Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

TERJEMAH AL QUR`AN WA AT-TA`WIL

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah studi qur`an 2

DOSEN PENGAMPU :

SYUKRI ROSYADI, M.Pd

DISUSUN OLEH:

HENDRI PRAYITNO (01317.111.17.2020)


M.AGUS SALIM (01321.111.17.2020)
MUHAMMAD ARI (01325.111.17.2020)
FAISAL YASIN (01341.124.17.2020)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM TUANKU TAMBUSAI

KABUPATEN ROKAN HULU

PASIR PENGARAIAN

TA : 2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha kuasa karena telah memberikan kesempatan pada
penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul TERJEMAH AL QURAN WA AT-TA`WIL tepat waktu.

Makalah TERJEMAH AL QURAN WA AT-TA`WIL disusun guna memenuhi tugas dosen


bapak SYUKRI ROSYADI, M.Pd pada mata kuliah TERJEMAH AL QURAN WA AT-
TA`WIL di STAI Tuanku Tambusai. Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini dapat
menambah wawasan bagi pembaca tentang TERJEMAH AL QURAN WA AT-TA`WIL.

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada bapak SYUKRI ROSYADI, M.Pd
selaku mata kuliah STUDI QURAN 2. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah
pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis. Penulis juga mengucapkan
terima kasih pada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................i

DAFTAR ISI....................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................iii

A. Latar belakang.......................................................................................................iii
B. Fokus pembahasan.................................................................................................iii

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................1

A. Pengertian tafsir, ta`wil dan terjemah....................................................................1


B. Perbedaan tafsir dengan ta`wil dan terjemah.........................................................6
C. Otoritas tafsir, ta`wil dan terjemah........................................................................8

BAB III PENUTUP.......................................................................................................10

A. Kesimpulan..........................................................................................................10
B. Saran....................................................................................................................12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang

       Salah satu tema dalam Ulum Al-Qur’an yang amat urgen bagi para da’i atau mubaligh para
pelajar dan mahasiswa muslim pada khususnya dalam menyampaikan risalah Allah swt adalah
kewajiban faham akan bahasa arab, yang merupakan satu alat yang mempunyai fungsi
untuk  memahami apa yang terkandung atau pesan yang terdapat dalam Al-Qur’an. Kita tidak
akan mampu memahami pesan yang terkandung bahkan rahasia-rahasia yang terdapat dalam Al-
Qur’an kalau kita tidak mengerti bahasa arab.
       Disamping itu, kita harus bisa memahami akan kaidah-kaidah cara memahami bahasa arab
tersebut supaya orang yang membaca karya kita atau yang mendengarkan informasi yang kita
fahami dalam Al-Qur’an kita kita sampaikan mereka dapat dipahami oleh para pembaca maupun
para mustami’. Lebih jauhnya kalau kita memahami apa yang terkandung dalam Al-Qur’an perlu
ilmu yang berkaitan dengan permasalahan tersebut, itu merupakan gambaran kecil mengenai
beberapa masalah yang sedang kita hadapi sekarang-sekarang ini. Al-Qur’an adalah mukjizat
Allah yang amat besar yang diberikan kepada rosul-Nya yang mempunyai kandungan, pesan,
bahkan rahasia-rahasia yang tersirat yang hanya dapat difahami kalau kita tahu akan ilmunya.
       Pemahaman seseorang dalam memahami jelas tidak sama meskipun mungkin mereka sama-
sama hafal Al-qur’an, hafal berbagai hadits dan kaidah-kaidah ushul fiqih dan bahasa. Apalagi
kalau temanya mengenai penafsiran dan penakwilan, disitu akan jelas kelihatan mana yang
masih dalam keadaan umi dan mana orang yang sudah bisa mencapai dzakiyang sudah faham
dan mengerti kandungan dan rahasia-rahasia Al-Qur’an.  Oleh karenanya penulis khususnya
merasa amat penting mengetengahkan tema mengenai Tafsir, Ta’wil dan Terjemah beserta
otoritasnya agar kita bisa memahami dan tau sedikit banyaknya mengenai isi dan rahasia-rahasia
yang terkandung didalamnya.sehingga di makalah ini terdapat focus pembahasan :

