“STUDI AL-QUR’AN”
Dosen Pengampu :
i
Kata Pengantar
Assalamualaikum Wr. Wb.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna dan dalam
penyelesaiannya masih banyak ditemukan kekurangan serta kesalahan.Penulis
berharap pembaca dapat memberikan kritik dan saran demi kesempurnaan
makalah ini.
Wassalamualaikum Wr. Wb
Penulis
ii
Daftar Isi
Kata Pengantar...................................................................................................................ii
Daftar Isi...........................................................................................................................iii
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan 1
BAB II...............................................................................................................................2
PEMBAHASAN................................................................................................................2
1. Pengertian Tafsir................................................................................................2
2. Takwil................................................................................................................3
3. Tarjamah............................................................................................................4
BAB III............................................................................................................................14
PENUTUP.......................................................................................................................14
A. Kesimpulan 14
B. Saran 14
Daftar Pusaka...................................................................................................................15
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Upaya menafsirkan al-Qur'an sudah dilakukan oleh Rasulullah SAW.,
predikat al Qur'an sebagai Hudan (petunjuk) dan Rahmatan (rahmat) bagi
manusia, membuka kemungkinan yang luas bagi penafsiran terhadapnya.
Susunan al-Qur'an yang tidak sistematis juga merupakan alasan tersendiri
mengapa penafsiran serta penggalian terhadap makna ayat-ayatnya yang justru
menjadi tugas umat yang tidak akan berakhir. Oleh karena itu kita sebagai
umat Rasulullah hendaknya mengerti apa itu Tafsir, dan apa saja tafsir dalam
Al Qur'an yang harus kita ketahui, karena kita sudah tau bahwasanya menjadi
umat islam adalah mengerti segala jenis isi dan makna al- Qur'an beserta
mengamalkannya.
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Tafsir, Takwil, dan Tarjamah?
2. Perbedaan Tafsir, Takwil, dan Tarjamah?
3. Klasifikasikan tafsir bi al matsur dan tafsir bi ar-rayi?
4. Ciri penafsiran nabi dalam penafsiran Al-Qur’an?
5. Ciri penafsiran sahabat dalam penafsiran Al-Qur’an?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Pengertian Tafsir, Takwil, dan Tarjamah.
2. Untuk mengetahui Perbedaan Tafsir, Takwil, dan Tarjamah.
3. Untuk mengetahui Klasifikasikan tafsir bi al matsur dan tafsir bi ar-rayi.
4. Untuk mengetahui Ciri penafsiran nabi dalam penafsiran Al-Qur’an.
5. Untuk mengetahui Ciri penafsiran sahabat dalam penafsiran Al-Qur’an.
1
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Tafsir
Secara ertimologi , tafsir berarti menjelaskan dan mengungkapkan,
meski agak sedikit sama, Ibnu Mandhur mencoba mendefinisikan dalam
Lisan al-Arab, yang merujuk pada Q.S al-Furqan ayat 33
1
Tim Penyusun MKD, Studi Al-Qur’an, ( UINSA press : 20011), hlm. 494
2
c. Menurut Abu Hayyan tafsir adalah mengenai cara pengucapan kata-
kata Al-Qur’an serta cara mengungkapkan petunjuk, kandungan-
kandungan hokum dan makna yang terkandung didalamnya.
d. Menurut Al-Zarkasyi tafsir adalah ilmu yang digunakan untuk
memahami dan menjelaskan makna-makna kitab yang diturunkan
kepada Nabi-Nya, Muhammad SAW, serta menyimpulkan kandungan
hukum dan hikmahnya.2
2. Takwil
Ta’wil menurut bahasa brasal dari awwala yang mempunyai arti
kembali dan berpaling. Menurut as-Said al-Jurjany Ta’wil ialah
mengalihkan makna teks lafal kepada salah satu makna konteks lafal yang
sesuai dan tidak bertetangan dengan al-kitab.Menurut Hasby sh-Shiddieqy
ta’wil adalah menerangkan salah satu makna yang dapat diterima oleh
lafal.Jadi ta’wil adalah makna yang diambil dari konteks lafal yang dimuat
oleh banyak makna yang terkandung dalam teks ayat al Qur’an.
Ta’wil biasanya digunakan untuk menyingkap makna ayat-ayat yang
mutasyabih atau ayat-ayat yang maknanya belum jelas. Takwil digunakan
untuk memenuhi kebutuhan praktis, yaitu mengaplikasikan ayat-ayat
Alquran dalam kehidupan sehati-hari. Selanjutnya dari penjelasan tersebut
dapat ditarik kesimpulan:
a) Ada sebagian ayat Alquran yang harus disertai penjelasan dari nabi.
