Anda di halaman 1dari 19

lTAFSIR, TAKWIL, DAN TARJAMAH

Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

“STUDI AL-QUR’AN”

Dosen Pengampu :

Dr. H. Darmawan, SHI., MHI.

Disusun Oleh Kelompok 12 :

1. Anisa Yusrin Nanda (G03218004)


2. Faridatul Aini (G03218009)

PROGAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL


SURABAYA
2019

i
Kata Pengantar
Assalamualaikum Wr. Wb.

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT, atas limpahan


nikmat dan berkat-Nya sehingga makalah dengan judul “Tafsir, Takwil, dan
Tarjamah” ini bisa terselesaikan untuk memenuhi salah satu tugas dari mata
kuliah Studi Al-Qur’an.

Shalawat dan salam tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW


karena telah memberikan petunjuk untuk membedakan mana yang baik dan yang
buruk. Menuntun umat manusia menuju jalan yang diridhoi-Nya, yaitu agama
islam.

Penulis mengucapkan terima kasih atas terselesaikannya makalah ini yang


tidak lepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak, yang secara tulus
memberikan bantuan berupa sumbangan ide maupun materi pembahasan serta
bantuan lainnya yang tidak dapat dijelaskan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna dan dalam
penyelesaiannya masih banyak ditemukan kekurangan serta kesalahan.Penulis
berharap pembaca dapat memberikan kritik dan saran demi kesempurnaan
makalah ini.

Wassalamualaikum Wr. Wb

Surabaya, April 2019

Penulis

ii
Daftar Isi

Kata Pengantar...................................................................................................................ii

Daftar Isi...........................................................................................................................iii

BAB I.................................................................................................................................1

PENDAHULUAN.............................................................................................................1

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 1

C. Tujuan 1

BAB II...............................................................................................................................2

PEMBAHASAN................................................................................................................2

A. Pengertian Tafsir, Takwil, dan Tarjamah 2

1. Pengertian Tafsir................................................................................................2

2. Takwil................................................................................................................3

3. Tarjamah............................................................................................................4

B. Perbedaan Tafsir, Ta’wil, Tarjamah 5

C. Klasifikasi Tafsir Al-Ma’tsur dan Ar-Rayi 6

D. Ciri Penafsiran Nabi dalam Memahami Al Qur’an 9

E. Ciri Penafsiran Sahabat dalam Memahami Al Qur’an 10

BAB III............................................................................................................................14

PENUTUP.......................................................................................................................14

A. Kesimpulan 14

B. Saran 14

Daftar Pusaka...................................................................................................................15

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Upaya menafsirkan al-Qur'an sudah dilakukan oleh Rasulullah SAW.,
predikat al Qur'an sebagai Hudan (petunjuk) dan Rahmatan  (rahmat) bagi
manusia, membuka kemungkinan yang luas bagi penafsiran terhadapnya.
Susunan al-Qur'an yang tidak sistematis juga merupakan alasan tersendiri
mengapa penafsiran serta penggalian terhadap makna ayat-ayatnya yang justru
menjadi tugas umat yang tidak akan berakhir. Oleh karena itu kita sebagai
umat Rasulullah hendaknya mengerti apa itu Tafsir,  dan apa saja tafsir dalam
Al Qur'an yang harus kita ketahui, karena kita sudah tau bahwasanya menjadi
umat islam adalah mengerti segala jenis isi dan makna al- Qur'an beserta
mengamalkannya.

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Tafsir, Takwil, dan Tarjamah?
2. Perbedaan Tafsir, Takwil, dan Tarjamah?
3. Klasifikasikan tafsir bi al matsur dan tafsir bi ar-rayi?
4. Ciri penafsiran nabi dalam penafsiran Al-Qur’an?
5. Ciri penafsiran sahabat dalam penafsiran Al-Qur’an?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Pengertian Tafsir, Takwil, dan Tarjamah.
2. Untuk mengetahui Perbedaan Tafsir, Takwil, dan Tarjamah.
3. Untuk mengetahui Klasifikasikan tafsir bi al matsur dan tafsir bi ar-rayi.
4. Untuk mengetahui Ciri penafsiran nabi dalam penafsiran Al-Qur’an.
5. Untuk mengetahui Ciri penafsiran sahabat dalam penafsiran Al-Qur’an.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Tafsir, Takwil, dan Tarjamah