B.       Fokus pembahasan

iii
1.  Pengertian Tafsir, Ta’wil Dan terjemahan Al-Qur’an
2.  Perbedaan Tafsir, Ta’wil Dan Terjemahan Al-Qur’an
3. Otoritas Tafsir, ta’wil Dan Terjemah Al-Qor’an.

iv
v
BAB II

PEMBAHASAN

A.  Pengertian Tafsir, Takwil dan Terjemah

1.     Tafsir
Kata tafsir diambil dari kata fassara-yufassiru-tafsiran yang berarti keterangan atau
uraian. Al-jurjani berpendapat bahwa kata tafsir secara etimologi  adalah Al-kasf wal Al-izhhar
yang artinya menyingkap (membuka) dan melahirkan[1]. Pada dasarnya, pengertian tafsir
berdasarkan bahasa tidak akan lepas dari kandungan makna Al-idhah (menjelaskan), Al-bayan
(menerangkan), Al-kasf (mengungkapkan), Al-izhar (menampakkan), dan Al-ibanah
(menjelaskan)[2].
Kata tafsir dalam al-qur’an diungkapkan pada satu surat dan hanya dan hanya terdapat
dalam satu ayat, diamana kata tersebut dalam ayat itu artinya al-‘idlah atau al-
bayan ( penjelasan ) . ayat yang dimaksud adalah[3] :
) 33: ‫و اليا تؤ نك بمثل ا ال جئنا ك با لحق و ا حسن ثفسيرا ( ا لفر قا ن‬
ِArtinya : Tidaklah ( orang-orang kafir itu ) datang kepadamu ( membawa ) sesuatu yang
ganjil, melainkan kami datangkan kepadamu sesuatu yang benar dan yang paling baik
penjelasanya. ( QS: Al Furqon : 33 )
Ibnu Abbas berpendapat, bahwa makna dari kata  ‫ير‬dd‫تفس‬  pada ayat tersebut adalah “
perinci “.
Secara Terminologi Menurut al-Kilabi dalam At-Tashil, tafsir adalah menjelaskan Al-
Qur’an, menerangkan maknanya dan menjelaskan apa yang dikehendaki dengan nashnya, atau
dengan isyaratnya atau dengan tujuannya.
Menurut Syeh Al-Jazairi dalam shohib At-Taujih, tafsir pada hakikatnya adalah
dijelaaskan lapadz yang sukar difahami oleh pendengar, dengan mengemukakan lapadz
sinonimnya atau makna yang mendekatinya, atau dengan jalan mengemukakan salah satu dilalah
lafadz  tersebut.
Menurut Az-Zarkasyi dalam Mabahis Fi Ulumil Qur’an, tafsir adalah ilmu yang
digunakan untuk memahami dan menjelaskan makna-makna kitab Allah yang diturunkan kepada

