiran terhadapnya.
Susunan Al-Qur’an yang kurang sistematis juga merupakan alasan yang kuat
menjadikan penafsiran serta penggalian terhadap makna-makna ayat ayatnya
yang justru menjadikan tugas umat yang tidak akan berakhir. Dengan demikian
diharapkan umat muslim hendanya memahami tentang makna yang mendalam
dari Ilmu Tafsir, dan apa saja yang ada dalam Ilmu Tafsir agar diharapkan
untuk umat manusia khususnya muslim mengetahui makna-makna yang ada
dalam Al-Qur’an serta mengamalkannya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu pengertian Ilmu Tafsir dan Terjemah?
2. Bagaimana sejarah perkembangan ilmu tafsir?
3. Apa saja jenis-jenis ilmu tafsir dan Terjemah?
4. Bagaimana metode tafsir?
5. Apa saja kitab-kitab Tafsir berbahasa Indonesia?
6. Apa saja Syarat-syarat seorang mufassir dan Penerjemah?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian Ilmu tafsir dan Terjemah
2. Untuk mengetahui sejarah perkembangan Ilmu Tafsir
3. Untuk mengetahui Jenis-jenis Ilmu Tafsir dan Terjemah
4. Untuk mengetahui metode ilmu tafsir
5. Untuk mengetahui Kitab-kitab Tafsir berbahasa Indonesia
6. Untuk mengetahui Syarat-syarat seorang mufassir dan Penerjemah

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Ilmu Tafsir dan Terjemah


1. Pengertian Tafsir
Secara Bahasa kata tasir mengikuti pola taf’il, berasal dari kata Al-fasr
yang berarti ‘Menjelaskan, menyingkap, dan menampakan atau
menerangkan makna yang abstrak.”
Adapun pengertian tafsir menurut istilah ialah ilmu yang membahas
tentang cara pengucapan lafadz Al-Qur’an sesuai dengan yang dikehendaki
oleh Allah SWT, sehingga yang kurang jelas menjadi jelas, yang samar
menjadi tidak samar, yang sulit dipahami akan mudah dipahami dan yang
merupakan rahasia tidak menjadi rahasia lagi sesuai ukuran kemampuan
manusia.
Adapun pengertian ilmu tafsir dari beberapa ulama yaitu:
a. Menurut Al-Jazairi, tafsir adalah mensyarahkan lafal yang sulit difahami
oleh pendengaran dengan uraianyang menjelaskan maksutnya.
b. Menurut Abdul Az-Zarkani, Tafsir adalah ilmu yang membahas Al-
Qur’an dari segi pemahaman maknanya sesuai yang dikehendaki oleh
Allah SWT
c. Menurut Al-Jurjani, Tafsir merupakan penjelasan makna Al-Qur’an,
dari segi urutan, kisahnya, sebab turunnya, dengan mengemukakan
kalimat yang menunjukan pada makna secara terang.
d. Menurut Az-Zahabi, Tafsir merupakan ilmu yang membahas maksud-
maksud Allah yang terkandung dalam Al-Qur’an sesuai dengan
kemampuan manusia, maka ia mencakup hal-hal yang dibutuhkan untuk
memahami makna dan menjelaskan apa yang dikehendaki.1

e. Menurut Al-Zarkasy, tasfir adalah ilmu yang dipergunakan untuk


memahami Al-Qur’an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad dan

1
Ega Nur Fadillah, “Makalah Tafsir, Takwil, dan Terjemah”, diakses dari
https://www.kompasiana.com/eganurfadillah5648/5c11bfffbde5752d173098f5/makalah-tafsir-
takwil-dan-terjemah/, pada tanggal 24 april 2020 pukul 12.45.

2
menjelaskan makna-maknanya serta mengeluarkan hukum-hukum dan
hikumah-hikmahnya.
f. Menurut Quraish Shihab, Tafsir merupakan upaya pemahaman maksut
dari firman Allah sesuai dengan kemampuan manusia.
g. Menurut Ibrahim Anset, tafsir merupakan kegiatan yang menjelaskan
makna-makna Al-Qur’an dan menggali kandungannya, yang
mencangkup aspek aqidah, rahasia-rahasia, hikmah-hikmah, dan
hukum-hukum.
h. Menurut Abdul Muin Salim, Tafsir mencangkup empat konsep yaitu
tafsir sebagai kegiatan ilmiah untuk memahami Al-Qur’an; kegiatan
ilmiah untuk menjelaskan kandungan Al-Qur’an; pengetahuan yang
diperlukan untuk memahami Al-Qur’an; dan pengetahuan yang
diperoleh melalui kegiatan memahami Al-Qur’an .