1. Pengertian Tafsir
Secara ertimologi , tafsir berarti menjelaskan dan mengungkapkan,
meski agak sedikit sama, Ibnu Mandhur mencoba mendefinisikan dalam
Lisan al-Arab, yang merujuk pada Q.S al-Furqan ayat 33

َ َ‫ق ِج ْئ ٰنَكَ إِاَّل بِ َمثَ ٍل يَأْتُون‬


‫ك َواَل‬ ِّ ‫اتَ ْف ِسي ًر َوأَحْ َسنَ بِ ْٱل َح‬

Artinya: “Tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu (membawa)


sesuatu yang ganjil, melainkan Kami datangkan kepadamu suatu yang
benar dan yang paling baik penjelasannya”
Dari ayat diatas menjelaskan istilah “kashf al-mughatta” yaitu
membuka sesuatu yang tertutup. Dapat dikatakan bahwa pengertian tafsir
ialah upaya untuk mengungkapkan makna musykil dari suatu
kosakata.1Tafsir menurut disiplin ulamul Qur’an adalah membuka dan
menjelaskan maksud yang sukar dari suatu lafal. Adapun Terdapat tafsir
menurut istilah adalah banyak pendapat 
a. Tafsir menurut Al-Kilab dalam at-Tashil adalah menjelaskan al-Qur’an,
menerangkan maknanya dan menjelaskan apa yang dikehendaki nash,
isyarat atau tujuan.
b. Menurut Syaikh Al-Jazairi tafsir pada hakikatnya adalah menjelaskan
kata yang sukar dipahami oleh pendengar sehingga berusaha
mengemukakan sinonimnya atau makna yang mendekatinya atau
dengan jalan mengemukakan salah satu dilalahnya.

1
Tim Penyusun MKD, Studi Al-Qur’an, ( UINSA press : 20011), hlm. 494

2
c. Menurut Abu Hayyan tafsir adalah mengenai cara pengucapan kata-
kata Al-Qur’an serta cara mengungkapkan petunjuk, kandungan-
kandungan hokum dan makna yang terkandung didalamnya.
d. Menurut Al-Zarkasyi tafsir adalah ilmu yang digunakan untuk
memahami dan menjelaskan makna-makna kitab yang diturunkan
kepada Nabi-Nya, Muhammad SAW, serta menyimpulkan kandungan
hukum dan hikmahnya.2

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa tafsir ialah segala


upaya yang dilakukan ulama untuk menangkap pesan Tuhan melalui
kalam yang diwahyukan kepada Nabi-Nya dengan meninjau paradigma
dan dalalahnya terhadap maksud Allah sesuai dengan kemampuan
manusia sehingga isi Al-Quran dapat ditangkap kemudian dijadikan
sebagai istimdad dalam menangkap hidayah Allah untuk mencapai
kebahagiaan di dunia dan akhirat.

2. Takwil
Ta’wil menurut bahasa brasal dari awwala yang mempunyai arti
kembali dan berpaling. Menurut as-Said al-Jurjany Ta’wil ialah
mengalihkan makna teks lafal kepada salah satu makna konteks lafal yang
sesuai dan tidak bertetangan dengan al-kitab.Menurut Hasby sh-Shiddieqy
ta’wil adalah menerangkan salah satu makna yang dapat diterima oleh
lafal.Jadi ta’wil adalah makna yang diambil dari konteks lafal yang dimuat
oleh banyak makna yang terkandung dalam teks ayat al Qur’an.
Ta’wil biasanya digunakan untuk menyingkap makna ayat-ayat yang
mutasyabih atau ayat-ayat yang maknanya belum jelas. Takwil digunakan
untuk memenuhi kebutuhan praktis, yaitu mengaplikasikan ayat-ayat
Alquran dalam kehidupan sehati-hari. Selanjutnya dari penjelasan tersebut
dapat ditarik kesimpulan:
a) Ada sebagian ayat Alquran yang harus disertai penjelasan dari nabi.
Alasannya yaitu: (1) Ayat-ayat tersebut mengandung perintah, baik wajib
2
Samsurrohman, Pengantar Ilmu Tafsir, (Jakarta: Amzah, 2014), hlmn 11