1
nabi-Nya, Muhammad saw serta menyimpulkan kandungan-kandungan hukum dan
hikmahnya[4]
Dalam buku Ilmu-Ilmu Al-Qur’an yang dikarang oleh M.Hasbie As-Syidieqie
dikatakan  bahwa yang disebut dengan tafsir adalah:
Artinya suatu ilmu yang didalalamnya dibahaskan tentang Al-Qur’anul Karim dari
segi dalalahnya kepada yang dikehendaki Allah sekedar yang dapat disanggupi manusia.
Ada yang mendevinisakan ilmu tafsir dengan: Artinya: suatu ilmu yang dibahsakan
didalamnya tentang keadaan-keadaan Al-Qur’an dan segi turunnya, segi sanadnya, segi cara
menyebutnya, segi lafadznya dan dan segi makna-maknanya yang berpautan dengan lafadz dan
hukum[5].
Dari rumusan-rumusan pengertian tafsir tersebut ada beberapa unsur pokok yang dapat
dikemukakakn, Yaitu :
a). pada hakekatnya, tafsir itu adalah menjelaskan maksud ayat-ayat al-qur’an yang sebagian besar
masih dalam bentuk yang sangat global.
b). Tujuanya adalah untuk memperjelas makna-makna yang terkandung dalam ayat-ayat al-qur’an,
sehingga apa yang dikehendakai allah SWT. Dalam firmanya dapat dihayati atau diamalkan.
c). Sasranya adalah agar al-qur’an sebagai pedoman hidup dan hidayah dari Allah benar-benar
berfungsi sebagaimana tujuan al-qur’an diturunkan.
d). Sarana pendukung dalam menafsirkan al-qur’an meliputi berbagai ilmu yang berhubungan
dengan yang lain.
e). Upaya menafsirkan al-qur’an bukan untuk menafsirkan, bahwa secara pasti begitulah yang
dikehendaki Allah dalam firmanya itu, namun pencarian makna itu hanyalah semaya-mata untuk
memperoleh kebenaran menurut kemampuan manusia dengan segala keterbatasan ilmu yang
dimilikinya.

Menurut klasifikasinya tafsir itu ada dua klasifikasi yaitu adalah :


a). Tafsir bi al-ma’tsur menurut manna’ Khlil al-Qaththan adalah tafsir yang menjelaskan riwayat-
riwayat yang shohih menurut urutan yang telah disebutkan di dalam syarat-syarat mufassir,
diantaranya menafsirkan al-qur’an dengan al-qur’an atau dengan al sunnah, karena ia merupakan
penjelas bagi kitabnAllah atau dengan riwayat-riwayat yang diterima dari para sahabat, sebab

2
mereka lebih mengetahui tentang kitab Allah atau dengan riwayat-riwayat dari para tabi’in krena
mereka telah menerimanya dari para sahabat.
b).   Tafsir bi al-ra’yi adalah suatu tafsir diamana mufassir dalam menjelaskan makna ayat
berdasarkan pada pemahaman dan istimbatnya dengan akal semata mata bukan didasarkan pada
pemahaman yang sesuai dengan ruh syariat.[6]
Namun dimakalah kami tidak akan menerangkan secara detail tentang ini karena nanti
akan diterangkan pada makalah setelah kami.
2. Takwil
Secara etimologi takwil adalah menerangkan, menjelaskan, diambil dari kata awaala
yuawwilu ta’wilan. Al-Qathan  dan Al-Jurjani berpendapat bahwa arti takwil menururt etimologi
adalah arruju ila ashli, yang mengandung arti kembali kepada pokoknya. Sedangkan ari
bahasanya menurut Al-Jarqoni sama dengan arti tafsir[7].
Secara terminologi takwil ialah memalingkan lafal dari maknanya yang tersurat kepada
makna lain ( batin ) yang dimiliki lafal itu, jika makna lain tersebut dipandang sesuai dengan
ketentuan al-Qur’an dan al-Sunnah.[8]
Adapun takwil secara etimologi dalam hal ini banyak para alim memberikan pendapatnya, antara
lain:
MenurutAl-Zurjani:
Artinya: memalingkan suatu lafadz dari makna lahirnya terhadap makna yang
dikandungnya, apabila makna alternatif yang dipandangnya sesuai dengan ketentuan Al-kitab
dan As-sunnah.

Menurut Ali al-Shabuniy:


Ta’wil Adlah memendang kuat dari sebagian makna-makna tertentu yang terkadang
didalam ayat al-Qur’an dari sekian banyak makna yang ada.[9]
Menurut definisi lain:
Artinya: takwil adalah mngembalikan sesuatu pada tujuannya. Yakni menerangakan apa
yang telah dimaksud.
Menurut ulama salaf takwil sama dengan tafsir ialah menafsirkan dan menjelaskan makna
suatu ungkapan baik bersesuai dengan makna lahirnya ataupun bertentangan.