Berdasarkan pengertian terdahulu maka yang dimaksudkan dalam hal ini


ialah menjadikan suatu disiplin ilmu tertentu sebagai paradigm dan cara
pandang dalam proses penggalian kandungan makna yang terkandung
dalam ayat-ayat Al-Qur’an.2

2. Pengertian Terjemah
Arti terjemah menurut Bahasa adalah “Salinan dari suatu Bahasa ke
Bahasa lain”. Adapun yang dimaksut dengan terjemah Al-Qur’an adalah
seperti dikemukakan oleh Ash-Shabuni, “Memindahkan Al-Qur,an ke
bahasa lain yang bukan bahasa arab dan mencetak terjemah ini kedalam
beberapa naskah agar dibaca oleh orang yang tidak mengerti Bahasa arab
sehingga dapat memahami kitab Allah SWT dengan terjemahan ini”
Proses terjemah bukanlah proses yang mudah, Bahasa asal yaitu Bahasa
arab yang memiliki lingkungan sosial budaya tertentu bahkan suasana
psikologis yang mengitari Bahasa tersebut. Tentu tidak mudah jika
dialihkan kebahasa lain. Terlebih lagi Bahasa arab mempunyai kaidah
tersendiri dalam konteks kitab suci.

2
Amang Fathurahman, Fathul Iltiham, “Pendalaman Ilmu Tafsir di PTAI Non tafsir”,
(Pasuruan: Be-A publisher, 2011), hlm. 10-12.

3
Adapun contoh terjemah yang dikemukakan oleh Irfan S Awwas adalah
terjemah Q.S 2:191 yang berbunyi “dan bunuhklah mereka dimana saja
kamu jumpai mereka. Dan usirlah mereka dari temapt mereka dari tempat
mereka mengusir kamu” Kata “Wahtuhum” yang diterjemahkan berarti
“bunuhlah” dalam Bahasa Indonesia berkonotasi individual, bukan antara
umat dan golongan kafir. Jelas terjemahan ini terdengar sangat
membahayakanhubungan sosial antara umat beragama. Seolah olah orang
islam boleh secara bebas membunuh orang kafir yang dijumpainya.
Apa yang diungkapkan diatas hanyalah contoh bahwa terjemahan
memiliki problemanya sendiri. Oleh karena itu, mencangkupnya
pemahaman terhadap Al-Qur’an dengan hanya mengandalkan terjemahan
tidak akan cukup. Oleh sebab itu juga diperlukan tafsir itu sendiri.3

B. Sejarah Perkembangan Ilmu Tafsir


sejarah perkembangan tafsir dibagi menjadi empat masa, yakni
1. Tafsir pada masa Nabi (7-8M)
Tafsir pertama kali ada sejak ayat-ayat Al-Qur’an itu diturunkan, hal
itu dibuktikan karena ada sejumlah ayat yang menjadi penjelas ayat
yang lainnya. Dalam hal ini penjelas atas ayat sebelumnya dinamakan
penafsiran. Disamping penerima wahyu Al-Qur’an, Nabi Muhammad
juga mendapat legitimasi untuk menafsirkan ayat ayat Al-Qur’an. Pada
saat Nabi Muhammad masih hidup, para sahabat mendapatkan
kesempatan untuk menanyakan ayat-ayat yang belum dipahami oleh
mereka. Akan tetapi Nabi Muhammad hanya menerangkan ayat-ayat
yang makna dan maksutnya tidak diketahui oleh sahabat. Sedangkan
untuk ayat-ayat yag mudah dipahami melalui aspek kebahasaan dan
memang ayat tersebut mudah untuk dinalar tidak akan dijelaskan oleh
Nabi. Penafsiran yang dilakukan oleh nabi selalu berdasar atas ilham
dari Allah dan biasanya menafsirkan dengan ayat Al-Qur’an yang lain
atau menggunakan ijtihad.
Seperti ketika nabi menasirkan Surah Al-Baqarah ayat 37
‫الر ِح ْي ُم‬ ُ ‫ع َل ْي ِه ۗ اِنَّ ٗه ه َُو الت َّ َّو‬
َّ ‫اب‬ َ ‫اب‬ ٍ ٰ‫فَتَلَ ّٰٓقى ٰا َد ُم ِم ْن َّربِ ٖه َك ِلم‬
َ َ ‫ت فَت‬