3
maupun sunnah; petunjuk; serta anjuran Nabi. (2) Ayat-ayat tersebut
mengandung larangan, kewajiban, hak, dan hudud. Penjelasan mengenai
itu semua hanya didapat dari Nabi.
b) Ada sebagian dari kandungan Alquran yang takwlnya hanya diketahui
oleh Allah, seperti datangnya ajal dan hari kiamat.
c) Ada sebagian dari ayat Alquran yang takwilnya hanya diketahui oleh
orang yang berilmu.

‫) أَال إِنَّهُ ْم هُ ُم‬11( َ‫ض قَالُوا إِنَّ َما نَحْ نُ ُمصْ لِحُون‬
ِ ْ‫َوإِ َذا قِي َل لَهُ ْم اَل تُ ْف ِسدُوا فِي األر‬
َ‫ْال ُم ْف ِس ُدونَ َولَ ِك ْن اَل يَ ْش ُعرُون‬

Artinya: Dan bila dikatakan kepada mereka, "Janganlah kalian membuat


kerusakan di muka bumi:" Mereka menjawab, "Sesungguhnya kami
orang-orang yang mengadakan perbaikan." Ingatlah, sesungguhnya
mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan tetapi mereka tidak
menyadarinya.
Dari ayat diatas dapat dipahami bahwa al-ifsad adalah sesuatu
yang sepantasnya tidak dilakukan karena memiliki nilai mudarat,
sedangkan ash-shalah adalah sesuatu yang sepantasnya dilakukan karena
memiliki nilai manfaat.
Jika dilihat dari kacamata takwil, ayat yang dapat dijadikan media
berijtihad adalah ayat yang takwilnya diketahui oleh orang-orang yang
berilmu.Sementara untuk ayat-ayat Alquran yang takwilnya hanya
diketahui oleh Allah dan harus menggunakan penjelasan dari Nabi,
mufasir wajib berijtihad.

3. Tarjamah
Dalam perspektif bahasa, tarjamah merupakan proses memindahkan
dari satu bahasa ke bahasa yang lain. Sedangkan menurut terminology
sebagaimana pendapat adh-Dhahabiy, adalah pengalihan bahasa lain
berdasarkan susunan kalimatnya secara benar dan tepat, agar bias
dipahami artinya secara benar dan tepat.

4
Menurut adh-Dhahabiy, dan juga Qattan, tarjamah dalam istilah
disiplin ilmu ulumul Qur’an itu ada dua jenis, yaitu:
a. Tarjamah harfiyah, yaitu mengalihkan lafal-lafal dari satu bahasa
kedalam lafal-lafal yang serupa dari bahasa lain dengan sedemikian
rupa, sehingga susunan dan tertib bahasa kedua sesuai dengan
susunan dan tertib bahasa yang pertama.
b. Tarjamah tafsiriyah atau maknawiyah, yaitu menjelaskan makna
pembicaraan dngan bahasa lain tanpa terikat dengan tertib kata-kata
bahasa asal atau memperhatikan susunan kalimatnya.

B. Perbedaan Tafsir, Ta’wil, Tarjamah


Sebagian mufasir ada yang menilaibahwa antara tafsir dan takwil adalah
sama. Akan tetapi, sebagian yang lain menyatakan keduanya berbeda.

a. Tafsir: menjelaskan makna ayat yang kadang-kadang dengan panjang lebar, 


lengkap dengan penjelasan hokum-hukum dan hikmah yang dapat diambil
dari ayat itu dan seringkali disertai dengan kesimpulan kandungan ayat-ayat
tersebut.

b. Ta’wil: mengalihkan lafadz-lafadz ayat al-Qur’an dari arti yang lahir dan
rajih kepada arti lain yangsamar dan marjuh.

c. Terjemah: hanya mengubah kata-kata dari bahasa arab kedalam bahasa lain


tanpa memberikan penjelasan arti kiandungan secara panjang lebar dan tidak
menyimpulkan dari isi kandungannya.