3
Sedangkan menurut para ulama khalaf takwil adalah mengalihkan suatu lafadz dari
maknanya yang rojih pada makna yang marjuh karena ada indikasi untuk itu.
Ringkasnya pengertian takwil dalam penggunaaan istilah adalah suatu usaha untuk
memahami lafadz-lafadz atau ayat-ayat Al-Qur’an melalui pendekatan memahami arti atau
maksud sebagai kandungan dalam maksud itu. Dengan kata lain, takwil berarti mengartikan
beberapa alternatif kandungan makna yang bukan mana lahiriahnya, bahkan penggunaan secara
mahsyur diidentikan dengan tafsir[10].
Jadi mentakwilkan ayat-yat al-qur’an berarti : “ membelokkan atau memalingkan “ lafal-
lafal atau ayat-ayat al-qur’an dari maknanya yang tersurat kepada yang tersirat dengan maksud
mencari makna yang sesuai dengan ruh al-qur’an dan sunah Rosuullah SAW.
Bagi para ulama’ salaf, ayat-ayat mutasyabihat tidaklah begitu banyak, sebab mereka
mempunyai kemampuan untuk memahaminya dengan kedalaman bahasa arab yang dimilikinya.
Nemun setelah itu, lebih-lebih setelah kemampuan memahami bahasa arab semakin lenmah,
maka jumlah atau bilangan ayat-ayat mutasyabihat menjadi semakin banyak. Sehubungan
dengan itu, T. M. Hasbi al-Shiddieqiy mengatakan, bahwa memang kebanyakan ayat-ayat yang
disebut mutasyabihat itu oleh ulama’-ulama’ yang muncul belakangan disebabkan oleh lemahnya
dalam memahami bahasa arab.
`           Perlu ditegaskan, bahwa ayat-ayat mutasyabihat itu lebih banyak menyangkut persoalan
kepercayaan atau keyakinan, yang didalamnya berhubungan dengan esktologi ( hal yang ghoib,
Akhirat ) . jadi, ayat-ayat mutasyabihat umumnya menyangkut soal akhidah.
3.  Terjemah
Terjemah menurut bahasa adalah salinan dari suatu bahasa ke bahasa lain atau mengganti,
menyalin, memindahkan kalimat dari suatu bahasa ke bahasa lain. Sedangkan yang dimaksud
dengan terjemah al-qur’an adalah seperti yang dikemukakan oleh ash-shabuni; memindahkan al-
qur’an ke bahasa lain yang bukan bahasa arab dan mencetak terjemah dalam beberapa naskah
untuk dibaca orang yang tidak mengerti bahasa arab, sehingga ia dapat memahami kitab Allah.

Kata terjemah dapat dipergunakan pada dua arti

a).      Terjemah Maknawiyyah atau Tafsiriyyah, yaitu menerangkan makna atau kalimat


pembicaraaan dengan bahasa lain tanpa terikat dengan tertib kata-kata bahasa asal atau
memperhatikan susunan klimatnya, melainkan oleh makna dan tujuan aslinya.

4
b).  Terjemah Harfiyyah, yaitu mengalihkan lafadz-lafadz dari satu bahasa ke dalam lafadz-lafadz
yang serupa dari bahasa lain sedemikian rupa sehingga susunan dan tertib bahasa kedua sesuai
dengan susunan dan tertib bahasa pertama.

Muhammad Husein al-Dzahabiy memformulasikan batasan pengertian terjemah harfiah sebagai


berikut :

“Terjemah Harfiah adalah mentransfer suatu perkataan dari bahasa satu kebahasa lain dengan
memperhatikan segi-segi kesesuain dalam hal aturan dan susunan serta menjaga orisinalitas
semua makna lafal yang terdapat pada bahasa asli yang deterjemahkan”.[11]

       Terjemah harfiyyah dibagi menjadi dua:

(1).       Terjemah Harfiyyah bi l-misli, yaitu menyalin atau mengganti kata-kata dari bahasa   asli
dengan sinonimnya (murodifnya) ke dalam bahasa baru dan terikat bahasa aslinya.
(2).      Terjemah harfiyyah bi dzuni al-mitsli, yaitu menyalin atau mengganti kata-kata bahasa asli ke
dalam beberapa bahasa lain dengan memperhaitkan urutan makna dan segi sastranya, menurut
kemampuan bahasa baru serta kemampuan penerjemahnya.

