Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH ULUMUL QUR'AN

TAFSIR DAN TAKWIL

Dosen Pengampu :

Bpk. Agus Ali, M. Pd. I


Disusun Oleh:

Hardika Saputra(MPI 2A)

INSTITUT UMMUL QURO AL-ISLAMI BOGOR

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

2020/2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum. Wr. Wb.

Segala puji dan syukur kami sampaikan kehadirat Allah SWT, shalawat dan salam juga
disampaikan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW. Serta sahabat dan keluarganya.
Dalam rangka penyelesaian tugas dari mata kuliah Ulumul Quran di Kampus institut Ummul
Quro Al-Islami Bogor dengan ini kami mengangkat judul “TAFSIR DAN TAKWIL”.

Kami mengucapkan terima kasih kepada pak Agus Ali, selaku dosen pengampu. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurnaan, baik dari cara penulisan, maupun isinya. Oleh karena itu penulis sangat
mengharapkan kritikan dan saran-saran yang dapat membangun demi kesempurnaan makalah
ini.

Wassalamu’alaikum. Wr. Wb.

Bogor, 06 Mei 2021


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………….......................................

DAFTAR ISI ………………………………………….....................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ………………………………………….………..................

B. Rumusan Masalah ………………………………………………................

C. Tujuan Penulisan ……………………………………….….……................

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian pengertian tafsir dan takwil................................

B.Macam corak dan metode penafsiran al quran……………........

C.urgensi tafsir dan takwil terhadap al Quran...………………………

BAB III PENUTUP

A. Simpulan …………………………………………....…....………...............…

DAFTAR PUSTAKA ………………….......…….……………....................


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kaum muslimin pada umumnya, dan orang yang beriman pada khususnya mempunyai
pedoman yang diberikan oleh Allah SWT kepada mereka, yaitu berupa kitab suci al-
Qur'an, semua yang tersirat dan tersurat didalam al-Qur'an, bila kita kaji, pahami,
dan kita terima dengan ikhlas, maka hidup kita akan terasa lapang dan menyenangkan
walaupun kadang kala kita menghadapi kesulitan hidup, dengan petunjuk al-Qur'an
yang kita amalkan Insya Allah kita akan dapat terangkat ke puncak keagungan dan
kesempurnaan.

Upaya kita dalam melaksanakan ajaran-ajaran ini tidaklah akan berhasil, kecuali
dengan memahami dan menghayati al-Qur'an terlebih dahulu serta berpedoman atas
nasehat dan petunjuk yang tercakup didalamnya. Dan yang demikian ini tidak akan
tercapai tanpa penjelasan dan perincian, hasil yang dikehendaki oleh ayat–ayat al-
Qur'an, itulah yang dimaksud tafsir.

Tafsir adalah kunci untuk membuka gudang simpanan yang tertimbun dalam al-
Qur'an. Tanpa Tafsir atau Takwil orang tidak akan bisa membuka gudang simpanan
tersebut untuk mendapatkan mutiara dan permata yang ada didalamnya, sekalipun ia
berulang kali mengucapkan lafadz al-Qur'an dan membacanya sepanjang pagi dan
malam, tetapi kesan yang diperoleh dari al-Qur'an sedikitpun tidak membekas.

Untuk itu Tafsir maupun Takwil penting bagi kita untuk kita tala’ah sehingga kita bisa
mempelajari al-Qur'an itu dengan lebih mendetail lagi, sehingga dengan adanya ilmu-
ilmu Tafsir yang didalamnya terdapat metode-metode Tafsir kita bisa mengetahui
manfaatnya bagi al-Qur'an itu.

B. Rumusan masalah

1.Apakah Pengertian Tafsir dan Takwil ?

