Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

URGENSI MEMPELAJARI TAFSIR DAN HADITS TARBAWI

Dosen Pengampu :

Dr.Hj. Nyimas Anisa Muhamad, MA

Disusun Oleh
Andrini Lita Laksita

PROGRAM STUDI MEGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
TAHUN AJARAN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga
kami dapat menyusun makalah ini tepat pada waktunya. Tidak lupa kami juga
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari seluruh komponen yang telah
membantu dalam penyelesaian makalah yang berjudul Urgensi Mempelajari Tafsir
Dan Hadits Tarbawi. Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, serta seluruh Masyarakat Indonesia
khususnya para mahasiswa untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah ini agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin


dalam pembuatan makalah kali ini masih banyak ditemukan kekurangan, oleh karena itu
kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Indralaya , 04 November 2023


DAFTAR ISI

Kata pengantar
Daftar isi
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 4
A. Latar Belakang .......................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah .................................................................................... 5
C. Tujuan masalah ........................................................................................ 5
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................. 6
A. Definisi dan tafsir tarbawi.................................................................... 6
B. Definisi dan istilah hadist tarbawi........................................................... 7
C. Urgensi mempelajari hadist dan tafsir tarbawi........................................ 8
BAB III PENUTUP........................................................................................................ 16
A. Kesimpulan .................................................................................................... 16
B. Saran ............................................................................................................. 16
Daftar Pustaka
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tafsir tarbawi merupakan ijtihad akademisi tafsir, berupaya mendekati


al-Qur'an melalui sudut pandang pendidikan, baik dari segi teoritik maupun
praktik. Ijtihad ini diharapkan dapat mewacanakan sebuah paradigma tentang
konsep pendidikan yang dilandaskan kepada kitab suci al-Qur'an.

Dengan demikian, petunjuk kitab suci diharapkan mampu


diimplementasikan sebagai nilai-nilai dasar dalam pendidikan.
Jika wacana ini dapat dilihat sebagai nominasi alternatif suatu model
pendekatan, tafsir tarbawi dapat dijadikan sebuah tawaran dalam proses kajian
dan pembelajaran kitab suci dengan menggunakan pisau analisis pendidikan
(logo analysis educative).

Al-Qur'an memandang bahwa pendidikan merupakan persoalan pertama


dan utama dalam membangun dan memperbaiki kondisi umat manusia di dunia.
Ajaran yang terkandung di dalamnya mencakup akidah tauhid, akhlak mulia,
dan aturan-aturan mengenai hubungan vertikal dan horizontal ditanamkannya
melalui pendidikan tersebut. Itu berarti pendidikan merupakan kata kunci untuk
kemajuan bangsa karena maju tidaknya suatu bangsa selalu diukur dengan mutu
dan penyelenggaraan pendidikan yang dimiliki suatu bangsa.

Pendidikan yang ditawarkan al-Qur'an memperlihatkan perbedaan yang


cukup berarti jika dibandingkan dengan pendidikan konvensional. Perbedaan itu
terlihat jelas pada prinsip dasar pembangunan pendidikan tersebut, pendekatan
belajar, orientasi penyelenggaraannya dan sumber ilmunya.

