Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

”Tafsir dan Ta’wil“

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Studi Al-Quran Dan Hadis

Disusun Oleh :
Kelompok 1
1. Nita Femiatun
2. Khairati Ismi

Dosen Pembimbing
Aguswan Rasyid, Lc, MA, Ph.D

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA BARAT
1444 H / 2022 M
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
hidayah dan taufiknya, sehingga penulisan makalah ini dapat diselesaikan dengan
baik. Shalawat beserta salam kepada putra terbaik di dunia yakninya nabi
Muhammad SAW, yang telah membawa mukjizat dan banyak perubahan
terhadap umat manusia.
Adapun tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah untuk menjelaskan
kepada kita tentang " Tafsir dan Ta’wil ". Juga harapan saya dengan adanya
makalah ini bisa membantu dalam mata kuliah Al-Quran Dan Hadis
Dalam makalah ini saya ucap kan terima kasih kepada Bapak/ibu
Aguswan Rasyid, Lc, MA, Ph.D Sebagai dosen pebimbing mata kuliah Al-Quran
Dan Hadis.

Pariaman, 22 Oktober 2022

Penulis
Khairati Ismi

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................. i
DAFTAR ISI........................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................... 1
A. Latar Belakang............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.......................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan .......................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................... 3
A.Pengertian Tafsir Dan Ta'wil Integrasi Ilmu Pengetahuan dalam Islam
............................................................................................................3
B. Urgensi Tafsir dan Ta’wil dalam Memahami Al Quran................ 8
C. Ilmu yang diperlukan dalam menafsirkan al-Quran .................... 9
BAB III PENUTUP................................................................................. 11
A.Kesimpulan..................................................................................... 11
B. Saran ............................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al Qur`an merupakan petunjuk bagi seluruh umat manusia. Di samping
itu, dalam ayat dan surat yang sama, diinformasikan juga bahwa al Qur`an
sekaligus menjadi penjelasan (bayyinaat) dari petunjuk tersebut sehingga
kemudian mampu menjadi pembeda (furqaan)-antara yang baik dan yang
buruk. Di sinilah manusia mendapatkan petunjuk dari al Qur`an. Manusia
akan mengerjakan yang baik dan akan meninggalkan yang buruk atas
dasar pertimbangannya terhadap petunjuk al Qur`an tersebut.
Al Qur`an adalah kalaamullaah yang diturunkan kepada nabi
Muhammad SAW. dengan media malaikat Jibril as. Dalam fungsinya
sebagai petunjuk, al Qur`an dijaga keasliannya oleh Allah SWT. Salah satu
hikmah dari penjagaan keaslian dan kesucian Al- Qur`an tersebut adalah
agar manusia mampu menjalani kehidupan di dunia ini dengan benar-
menurut Sang Pencipta Allah ‘azza wa jalla sehingga kemudian selamat,
baik di sini, di dunia ini dan di sana , di akhirat sana . Bagaimana mungkin
manusia dapat menjelajahi sebuah hutan belantara dengan selamat dan
tanpa tersesat apabila peta yang diberikan tidak digunakan, didustakan,
ataupun menggunakan peta yang jelas-jelas salah atau berasal dari pihak
yang tidak dapat dipercaya? Oleh karena itu, keaslian dan kebenaran al
Qur`an terdeterminasi dengan pertimbangan di atas agar manusia tidak
tersesat dalam mengarungi kehidupannya ini dan selamat dunia-akhirat.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Perbedaan Tafsir dan Ta’wil ?
2. Bagaimana Urgensi Tafsir dan Ta’wil dalam Memahami Al Quran ?
3. Apakah Ilmu yang diperlukan dalam menafsirkan al-Quran ?

1
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Tafsir dan Ta’wil .
2. Untuk Mengetahui Urgensi Tafsir dan Ta’wil dalam Memahami Al Quran
3. Untuk Mengetahui Ilmu yang diperlukan dalam menafsirkan al-Quran