2. Bagaimana Metode dan Corak Tafsir

3. Bagaimana Urgensi Terhadap al-Qur'an.

C.Tujan penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah agar pembaca mengetahui dan memahami Tafsir
dan Takwil serta metode dan corak-corak yang terdapat didalamnya, kemudian urgensi
terhadap al-Qur'an bagaimana kita memahami urgensinya dalam kehidupan sehari-hari
tentang al-Qur'an yang menjadi pedoman hidup kita.
BAB II

PEMBAHASAN

A.Pengertian Tafsir Dan Takwil

1. Pengertian Tafsir

Adapun Tafsir dari bahasa Arab Fassara Yufassiru Tafsiran yang berarti penjelasan
pemahaman dan perincian. Al-Jurjani berpendapat bahwa kata Tafsir menurut
pengertian bahasa adalah Al-kasyf Wa-Al-Izhhar yang artinya Menyingkap
(membuka) dan melahirkan pada dasarnya, pengertian berdasarkan bahasa tidak akan
lepas dari kandungan makna Al-Idhan (menjelaskan) Al Bayan (menerangkan) Al
kasyf (mengungkapkan) Al - Izhar menampakan dan Al - Ibadah (menjelaskan).

Adapun tentang pengertian berdasarkan Istilah menurut Aby Hayan ialah ilmu yang
membahas cara melafalkan Lafadz-lafadz al-Qur'an serta menerangkan makna yang
dimaksudkan sesuai dengan dalalah (petunjuk) yang Zhahir sebatas kemampuan
manusia. Oleh karena itu ilmu Tafsir berusaha mencoba menjelaskan kehendak Allah
SWT dalam batas kemampuan para Mufassir. Pendapat lain mengatakan bahwa kata
Tafsir sejajar dengan timbangan (wazan). Kata Taf'il diambil dari kata Al-Fasr yang
berarti Al Bayan (penjelasan) dan Al Kasyf yang berarti membuka atau menyingkap
dan dapat pula diambil dari kata Al - Tafsarah yaitu istilah yang digunakan untuk
suatu alat yang biasa digunakan oleh dokter untuk mengetahui penyakit .

Selanjutnya pengertian tafsir sebagaimana dikemukakan oleh para pakar al-Qur'an


tampil dalam formulasi yang berbeda-beda. Namun esensinya tetap sama misalnya, Al-
Jurjanji mengatakan bahwa tafsir ialah menjelaskan makna ayat-ayat al-Qur'an dari
berbagai seginya, baik konteks historisnya maupun sebab Al-Nuzulnya dengan
menggunakan ungkapan atau keterangan yang dapat menunjuk kepada makna yang
dikehendaki secara terang dan jelas. Sementara itu Imam Al-Zalqani mengatakan,
bahwa tafsir adalah ilmu yang membahas kandungan al-Qur'an baik dari segi
pemahaman makna atau arti sesuai dengan yang dikehendaki Allah SWT, dan menurut
kadar kesanggupan manusia. Selanjutnya Abu Hayan sebagaimana dikutip oleh Al-
Suyuthi mengatakan bahwa tafsir adalah ilmu yang didalamnya terdapat pembahasan
mengenai cara mengucapkan lafadz-lafadz al-Qur'an disertai makna hukum-hukum
yang terkandung didalamnya. Selanjutnya Az-Zarkasyi mengatakan bahwa tafsir
adalah ilmu yang fungsinya untuk nmengetahui kandungan kitabullah (al-Qur'an) yang
diturunkan kapada Nabi Muhammad SAW, dengan cara mengambil penjelasan
maknanya, hukum, serta hikmah yang terkandung didalamnya.
Berdasarkan beberapa rumusan pengertian Tafsir yang dikemukakan para ulama’
tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa Tafsir adalah suatu hasil usaha, tanggapan,
penalaran dan Ijtihad manusia untuk menyingkap nilai-nilai Samawi yang terdapat
didalam al-Qur'an. Berangkat dari makna Tafsir baik secara bahasa maupun secara
istilah, Tafsir berfungsi menjelaskan segala yang di syariatkan oleh Allah SWT kepada
manusia untuk ditaati dan dilaksanakan.

2.Pengertian Takwil.

Secara Etimologi Takwil dirujuk dari kata Awwala, Yuawwilu, Takwilan yang berarti Al
Tafsir, Al Marjak, Al Mashir. Demikian pendapat Abu Ubaidah Ma'mar bin Al Matsani dan
keterangan yang dikemukan oleh Abu Ja'far Al Thabary Ra. Pengertian ini didalam dari
hadist yang Artinya “barang siapa yang puasa sepanjang masa, maka berarti ia tidak puasa
dan tidak ada balasan.” Disamping itu Takwil juga berarti Al-Jaza' seperti firman Allah dari
Quran surat An-Nisa’ ayat 59 yang artinya “… yang demikian itu, lebih utama dan lebih baik
akibatnya. “ Sebagian ulama’ yang berpendapat bahwa Takwil adalah Muradif dari kata
Tafsir salah satu pendapat menurut Al Zarqoni Takwil adalah sama dengan Tafsir.