Prinsip dasar pendidikan Islam adalah akidah tauhid dan Islam


memandang ilmu yang dipelajari bersumber dari Allah. Maka pembelajarannya
bercorak imani, dan pendekatan dalam pembelajarannya bernuansa akidah
tauhid. Demikian pula orientasinya yang juga menuju penguatan keimanan, dan
pembelajarannya selalu dilakukan dengan pendekatan spiritual. Sebab, Islam
memandang bahwa ilmu itu bersumber dari Allah, maka spiritual menjadi suatu
pendekatan yang tidak dapat diabaikan. Prinsip utama pembangunan dan
penyelenggaraan pendidikan Islam adalah akidah tauhid, ini berarti bahwa
pendidikan dalam perspektif al-Qur'an bukan penguasaan ilmu, tetapi
penanaman dan pengembangan akidah tauhid. Ilmu dipandang hanya sebagai
alat transformasi pembangunan akidah tersebut melalui wadah pendidikan.
Karena itu keberhasilan pendidikan tidak hanya ditandai dengan penguasaan
pengetahuan tetapi juga mencerminkan keimanan kepada Allah.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian dari tafsir tarbawi ?
2. Bagaimana pengertian hadits tarbawi?
3. Bagaimana urgensi mempelajari hadist dan tafsir tarbawi ?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian dari tafsir tarbawi
2. Untuk mengetahui pengertian hadits tarbawi
3. Untuk mengetahui urgensi mempelajari hadist dan tafsir tarbawi
BAB II
PEMBAHASAN
A. Tafsir Tarbawi
a. Pengertian tafsir tarbawi

Tafsir didefinisikan secara bahasa yang berarti menugungkap dan


menampakkan (‫) واإلظهار الكشف‬, kata Tafsir (‫ ) التفسير‬merupakan bentuk masdar dari
kata fassara ( ‫)فّسر‬, Tafsir juga bisa bermakna alIdoh wa al-Tabyiin (‫) والتبيين اإليضاح‬
yakni menerangkan dan menjelaskan. Sebagaimana dalam [QS. al-Furqon: 33]
disebutkan

‫َو اَل َي ْأُتْو َن َك ِبَم َث ٍل ِااَّل ِج ْئ ٰن َك ِباْلَح ِّق َو َاْح َس َن َت ْف ِس ْيًر ا‬


“Tidaklah orang-orang musyrik itu datang kepadamu -wahai Rasul- dengan
membawa usulan yang mereka katakan, melainkan Kami datangkan kepadamu
suatu jawaban yang benar lagi tegas dan yang paling baik penjelasannya (jelas dan
terperinci)1.

Dalam kaitannya dengan kata, tafsir berarti menjelaskan makna kata yang sulit
dipahami sehingga kata tersebut dapat dipahami maknanya. Dalam pendapat yang
lain, kata tafsir ini diambil dari kata tafsiroh yang berarti suatu perkakas yang
dipergunakan tabib untuk mengetahui penyakit orang lain. Dengan demikian,
secara etimologis kata tafsir adalah digunakan untuk menunjukkan maksud
(menjelaskan, mengungkap, menerangkan) suatu masalah yang masih kabur, samar
dan belum jelas.

Tema pendidikan ini secara implisit dapat dipahami dari wahyu yang pertama
diturunkan kepada Nabi sebagai spirit terhadap tugas kependidikan yang pertama
dan utama yang dilakukan Nabi sesudah menerima wahyu Q.S. al-Alaq 1-5:

1
Muhammad Husein al-Dzahabi, at-Tafsir wal Mufassirun, (Mesir: Darul Maktub al-Hadistah, 1976), 13.
“Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan. Yang menciptakan manusia
dari gumpalan darah. Bacalah demi Tuhanmu yang paling Pemurah. Yang mengajar
dengan perantaraan kalam. Yang mengajar manusia apa-apa yang tidak diketahui.”
(Q.S. al-‘Alaq : 1 – 5)

Iqra’ sendiri dalam kaidah shorof adalah fi’il amar atau perintah membaca,
adalah kata pertama dari wahyu pertama yang diterima oleh Nabi Muhammad
SAW. Kata ini sedemikian pentingnya sehingga diulang dua kali dalam rangkaian
wahyu pertama. Mungkin mengherankan bahwa perintah tersebut ditujukan
pertama kali kepada seseorang yang tidak pernah membaca suatu kitab sebelum
turunnya Al-Qur‟an, bahkan seorang yang tidak pandai membaca suatu tulisan
sampai akhir hayatnya. Namun, keheranan ini akan sirna jika disadari arti kata iqra’
dan disadari pula bahwa perintah ini tidak hanya ditujukan kepada pribadi Nabi
Muhammad SAW semata-mata, tetapi juga untuk umat manusia sepanjang sejarah
kemanusiaan, karena realisasi perintah tersebut merupakan kunci pembuka jalan
kebahagiaan hidup duniawi dan ukhrawi.