Mereka yang mempunyai pengetahuan tentang bahasa-bahasa tentu mengetahui bahwa


terjemah harfiyyah dengan pengertian sebagaimana di atas tidak mungkin dicapai dengan baik.
Sebab karakteristik setiap bahasa berbeda satu dengan yang lain dalam hal tertib bagian kalimat-
kalimatnya. Contoh, jumlah fi’liyyah dalam bahasa arab dimulai dengan fi’il kemudian fa’il,
baik dalam kalimat tanya maupun yang lainnya, mudlaf didahulukan atas mudhof ilaihi, dan
mausuf atau sifat, kecuali dengan idhofah tasybih. Yang mana hal itu tidak dimilki oleh bahasa
lain.[12]

Secara umum, syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam tarjamah, baik tarjamah harfiyah maupun
tarjamah tafsiriyah adalah:
a). Penerjemah memahami tema yang terdapat dalam kedua bahasa, baik bahasa pertama maupun
bahasa terjemahnya;
b). Penerjemah memahami gaya bahasa (uslub) dan ciri-ciri khusus atau karakteristik dari kedua
bahasa tersebut;

5
c). Hendaknya dalam terjemahan terpenuhi semua makna dan maksud yang dikehendaki oleh
bahasa pertama;
d). Hendaknya bentuk (sighat) terjemahan lepas dari bahasa pertama (ashl). Seolah-olah tidak ada
lagi bahasa pertama melekat dalam bahasa terjemah tersebut.

B.  Perbedaan Tafsir dengan Ta’wil dan Terjemah

1. Perbedaan tafsir dan ta’wil.[13]

Perbedaan tafsir, ta’wil disatu pihak dan terjemah di pihak lain adalah tafsir dan ta’wil
berupaya menjelaskan makna setiap kata di dalam Al-Qur’an, sedangkan terjemah hanya
mengalihkan bahasa Al-Qur’an yang dari bahasa arab ke bahasa non Arab.

Abu ubaidan dan sekelompok ulama berpendapat bahwa tafsir dan ta’wil adalah sama
kata Al-Maturidy tafsir adalah menetapkan apa yang dikehendaki oleh ayat  dan dengan
sungguh-sungguh menetapkan, demikianlah yang dikehendaki Allah, maka ada dalil yang
membenarkan penetapan itu, dipandanglah tafsir yang shohih. Kalau tidak dipandanglah tafsir
yang berdasarkan pikiran yang tidak dibenarkan, ta’wil ialah mentarjihkan salah satu makna
yang mungkin diterima ayat ,yakini salah satu mutamilad, dengan tidak menyakini bahwa
demikianlah yang sungguh-sungguh dikehendaki Allah.

Dikatakan tafsir yaitu apa yang terjadi jelas didalam kitabullah atau jelas didalam hadist
sohih, artinya itu jelas tampak, ta’wil yaitu apa yang disimpulkan oleh ulama, dalam hal ini ada
yang mengatakan bahwa tafsir itu istilah apa yang bersangkut dengan ayat sedangkan ta’wil
yaitu, apa yang bersangkutan dengan ilmu pengetahuan.

Adapun perbedaan tafsir dan ta’wil itu sendiri dapat dijelaskan sebagai berikut;

TAFSIR TA’WIL

1.      Ar-Raghif Al-Ashfahani: lebih 1.      Ar-Raghif Al-Ashfahani: lebih


umum dan lebih banyak digunakan banyak dipergunakan makna dan kalimat
untuk lafazh dan kosakata dalam kitab- dalam kitab-kitab yang diturunkan Allah
kitab yang diturunkan Allah dan kitab- saja
kitab lainnya.

2.      Menerangkan makna lafazh yang 2.      Menetapkan makna yang

6
tak menerima selain dari satu arti. dikehendaki suatu lafazh yang dapat
menerima banyak makna karena
didukung oleh dalil.