Alasannya yaitu: (1) Ayat-ayat tersebut mengandung perintah, baik wajib
2
Samsurrohman, Pengantar Ilmu Tafsir, (Jakarta: Amzah, 2014), hlmn 11
3
maupun sunnah; petunjuk; serta anjuran Nabi. (2) Ayat-ayat tersebut
mengandung larangan, kewajiban, hak, dan hudud. Penjelasan mengenai
itu semua hanya didapat dari Nabi.
b) Ada sebagian dari kandungan Alquran yang takwlnya hanya diketahui
oleh Allah, seperti datangnya ajal dan hari kiamat.
c) Ada sebagian dari ayat Alquran yang takwilnya hanya diketahui oleh
orang yang berilmu.
) أَال إِنَّهُ ْم هُ ُم11( َض قَالُوا إِنَّ َما نَحْ نُ ُمصْ لِحُون
ِ َْوإِ َذا قِي َل لَهُ ْم اَل تُ ْف ِسدُوا فِي األر
َْال ُم ْف ِس ُدونَ َولَ ِك ْن اَل يَ ْش ُعرُون
3. Tarjamah
Dalam perspektif bahasa, tarjamah merupakan proses memindahkan
dari satu bahasa ke bahasa yang lain. Sedangkan menurut terminology
sebagaimana pendapat adh-Dhahabiy, adalah pengalihan bahasa lain
berdasarkan susunan kalimatnya secara benar dan tepat, agar bias
dipahami artinya secara benar dan tepat.
4
Menurut adh-Dhahabiy, dan juga Qattan, tarjamah dalam istilah
disiplin ilmu ulumul Qur’an itu ada dua jenis, yaitu:
a. Tarjamah harfiyah, yaitu mengalihkan lafal-lafal dari satu bahasa
kedalam lafal-lafal yang serupa dari bahasa lain dengan sedemikian
rupa, sehingga susunan dan tertib bahasa kedua sesuai dengan
susunan dan tertib bahasa yang pertama.
b. Tarjamah tafsiriyah atau maknawiyah, yaitu menjelaskan makna
pembicaraan dngan bahasa lain tanpa terikat dengan tertib kata-kata
bahasa asal atau memperhatikan susunan kalimatnya.
b. Ta’wil: mengalihkan lafadz-lafadz ayat al-Qur’an dari arti yang lahir dan
rajih kepada arti lain yangsamar dan marjuh.
Tafsir:
5
6) Menjelaskan objek dan topic suatu kosakata
7) Berdasarkan pada dalil yang qath’i
Takwil
3
Ibid, hlmn 34
4
Muhammad Naqrasyi, Manahij Al-Mufassirin min Al-Ashr Al-Awwal ila Al-Ashr AL-Hadis,
(Riyadh: Maktabah An-Nadhah, 1986), hlmn69
6
Penjelasan Nabi tersebut mengisyaratkan bahwa satu kosakata dalam
Alquran terkadang memiliki lebih dari dua makna.Di sisi lain, hadis
tersebut menunjukkan bahwa ayat ALquran berfungsi memberikan batasan
makna seperti kata zhulm yang diartikan syirik.
2) Menafsirkan Alquran dengan hadis Nabi.
Apabila tidak dtemukan ayat Alquran yang menafsirkan ayat Alquran
yang lainnya, dapat dicari dalam hadist.
ُب َو ِم ْثلَهُ َم َعه ُ ٌأَ الَ إِ نٌي أ
َ وتيت ْال ِكتَا
Artinya: “Ingatlah, sesungguhnya aku diberi Al-Kitab dan yang serupa
dengannya (Sunnah).” HR. Abu Daud
Meskipun hadist merupakan penjelas bagi Alquran, tetap perlu
meneliti riwayatnya agar terjaga dari riwayat yang dho’if dan maudhu’.