b. Tafsir tarbawi : Tinjauan Al-Qur’an tentang term kecerdasan

Bagaimana Al-Qur’an sebagai kitab dan tuntunan hidup paripurna bagi


umat islam memposisikan hal-hal terkait dengan kecerdasan? Banyak sekali
ayat yang menantang manusia untuk mengembangkan kecerdasannya.

Allah menggunakan redaksi atau term yang sangat erat hubungannya


dengan kecerdasan, yakni akal. Manusia disindir, apakah kalian tidak berpikir,
apakah kalian tidak menggunakan akal, apakah kalian tidak merenungkan
kebesaran Allah dan lain-lain. Oleh karena itu pada bagian selanjutnya, akan di
bahas Tafsir Pendidikan, bagaimana Al-Qur’an menyajikan term-term tentang
kecerdasan.

Ada 5 term utama yakni Ta’qilûn (Albaqarah[2]:242), yatafakkarûn (ali


Imran[3]:191), yatadabbarûn (an-Nisa[4]:82), tafqahûn (al-Isra[17]:44), dan
tadzakkarûn (an-Nur [24]:1).
Ta’qilûn, Yatafakkarûn, Yatadabbarûn, Tafqahûn, Dan Tadzakkarûn, 5
Kata Dalam Al-Qur’an Yang Mewakili Term Kecerdasan

1) Ta’qilûn, (Tafsir surat al-Baqarah [2], ayat 242)

‫َك ٰذ ِلَك ُيَبِّيُن ُهّٰللا َلـُک ۡم ٰا ٰي ِتٖه َلَع َّلُك ۡم َتۡع ِقُلۡو َن‬
“Demikianlah Allah menerangkan kepadamu ayat-ayat-Nya (hukum-
hukum-Nya) supaya kamu memahaminya”

Tafsir munasabah dengan pendidikan

Pada ayat 242 surat al-Baqarah ada kata yang berbunyi


la’allakum ta’qilûna, yang diartikan supaya kamu memahaminya. Kata
ta’qilûna terkait dengan term kecerdasan. Hal ini menunjukkan bahwa
Al-Quran memberikan perhatian penting terhadap masalah kecerdasan.
Masalah kecerdasan terkait dengan akal. Yang membedakan manusia
dengan hewan adalah karena manusia memiliki akal. Akal sudah
mendapatkan penghargaan yang cukup tinggi sejak dahulu kala.

Dari rangkaian ayat 238-242 surat al-Baqarah di atas dapat


disimpulkan bahwa untuk mencapai pemahaman, manusia harus
melalui proses, dengan mendayagunakan akalnya, manusia
memperhatikan ayat-ayat Allah, hukum-hukum dan syariat yang sudah
Allah jelaskan di dalam Al-Qur’an. Segalanya sudah Allah jelaskan di
dalam Al-Qur’an, maka tugas manusia adalah memaksimalkan potensi
akalnya untuk sampai kepada pemahaman tertentu. Pemahaman itu
tidak hanya diaplikasikan dalam hal hubungan dengan Allah saja
melalui ibadah shalat, akan tetapi bagaimana manusia bisa
mengaplikasikan hukum dan syraiat yang sudah Allah tetapkan dalam
Al-Qur’an dalam hubungaannya terhadap sesama manusia. Selain itu
terdapat sinyal bahwa kepahaman seseorang bisa diukur sejauh mana
seorang laki-laki menghargai wanita.
2) Yatafakkarûn, (Tafsir Surat Ali Imran [3], ayat 191)

‫ٰل‬
‫اَّل ِذ ْي َن َي ْذ ُك ُرْو َن َهّٰللا ِقَي اًم ا َّو ُقُع ْو ًد ا َّو َع ى ُج ُن ْو ِبِه ْم َو َي َتَفَّك ُرْو َن ِفْي َخ ْل ِق‬
‫الَّس ٰم ٰو ِت َو اَاْلْر ِۚض َر َّب َن ا َم ا َخ َلْق َت ٰه َذ ا َباِط ۚاًل ُسْب ٰح َن َك َفِقَن ا َع َذ اَب الَّن ار‬
”( yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk
atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang
penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah
Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka
peliharalah Kami dari siksa neraka”.