3
Azhari Akmal “Tafsir Ayat-Ayat Ekonomi”, (Bandung: Citapustaka Media Perintis, 2012),
hlm. 11.

4
Artinya: “Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari
Tuhannya, lalu Dia pun menerima tobatnya. Sungguh, Allah Maha
Penerima tobat, Maha Penyayang”

Kemudian Nabi menafsirkannya dengan Surah Al-A’raf Ayat 23


َ‫سنَا َوا ِْن َّل ْم ت َ ْغ ِف ْر لَنَا َوتَ ْر َح ْمنَا لَنَك ُْونَنَّ ِمنَ ا ْل ٰخس ِِر ْين‬
َ ُ‫قَ َاَل َربَّ َنا َظلَ ْمنَا ّٰٓ ا َ ْنف‬
Artinya: Keduanya berkata, “Ya Tuhan kami, kami telah menzalimi
diri kami sendiri. Jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi
rahmat kepada kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang rugi.”4

2. Tafsir pada massa sahabat (7-8M)


Setelah Rasulullah SAW wafat kegiatan tafsir berikutnya
dilakukan oleh sahabat-sahabat Nabi, tokoh tokohnya diantara lain
seperti Abu Bakar ash-Shiddiq, Umar al-Faruq, Ali bin Abi Thalib,
Abdullah Ibn Abbas, dan lain sebagainya. Sahabat menafsirkan
Alquran cenderung kepada penekanan arti lafadz yang sesuai serta
menambahkan pendapat agar mudah difahami, tafsir pada masa ini
menerangkan makna dari segi Bahasa dengan keterangan secara
ringkas.
Dalam menafsirkan ayat Al-Qur’an para sahabat memiliki metode
berikut:
1) Menafsirkan Al-Qur’an dengan Al-qur’an.
2) Mengambil dari tafsir nabi yang dihafal sahabat beliau.
3) Menafsirkan dari apa yang mereka sanggupi dari ayat ayat yang
mereka fahami.
4) Mengambil masukan dari apa yang mereka dengar.5
3. Tafsir pasa massa Tabi’in (9-19M)

4
M Isa HA. Rifqi Muhammad, Disertasi Doktor: “Pemetaan Tafsir Al-Qur’an Pada
Program Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan UIN Sunan
KalijagaYogyakarta”, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2011), hlm 13-15.

5
Muhammad Sakti, “Sejarah Perkembangan Tafsir Pada Masa Nabi, Sahabat, Tabi’in Sampai
Sekarang”, (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2011), hlm . 3-5.

5
Periode pada masa ini muncul pada saat meninggalnya sahabat nabi
yang bernama Abu Lufail al-Laisi. Sumber-sumber penafsiran pada
masa ini yakni
1) Al-Qur’an
2) Hadist-hadist Nabi SAW
3) Tafsir dari para sahabat Nabi
4) Cerita-cerita dari para Ahli kitab (israliyat)
5) Ijtihad

Sumber tafsir pada massa ini yakni berbentuk al-ma’sur, dan jika
ditinjau dari segi penafsiran mereka menggunakan metode ijmali.
Sedangkan untuk ruang lingkupnya masih meliputi bidang-bidang
ibadah, muamalah, jinayat, manakahayat, dan lain lain. Jadi tafsir pada
massa ini ruang lingkupnya hampir sama dengan masa sahabat.6

4. Tafsir pada massa kini (abad 20)


Dimana masa tabi’in diperkirana berakhir. Tasir Al-Qur’an pada era ini
menyadari kekurangan-kekurangan tertentu dari tafsir sebelumnyayang
dinilai tidak kompatibel dengan kebutuhan dan perkembanan zaman.
Oleh karena itu fenomena tafsir pada era kini bersifat kritis reormatif
(pembentukan kembali) terhadap metode dan pendekatan penafsiran Al-
Qur’an era pertengahan. Upaya penafsiran pada massa ini setidaknya
dibagi menjadi tiga, yakni:
1) Reformasi apologis: sebagai reformasi yang haluannya salafi
(ortodoks) karena terngiang-ngiang dengan masa kejayaan
islam. nuansa pembaruannya kekinian namun masih dengan
semangat masa lalu.
2) Reformasi profresif: reformasi yang haluannya pembaruan untuk
masa depan baru dengan modal gagasan-gagasan subtansif
dalam Al-Qur’an dan hadist.
3) Reformasi moderat: reformasi ini menginginkan perubahan
modern namun berbasis tradisi. Reformasi ini menyadari
kekuatan dan kebijakan-kabijakan warisan sejarah masa lalu

6
Nashruddin Baidan, “Perkembangan Tafsir Al-Qur’an di Indonesia”, (Solo: PT Tiga
Serangkai Pustaka Mandiri, 2003), hlm. 10.