Pengertian Takwil secara Terminologi, para ulama’ berbeda pendapat dalam mendifinisikan
takwil secara Terminologi. Para ulama salaf mendefinisikan takwil antara lain sebagai berikut
:

a) Imam Al-Ghazali dalam kitab Al-Musytasyfa mengatakan, sesungguhnya Takwil itu


merupakan ungkapan tentang pengambilan makna dari lafadz yang besifat probabilitas yang
didukung oleh dalil dan menjadikan arti yang lebih kuat dari makna yang ditunjukan oleh
lafadz Zahir.

b) Imam Al- Amudi dalam kitab Al Mustasfa mengatakan membawa makna Lafadz Zhahir
yang mempunyai Ihtimal atau probabilitas kepada makna yang didukung dalil.

Kemudian Muhadisin mendefinisikan Takwil yaitu sejalan dengan definisi yang


dikemukakan oleh ulama’ Ushulul Fiqhi yaitu :

1 Menurut Wahab Khalaf adalah memalingkan lafadz dari zhahirnya kerena ada dalil.

2 Menurt Abu Zarhah Takwil adalah mengeluarkan lafadz dari artinya yang zhahirnya kepada
makna lain tetapi bukan yang zhahir.

Kemudian definisi lain ada yang mengatakan Takwil adalah mengembalikan sesuatu kepada
gayanya atua tujuannya yaitu menerangkan apa yang dimaksud. Ringkasnya, pengertian
Takwil menurut Terminiologi adalah suatu usaha untuk memahami lafadz-lafadz al-Qur'an,
melalui pendekatan pemahaman arti yang dikandung oleh lafadz itu dengan kata lain takwil
berarti mengartikan lafadz dengan beberapa alternatif kandungan makna yang bukan makna
lahirnya. Dalam penggunaan secara Mashur Tawil kadang–kadang diidentikkan dengan
tafsir.
B. Macam Macam Corak Dan Metode Penafsiran Al-Qur'an

1 Corak Penafsiran

Berdasarkan hasil penelitian Quraish Shihab mengatakan bahwa corak-corak penafsiran yang
dilakukan saat ini antara lain:

a. Corak sastra bahasa yang timbul akibat kelemahan-kelemahan orang Arab sendiri di
bidang sastra, sehingga dirasakan kebutuhan untuk menjelaskan kepada mereka tentang
keistimewaan dan kedalaman arti kandungan al-Qur'an di bidang ini. Corak sastra bahasa ini
juga mengandung arti bahwa al-Qur'an ditafsirkan melalui pendekatan gaya dan keindahan
bahasa, seperti tafsir Al-Kasysyafaf yang ditulis oleh Zamaksyari. Masih Tafsir yang
bercorak kebahasan, tetapi melalui pendekatan tata bahasa adalah Tafsir Ma’ani Al-Qur'an
dan Tafsir Al-Bahr – Al Muhith secara berurutan ditulis oleh Al-Ziyad Al-Wahdi dan Abu
Hayyan Muhammmad bin Yusuf Al-Andalusy.

b. Corak filsafat dan Teologi akibat penerjemahan kitab Filsafat yang mempengaruhi
sementara pihak, serta akibat masuknya penganut agama-agama lain, kedalam Islam yang
dengan sadar atau tidak masih mempercayai beberapa hal dari kepercayaan lama mereka.
Kesemuanya menimbulkan pendapat setuju atau tidak setuju yang tercermin dalam penafsiran
mereka.

c. Corak Penafsiran Ilmiah, akibat kemajuan ilmu pengetahuan dan usaha untuk menafsir
agar memahami ayat-ayat al-Qur'an sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan.

d. Corak fikih atau hukum, akibat berkembangnya ilmu fikih dan terbentuknya mazhab-
mazhab fikih yang setiap golongan berusaha membuktikan kebenaran pendapatnya
berdasarkan penafsiran-penafsiran mereka terhadap ayat-ayat hukum. Seperti, Tafsir Jami’al
– Qur’ani, Ahkam Al-Qur'an, Nail Al Muram yang masing-masing ditulis oleh Al-Qurthubi,
Ibnu Araby, dan Al-Jashash, dan Hasan Shidiq Khan.