Tafsir munasabah dengan pendidikan


Term yang juga berkaitan dengan kecerdasan adalah berpikir.
Berpikir erat kaitannya dengan akal dan pemahaman sebagaimana
pembahasan term ta’qilûn. Untuk mencapai pemahaman dengan
akalnya, maka manusia harus berpikir. Akal yang digunakan untuk
proses berpikir akan sampai pada pengetahuan tertentu.
Term yatafakkarûn (berpikir) masih termasuk dalam domain
ranah kognitif. Ranah kognitif ini merupakan ranah psikologis yang
terpenting bagi siswa. Ranah kejiwaan yang berkedudukan pada otak ini
dalam perspektif psikologi kognitif merupakan sumber sekaligus
pengendali ranah kejiwaan lainnya, yakni ranah afektif (rasa), dan
psikomotor (karsa). Tidak seperti organ tubuh yang lain, otak sebagai
markas fungsi kognitif bukan hanya menjadi penggerak aktivitas akal
pikiran, melainkan juga menjadi pengontrol aktivitas perasaan dan
perbuatan. Ia terus bekerja tanpa mengenal batas waktu. Ketika
seseorang kehilangan fungsifungsi kognitif karena kerusakan otak,
maka martabat manusia hanya berbeda sedikit dengan hewan.

3) Yatadabbarûn, (Tafsir Surat an-Nisa [4], ayat 82)

‫َاَفاَل َيَتَد َّبُرْو َن اْلُقْر ٰا َن ۗ َو َلْو َك اَن ِم ْن ِع ْنِد َغْيِر ِهّٰللا َلَو َج ُد ْو ا ِفْيِه اْخ ِتاَل ًفا َك ِثْيًرا‬
“Maka Apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran? kalau kiranya
Al Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat
pertentangan yang banyak di dalamnya.”

Tafsir munasabah dengan pendidikan

Term tadabbur dalam ayat di atas lebih di fokuskan pada


perhatian. Perhatian adalah pemusatan konsentrasi dari seluruh aktivitas
manusia yang ditujukan pada suatu atau sekumpulan objek. Diartikan
juga penyeleksian terhadap stimuli yang diterima individu.

Perhatian dengan memperhatikan bisa dikategorikan dalam ranah


afektif, yaitu ranah yang berkaitan dengan nilai dan sikap. Sesuatu akan
diperhatikan apabila menarik. Menarik atau tidaknya sesuatu tergantung
pada sudut pandang yang melihatnya. Apabila sesuatu itu penting,
bermanfaat, dan menarik, maka akan mendapatkan perhatian. Untuk
mendapatkan ilmu, murid harus memperhatikan apa yang disampaikan
guru. Memperhatikan membutuhkan energi yang besar. Hasilnya akan
berbeda, misal, ada seseorang yang sekedar membaca Al-Qur’an, ada
juga yang memperhatikannya.

Perhatian bukan pekerjaan asal-asalan, dan hasilnya juga akan


maksimal. Supaya guru mendapatkan perhatian murid, maka dia harus
memiliki kemampuan instruksional yang mumpuni. Pengelolaan kelas,
membuka dan menutup pengajaran, mengatasi kegaduhan,
menggunakan metode yang menarik, dan sebagainya. Apabila seorang
guru biasa-biasa saja, maka dia tidak akan bisa mencuri perhatian
murid.