3.      Al-Maturidi: menetapkan apa 3.      Menyeleksi salah satu makna yang


yang dikehendaki ayat dan mungkin diterima oleh suatu ayat tanpa
menetapkan seperti yang dikehendaki meyakinkan bahwa itulah yang
Allah. dikehendaki Allah.

4. Abu Thalib Ats-Tsa’labi: 4.      Abu Thalib Ats: menafsirkan


menerangkan makna lafazh baik bathin lafazh.
berupa hakikat atu majaz.

Kesimpulannya tafsir adalah pengertian lahiriyah dari ayat Al-Qur’an yang pengertiannya secara
tegas mengatakan maksud yang dikehendaki Allah… Azza wa jala… Sedangkan ta’wil
pengertian-pengertian tersirat yang diistimbatkan ( diproses ) dari ayat-ayat Al-Qur’an yang
memerlukan perenungan dan perkiraan, serta merupakan sarana pembuka tabir.[14]

2.    Perbedaan Tafsir Dan Terjemahan

Terjemah baik harfiah maupun tafsiriyah bukanlah atau tidaklah sama dengan tafsir. Atau
dengan kata lain terjemah adalah bukan identik dengan tafsir.  Antar keduanya terdapat sebuah
kesamaan. Persamaanya adalah bahwa baik tafsir maupun terjemahan tafsiriyah bertujuan untuk
menjelaskan. Tafsir menjelaskan suatu maksud yang semula sul;it dipahami, sedangkanm
terjemah adalah menjelaskan suatu makna dari suatu bahasa melalui suatu bahasa yang dapat
dipahami. Walaupun terdapat keasamaan diantara keduanya tetapi buka berarti persamaan itu
trerjadi secara mutlak. Oleh karena itu perlu diketahui inti-inti perbedaan diantara keduanya.
Perbedaan-perbedaan yang dimaksud adalah :

a). Bahasa tafsir sering keterkaitan dengan bahasa aslinya. Selain itu dalam tafsir tidak terjadi
peralihan bahasa, sebagaimana dalam terjemahan yaitu pemindahan bahasa dari bahasa yang satu
kebahasa yang lain. Dalam bahsa ini tidak lagi melekat lafal atau kosa kata bahasa pertama.
Bentuk bhasa pertama lepas sama sekali dari bahasa peretama yang diterjemahkan.

7
b). Dalam bahasa tafsir diutamakan adalah menyampaikan penjelasan dan pesan dari bhasa asli yang
pertama. Sedangkan dalam terjemahan tidak terdapat istithrad, yakni mencari uraian melebihi
kadar mencari padaan kata.

c).  Dalam  bahasa tafsir yang menjadi pokok perhatian adalah tercapainya penjelasan tepat sasaran
baik secara global maupun terperinci. Tidak demikian dengan terjemahan pada lezimnya
mengandung tun tuna terpenuhinya semua makna yang yang dikehendaki oleh bahasa pertama.

d). Dalam dunia penafsiran soal pengakuan sangatlah relatif, tergantung pada tafsir dan kredibilitas
mufassir ( orang ahli tafsir ). Dan dalam menafsirkan harus ditopang oleh argumen – argumen al-
quran Tetapi berbeda dengan terjemahan pada lazimnya mengandung adanya tuntutan adanya
pengakuan pengakuan yang dimaksud disisini adalah bahwa makna yang dimaksud yang telah
dialih bahasakan ke dalam bahasa kedua oleh penerjemah adalah makna yang ditunjuk oleh
pembicara bahasa pertama.