6
sekaligus menyadari gerak dan semangat zaman sebagai fakta
sejarah.7

C. Jenis-jenis Ilmu Tafsir dan Terjemah


A. Jenis-jenis Ilmu Tafsir
Tafsir dikelompokan menjadi tiga, yakni Tafsir Bi al-ma’Tsur, Tafsir Bi al-
Ra’yi, dan Tafsir Bi al-Isyari
1. Tafsir Bi al-Ma’Tsur
Tafsir Bi al-Ma’Tsur adalah menjelaskan ayat Al-Qur’an dengan ayat
Al-Qur’an, Ayat Al-Qur’an dengan sunnah Rasulullah SAW, ayat Al-
Qur’an dengan perkataan sahabat. Sumber utama Tafsir Bi Al-MA’Tsur
adalah Al-Qur’an, sunnah, dan sahabat, sedang Tabi’in masih
diperdebatkan apakah masih dalam Tafsir Al-Ma’Tsur atau tidak.
Perbedaan pendapat itu didasari karena mayoritas Tabiin menerimanya
dari para sahabat. Ada beberapa cara penafsiran Bi al-Ma’tsur,
diantaranya:
a. Penafsiran Ayat-ayat Al-Qur’an dengan Al-Qur’an
b. Penafsiran Ayat-ayat Al-Qur’an dengan Hadist
c. Penafsiran Ayat-ayat Al-Qur’an dengan asar yang datangnya dari
para sahabat.
d. Penafsiran Ayat-ayat Al-Qur’an dengan Tabi’in8

2. Tafsir Bi al-Ra’yi
Berdasar pengertian etimologinya, ra’yu berarti keyakinan, analogi dan
itjtihad. Sedangkan dalam terminologi tafsir, yang dimaksut dengan
ra’yi ialah ijtihad. Dengan demikian tasit bi al-ra’yi sebagaimana yang
didefinisikan oleh al-Dzahabi ialah tafsir yang penjelasannya diambil
berdasarkan ijtihad dan pemikiran mufassir setelah mengetahui Bahasa
arab dan metodenya, dalil hukum yang ditunjukan, serta problema
penafsiran. Penafsiran ini disebut juga tafsir bi al-dirayah atau tafsir bi

7
Syukron Affani, “tafsir Al-Qur’an dalam Sejarah Perkembangannya”, (Jakarta: Kencana,
2019), hlm. 9-10.
8
Muhammad Arsad, “Pendekatan Dalam Tafsir”, Yurisprudentia, Vol. 4 No.2, 2018, hlm. 148.

7
al-ma’qul. Diantara penyebab kemunculan corak tafsir bi al-ra’yi adalah
semakin majunya ilmu-ilmu keislaman yang diwarnai dengan
kemunculan ragam disiplin ilmu, karya-karya para ulama, aneka warna
metode penafsiran, dan pakar dibidangnya masing-masing. Tafsir yang
terkenal diantara lain Tafsil Al jalalain, Tafsir Al Baidhawi, Tafsir Al-
Fakhrur Razi, Tafsir Abu Suud, dan lain sebagainya9
3. Tafsir Bi al-Isyari
Penafsiran corak Bi al-Isyari diartikan secara etimologi berarti
penunjukan, membeli Isyarat. Sedangkan definisi mengenai Tafsir Bi al-
Isyari adalah tafsir menakwilkan atau menasfisrkan ayat-ayat Al-Qur’an
tidak sesuai dengan makna Zahir ayat. Penafsiran dilakukan berdasarkan
Isyarat-isyarat yang ada atau bukti-bukti yang samardan dapat difahami
serta diketahui oleh orang orang yang punya ilmu dibidangnya punya
ketaqwaan yang tinggi. Kitab-kitab tasfir yang menggunakan penasiran
Bi al-Isyari antara lain:
1. Tafsir Alquranul Azim, abu Muhammad sahalibn Abdullah ibn isa
ibn Abdullah Al-Thusuri
2. Haqaiq Al tafsir, Abu abdulrahman Muhammad ibn al husain ibn
mussa al uzdi al salmi
3. Al bayan fi al haqaiq al quran, abu Muhammad Ruzbaihan ibn Abi
al Nasr al Baqi Al Syirazi10