4) Tafqahûn, (Tafsir Surat al-Isra [17], ayat 44)

‫ُتَس ِّبُح َلُه ٱلَّس َٰم َٰو ُت ٱلَّسْبُع َو ٱَأْلْر ُض َو َم ن ِفيِهَّن ۚ َو ِإن ِّم ن َش ْى ٍء ِإاَّل ُيَس ِّبُح ِبَحْمِدِهۦ َو َٰل ِكن اَّل َتْفَقُهوَن‬
‫َتْس ِبيَح ُهْم ۗ ِإَّن ۥُه َك اَن َح ِليًم ا َغ ُفوًرا‬
“Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih
kepada Allah. dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-
Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya
Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun”.

Tafsir munasabah dengan pendidikan

Pengertian dan pemahaman sangat berpengaruh dalam proses


pembelajaran, dan sangat erat kaitannya dengan kecerdasan seseorang.
Walapun rupa atau wujudnya emas, tapi kalau dikalungkan di leher
kambing maka tidak akan ada manfaatnya, karena kambing tidak tahu
bahwa emas itu akan membuatnya lebih menawan. Berbeda dengan
ketika emas berupa perhiasan tersebut dipakai oleh manusia berjenis
kelamin perempuan, maka sungguh menakjubkan.

Dalam kegiatan pembelajaran selain dibutuhkan pengertian


dibutuhkan juga pemahaman. Dari ayat tersebut bisa ditarik sebuah
manfaat, bahwa dalam usaha menyampaikan atau transfer ilmu terhadap
murid, maka guru harus menggunakan prinsip yassiru, wala tu’assiru,
supaya materinya mudah dipahami. Selain itu, apa yang disampaikan
tidak bertentangan dengan logika, serta sesuai dengan umur dan
kecerdasan serta tingkat perkembangannya. Sebagus apapun materi,
kalau tidak bisa dimengerti, maka tujuan yang diinginkan tidak bisa
tercapai.

5) Tadzakkarûn, (Tafsir Surat an-Nur [24], ayat 1)

‫ُرون‬
َ ‫ُسوَر ٌة َأنَز ْلَٰن َها َو َفَر ْض َٰن َها َو َأنَز ْلَنا ِفيَهٓا َء اَٰي ٍۭت َبِّيَٰن ٍت َّلَع َّلُك ْم َتَذَّك‬

“(Ini adalah) satu surat yang Kami turunkan dan Kami wajibkan
(menjalankan hukum-hukum yang ada di dalam)nya, dan Kami
turunkan di dalamnya ayat ayat yang jelas, agar kamu selalu
mengingatinya”.
Tafsir munasabah dengan pendidikan

Term kecerdasan dalam Alquran dalam ayat tersebut yakni kata


Tadzakkarun berkaitan dengan ingatan. Ingatan adalah kemampuan
manusia untuk menyimpan dan menimbulkan kembali apa yang
dialaminya. Apa yang dialami manusia tidak seluruhnya hilang tetapi
disimpan dalam otak dan bila suatu saat dibutuhkan maka hal tersebut
dapat ditimbulkan kembali. Yang termasuk ke dalam ingatan adalah
kemampuan menerima, memasukkan, menyimpan, dan menimbulkan
kembali pengalaman yang telah lampau.

c. Perbedaan antara Tarbawi, Ta’limy, Ta’diby dan Tadrisy


a) Tarbawi
Tarbawi sendiri lebih fokus pada pendidikan moral dan spiritual dalam
konteks islam, menekankan pada nilai-nilai agama dan pembentukan
karakter.
b) Ta’limy
Ta’limy lebih mengacu pada pendidikan yang bersifat ilmiah atau
akademis, ini mencangkuppendidikan formal dalam matapelajaran
seperti sains, Matematika, bahasa dan lain-lain.
c) Ta’diby
Ta’diby fokus pada pendidikan adab atau etika, ini mencangkup tentang
pendidikan perilaku, tata karma, sopan santun, dan norma social.
d) Tadrisy
Tadrisy merujuk pada pendidikan secara umum, termasuk pendidikan
formal dan informal, serta metode pengajaran.