Tafsir:

1) Menjelaskan objek kosakata, baik hakiki maupun majas; menjelaskan dan


menginformasikan dalil yang dimaksud
2) Menjelaskan makna yang dihasilkan dari ungkapan .
3) Hal-hal yang berhubungan dengan riwayat.
4) Menerangkan maksud Allah dengan berpegang pada perkataan Nabi
5) Bersifat khusus karena hanya berlaku untuk kalam Allah

5
6) Menjelaskan objek dan topic suatu kosakata
7) Berdasarkan pada dalil yang qath’i

Takwil

1) Menjelaskan hakikat yang dimaksud; menjaga dan menghindarkan dari


penghinaan terhadap perintah Allah
2) Menjelaskan maknya yang dihasilkan melalui isyarat
3) Hal-hal yang berhubungan dengan dirayah
4) Melihat dan menarjih makna kosakata dengan berpegang pada ijtihad
5) Bersifat umum karena berlaku untuk semua kalam
6) Menjelaskan makna yang dikenhendaki kosakata
7) Berdasarkan dalil yang zhanni.3

C. Klasifikasi Tafsir Al-Ma’tsur dan Ar-Rayi


Tafsir bi al-matsur ialah penafsiran dengan berpegang pada penjelasan
yang terdapat pada Alquran itu sendiri yang mencakup penjelasan; perincian
sebgian ayat; serta riwayat yang dikutip Nabi, Sahabat, dan Tabi’in. 4 Acuan
tafsir bi al matsur adalah;

1) Menafsirkan Alquran dengan ayat Alquran lainnya.

‫الَّ ِذينَ آ َمنُوا َولَ ْم يَ ْلبِسُوا إِي َمانَهُ ْم بِظُ ْل َم‬

Artinya : “Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan


iman mereka dengan kezaliman (syirik)” QS. Al-An’am: 82.
Nabi menafsirkan kata zhulm dengan ayat Alquran ini

„ٌ‫ك„ لَ„ ظُ„ ْل„ ٌم„ َع„ ِظ„ ي„م‬


َ „‫ن„ ا„ل„ ِّش„ ْ„ر‬
َّ „ِ‫إ‬

Artinya: “Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar


kezaliman yang besar".QS. Luqman: 13

3
Ibid, hlmn 34
4
Muhammad Naqrasyi, Manahij Al-Mufassirin min Al-Ashr Al-Awwal ila Al-Ashr AL-Hadis,
(Riyadh: Maktabah An-Nadhah, 1986), hlmn69

6
Penjelasan Nabi tersebut mengisyaratkan bahwa satu kosakata dalam
Alquran terkadang memiliki lebih dari dua makna.Di sisi lain, hadis
tersebut menunjukkan bahwa ayat ALquran berfungsi memberikan batasan
makna seperti kata zhulm yang diartikan syirik.
2) Menafsirkan Alquran dengan hadis Nabi.
Apabila tidak dtemukan ayat Alquran yang menafsirkan ayat Alquran
yang lainnya, dapat dicari dalam hadist.
ُ‫ب َو ِم ْثلَهُ َم َعه‬ ُ ٌ‫أَ الَ إِ نٌي أ‬
َ ‫وتيت ْال ِكتَا‬
Artinya: “Ingatlah, sesungguhnya aku diberi Al-Kitab dan yang serupa
dengannya (Sunnah).” HR. Abu Daud
Meskipun hadist merupakan penjelas bagi Alquran, tetap perlu
meneliti riwayatnya agar terjaga dari riwayat yang dho’if dan maudhu’.
Tugas Nabi adalah menjelaskan apa yang disampaikan Allah kepada
manusia dalam ayat

َ‫اس َما نُ ِّز َل إِلَ ْي ِه ْم َولَ َعلَّهُ ْم يَتَفَ َّكرُون‬ َ ‫الزب ُِر ۗ َوأَ ْنزَ ْلنَا إِلَ ْي‬
ِ َّ‫ك ال ِّذ ْك َر لِتُبَيِّنَ لِلن‬ ِ ‫بِ ْالبَيِّنَا‬
ُّ ‫ت َو‬