Tugas Nabi adalah menjelaskan apa yang disampaikan Allah kepada
manusia dalam ayat
َاس َما نُ ِّز َل إِلَ ْي ِه ْم َولَ َعلَّهُ ْم يَتَفَ َّكرُون َ الزب ُِر ۗ َوأَ ْنزَ ْلنَا إِلَ ْي
ِ َّك ال ِّذ ْك َر لِتُبَيِّنَ لِلن ِ بِ ْالبَيِّنَا
ُّ ت َو
7
َ َفَأ َ ْن َز ْلنَا َعلَى الَّ ِذين
َظلَ ُموا ِرجْ ًزا ِمنَ ال َّس َما ِء بِ َما َكانُوا يَ ْف ُسقُون
Artinya: “Sebab itu Kami timpakan atas orang-orang yang zalim itu dari
langit, karena mereka berbuat fasik”. QS. Al-Baqarah:59
5
Ath-Thabari.Tafsir Ath-Thabari, hlm. 118
8
Tafsir bi ar-rayi Al-Mahmud ialah ikhtiar untuk menemukan
pemahaman Alquran dengan menggunakan berbagai pengetahuan
seperti ilmu bahasa arab atau konteks ayat tanpa dilandaskan pada
riwayat dari generasi sebelumya. Conoth tafsir bi ar-rayi al Mahmud
yaitu istinbath dan ijtihadyang dihasilkan oleh sahabat dan tabi’in.
Sehubungan dengan itu, Abu bakarAsh-Shiddiq ditanya tentang al-
kalalah (orang meninggal yang tidak memiliki anak dan orang tua). Ia
menjawab “Aku berpendapat dengan birijtihad. Apa itu benar semata-
mata dari Allah. Akan tetapi, bila itu salah, itu murni dariku dan dari
setan.” Ijtihad yang dilakukan oleh sahabat seperti yang dilakukan Abu
Bakar Ash-Shiddiqi merupakan tafsir bi ar-ra’yi al Mahmud karena
berdasarkan pengetahuan yang memadai.
6
Mahmud An-Naqrasyi As-Sayyid Ali, Manahij Al-Mufassirin min Al-Ashr Al-Awwal ila Al-Ashr AL-
Hadis, (Riyadh: Maktabah An-Nadhah, 1986), hlm. 70
9
ekspositoris bisa disebut langsung. Dan sebagian besar penafsiran nabi saw
kepada para pengikutnya asalah jenis penafsiran praktis.
Contoh penafsiran ekspositoris atau langsung adalah definisi nabi saw
tentang kata miskin (miskin) yang mengambil refernsi dar Q.S. al-baqarah:
273;
Artinya: “orang-orang kafir yang terikat (oleh jihad) di jalan Allah; mereka
tidak dapat (berusaha) di bumi; orang yang tidak tahu menyangka mereka
kaya karena memelihara diri dari minta-minta kamu kenal mereka dengan
melihat sifat-sifatnya. Mereka tidak meminta kepada orang secara mendesak”
Contoh penafsiran praktis atau tidak langsung adalah tata cara shalat, al
qur’an memerintahkan umat islam untuk melakukan shalat tetapi tidak
memberikan rincian tentang bagaimana melaksanakan. Nabi saw mengajarkan
pengikutnya bagaimana melakukan shalat dengan melakukan sendiri (melalui
sikap/ hadith fi’liy) demikian juga tentang perintah untuk membayar zakat,
nabi saw. Menempatkan pengajarannya dalm praktek dengan menerapkan
sistem zakat melalui instruksi.
Apa yanng terlihat dalam penafsiran nabi saw (sebagaimana dilaporkan
dalam hadith) adalah bahwa biasanya tidak ada analisis sitematis (linguistik
atau lainnya) dari teks yng di uraikan. Nabi saw lebih tertarik dalam
menyampaikan implikasi praktis dari al –qur’an itu diterapkan pada suatu
keadaan tertentu.
Hubungan antara nabi saw dan al-qur’an intim dan timbal balik. Firman
Allah telah diberikan dalam bahasa manusia yaitu bahasa arab, melalui media
nabi, yang adalah diri sendiri. Di sinilah letak keunikan penafsiran nabi saw
karena beliau mendapatkan pengalaman dan keterlibatan mendalam dengan
‘kata’ yang memberinya wewenang untuk menafsirkan al qur’an.
10
dan daerah sekitarnya. Kesulitan kedua para sahabat dalam memahami
beberapa referensi historis dari al-qu’an, khususnya kisah-kisah para nabi
(qasas al anbiya’) dan bangsa di masa lalu.
Penafsiran para sahabat sering agak pribadi, mereka menyatakan apa yan
mereka pikir adalah arti yang paling sesuai untuk teks dengan perluasan
hegemoni muslim yang di bangun sejak penaklukan abad pertama hijriyah/
ketujuh ,asehi, konversi ke islam dari agama lain mulai terjadi dalam skala
besar. Wafatnya nabi saw berarti bahwa umat islam baru harus bergantung
pada sahabat terkemuka untuk pemahaman mereka tentang agama dan al-
qur’an. Sahabat yang menetap di tempay-tempat seperti irak, suriah, mesir dan
yaman atau tetap dimekkah dan madinah, menjadi eksponen otoritatif mana
dari teks al-qur’an.