d. Hadist Tarbawi
a) Pengertian hadist tarbawi
Hadits secara etimologi berarti cara atau jalan hidup yang biasa di
peraktikkan, baik ataupun buruk. Secara terminologi Hadits adalah segala
sesuatu yang dinisbahkan(disandarkan) kepada nabi SAW. Baik perkataan
(Qauli), perbuatan (Fi’li), sikap/ketetapan (Taqriri) maupun sifat fisikis rasul
SAW.
Untuk memberikan pengertian tentang tarbawi, maka perlu di ketahui dari
mana asal kata tersebut. Kata ‘‘Tarbawi‘‘ adalah terjemahan dari bahasa
arab,yakni Rabba Yurabbi Tarbiyyah. kata tersebut bermakna; pendidikan,
pengasuhan dan di pemeliharaan. Taqiyuddin M. Menyebut potensi manusia ini
berupa seperangkat instrumen dan content, pendidikan yaitu akal pikiran, hati
nurani dan panca indra. Melalui seperangkat instrumen dan content pendidikan
itulah sehingga begitu manusia di lahirkan di atas bumi ini ia tetap siap
menerima ajaran dari alam atau dari manusia lain yang telah lebih dulu ada.

Kewajiban menuntut ilmu ini ditegaskan dalam hadits Nabi, yaitu:

‫َطَلُب اْلِع ْلِم َفِرْيَض ٌة َع َلى ُك ِّل ُم ْس ِلٍم َوُم ْس ِلَم ٍة‬

Artinya : Mencari ilmu itu hukumnya wajib bagi muslimin dan muslimat” (HR.
Ibnu Abdil Bari)

Secara jelas dan tegas hadits di atas menyebutkan bahwa menuntut ilmu
itu diwajibkan bukan saja kepada laki-laki, juga kepada perempuan. Tidak ada
perbedaan bagi laki-laki ataupun perempuan dalam mencari ilmu, semuanya
wajib. Hanya saja bahwa dalam mencari ilmu itu harus tetap sesuai dengan
ketentuan Islam.
Selain itu menuntut ilmu itu tidak mengenal batas usia, sejak kita terlahir
sampai kita masuk kuburpun kita senentiasa mengambil pelajaran dalam
kehidupan, dengan kata lain Islam mengajarkan untuk menuntut ilmu sepanjang
hayat dikandung badan. Sebagaimana tercantum dalam hadits Nabi:
‫ُأْطُلُب اْلِع ْلَم ِم َن اْلَم ْهِد إلى الَّلْهِد‬

Artinya “Carilah ilmu dari buaian sampai liang lahat”(HR. Muslim)

ِ‫ َو َم ْن َأَر اَد ُهَم ا َفَع َلْيِه ِباْلِع ْلم‬, ‫ َو َم ْن َأَر اَد اَألِخَر َة َفَع َلْيِه ِباْلِع ْلِم‬, ‫َم ْن َأَر اَد الُّد ْنَيا َفَع َلْيِه ِباْلِع ْلِم‬

Artinya : Barangsiapa yang menginginkan kehidupan dunia, mak ia harus


memiliki ilmu, dan barang siapa yang menginginkan kehidupan akhirat maka
itupun harus dengan ilmu, dan barang siapa yang menginginkan keduanya maka
itupun harus dengan ilmu (HR. Thabrani)

Kebahagian di dunia dan akhirat akan dapat diraih dengan syarat memiliki
ilmu yang dimanfaatkan. Manfa‘at ilmu pengetahun bagi kehidupan manusia,
antara lain :
 Ilmu merupakan cahaya kehidupan dalam kegelapan, yang akan
membimbimg manusia kepada jalan yang benar.
 Orang yang berilmu dijanjikan Allah akan ditinggikan derajatnya menjadi
orang yang mulia beserta orang-orang yang beriman.
 Ilmu dapat membantu manusia untuk meningkatkan taraf hidup menuju
kesejahteraan, baik rohani maupun jasmani.
 Ilmu merupakan alat untuk membuka rahasia alam, rahasia kesuksesan
hidup baik di dunia maupun di akhirat.