e. Corak Tasawuf, akibat timbulnya gerakan-gerakan Sufi sebagai reaksi terhadap


kecendrungan berbagai pihak terhadap kecendrungan berbagai pihak terhadap materi, atau
sebagai kompensasi terhadap kelemahan yang di rasakan.

f. Permula pada masa Syaikh Muhammad Abduh (1849 – 1905) corak-corak tersebut mulai
berkurang dan perhatian lebih banyak tertuju kepada corak Sastra Budaya ke masyarakat.
Yakni satu corak Tafsir yang menjelaskan serta usaha-usaha untuk menanggulangi penyakit-
penyakit atau masalah-masalah mereka berdasarkan petunjuk-petunjuk ayat-ayat dengan
megemukakan petunjuk-petunjuk tersebut dalam bahasa yang mudah dimengerti tapi indah
didengar.
2. Macam-Macam Metode Penafsiran Al-Qur'an

Bermacam-macam Metodologi Tafsir dan coraknya telah dipeperkenalkan dan ditetapkan


oleh pakar-pakar al-Qur'an. Metode penafsiran al-Qur'an tersebut secara garis besar dapat di
bagi dua bagian yaitu Metode Ma’tsur (riwayat) dan Metode Penalaran, kedua metode ini
dapat dikemukakan sebagai berikut :

a. Metode Ma’stur (Riwayat)

Kalau kita mengamati metode penafsiran sahabat-sahabat Nabi ditemukan bahwa pada
dasarnya setelah gagal menemukan penjelasan Nabi saw. Mereka merujuk kepada
penggunaan bahasa dan syair-syair Arab. Cukup banyak contoh yang dapat ditemukan
tentang hal ini, misalnya Umar Ibn Al-Khathab, pernah bertanya tentang arti Takhwwuf
dalam firman Allah Auw ya'khuaahum 'ala takhawwuf (Qs.16: 47). Orang arab dari kabilah
huzail menjelaskan artinya adalah "pengurangan", arti ini berdasarkan penggunaan bahasa
yang dibuktikan dengan syair-syair pra Islam. Umar ketika itu puas dan menganjurkan untuk
mempelajari syair-syair tersebut dalam rangka memahami ayat-ayat al-Qur'an.

Setelah masa sahabatpun, parea tabi'in dan atba at-tabiin masih mengandalkan metode
periwayatan dan kebahasaan seperti sebelumnya. Kalaulah kita berpendapat bahwa Al-Farra'
(w. 207) merupakan orang yang pertama mendiktekan tafsirnya ma'any Quran, maka dari
tafsirnya kita dapat melihat bahwa faktor kebahasaan menjadi landasan yang kokoh demikian
pula Al-Thabari (w.310) yang memadukan antara riwayat dan bahasa.

Metode ma'tsur tersebut memiliki keistimewaan antara lain: (1) Menekankan pentingnya
bahasa dalam memahami Al-Qur'an; (2) Memaparkan ketelitian redaksi ayat ketika
menyampaikan pesan-pesannya; (3) Mengikat mufassir dalam bingkai teks ayat-ayat tapi
membatasinya agar tidak terjerumus dalam sukjektifitas berlebihan.sedangkan kelemahannya
adalah (a) Terjerumus sang mufassir kedalam uraian kebahasaan dan kesusastraan yang
bertele-tele sehingga pesan pokok al-Qur'an menjadi jabur dicelah uraian tersebut.

b. Metode Penalaran

Banyak cara pendekatan dan corak Tafsir yang mengandalkan nalar sehingga akan sangat
luas pembahasannya apabila kita bermaksud menelusurinya satu persatu. Untuk itu agaknya
akan lebih mudah dan efisien bila bertitik tolak dari pandangan Al-Farmawi yang membagi
metode Tafsir yang bercorak penalaran ini kepada empat macam yaitu metode Tahlily,
metode Ijmaly, metode Muqarin (komparasi) Metode Maudhuiy. Berikut penjelasan masing-
masing:

1. Metode Tahlily

Metode Tahlily adalah satu metode Tafsir yang Mufassirnya berusaha menjelaskan
kandungan Al-Qur'an dari berbagai seginya dengan memperhatikan runtutan ayat-ayat Al-
Qur'an sebagaimana tercantum didalam mushaf. Dalam hubungan ini mufassir mulai dari
ayat atau sirat sesuai yang termaktub dalam mushaf. Segala segi yang dianggap perlu oleh
seorang mufassir Tajzi'iy atau tahlily diuraikan yaitu bermula dari kosa kata asbabul nuzul,
munasabat, dan lain-lain yang berkaitan dengan teks atau kandungan ayat. Setelah itu,
mufassir menjelaskan seluruh aspek dari semua penafsiran dan penjelasannya diatas,
kemudian ia memberikan penjelasan final mengenai isi dan maksud ayat al-Qur'an tersebut.

Cara penafsiran ayat-ayat dalam tafsir al- Kasysyaf karangan al-Zamakhsyar dan tafsir al-
Kabir karangan al-Razi, biasanya dijadikan contoh memahami tafsir dengan cara tahlily.
Berikut ini antara lain contoh tersebut dalam ayat al-Qur'an surat an-nisa' ayat 164:

‫ﻭﻜﻟﻡاﷲ ﻤﻭﺴﻰﺘﻜﻠﻴﻤﺎ‬

Artinya: Dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung.

Dapat kita lihat tafsirnya dalam kedua kitab tafsir diatas misalnya al-Zamakhsyari dengan
melakukan penafsiran kosakata mengartikan lafadz ‫ ﻜﻟﻡ‬dengan al-Jarb. Dengan demikian ayat
itu diberi arti "Dan Allah telah melukai Musa dengan kuku-kuku ujian dan cobaan-cobaan
hidup". Untuk ayat dan lafadz yang sama al-Razi tetap memakai arti yang umum yaitu
berbicara. Sehingga penafsiran yang diberikan oleh al-Razi kepada ayat tersebut seperti
penafsiran yang selama ini dikenal yaitu bahwa Allah berbicara kepada Musa.

2. Metode Ijmaly ( global ).

Metode ijmaly adalah suatu cara penafsiran ayat-ayat al-Qur'an dimana menafsirkan ayat-ayat
al-Qur'an dengan menunjukan kandungan makna yang terdapat pada suatu ayat secara global.
Dalam peraktiknya metode ini sering terintegrasi dengan metode tahlily. Karena itu sering
seorang mufassir cukup menjelaskan kandungan yang terkandung dalam ayat tersebut secara
garis besar saja, penjelasannya tidak perayat ataupun persurat tetapi cukup secara global.

3. Metode Muqarin (komparasi ).

Metode muqorin adalah suatu metode tafsir al-Qu'an yang dilakukan dengan cara
membandingkan ayat-ayat yang dengan ayat yang lainnya, yaitu ayat-ayat yang mempunyai
kemiripan redaksi dalam dua atau lebih kasus yang berbeda atau yang memiliki redaksi
berbeda untuk masalah yang sama atau diduga sama. Dan atau bmembandingkan ayat-ayat
al-Qur'an dengan hadits-hadits Nabi Muhammad SAW yang tampak bertentangan serta
membandingkan pendapat-pendapat ulama tafsir menyangkut penafsiran ayat-ayat al-Qur'an.

Selain dengan kerangka tersebut diatas, maka prosedur penafsiran dengan cara muqorin
tersebut dilakukan sebagi berikut:

1. menginventarisir ayat-ayat yang mempunyai kesamaan dan kemiripan redaksi

2. meniliti kasus-kasus yang berkaitan dengan ayat-ayat tersebut

3. mengadakan penafsiran. Contoh;


Dari dua redaksi diatas, redaksinya terlihat mirip, bahkan sama-sama menjelaskan
pertolongan Allah SWT kepada kaum muslim ketika melawan musuh-musuhnya, namun
berbeda pada hal-hal sebagai berikut: surat Al-Anfal (1) mendahulukan kata ‫ ﺏﻪ‬daripada
)2( ‫ ﻗﻠﻭﺒﻜﻡ‬memakai kata ‫ ﺍﻥ‬berbicara mengenai perang badar.