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Tafsir dan Ta’wil
1. Pengertian Tafsir
Tafsir menurut bahasa diambil dari kata fassara-yufassiru yang
berarti menjelaskan, atau dari kata fasrun yang berarti membuka,
membedah sesuatu yang rumit, secara linguistic tafsir dapat diartiakan
usaha membedah problem yang rumit untuk bisa dimengerti oleh orang
lain. Pada dasrnya penertian tafsir menurut bahasa tidak lepas dari
kandungan makna al-idhah (menjelaskan), al-bayan ( menerangkan), al-
kasyf ( mangungkapkan).
Sedangkan Menurut istilah:
1) Menurut al-Jurjani, tafsir adalah menjelaskan makna ayat keaaannya,
kisahnya, dan sebab yang karenanya ayat  diturunkan, dengan lafat
yang menunjukkan kepadanya dengan jelas sekali.
2) Menurut az-Zarkazyi, ialah suatu  pengetahuan yang dengan
pengetahuan itu dapat dipahamkan kibullah yang diturunkan kepada
Nabi Muhammad SAW menjelaskan maksud-maksudnya
mengeluarkan hukum-hukumnya dan hikmahnya.
3) Menurut al-Kilbyi ialah mensyarahkan al-qur’an, menerangkan
maknanya dan menjelaskan apa yang dikehendakinya dengan nashnya
atau dengan isyaratnya ataupun dengan najwahnya.
4) Menurut Syeikh Thorir, ialah mensyarahkan lafad yang sukar
difahamkan oleh pendengan dengan uraian yang menjelaskan maksud
dengan menyebut muradhifnya atau yang mendekatinya atau ia
mempunyai petunjuk kepadanya melalui suatu jalan (petunjuk).1
Dari beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para Ulama diatas,
disa disimpulkan tafsir berarti keterangan mengenai makna yang
dimaksudkan dalam alqur’an baik dalam kerangka pemikirnya masing-
masing atau berpatokan pada riwayat dan pengetahuan seseorang. Ilmu

1
Mashuri Sirojuddin Iqbal, Pengantar Ilmu Tafsir, (Bandung : Angkasa, 1989), hlm . 86

3
tafsir di definisikan sebagai ilmu yang membahas tentang cara
mengungkapkan lafadz-lafadz al-Qur’an, dalil-dalil yang
dikemukakannaya, hukum-hukumnya baik yang bersifat spesifik maupun
sistematik serta makna-maknanya yang diungkapakn dengan bahasa yang
mudah dimengerti.
2. Pengertian Ta’wil
Menurut bahasa Ta’wil di ambil dari kata Awwala – Yuawwilu –
Ta’wilan : kembali kepada asalnya.2 Ada pula yang mengatakan bahwa
ta’wil berasal dari akar kata “Al ‘Aulu” yang berarti “Ar Ruyu”, yaitu
“kembali”. Dikatakan pula bahwa ia diambil dari kata “Al-Ayalah”, yang
berarti “As-Siya sah”, yakni mengatur, seakan-akan mengatur-atur
kalimat, menimbang-nimbangnya, membolak-balikannya untuk
memperoleh arti dan maksudnya. Adapun Ta’wil menurut istilah ulama
salaf yaitu menegaskan yang dimaksud ada dua macam, yaitu:
1. Ta’wil adalah menafsirkan kalimat dan menerangkan artinya, baik arti
tersebut sama dengan bunyi lahiriah kalimat tersebut ataupun
berlawanan.
2. Ta’wil adalah Esensi dari apa yang dikehendaki oleh suatu kalimat.
Maka apabila kalimat itu berupa tuntutan, maka ta’wilnya adalah
esensi dari perbuatan yang dituntut, dan jika berupa rangkaian kalimat
berita maka ta’wilnya adalah esensi dari suatu yang diberitakan.3
Dalam definisi lain ta’wil secara bahasa berasal dari kata ”aul” yang
berarti kembali keasal, atas dasar ini maka ta’wil secara istilah diartikan
menjadi dua makna yaitu
Pertama , ta’wil dengan pengertian suatu makna kalam yang
kepadanya mutakallim (pembicara, orang pertama) mengembalikan
perkataannya, atau suatu makna yang yang kepadanya suatau kalam
dikembalikan . dan kalam itu kembali dan merujuk kepada makna
hakikinya yang merupakan esensi sebenarnya yang dimaksud. Kalam ada
2
Kahar Masykur, Pokok-Pokok Ulumul Qur’an, (Jakarta: Rineka cipta, 1992), hlm. 160
3
Ahmad Syadali dan Ahmad Rofi’i, Ulumul Qur’an II, (Bandung: Pustaka Setya, 1997), hlm
.51.