e. Urgensi mempelajari tafsir dan hadist tarbawi

Mempelajari hadist dan tafsir sangat penting bagi umat Islam karena:

Mempelajari Hadist

1) Hadist merupakan sumber kedua dalam pengambilan sebuah hukum setelah


Al-Qur'an.
2) Hadist adalah sesuatu yang disandarkan kepada Rasulullah SAW baik dalam
perkataan, perbuatan ataupun taqrir .
3) Kita dapat mempelajari nilai –nilai pendidikan dalam hadist.
4) Dengan mempelajari hadis, umat Islam dapat menggali hadis-hadist dan
memahami sumber hukum bagi umat Islam.

Mempelajari Tafsir

1) Memahami isi kandungan al-Qur’an dengan benar, baik tentang perintah,


larangan, maupun kisah-kisah yang terdapat dalam Al-Qur’an
2) Memahami hukum syari’at, sebab ilmu tafsir merupakan ilmu yang tidak bisa
dipisahkan dengan hukum syari’at.
3) Mengetahui konsep dasar tafsir tarbawi dan konsep pendidikan yang diajarkan
oleh islam dalam Al-Qur’an.
4) Memahami pentingnya pendidikan islam dan bagaimana pendidikan dapat
membentuk individu dan masyarakat.
5) Memperoleh wawasan yang lebih luas tentang penafsiran Al-Qur’an
6) Menghindari kesesatan dalam memahami makna suatu ayat.
7) Meningkatkan imam serta memperluas wawasan mengenai penafsiran.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Untuk meningkatkan kualitas hidupnya, manusia memerlukan pendidikan,
baik pendidikan formal, informal maupun nonformal. Pendidikan merupakan
bagian penting dalam kehidupan manusia bersama makhluk hidup lainnya.
“Hewan” juga belajar, namun lebih dibimbing oleh nalurinya, sedangkan
manusia belajar artinya adalah rangkaian kegiatan menuju kedewasaan guna
menjalani kehidupan yang bermakna.Anak mendapat pendidikan dari orang
tuanya dan ketika anak tersebut sudah dewasa dan berkeluarga maka mereka
akan mendidik anaknya.Demikian pula di sekolah dan perguruan tinggi, siswa
dan siswa diajar oleh guru dan dosen.
DAFTAR PUSTAKA

Afifi, Muhammad, Super Jenius denagn Aktivasi Otak Tengah, Mengantarkan Anak
Meraih Masa Depan Super Gemilang & Menjadi Pribadi Super Cerdas, Jenius,
Serta Mencerahkan, Jakarta: Himmah Media Utama, 2010

Atkinson, Rita L., Richard D. Atkinson, dan Ernest R. Hilgard, Pengantar Psikologi
Edisi 8, Jilid II , Jakarta: Erlangga, 2000

Ausop, Asep Zainal, Islamic Character Building, Membangun Insan Kamil, Cendekia,
Berkarakter Qur’ani. Bandung: Salamadani, 2014

Hamka, Tafsir Al-Azhar Juz XV-XVI, Jakarta: Pustaka Panjimas, 2007

Jabbar, M. Dhuha Abdul, dan N. Burhanudin, Ensiklopedia Makna Alquran, Syarah


Alfaazhul Qur’an, Bandung: Fitrah Rabbani, 2012

Shihab, M. Quraish, Tafsir Al-Mishbah, Surah Ali Imran, Surah an-Nisa, Volume 2,
Pesan, Kesan dan Keserasian Alquran, Jakarta: Lentera Hati, 2009

Anda mungkin juga menyukai