B. Macam-macam Terjemah
Pada dasarnya ada tiga penerjemahan, yaitu:
1. Penerjemahan Maknawiyah Tafsiriyah, adalah menerangkan makna
atau kalimat dan mensyarahkannya, tidak terikat oleh leterleknya,
melainkan maknadan tujuan kalimat aslinya
2. Terjemahan Harfiyah Bi Al-Mitsili, adalah menyalin atau mengganti
kata dari Bahasa asli dengan kata kata sinonimnya kedalam Bahasa baru
dan terikat oleh Bahasa aslinya.

9
Muhammad Arsad, “Tafsir Bi Al-Ra’yi Sebagai Salah Satu Bentuk Penafsiran Al-Qur’an”,
Hunafa, Vol. 2 No. 2, 2015, hlm. 177.
10
Muhammad Arsed, Op. cit. hlm 160.

8
3. Terjemahan Harfiyah Bi Dzuni Al-mitsili, adalah menyalin atau
mengganti kata-kata Bahasa asli kedalam Bahasa lain dengan
memperhatikan urutan makna dan segi sastranya, menurut kemampuan
Bahasa baru dan terikat olah Bahasa aslinya.11
D. Metode Tafsir
Ilmu tafsir memiliki metode sendiri penafsirannya, daintaranya sebagai
berikut:
1. Metode at-Tahlili
Tahlili berasal dari bahasa Arab, hallala-yahallilu-tahlil yang berarti
mengurai atau menganalisis.12 At-t afsir at-tahlili ialah metode penafsiran
ayat-ayat al-Qur’an melalui pendeskripsian (penguraian) makna yang
terkandung dalam ayat-ayat al-Qur’an dengan mengikuti tata tertib susunan
atau urut-urutan surat-surat dan ayat-ayat al-Qur’an yang diikuti oleh
sedikit-banyak analisis tentang kandungan ayat itu. Metode tafsir at-tahlili
yang biasa disebut metode tajzi’i ini termasuk metode tafsir tertua usianya.
Tafsir at-tahlili memiliki kelebihan pada keluasan dan keutuhan
dalam memahami al-Qur’an. Melalui metode in, seseorang diajak serta
untuk memahami ayat dan surat dalam al-Qur’an secara menyeluruh dari
awal (surat al-Fatihah) hingga akhir (surat an-Nas). Dia menjelaskan kosa
kata dan lafadzh, menjelaskan arti yang dikehendaki, sasaran yang dituju
dan kandungan ayat, yaitu unsur-unsur i’jaz, balaghah, dan keindahan
susunan kalimat, serta menjelaskan apa yang dapat diambil dari ayat yaitu
hukum fiqih, dalil syar’i, arti secara bahasa, norma-norma akhlak, dsb.
Kelemahan dari metode tafsir at-tahlili ini, antara lain, kajian yang
kurang mendalam, tidak detail, dan tidak tuntas dalam pembahasan dan
penyelesaian topik-topik yang dibicarakan. Penafsiran al-Qur’an dengan
metode tafsir at-tahlili pun memerlukan waktu yang sangat panjang dan
menuntut ketekunan-kesabaran yang tinggi. Di sisi lain, jalan metode ini
pun “terseok-seok” atau tidak sistematis.

11
Muhamad Faiz, “Makalah Tafsir, Takwil, Dan Terjemah”, Kumpulan Makalah, Diakses dari
http://semuamakalahpembelajaran.blogspot.com/2017/06/makalah-tafsir-takwil-dan-
terjemahan.html, pada tanggal 15 Mei 2020 pukul 13.26
12
Malik Ibrahim, Corak dan Pendekatan Tafsir Al-Qur’an, Vol. 9, No. 3, Mei 2010, hlm.3