Tidak diragukan lagi al-qur’an adalah sumber fundamental bagi agama
baru, tetapi bagi pemeluk baru banyak yang tidak mengalami zaman nabi saw
dan yang datang dari latar belakang bahasa dan agama lain, sehingga sulit
mengakses makan al-qur’an secara langsung. Karena itu sahabat memainkan
peran utama dalam menuliskan peran utama dalam memastikan bahwa teks
dimengerti untuk muslim general baru yang banyak di antaranya tidak
mengetahui dialek qurasyh arab.
Dalam periode ekspensi yang cepet dari pengetahuan dan pemikiran di
dunia islam pada awal abad ke dua hijriyah/kedelapan masehi, penafsiran al-
qur’an dapat digambarkan mencari. Perubahan tersebut disebab kan oleh
empat alasan utama:
1. Daerah dengan berbagai perbedaan, campuran budaya dan perbedaan
tingkat interaksi anatar muslim, yahudi, kristen dan zoroastrian.
2. Pendekatanindivisual dari sahabat dan tabi’in dengan penafsiran dan
penerpan teks-tks kunci al-qur’an dan hadith, dan tingkat pengaplikasian
yang kaku.
3. Berbagai teks, khususnya teks hadith yang tersedia hanya pada hal-hal
tertentu.
4. Perbedaan dalam memahami teks.
11
Dalam konteks yang lebih luas pendekatan terhadap al-qur’an oleh para
sahabat terdapat dua kubu; kubu kontekstualis yang populer denan sebutan ahl
al-qiyas (ahl ar-ra’y)dan kubu tekstualis yang dikenal denga ahl al-madinah
(ahl al-hadith) yang membatasi fleksibilitas pemahaman al-qur’an
Para tekstualis mengandalkan tiga prinsip dalam pendekatan tafsir mereka
yang mendasari pemahaman, interpretasi, dan aplikasi aturan al-qur’an pada
kehidupan sehari-hari bagi kehidupan dan masyarakat.
1. Bahwa teks ianggap sebuah ketetapan dan tujuan dasr untuk memahami al-
qur’an
2. Bahwa banyak teks didalam al-qur’an maupun hadith yang menunjukkan,
bahwa agama islam teah sempurna, dalam arti, bahwa al-qur’an maupun
hadith telah menyinggung semua aturan, bai yangbersifat individu,
maupun sosial
3. Tidak diperlakukan lagi adanya penelusuran lebih lanjut, klarifikasi, atau
justifikasi murni berdasarkan rasio maka sejk itu, peran akal sedikit demi
sedikit terbatasi dalam memahami dan mengaplikasikan teks-teks suci,
khusunya diwilayah islam sunni.
12
pada masa sahabat ini telah terjadi penafsiran bi ar-ra’yi tetapi harus memiliki
prasyarat (kode etik) sebagai berikut
1. Mengenal tata bahsa arab
2. Mengenal budaya dn karakter arab
3. Mengenal keeradaan kaum yahudi dan nasrni di jazirah arab pada waktu
turunnya l-qur’an
4. Penguasaannya terhadap al-qur’an termasuk ashab an nuzul,
Yang menjadi pemicu lemahnya penafsirn bi ar-riwayah anatara lain;
1. Banyaknya hadith palsu dalam penafsiran bi ar-riwayah penyebabnya
antara lain; fanatik madhhab/aliran.
2. Masuknya atau merembesnya cerita atau riwayat israiliyat.
3. Membuang sanad dalam periwayatan.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Dapat dikatakan bahwa pengertian tafsir ialah upaya untuk
mengungkapkan makna musykil dari suatu kosakata.
2. Ta’wil menurut bahasa brasal dari awwala yang mempunyai arti kembali
dan berpaling.
5. Ada dua jenis penafsiran oleh nabi muhammad saw yaitu praktis dan
ekspositoris.
14
B. Saran
Demikian makalah yang berjudul “Al Muhkam Wal Mutashabih”
penulis buat. Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini ada banyak
kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran penulis harapkan dari para
pembaca demi terciptanya makalah yang lebih baik. Makalah ini disusun
dengan harapan dapat menjadi tambahan wawasan dan informasi bagi
pembaca.
15
Daftar Pusaka
Zuhdi Ahmad. 2018. Studi Al-Qur’an. Surabaya: UINSA Press
Ath-Thabari, Muhammad bin Jarir bin Yazid bin Katsir bin Ghalib Al-Amili.
Tafsir Ath-Thabari. Bairut: Mu’assasah Ar-Risalah
16