Artinya: “Keterangan-keterangan (mukjizat) dan kitab-kitab. Dan Kami


turunkan kepadamu Al Quran, agar kamu menerangkan pada umat
manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka
memikirkan. (QS. An-Nahl : 44).
Adapun alasan mengapa kita harus merujuk kepada hadist Nabi,
karena hadist bukan semata-mata pendapat pribadi beliau, tetapi
bimbingan dari Allah.Oleh sebab itu, kita tidak boleh lepas dari penjelasan
Nabi. Disisi lain, makhluk yang paling tahu maksud Allah yang
terkandung di dalam Alquran hanyalah Nabi.
3) Menafsirkan Alquran dengan menggunakan tafsir sahabat.
Apabila jawaban dari suatu masalah tidak ditemukan dalam Alquran
dan hadist, maka dapat dicari dalam tafsir sahabat.
Ath-Thabari meriwayatkan pendapat Ibnu Abbas ketika menafsirkan ayat
berikut

7
َ َ‫فَأ َ ْن َز ْلنَا َعلَى الَّ ِذين‬
َ‫ظلَ ُموا ِرجْ ًزا ِمنَ ال َّس َما ِء بِ َما َكانُوا يَ ْف ُسقُون‬

Artinya: “Sebab itu Kami timpakan atas orang-orang yang zalim itu dari
langit, karena mereka berbuat fasik”. QS. Al-Baqarah:59

Ibnu Abbas menyatakan setiap kata rijz diatas bermakna azab(siksa).5


Contoh lainnya adalah ketika IBnu Abbas menafsirkan ayat berikut:

ۡ‫ث اِ ٰلی نِ َسٓائِ ُکم‬ ِّ ‫اُ ِح َّل لَ ُکمۡ لَ ۡیلَۃَ ال‬


ُ َ‫صیَ ِام ال َّرف‬

Artinya: “Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa


bercampur dengan isteri-isteri kamu.”QS. Al-Baqarah:187

Ibnu Abbas menyatakan bahwa yang dimaksud dengan ar-rafats adalah


senggama dengan istri.Akan tetapi, Allah menyebutnya dengan kata
kiasan.

Hukum apabila tafsir bi al-matsur digarap sesuai dengan prosedur yang


benar dan riwayat-riwayatnya shahih, kita wajib bepedoman dengannya.
Sebaliknya jika tidak sesuai dengan prosedur yang ada dan riwayat-
riwayatnya tidak shahih, kita harus meninggalkanya.

Tafsir bi ar-ra’yi merupakan tafsir yang didasari oleh ijtihad. Adapun


ijtihad dilakukan harus sesuai dengan kaidah yang benar. Tafsir bia ar-
ra’yi juga sering disebut dengan tafsir al-aqli. Mufasir yang menggunkan
cara ini hendaknya menguasai ilmu bahasa Arab, seperti gaya bahasa dan
majas. Selain itu, hendaknya mufasir juga mengetahui syair-syair Arab,
asbab an-nuzul, dan nasakh mansukh. Mufasir yang menggunakan tafsir bi
ar-rayi ini harus berupaya agar pendapatnya sesuai dengan Alquran.
Dengan demikian, hasil penafsirannya lebih dapat dipertanggung-
jawabkan.

Tafsir bi ar-rayi Al-Mahmud

5
Ath-Thabari.Tafsir Ath-Thabari, hlm. 118

8
Tafsir bi ar-rayi Al-Mahmud ialah ikhtiar untuk menemukan
pemahaman Alquran dengan menggunakan berbagai pengetahuan
seperti ilmu bahasa arab atau konteks ayat tanpa dilandaskan pada
riwayat dari generasi sebelumya. Conoth tafsir bi ar-rayi al Mahmud
yaitu istinbath dan ijtihadyang dihasilkan oleh sahabat dan tabi’in.
Sehubungan dengan itu, Abu bakarAsh-Shiddiq ditanya tentang al-
kalalah (orang meninggal yang tidak memiliki anak dan orang tua). Ia
menjawab “Aku berpendapat dengan birijtihad. Apa itu benar semata-
mata dari Allah. Akan tetapi, bila itu salah, itu murni dariku dan dari
setan.” Ijtihad yang dilakukan oleh sahabat seperti yang dilakukan Abu
Bakar Ash-Shiddiqi merupakan tafsir bi ar-ra’yi al Mahmud karena
berdasarkan pengetahuan yang memadai.