9
2. Metode al-Ijmali
Secara lughawi, kata al-ijmali berarti ringkasan, ikhtisar, global, dan
penjumlah. Jadi, tafsir al-ijmali ialah penafsiran al-Qur’an dengan cara
mengemukakan isi dan kandungan al-Qur’an melalui pembahasan yang
panjang dan luas, tidak secara rinci. Pembahasan tafsir al-ijmali hanya
meliputi beberapa aspek dan dalam bahasa yang sangat singkat. Misalnya,
Tafsir al-Farid lil al-Qur’an al-Majdid hanya mengedepankan arti kata-kata
(al-mufradah), sabab an-nuzul, dan penjelasan singkatnya. Adakalanya
juga mengedepankan al-mufradah, lalu sabab an-nuzul dan al-ma’na
(penjelasan), atau mendahulukan al-ma’na dan sabab an-nuzul.
Penafsiran al-Qur’an dengan metode ijmali (global) tampak
sederhana, mudah, praktis, cepat, dan pesan-pesan al-Qur’an yang
disampaikan mudah ditangkap. Tetapi di sisi lain, karena tafsir ijmali ini
bersifat simplisitis sehingga telaah dan kajiannya terlalu dangkal,
berwawasan sempit, dan parsial (tidak komprehensif).
3. Metode al-Muqaran
Tafsir al-muqaran ialah tafsir yang menggunakan pendekatan
perbandingan antara ayat-ayat al-Qur’an yang redaksinya berbeda padahal
isi kandungannya sama, atau antara ayat-ayat yang redaksinya mirip
padahal isi kandungannya berlainan. Metode komparasi (manhaj al-
muqaran) ialah menafsikan ayat-ayat al-Qur’an yang selintas tampak
berlawanan dengan hadis padahal sebenarnya sama sekali tidak
bertentangan.
At-tafsir al-muqaran juga bisa dilakukan dengan membandingkan
antar aliran tafsir dan antara mufassir yang satu dengan lainnya.
Perbandingan itu bisa juga berdasarkan perbedaan metode. Jadi, metode
penafsiran perbandingan memiliki objek yang sangat luas dan banyak.
Bentuk penafsiran yang dimaksud bisa berupa perbandingan antara ayat-
ayat al-Qur’an yang redaksinya berbeda, tetapi maksudnya sama atau ayat-
ayat yang menggunakan redaksi mirip, tetapi maksudnya berlainan.
Seperti pendekatan dan metode tafsir lainnya, pendekatan tafsir al-
muqarin tidak terlepas dari kelebihan dan kekurangan. Kelebihan metode

10
tafsir ini adalah bersifat objektif, kritis, dan berwawasan luas, sedangkan
kelemahannya adalah bahwa metode ini tidak bisa digunakan untuk
menafsirkan semua ayat al-Qur’an seperti halnya tafsir at-tahlili dan al-
ijmali.13
4. Metode al-Maudhu’i
Tafsir al-maudhu’i merupakan tafsir yang berdasarkan tema, yaitu memilih
satu tema dalam al-Qur’an untuk kemudian menghimpun seluruh ayat al-
Qur’an yang berkaitan dengan tema tersebut baru kemudian ditafsirkan
untuk menjelaskan makna tema tersebut. Metode ini adalah metode tafsir
yang berusaha mencari jawaban al-Qur’an dengan cara mengumpulkan
ayat-ayat al-Qur’an yang mempunyai tujuan satu, yang bersama-sama
membahas topik atau judul tertentu dan menertibkannya sesuai dengan masa
turunnya selaras dengan sebab-sebab turunnya, kemudian memperhatikan
ayat-ayat tersebut dengan penjelasan-penjelasan, keterangan-keterangan,
dan hubungan-hubungannya dengan ayat-ayat lain kemudian mengambil
hukum-hukum darinya.14
E. Kitab-Kitab tafsir Berbahasa Indonesia

Berikut ini karya-karya tafsir yang ditulis dengan memakai bahasa


Indonesia, antara lain:

1. Tafsir Al-Furqan karya A. Hasan;


2. Tafsir Al-Qur’an Al-Karim karya Mahmud Yunus;
3. Tafsir Al-Azhar karya Hamka;
4. Tafsir Al-Munir dan Tafsir Al-Bayan karya Hasbi Ash-Shiddiqie;
5. Tafsir Rahmat karya Oemar Bakry;
6. Tafsir Gelombang Tujuh karya KH. Abdullah Tufail;
7. Al-Qur’an dan Tafsirnya karya tim Departemen Agama RI dan;
8. Tafsir Al-Mishbah karya M. Quraish Shihab.