C.      Otoritas Tafsir, Ta’wil dan Terjemah

Ilmu tafsir merupakan kunci utama untuk bisa memahami al-Qur’an dengan baik dari
berbagai aspeknya.tanpa ilmu tafsir, seseorang dengan kontekstualitasnya yang sangat luas tentu
mustahil bisa memahami al-Qur’an dengan benar dan baik. Tanpa ilmu tafsir pemahaman makna
tekstualitas dan kontektualitas al-qur’an tidak mungkin bisa dikembangkan dan sosilalisasi
publikasi pengamalan al-Qur’an tidak akan berjalan lancar. Jadi ilmu tafsir memiliki fungsi yang
sangat penting dan strategis dalam upaya memahami al-Qur’an yang degan itu terciptalah
masyarakat ideal sesuai dengan petunjuk al-Qur’an.
Sedangkan ta’wil adalah suatu ilmu yang berada dalam al-Qur’an yang dapat membantu
seseorang dalam memahami isi kandungan dan rahasia suatu ayat. Dengan adanya ilmu tersebut
seseorang dapat menjangkau sesuatu dengan ilmu pengetahuannya. Tidak sembarang orang
dapat menta’wilkan al-Qur’an melainkan orang-orang yang dapat menguasai ilmu bahasa dan
sastra Arab. Baik dalam ilmu nahwu sharaf badi’ ma’ani maupun bayannya.[15]
Dan terjemah adalah suatu alat atau media yang dapat memberikan suatu pesan kepada
orang lain uantuk dia mengerti dari apa yang telah diterjemahkan dari al-Qur’an itu sendiri.
Degan terjemah tersebut akan membantu orang-orang yang kurang faham tentang bahasa Arab

8
yang notabene adalah bahasa al-Qur’an akan mengerti dan sedikitnya tau maksud atau pesan
yang terkandung dalam al-Qur’an tersebut.

BAB III
9
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Tafsir adalah ilmu al-Qur’an yang berfungsi sebagai pembuka hijab dari ketidak jelasan,
yang semula gelap akan menjadi terang dan yang telah terang menjadi lebih terang lagi. Rahasia-
rahasia yang ada dibalik ayat-ayatnya ditemukan dengan menggunakan ilmu tafsir.
Ta’wil adalah pengertian-pengertian yang samar / yang tersirat yang di-istinmbath-kan
(diproses) dari ayat-ayat al-qur’an, yang memerlukan renungan dan pemikiran dan merupakan
prosesing membuka tabir atau makna yang terkandung didalamnya. Sedangkan terjemah adalah
pengalihan bahasa dari satu bahasa kedalam bahasa lain tanpa harus menyamakan secara persis
dengan karakteristik bahasa pertama.
Perbedaan antara ketiganya yaitu :Takwil adalah esensi yang dimaksud dari suatu
perkataan, maka takwil dari talab (tuntutan) adalah esensi perbuatan yang dituntut itu sendiri dan
takwil dari khabar adalah esensi yang  diberitakan.
Dikatakan tafsir adalah apa yang telah jelas didalamnya kitabullah atau tertentu  (pasti)
dalam sunnah yang sohih karena maknanya telah jelas dan gamblang.
Sedangkan terjemah hanya merupakan pengalihan bahasa dari bahasa arab yang digunakan al-
qur’an kedalam bahasa lain.
Perbedaan yang amat jelas sekali dari kedua tafsir ini dibedakan atas sumbernya. Tafsir bi
al-ma’sur adalah metode penafsiran al-qur’an dengan menggunakan al-Qur’an, hadist, ataupun
perkataan sahabat rosul. Sedangkan tafsir bi al-ra’yi menggunakan akal pada umum penafsiranya
dan hanya sedikit pengambilan dalil dari qur’an dan hadis tapi lebih menekan pada pemikiran
dengan jalan berijtihad.

B. Saran
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa makalah ini masih memiliki
kekurangan, baik dari segi isi maupun cara penulisannya. Oleh karena itu, dengan segala
kerendahan hati penulis sangat berharap ada kritikan dan saran yang sifatnya untuk membangun.
Terakhir penulis berharap, semoga makalah ini dapat bermanfaat baik bagi penulis begitu juga
pembaca.

10
DAFTAR PUSTAKA
 Ahmad Izzan, Metodologi Ilmu Tafsir, Bandung, Tafakur, 2009.
Burhanuddin al Zarkasyi, al Burhan fi Ulum Al-Quran, Beirut : Dar al-Ma’rifat, 1972.      