1. Tafsir bi ar-ra’yi al-madzmum ialahh tafsir yang menggunakan


pendapat semata, mengikuti hawa nafsu, tidak menggunakan ilmu, dan
tidak melihat pendapat ulama lain atau pendapat yang sesuai dengan
ketentuan.6 Tafsir bi ar-ra’yi al-madzmum dilarang oleh ulama salaf.
Pelakunya dikecam karena tafsir itu dilakukan atas dasar kefanatikan
terhadap suatu mazhab dan mengorbankan agama. Dengan kata lain,
jika menafsrikan Alquran hanya berdasarkan nafsu, ikhtia tersebut
termasuk tafsir bi ar-ra’yo al-madzmum yang harus ditolak.

D. Ciri Penafsiran Nabi dalam Memahami Al Qur’an


Ada dua jenis penafsiran oleh nabi muhammad saw yaitu praktis dan
ekspositoris.
Penafsiran secara praktis adalah bentuk penafsiran dimana nabi
mempraktekkan intruksi al-qur’an. Sedangkan penafsiran ekspositoris adalah
penfsiran dimana nabi saw menjelaskan apa yang di maksud ayat tertentu.
Penafsiran praktis dapt disebut tidak langsung sedangkan penafsiran

6
Mahmud An-Naqrasyi As-Sayyid Ali, Manahij Al-Mufassirin min Al-Ashr Al-Awwal ila Al-Ashr AL-
Hadis, (Riyadh: Maktabah An-Nadhah, 1986), hlm. 70

9
ekspositoris bisa disebut langsung. Dan sebagian besar penafsiran nabi saw
kepada para pengikutnya asalah jenis penafsiran praktis.
Contoh penafsiran ekspositoris atau langsung adalah definisi nabi saw
tentang kata miskin (miskin) yang mengambil refernsi dar Q.S. al-baqarah:
273;
Artinya: “orang-orang kafir yang terikat (oleh jihad) di jalan Allah; mereka
tidak dapat (berusaha) di bumi; orang yang tidak tahu menyangka mereka
kaya karena memelihara diri dari minta-minta kamu kenal mereka dengan
melihat sifat-sifatnya. Mereka tidak meminta kepada orang secara mendesak”
Contoh penafsiran praktis atau tidak langsung adalah tata cara shalat, al
qur’an memerintahkan umat islam untuk melakukan shalat tetapi tidak
memberikan rincian tentang bagaimana melaksanakan. Nabi saw mengajarkan
pengikutnya bagaimana melakukan shalat dengan melakukan sendiri (melalui
sikap/ hadith fi’liy) demikian juga tentang perintah untuk membayar zakat,
nabi saw. Menempatkan pengajarannya dalm praktek dengan menerapkan
sistem zakat melalui instruksi.
Apa yanng terlihat dalam penafsiran nabi saw (sebagaimana dilaporkan
dalam hadith) adalah bahwa biasanya tidak ada analisis sitematis (linguistik
atau lainnya) dari teks yng di uraikan. Nabi saw lebih tertarik dalam
menyampaikan implikasi praktis dari al –qur’an itu diterapkan pada suatu
keadaan tertentu.
Hubungan antara nabi saw dan al-qur’an intim dan timbal balik. Firman
Allah telah diberikan dalam bahasa manusia yaitu bahasa arab, melalui media
nabi, yang adalah diri sendiri. Di sinilah letak keunikan penafsiran nabi saw
karena beliau mendapatkan pengalaman dan keterlibatan mendalam dengan
‘kata’ yang memberinya wewenang untuk menafsirkan al qur’an.