4
dua macam, insya dan ikhbar, salah satu yang termasuk insya adalah amr
(kalimat perintah ). Maka ta’wil amr adalah esensi perbuatan yang
diperintahkan. Misalnya hadist yang diriwayatkan dari Aisyah r.a. Ia
berkata : ”adalah Rasulullah membaca di dalam ruku’ dan sujudnya
subhanallah wabi hamdika Allahummagfir li. Beliau menta’wilkan
(menjalankan perintah) alqur’an . maksudnya firman Allah : maka
bertasbihlah memuji tuhanmu dan mohonlah ampun kepadanya.
Sesungguhnya Dia Maha penerima taubat. (An-Nasr :3).
Kedua, ta’wil kalam dalam arti menafsirkan dan menjelaskan
maknanya. Pengertian inilah yang dimaksudkan Ibn Jabir At-Tabrani
dalam tafsir-nya dengan kata-kata, pendapat tentang ta’wil firman Allah
ini ...Begini dan begitu...dalam hal ini ahli ta’wil menganggap bahwa yang
dimaksud dengan ta’wil adalah tafsir. Akan tetapi diantar para ulama ada
yang membedakan antara tafsir dan ta’wil karena walaupun maknanya
agak berdekatan akan tetapi tetap memiliki perbedaan.
Singkatnya, ta’wil menurut istilah adalah suatu usaha untuk
memahami lafadz (ayat-ayat) melalui proses pendekatan pemahaman arti
yang dikandung oleh lafadz itu. Dengan kata lain berarti menerangkan
lafadz dengan alternatif kandungan makna yang bukan merupakan makna
lahirnya.
3. Perbedaan antara Tafsir dengan Ta’wil
Para ulama berbeda pendapat tentang perbedaan antara kedua kata
tersebut. Berdasarkan pada pembahasan diatas tentang makna tafsir dan
ta’wil, kita dapat menyimpulkan pendapat terpenting diantaranya sebagai
berikut:
1) Apabila berpendapat, ta’wil adalah menafsirkan perkataan dan
menjelaskan maknanya, maka “ta’wil” dan “tafsir” adalah dua kata
yang berdekatan atau sama maknanya. Termasuk pengertian ini ialah
doa Rasululloh untuk Ibn Abbas: “Ya Allah, berikanlah kepadanya
kemampuan untuk memahami agama dan ajarkanlah
kepadanya ta’wil.

5
2) Apabila kita berpendapat, ta’wil adalah esensi yang dimaksud dari
suatu perkataan, maka ta’wil dari talab (tuntutan) adalah esensi
perbuatan yang dituntut itu sendiri dan ta’wil dari khabar  adalah
esensi sesuatu yang diberikan. Atas dasar ini maka perbedaan antara
tafsir dengan ta’wil cukup besar; sebab tafsir merupakan syarah dan
penjelasan bagi suatu perkataan dan penjelasan ini berada dalam
pikiran dengan cara memahaminya dan dalam lisan dengan ungkapan
yang menunjukkannya. Sedang ta’wil ialah esensi sesuatu yang berada
dalam realita (bukan dalam pikiran). Sebagi contoh, jika dikatakan:
“Matahari telah terbit”, maka ta’wil ucapan ini ialah terbitnya
matahari itu sendiri. Inilah pengertian ta’wil yang lazim dalam bahasa
Quran sebagaimana telah dikemukakan. Allah berfirman:
       
        
       
        
     
“Atau (patutkah) mereka mengatakan: ‘Muhammad membuatnya’
Katakanlah: ‘(Kalau benar yang kamu katakan itu), maka cobalah
datangkan sebuah surah seumpamanya dan panggilah siapa yang dapat
kamu panggil (untuk membuatnya) selain Allah, jika kamu orang-
orang yang benar.’ Tetapi sebenarnya mereka mendustakan apa yang
mereka belum mengetahuinya dengan sempurna padahal belum
datang kepada mereka ta’wil-Nya.” (Yunus [10]: 38-39). Yang
dimaksud dengan ta’wil disini ialah terjanya sesuatu yang
diberitahukan.
3) Dikatakan, tafsir adalah apa yang telah jelas di dalam Kitabullah atau
tertentu (pasti) dalam sunnah yang shahih karnanya maknanya telah
jelas dan gamblang. Sedang ta’wil adalah apa yang telah disimpulkan
para ulama. Karena itu sebagian ulama mengatakan, “Tafsir adalah
apa yang berhubungan dengan riwayat sedang Ta’wil adalah apa yang
berhubungan dengan dirayah.[12]

6
4) Dikatakan pula, tafsir lebih banyak digunakan dalam (menerangkan)
lafaz dan mufrodat (kosa kata), sedang ta’wil lebih banyak dipakai
dalam (menjelaskan) makna dan susunan kalimat. Dan masih banyak
lagi pendapat-pendapat yang lain.
Perbedaan Terjemah dan Tafsir