Sedangkan dalam surat al-Imran: (1) memakai kata )2( ^‫ ﻠﻜﻡ‬berbicara tentang perang uhud.
Keterdahuluan kata ‫ ﺏﻪ‬dan penambahan kata ‫ ﺍﻥ‬dalam ayat pertama diduga keras sebagai
tauhid terhadap kandungan utama ayat yakni bantuan Allah dalam perang badar, mengingat
perang itu yang pertama dan jumlah kaum muslimin sedikit. Dalam perang uhud tauhid itu
tidak diperlukan sebab pengalaman perang sudah ada dan umat Islam sudah banyak.
Pemakaian kata disini menandakan kegembiraan itu hanya bagi sahabat bukan kegembiraan
abadi seperti kasus ayat pertama.

4. Metode Maudhuiy.

Metode Maudhuiy mempunyai dua pengertian seperti yang dikatakan oleh Quraish Shihab.
Yang pertama, adalah penafsiran yang menyangkut suatu surat dalam al-Qur'an dengan
menjelaskan tujuan-tujuannya secara umum dan yang merupakan tema sentralnya, serta
menmghubungkan persoalan yang beraneka ragam dalam surat tersebut antara satu dengan
yang lain dan juga dengan tema tersebut. Sehingga satu surat tersebut dengan bebagai
masalahnya merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Pengertian yang kedua adalah
penafsiran yang bermula dari menghimpun ayat-ayat al-Qur'an yang membahas satu masalah
tertentu dari berbagai ayat atau surat al-Qur'an dan yang sedapat mungkin diurut sesuai
dengan urut-urutannya.kemudian menjelaskan pengertian dari ayat-ayat tersebut guna
menarik petunjuk al-Qur'an secara utuh tentang masalah yang dibahas itu.

Metode maudhuiy lahir ketika konon Ali Ibnu Abi Thalib berpesan "isthanthiq al-Qur'an"
("ajaklah al-Qur'an berbicara atau biarkan ia menguraikan maksudnya"). Pesan ini antara lain
mengharuskan para mufassir untuk merujuk kepada al-Qur'an dalam rangka memahami
kendungannya.dalam metode maudhuiy ini para mufassir berupaya menghimpun ayat-ayat al-
Qur'an dari berbagai surat dan yang berkaitan dengan persoalan atau topic yang ditetapkan
sebelumnya. Kemudian penafsir membahas dan menganalisa kandungan ayat-ayat al-Qur'an
tersebut sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh.

Dalam menghimpun ayat-ayat yang ditafsirkan secara maudhuiy, Al-Husaini tidak


mencantumkan seluruh ayat dari seluruh surat, walaupun seringkali menyebutkan jumlah
ayat-ayat dengan memberikan beberapa contoh, sebagaiman juga dikemukakannya perincian
ayat-ayat yang turun dalam periode mekah sambil membedakannya dengan metode madinah
sehingga terasa bahasa yang ditempuhnya itu masih mengandung beberapa kelemahan.

Selanjutnya Prof. Dr. Abdul Hay Al-Alfarmawiy mengemukakan secara terperinci langkah-
langkah yang hendaknya dilakukan dalam menerapkan metode maudhuiy yaitu:

a) Menetapkan masalah yang akan dibahas


b) Menghimpun ayat-ayat yang berkaitan dengan masalah tersebut

c) Menyusun runtutan ayat sesuai dengan mas turunnya serta asbabuk nuzulnya

d) Memahami korelasi ayat-ayat tersebut dalam surahnya masing-masing

e) Menyusun pembahasan dalam kerangka yang sempurna

f) Mempelajari ayat-ayatnya yang mempunyai pengertian yang sama, atau


mengkompromikan antara yang umum dan yang khusus, mutlak dan muqayyad atau yang
pada lahirnya bertentangan sehingga kesemuanya bertemu dalam suatu muara tanpa
perbedaan atau pemaksaan

Keistimewaan metode ini adalah: (1) menghindari problem atau kelemahan metode lain. (2)
menafsirkan ayat dengan ayat atau dengan hadits nabi satu cara terbaik dalam menafsirkan al-
Qur'an. (3) kesimpulan yang dihasilkan mudah dipahami. (4) metode ini memungkinkan
seseorang untuk menolak anggapan adanya ayat-ayat yang bertentangan dengan ayat-ayat al-
Qur'an sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan masyarakat

Demikian penjelasan singkat yang dapat kami kemukakan dalam makalah ini, mudah-
mudahan bias bermanfaat bagi kita semua khususnya kita sebagai mahasiswa yang bergelut
dalam bidang pendidikan Islam tentunya sangat membutuhkan wacana dalam memahami
kitab suci al-Qur'an.