E. Ciri Penafsiran Sahabat dalam Memahami Al Qur’an


Beberapa sahabat nabi saw mengalami kesulitan memahami ayat-ayat
tertentu. Salah satu alasan bagi kesulitan ini mungkin adalah bahwa al-qur’an
itu di baca dan diucapkan dalam dialek quraysh, yang diucapkan di makkah

10
dan daerah sekitarnya. Kesulitan kedua para sahabat dalam memahami
beberapa referensi historis dari al-qu’an, khususnya kisah-kisah para nabi
(qasas al anbiya’) dan bangsa di masa lalu.
Penafsiran para sahabat sering agak pribadi, mereka menyatakan apa yan
mereka pikir adalah arti yang paling sesuai untuk teks dengan perluasan
hegemoni muslim yang di bangun sejak penaklukan abad pertama hijriyah/
ketujuh ,asehi, konversi ke islam dari agama lain mulai terjadi dalam skala
besar. Wafatnya nabi saw berarti bahwa umat islam baru harus bergantung
pada sahabat terkemuka untuk pemahaman mereka tentang agama dan al-
qur’an. Sahabat yang menetap di tempay-tempat seperti irak, suriah, mesir dan
yaman atau tetap dimekkah dan madinah, menjadi eksponen otoritatif mana
dari teks al-qur’an.
Tidak diragukan lagi al-qur’an adalah sumber fundamental bagi agama
baru, tetapi bagi pemeluk baru banyak yang tidak mengalami zaman nabi saw
dan yang datang dari latar belakang bahasa dan agama lain, sehingga sulit
mengakses makan al-qur’an secara langsung. Karena itu sahabat memainkan
peran utama dalam menuliskan peran utama dalam memastikan bahwa teks
dimengerti untuk muslim general baru yang banyak di antaranya tidak
mengetahui dialek qurasyh arab.
Dalam periode ekspensi yang cepet dari pengetahuan dan pemikiran di
dunia islam pada awal abad ke dua hijriyah/kedelapan masehi, penafsiran al-
qur’an dapat digambarkan mencari. Perubahan tersebut disebab kan oleh
empat alasan utama:
1. Daerah dengan berbagai perbedaan, campuran budaya dan perbedaan
tingkat interaksi anatar muslim, yahudi, kristen dan zoroastrian.
2. Pendekatanindivisual dari sahabat dan tabi’in dengan penafsiran dan
penerpan teks-tks kunci al-qur’an dan hadith, dan tingkat pengaplikasian
yang kaku.
3. Berbagai teks, khususnya teks hadith yang tersedia hanya pada hal-hal
tertentu.
4. Perbedaan dalam memahami teks.

11
Dalam konteks yang lebih luas pendekatan terhadap al-qur’an oleh para
sahabat terdapat dua kubu; kubu kontekstualis yang populer denan sebutan ahl
al-qiyas (ahl ar-ra’y)dan kubu tekstualis yang dikenal denga ahl al-madinah
(ahl al-hadith) yang membatasi fleksibilitas pemahaman al-qur’an
Para tekstualis mengandalkan tiga prinsip dalam pendekatan tafsir mereka
yang mendasari pemahaman, interpretasi, dan aplikasi aturan al-qur’an pada
kehidupan sehari-hari bagi kehidupan dan masyarakat.
1. Bahwa teks ianggap sebuah ketetapan dan tujuan dasr untuk memahami al-
qur’an
2. Bahwa banyak teks didalam al-qur’an maupun hadith yang menunjukkan,
bahwa agama islam teah sempurna, dalam arti, bahwa al-qur’an maupun
hadith telah menyinggung semua aturan, bai yangbersifat individu,
maupun sosial
3. Tidak diperlakukan lagi adanya penelusuran lebih lanjut, klarifikasi, atau
justifikasi murni berdasarkan rasio maka sejk itu, peran akal sedikit demi
sedikit terbatasi dalam memahami dan mengaplikasikan teks-teks suci,
khusunya diwilayah islam sunni.