F. Syarat-Syarat Seseorang Menjadi Mufassir dan Terjemah

13
Ahmad Izzan, Metodologi Ilmu Tafsir,(Bandung: Humaniora, 2010), hlm. 103-114
14
Muh. Maksum, Ilmu Tafsir dalam Memahami Al-Qur’an, ..., hlm. 12

11
1. Mufassir merupakan orang yang menafsirkan suatu kitab, oleh karena itu,
seorang mufassir memilki Syarat-syarat tertentu. Syarat-Syarat Seorang
Mufassir menurut para ulama yang harus dipenuhi ialah sebagai berikut:
a. Mengetahui bahasa Arab dan seluruh aspeknya berupa nahmu,
sharaf dan etimologi.
Imam Malik berkata, “Orang yang tidak mengerti bahasa Arab
yang datang kepadaku untuk menafsirkan Al-Qur’an, niscaya kubuat
dia mencabut perkataannya.” Mujahid berkata, “Tidak boleh bagi
orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir untuk
membicarakan Kitabullah bila ia tidak menguasai lahjah/dialek
orang-orang Arab.”
b. Mengetahui ilmu balaghah seperti ilmu ma’any, bayan, dan badi’.
Terkadang kata-kata dalam Al-Qur’an adalah berupa isti’arah,
kinayah, dan majaz yang tidak bisa diartikan secara lahir tapi
memerlukan ilmu lainnya.
c. Mengetahui ushul fiqh.
d. Mengetahui asbabun nuzul.
e. Mengetahui nasikh dan mansukh.
f. Mengetahui ilmu Qira’at.
g. Ilmu mauhibah, yakni ilmu yang diberi langsung dari Allah SWT.
Ilmu ini akan didapat oleh orang yang mengamalkan ilmunya dengan
benar karena Allah SWT membukakan hati orang itu untuk memahami
rahasia kalam-Nya. Ilmu ini merupakan buah dari ketaqwaan dan keikhlasan
yang tidak akan didapat oleh orang yang hatinya terdapat bid’ah, takkabur,
rakus dunia, dan gemar maksiat.
Nabi SAW bersabda: “Siapa yang mengamalkan apa yang
diketahuinya, maka Allah akan mewariskan kepadanya ilmu yang tidak
diketahuinya.” (Terdapat di dalam Al-Itqan).
Adapun berikut ini adab-adab yang harus diperhatikan oleh seorang
mufassir, yaitu:
a. Berniat baik dan bertujuan benar
b. Berakhlak baik

12
c. Taat beramal
d. Jujur dan teliti dalam penukilan
e. Tawadu’
f. Berjiwa mulia
g. Vokal dalam menyampaikan kebenaran
h. Berpenampilan baik
i. Bersikap tenang dan mantap
j. Mendahulukan orang yang lebih utama daripadanya
k. Mempersiapkan dan menempuh langkah-langkah penafsiran
secara baik.15
2. Sedangkan orang yang menjadi penerjemah suatu kitab ke dalam Bahasa
lain disebut penerjemah,
Syarat-Syarat Seorang Penerjemah
Seseorang yang bermaksud menjadi penerjemah , maka orang
tersebut diwajibkan memenuhi kriteria-kriteria sebagai berikut.
a. Mengetahui bahasa asli dan bahasa penerjemahan,
b. Mengetahui karakteristik, gaya dua bahasa tersebut,
c. Menjaga ketepatan makna dan maksud secara konsisten dan,
d. Menggunakan redaksi terjemah tertentu dari bahasa lainnya
Di samping persyaratan di atas, terdapat dua syarat tambahan yang
harus dimiliki.
a. Tersedianya perbendaharaan kata di dalam bahasa penerjemahan yang
seimbang dengan ragam kata yang terdapat dalam bahasa asli, sehingga
memungkinkan terealisasikannya terjemahan harfiyah sepadan dengan
aslinya, sesuai dengan namanya terjemah harfiyah.
b. Adanya keserupaan dalam pembendaharaan kata ganti, kata sambung yang
merangkai suatu kalimat dalam susunan lengkap, baik keserupaan dalam
hal partikel-partikel kata dan posisi-posisinya. Tuntutan keserupaan ini