11
Hasbi Asy-Syidiqie, ilmu-ilmu Al-qur’an, Jakarta:PT Bulan Bintang, tahun 1972.
Khalid Abdul Ar-Rahman Al-‘ak, Ushul At-Tafsir wa Qawa’iduh, Bairut, 1986.
Manna’ Al-Qathathan,Mabahits fi  ‘Ulum  al-Qur’an, Beirut : al-Syirkah al-Muttahidah li al-
Tauzi, 1973.
Mudzakir. AS, Study al-Qur’an, Jakarta : Lentera Antar Nusa, 2010.
Muhammad Ali al-Shabuniy, al-Tibyan fi ‘Ulum al-Qur’an, Beirut : Dar al-Irsyad, 1970.
Muhammad Az-Zarkani, Manahil Irfan Fi Ulumi Al-Qur’an, juz1 , Mesir.
Muhammad Husein al-Dzahabiy, al-tafsir wa al-Mufassirun, j. i, Mesir : Dar al-Maktub al-
Haditsah, 1976,
Rifa’at syauqi Nawawi & M. Ali hasan,  Pengantar Ilmu Tafsir, Jakarta: Bulan Bintang,1998.
Rosihon Anwar, Ulum Al-Quran, Bandung, CV pustaka setia, 2010.
Usman, Ulumul Qur’an, Yogyakarta : Teras Komplek POLRI Gowok Blok D 2 No. 186, Th.
2009.

[1]RosihonAnwar, UlumAl-Quran, Bandung, CV pustaka setia, 2010, hlm.209


[2]Khalid Abdul Ar-Rahman Al-‘ak, Ushul At-Tafsir wa Qawa’iduh, Bairut, 1986, hlm.30, lihat
juga Ahmad Izzan, Metodologi Ilmu Tafsir, Bandung, Tafakur, 2009, hlm.11
[3]Usman, Ulumul Qur’an, Yogyakarta : Teras Komplek POLRI Gowok Blok D 2 No. 186, Th.
2009.
[4] Burhanuddin al Zarkasyi, al Burhan fi Ulum Al-Quran, Beirut : Dar al-Ma’rifat, 1972, h.
13         
[5]Hasbi Asy-Syidiqie, ilmu-ilmu Al-qur’an, Jakarta:PT Bulan Bintang, tahun 1972 hlm. 202-
203
[6] Manna’ Al-Qathathan,Mabahits fi  ‘Ulum  al-Qur’an, Beirut : al-Syirkah al-Muttahidah li al-
Tauzi, 1973 ,h. 351.

12
[7] Muhammad Az-Zarkani, Manahil Irfan Fi Ulumi Al-Qur’an, juz1 , Mesir, hlm. 4-5
[8] Rifa’at syauqi Nawawi & M. Ali hasan,  Pengantar Ilmu Tafsir, Jakarta: Bulan
Bintang,1998 ,h. 144.
[9] Muhammad Ali al-Shabuniy, al-Tibyan fi ‘Ulum al-Qur’an, Beirut : Dar al-Irsyad, 1970, h.
74.
[10]Rosihon Anwar, Ulum Al-Quran, Bandung, CV pustaka setia, 2010, hlm.211-212, lihat
juga  Ahmad Izzan, Metodologi Ilmu Tafsir, Bandung, Tafakur, 2009, hlm.11
[11] Lihat muhammad Husein al-Dzahabiy, al-tafsir wa al-Mufassirun, j. i, Mesir : Dar al-
Maktub al-Haditsah, 1976, h. 23
[12]Rosihan Anwar, Ibid, hal. 213
[13] Mudzakir. AS, Study al-Qur’an, Jakarta : Lentera Antar Nusa, 2010. h. 460.
[14] Usman, Ibid, h. 214
[15]Ahmad Izzan, Metodologi Ilmu Tafsir, Bandung, Tafakur, 2009, hlm.12-13

13

Anda mungkin juga menyukai