Pendekatan kubu konstektual berupaya untuk menciptakan keharmonisan


antara teks dan ra’yu (aql). Tujuannya adalah untuk sistematisasi hukum dan
kesatuan titik-utama dalam komunitas muslim. Sementara tidak ada
perselisihan anatara dua trend pada al-qur’an seagai sumber hukum yang
paling penting, namun ada perbedaan tingkat fleksibilitas yang harus ada
dalam penggunaan rasio (ra’y)dalam interprestasi (tafsir) dan hukum. Sebuah
media penting yang dianggap berguna dalam hal ini adalah qiyas (analogi).
Qiyas adalah produk sampingan dari ra’y yang bertugas untuk memperluas
lingkup teks dan hukum, juga membantu menafsirkan dan menerapkan tekst
ke dalam kehidupan masyarakat.
Dengan demikian, maka sumber penafsiran al qur’an pada masa sahabat
anatara lain: al-qur’an, hadith, ijtihad dan ahl al-kitab. Penafsiran al-qur’an

12
pada masa sahabat ini telah terjadi penafsiran bi ar-ra’yi tetapi harus memiliki
prasyarat (kode etik) sebagai berikut
1. Mengenal tata bahsa arab
2. Mengenal budaya dn karakter arab
3. Mengenal keeradaan kaum yahudi dan nasrni di jazirah arab pada waktu
turunnya l-qur’an
4. Penguasaannya terhadap al-qur’an termasuk ashab an nuzul,
Yang menjadi pemicu lemahnya penafsirn bi ar-riwayah anatara lain;
1. Banyaknya hadith palsu dalam penafsiran bi ar-riwayah penyebabnya
antara lain; fanatik madhhab/aliran.
2. Masuknya atau merembesnya cerita atau riwayat israiliyat.
3. Membuang sanad dalam periwayatan.

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Dapat dikatakan bahwa pengertian tafsir ialah upaya untuk
mengungkapkan makna musykil dari suatu kosakata.

2. Ta’wil menurut bahasa brasal dari awwala yang mempunyai arti kembali
dan berpaling.

3. Ta’wil biasanya digunakan untuk menyingkap makna ayat-ayat yang


mutasyabih atau ayat-ayat yang maknanya belum jelas.

4. Tarjamah merupakan proses memindahkan dari satu bahasa ke bahasa


yang lain dengan cara mengubah kata-kata dari bahasa arab kedalam
bahasa lain tanpa memberikan penjelasan arti kiandungan secara panjang
lebar dan tidak menyimpulkan dari isi kandungannya.

5. Ada dua jenis penafsiran oleh nabi muhammad saw yaitu praktis dan
ekspositoris.

6. Penafsiran secara praktis adalah bentuk penafsiran dimana nabi


mempraktekkan intruksi al-qur’an. Sedangkan penafsiran ekspositoris
adalah penfsiran dimana nabi saw menjelaskan apa yang di maksud ayat
tertentu.

7. Penafsiran praktis dapt disebut tidak langsung sedangkan penafsiran


ekspositoris bisa disebut langsung. Dan sebagian besar penafsiran nabi
saw kepada para pengikutnya asalah jenis penafsiran praktis.

14
B. Saran
Demikian makalah yang berjudul “Al Muhkam Wal Mutashabih”
penulis buat. Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini ada banyak
kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran penulis harapkan dari para
pembaca demi terciptanya makalah yang lebih baik. Makalah ini disusun
dengan harapan dapat menjadi tambahan wawasan dan informasi bagi
pembaca.

15
Daftar Pusaka
Zuhdi Ahmad. 2018. Studi Al-Qur’an. Surabaya: UINSA Press

Ali, Mahmud An Naqrasyi As-Sayyid. 1986. Manahij Al-Mufassirin min Al-Ashr

Al- AlAwwal ila Al-Ashr Al-Hadits. Maktabah An-Nahdhah.

Ath-Thabari, Muhammad bin Jarir bin Yazid bin Katsir bin Ghalib Al-Amili.
Tafsir Ath-Thabari. Bairut: Mu’assasah Ar-Risalah

Samsurrohman. 2014. Pengantar Ilmu Tafsir. Jakarta: Amzah.

Muhammad Naqrasyi. 1986. Manahij Al-Mufassirin min Al-Ashr Al-Awwal ila

Al-Ashr AL-Hadis, Riyadh: Maktabah An-Nadhah.

16

Anda mungkin juga menyukai