TERJEMAH TAFSIR
1. Memakai bahasa lain 1. memakai bahasa arab yang
2. Jelas diterangkan dalam al-qur’an mempunyai keterkaitan dengan
dan hadits-hadits shahih lafadz
3. Banyak berhubungan dengan 2. Kebanyakan di istinbath oleh para
riwayat ulama
4. Digunakan dalam ayat - ayat 3. Banyak berhubungan dengan
mukhkamat (jelas) rirayat
5. Bersifat menerangkan petunjuk 4. Digunakan dalam ayat-ayat
yang dikehendaki mutasyabihat
5. Menerangkan hakikat yang
dikehendaki

Perbedaan Tafsir dan Ta’wil

TAFSIR TA’WIL
6. Pemakaiannya banyak dalam 6. Pemakaian lebih banyak pada
lafadz-lafadz dan mufradat makna-makna dan susunan
7. Jelas diterangkan dalam al-qur’an kalimat
dan hadits-hadits shahih 7. Kebanyakan di istinbath oleh para
8. Banyak berhubungan dengan ulama
riwayat 8. Banyak berhubungan dengan
9. Digunakan dalam ayat - ayat rirayat
mukhkamat (jelas) 9. Digunakan dalam ayat-ayat
10. Bersifat menerangkan petunjuk mutasyabihat
yang dikehendaki 10. Menerangkan hakikat yang

7
dikehendaki

B. Urgensi Tafsir dan Ta’wil dalam Memahami Al Quran


Urgensi tafsir dan ta’wil dalam memahami Al-Qur’an untuk
ayat muhkamat dan ayat mutasyabihat adalah sebagai berikut:
1. Ayat Mukhamat
Urgensi tafsir dan ta’wil dalam memahami
ayat muhkamat diantaranya adalah:
a) Dengan adanya ayat mukhamat yang sudah jelas arti maksudnya,
maka menjadi rahmat bagi umat Islam, khususnya orang yang
kemampuan bahasa Arabnya lemah. Dengan mempelajari bahasa arab
akan menambah kosa kata yang bersumber dari al Quran.
b) Untuk mempermudah dalam memahami isi kandungan al Quran
supaya umat Islam mudah mengamalkan pelaksanaan ajaran-
ajarannya karena lafal ayat-ayatnya telah mudah diketahui dan
dipahami.
c) Untuk membantu dalam menghafal al Quran, karena salah satu
metode menghafal yang paling efektif adalah dengan memahami
terlebih dahulu arti ayat yang akan dihafal.
d) Untuk menghilangan kebingungan dan kesulitan umat Islam dalam
mempelajari isi ajarannya karena lafal ayat-ayat dengan sendirinya
sudah dapat menjelaskan arti maksudnya.
2. Ayat Mutasyabihat
Urgensi tafsir dan ta’wil al-Qur’an dalam memahami
ayat mutasyabihat diantaranya adalah:
a) Memperlihatkan kelemahan akal manusia. Akal sedang dicoba untuk
meyakini keberadaan ayat-ayat al Quran sebagaimana Allah memberi
cobaan pada badan untuk beribadah. Seandainya akal yang merupakan
anggota badan paling mulia itu tidak diuji, tentunya seseorang yang
berpengetahuan tinggi akan menyombongkan keilmuannya sehinnga
enggan tunduk kepada naluri kehambaannya.

8
b) Teguran bagi orang-orang yang mengutak-atik ayat-ayat al Quran.
Sebagaimana Allah menyebutkan bahwa cercaan terhadap orang-
orang yang mengutak-atik ayat-ayat mutasyabihat itu.
Sebaiknya  Allah memberikan pujian bagi orang-orang yang
mendalami ilmunya.
c) Membuktikan kelemahan dan kebodohan manusia. Sebesar apapun
usaha dan persiapan manusia, masih ada kekurangan dan
kelemahannya
d) Untuk mengetahui kemukjizatan yang terdapat dalam al Quran agar
manusia sadar bahwa kitab itu bukanlah buatan manusia biasa,
melainkan wahyu ciptaan Allah SWT.
C. Ilmu yang diperlukan dalam menafsirkan al-Quran
Pertama, Ilmu Lughat, yaitu ilmu untuk mengetahui arti setiap kata
Alquran. Mujahid rah.a berkata, “Barang siapa beriman kepada Allah dan hari
akhirat, maka tidak layak baginya berkomentar tentang tentang ayat-ayat al
Qur’an tanpa mengetahui ilmu lughat. Sedikit pengetahuan tentang lughat
tidaklah cukup karena kadang kala satu kata mengandung berbagai arti. Jika
hanya mengetahui satu atau dua arti, tidaklah cukup. Bisa jadi kata itu
mempunyai arti dan maksud yang berbeda."4
Kedua, Ilmu Nahwu (tata bahasa). Sangat penting mengetahui ilmu
nahwu, karena sedikit saja I’rab hanya didapat dalam ilmu nahwu.
Ketiga, Ilmu Sharaf (perubahan bentuk kata). Mengetahui ilmu sharaf
sangat penting, karena perubahan sedikit bentuk suatu kata akan mengubah
maknanya.
Ibnu Faris berkata, “jika seseorang tidak mempunyai ilmu sharaf, berarti ia
telah kehilangan banyak hal.” Dalam Ujubatut Tafsir, Syaikh Zamakhsyari
rah.a. menulis bahwa ada seseorang yang menerjemahkan ayat al Qur’an
yang berbunyi:

4
Fadhilah Amal / Maulana Zakariyya Al Khandahlawi, 2020. 15 Ilmu untuk Menafsirkan
Alquran (1). Artikel Muhammad Hafil

9
        
     
 

Artinya: “(ingatlah) pada suatu hari (yang pada hari itu) Kami panggil
setiap umat dengan pemimpinnya.” (Qs. Al Isra [17] : 71)

Karena ketidaktahuannya tentang ilmu Sharaf, ia menerjemahkan ayat itu


seperti ini: “pada hari ketika manusia dipanggil dengan ibu-ibu mereka.” Ia
mengira bahwa kata ‘imaam’ (pemimpin) yang merupakan bentuk mufrad
(tunggal) adalah bentuk memahami ilmu sharaf, tidak mungkin akan
mengartikan ‘imaam’ sebagai ibu-ibu.
Keempat, Ilmu Isytiqaq (akar kata). Mengetahui ilmu isytiqaq sangatlah
penting. Dengan ilmu ini dapat diketahui asal-usul kata. Ada beberapa kata
yang berasal dari dua kata yang berbeda, sehingga berbeda makna. Seperti
kata ‘masih’ berasal dari kata ‘masah’ yang artinya menyentuh atau
menggerakan tangan yang basah ke atas suatu benda, atau juga berasal dari
kata ‘masahat’ yang berarti ukuran.
Kelima, Ilmu Ma’ani. Ilmu ini sangat penting diketahui, karena dengan
ilmu ini susunan kalimat dapat diketahui dengan melihat maknanya.

BAB III

10
PENUTUP

A. Kesimpulan
Jadi Kesimpulannya bahwa tafsir menurut bahasa diambil dari kata fassara-
yufassiru yang berarti menjelaskan, atau dari kata fasrun yang berarti
membuka, membedah sesuatu yang rumit, secara linguistic tafsir dapat
diartiakan usaha membedah problem yang rumit untuk bisa dimengerti oleh
orang lain. Pada dasarnya penertian tafsir menurut bahasa tidak lepas dari
kandungan makna al-idhah (menjelaskan), al-bayan ( menerangkan), al-kasyf
( mangungkapkan). Sedangkan Pengertian Ta’wil Menurut bahasa Ta’wil di
ambil dari kata Awwala – Yuawwilu – Ta’wilan : kembali kepada asalnya.
Ada pula yang mengatakan bahwa ta’wil berasal dari akar kata “Al ‘Aulu”
yang berarti “Ar Ruyu”, yaitu “kembali”. Dikatakan pula bahwa ia diambil
dari kata “Al-Ayalah”, yang berarti “As-Siya sah”, yakni mengatur, seakan-
akan mengatur-atur kalimat, menimbang-nimbangnya, membolak-balikannya
untuk memperoleh arti dan maksudnya.
B. Saran
Demikianlah makalah yang kami berisikan tentang tafsir, dan ta’wil.
Makalah inipun tak luput dari kesalahan dan kekurangan maupun target yang
ingin dicapai. Adapun kiranya terdapat kritik, saran maupun teguran
digunakan sebagai penunjang pada makalah ini. Sebelum dan sesudahnya
kami ucapkan terima kasih.

11
DAFTAR PUSTAKA

Mashuri Sirojuddin Iqbal, Pengantar Ilmu Tafsir, (Bandung : Angkasa, 1989)


Kahar Masykur, Pokok-Pokok Ulumul Qur’an, (Jakarta: Rineka cipta, 1992)
Ahmad Syadali dan Ahmad Rofi’i, Ulumul Qur’an II, (Bandung: Pustaka Setya,
1997)
Fadhilah Amal / Maulana Zakariyya Al Khandahlawi, 2020. 15 Ilmu untuk
Menafsirkan Alquran (1). Artikel Muhammad Hafil

Anda mungkin juga menyukai