C. Urgensi Tafsir Dan Takwil Terhadap Al-Qur'an

Al-Qur'anul karim adalah pedoman umat petunjuk dari khaliq dan undang-undang Allah
untuk kepentingan penduduk bumi dalam al-Qur'an terdapat cakapan yang sangat luas
tentang kehidupan umat manusia seutuhnya, segi akibat, Ibadah Muamalah Politik, dan
Hukum. al-Qur'an adalah kitab yang Integral diturunkan oleh Allah SWT sebagai penjelas
segala sesuatu serta sebagai petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman. Yang
seluruh isinya tidak terdapat pertentangan ataupun kekurangan. Tidaklah asing lagi bahwa
kebahagiaan hidup tidak akan tercapai, kecuali dengan petunjuk nya serta mematuhi apa yang
di gariskan nya. Ia adalah obat penyakit yang meradang pada masyarakat.

Dari kenyataan diatas kita bisa melihat al-Qur'an sangat penting bagi umat anusia khususnya
umat islam, tetapi didalam al-Qur'an terdapat ayat-ayat yang sudah bisa dipahami secara
langsung dan ada juga ayat yang harus di cari pemahaman artinya disinilah peran dari Tafsir
maupun Takwil yaitu bagaimana penafsiran ataupun Mentakwilkan ayat-ayat al-Qur'an
dengan berpegang teguh pada sumber utamanya (al-Qur'an). Tafsir merupakan metode yang
sangat efisien dalam memahami isi kandungan al-Qur'an karena itu urgensi Tafsir meupun
Takwil sangat terhadap al-Qur'an.

Disamping itu juga Urgensi Tafsir dan Takwil terhadap al-Qur'an adalah menjadikan al-
Qur'an itu dipelajari lebih mendalam oleh umat Islam. Tetapi dengan adanya Ilmu Tafsir dan
Takwil umat Islam bisa mempelajari kandungan kandungan ilmu yang berada didalam kitab
suci al-Qur'an.

Mungkin hanya itu yang penulis bisa paparkan mengenai urgensi Tafsir dan Takwil terhadap
al-Qur'an tetapi yang terpenting dan paling utama Tafsir dan Takwil sangat penting dalam
pemahaman kita terhadap al-Qur'an.

KESIMPULAN

1. Tafsir adalah suatu hasil usaha tanggapan, penalaran dan Ijtihad manusia untuk mengungkapkan nilai
nilai Samawi yang terdapat dalam al-Qur'an. Dan berangkat dari makna Tafsir baik secara bahasa maupun
Istilah. Tafsir berfungsi menjelaskan segala yang disyariatkan oleh Allah SWT kepada manusia untuk
ditaati dan dilaksanakan.

2. Takwil adalah mengartikan lafadz dengan beberapa alternatif, kandungan makna yang bukan merupakan
makna lahirnya. Dan dalam penggunaan secara Masyhur Takwil kadang-kadang diidentikkan dengan
Tafsir.

3. Corak penafsiran menurut Quraish Syihab adalah corak penafsiran ilmiah, sastra bahasa, filsafat dan
Teologi, Fiqih atau Hukum, Tasawuf dalam corak sastra budaya memasyarakat.

4. Metode penafsiran al-Qur'an metode Ma’tsur dan metode Penalaran, dalam metode penalaran ini terbagi
seperti yang diatas.

Urgensi Tafsir dan Takwil terhadap al-Qur'an sangat penting sekali dalam hal pemahaman ayat-ayat al–
Qur'an dan isi kandungan al-Qur'an sangat disayangkan jika umat Islam yang memiliki kitab suci al-
Qur'an, tidak mengerti isi kandungan al–Qur'an. Untuk itu diperlukan ilmu Tafsir dan Takwil untuk
memberikan pemahaman kitab suci al–Qur'an

DAFTAR PUSTAKA

https://goresantanganbangjai.blogspot.com/2017/03/pengertian-macammacam-muhkam-dan-
mutasyabih.html?m=1

https://www.academia.edu/39262224/_Muhkam_Mutasyabih_B

Sistina, November 06 2019

Anda mungkin juga menyukai