15
Juhana Nasrudin, Kaidah Ilmu Tafsir Al-Qur’an Praktis, (Yogyakarta: Deepublish, 2017),
hlm. 280-281

13
karena terjemahan harfiyah akan mengikuti pola susunan kalimat
aslinya.16

16
Amroeni Drajat, Ulumul Qur’an: Pengantar Ilmu-Ilmu Al-Qur’an, (Jakarta: Kencana, 2017),
hlm. 132-133

14
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Ilmu Tafsir merupakan ilmu yang membahas tentang cara pengucapan
lafadz Al-Qur’an sesuai dengan yang dikehendaki oleh Allah SWT. Ilmu tafsir
ini penting Karen ilmu Tafsir ini memiliki fungsi menjelaskan suatu bacaan yang
masih terdengar samar, atau mengulas suatu bacaan yang sulit dimengerti
menjadi bacaan yang lebih mudah dimengerti hanya semata-mata lebih mengerti
maksut dari Al-Qur’an tentang apa yang dikehendaki oleh Allah. Sedangkan
terjemahan merupakan pemindahkan Bahasa Al-Qur,an ke bahasa lain yang
bukan bahasa arab dan mencetak terjemah ini kedalam beberapa naskah agar
dibaca oleh orang yang tidak mengerti Bahasa arab sehingga dapat memahami
kitab Allah SWT dengan terjemahan ini
Walaupun secara pengertian dan kandungan Ilmu tafsir dan Terjemahan
memiliki perbedaan, tetapi nyatanya kedua ilmu ini memiliki sudut pandang dan
tujuan yang sama, yakni menjelaskan Arti dan maksut ayat dalam Al-Qur’an
yang sesungguhnya dengan apa yang benar-benar dikehendaki oleh Allah SWT.
Sehingga tidak akan terjadi kekeliruan atau kesalahfahaman dalam mengupas
makna sesunggunya dari apa yang ada pada Al-Qur’an sesungguhnya.
B. SARAN

Penyusun menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh


karenanya makalah ini masih perlu perbaikan dan penyempurnaan melalui
kritikan dan saran dari pembaca sekalian. Semoga makalah yang sederhana ini
dapat memberi manfaat bagi kita semua. Aamiin

15
DAFTAR PUSTAKA

Nur Fadillah, Ega. 2015. Makalah Tafsir, Takwil, dan Terjemah. Kompasiana.
diakses dari
https://www.kompasiana.com/eganurfadillah5648/5c11bfffbde5752d173098f5/ma
kalah-tafsir-takwil-dan-terjemah/, pada tanggal 24 april 2020 pukul 12.45.

Fathurahman, Amang Iltihim, Faithul. 2011. Pendalaman Ilmu Tafsir di PTAI


Non tafsir. Pasuruan: Be-A publisher,2011.

Akmal, Azhari. 2012. Tafsir Ayat-Ayat Ekonomi. Bandung: Citapustaka Media


Perintis

Muhammad, Rifqi.2011. Disertasi Doktor: Pemetaan Tafsir Al-Qur’an Pada


Program Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan UIN Sunan
KalijagaYogyakarta. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah. hlm 13-15

Sakti, Muhammad. 2011. Sejarah Perkembangan Tafsir Pada Masa Nabi,


Sahabat, Tabi’in Sampai Sekarang . Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga.

Baidan, Nashruddin. 2003. Perkembangan Tafsir Al-Qur’an di Indonesia. Solo:


PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.

Affani, Syukron. Tafsir Al-Qur’an dalam Sejarah Perkembangannya. Jakarta:


Kencana.

Arsad, Muhammad. 2018. Pendekatan Dalam Tafsir. Yurisprudentia. 4(2). hlm.


148.

Arsad, Muhammad. 2015. Tafsir Bi Al-Ra’yi Sebagai Salah Satu Bentuk


Penafsiran Al-Qur’an. Hunafa. 2(2). hlm. 177.

Faiz, Muhammad. 2017. Makalah Tafsir, Takwil, Dan Terjemah. Kumpulan


Makalah, Diakses dari

16
http://semuamakalahpembelajaran.blogspot.com/2017/06/makalah-tafsir-takwil-
dan-terjemahan.html, pada tanggal 15 Mei 2020 pukul 13.26.

Ibrahim, Malik. 2010. Corak dan Pendekatan Tafsir Al-Qur’an. Tafsir Al-Qur’an.
9(3). hlm. 3.

Izzan, Ahmad.2010. Metodologi Ilmu Tafsir. Bandung: Humaniora.

Maksum, Muh. Ilmu Tafsir dalam Memahami Al-Qur’an, ..., hlm. 12.

Nasrudin, Juhana. 2017. Kaidah Ilmu Tafsir Al-Qur’an Praktis. Yogyakarta:


Deepublish.

Drajat, Amroeni. 2017. Ulumul Qur’an: Pengantar Ilmu-Ilmu Al-Qur’an. Jakarta:


Kencana.

17

Anda mungkin juga menyukai