Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

DIMENSI - DIMENSI DESAIN PEMBELAJARAN

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK II
1) Delmi (10120200003)
2) Tuti Alawiyah (10120200004)
3) Yana Dwi Astuti (10120200078)
DOSEN PEMBIMBING : MUSTAMIN.S. Ag,M.Si

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah swt karena berkat rahmat Nya penyusunan makalah ini dapat
diselesaikan. Makalah ini merupakan makalah Pendekatan Sistem dalam Pmbelajaran yang
membahas “ Dimensi – Dimensi Desain Pembelajaran ”. Secara khusus pembahasan dalam
makalah ini diatur sedemikian rupa sehingga materi yang disampaikan sesuai dengan mata kuliah.
Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang kami hadapi.

Kami sadar, bahwa dalam pembuatan makalah ini terdapat banyak kesalahan.Untuk itu
kami meminta maaf apabila ada kekurangan. Kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari
para pembaca guna meningkatkan kualitas makalah penulis selanjutnya. Kebenaran dan
kesempurnaan hanya Allah-lah yang punya dan maha kuasa . Harapan kami, semoga makalah
yang sederhana ini, dapat memberikan manfaat tersendiri bagi generasi muda islam yang akan
datang.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................................. 1
A. Latar Belakang...................................................................................................................................... 1
B. RUMUSAN MASALAH....................................................................................................................... 1
C. TUJUAN ................................................................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................................................. 2
1. Pengertian Dimensi – Dimensi Desain Pembelajaran ....................................................................... 2
2. Pembagian Dimensi Desain Pembelajaran ......................................................................................... 2
BAB III PENUTUP ..................................................................................................................................... 7
A. Kesimpulan ..................................................................................................................................7
B. Saran ...........................................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................... 8

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Banyak sekolah yang berjalan tanpa adanya system yang baik. Semua komponen
tidak terkoordinasi dengan baik. Akibatnya banyak dari komponen-komponen itu tidak
berjalan secara efektif dan efisien.
Padahal Pengajaran berkaitan dengan hal bagaimana guru mengajar serta
bagaimana siswa belajar. Proses pembelajaran ini merupakan suatu kegiatan yang disadari
dan direncanakan. Kegiatan yang disadari dan direncanakan mencakup tiga hal; yaitu
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Pengajaran dilakukan dalam waktu yang berkala, baik untuk waktu jangka pendek,
menengah ataupun jangka Panjang. Misalnya, Latihan Pembina Pramuka selama satu
minggu. Apakah suatu pengajaran berjangka waktu lama ataupun singkat, tetap
membutuhkan suatu program kerja, yaitu program pengajaran yang secara singkat disebut
program pengajaran. Program Pengajaran merupakan suatu program bagaimana
mengajarkan apa-apa yang sudah dirumuskan dalam kurikulum. Dewasa ini konsep yang
banyak mewarnai pengajaran di sekolah dasar dan sekolah menengah di Indonesia adalah
konsep teknologi pendidikan. Khususnya pengajaran sebagai system.
Oleh karena ini, pembahasan makalah ini, tentang dimensi dimensi dalam pembelajaran
PAI.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan dimensi dimensi desain pembelajaran
2. Apa saja pembagian dimensi pembelajaran

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui dimensi dimensi desain pembelajaran
2. Untuk mengetahui apa saja pembagian dimensi pembelajaran

1
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Dimensi – Dimensi Desain Pembelajaran


Dimensi Desain Pembelajaran adalah prinsip perencanaan pembelajaran sebagai interaksi
antara pengajar dengan satu atau lebih individu untuk belajar, direncanakan sebelumnya dalam
rangka untuk menumbuhkembangkan pengetahuan keterampilan, dan pengalaman belajar kepada
peserta didik.

2. Pembagian Dimensi Desain Pembelajaran

a. Dimensi Ritual

Dimensi ritual adalah aspek spiritualitas yang berisi peribadatan yang diatur oleh syariat
agama Islam. Dengan perkataan lain, dimensi ini merupakan bagian dari keberagamaan yang
berkaitan dengan perilaku yang disebut ritual keagamaan. Perilaku yang dimaksud bukan
perilaku dalam makna umum, melainkan menunjuk kepada perilaku-perilaku khusus yang
ditetapkan oleh agama. Dimensi ini bersifat vertikal, yaitu peningkatan kualitas hubungan antara
mahluk dengan penciptanya, yakni Allah SWT. Jika seorang makhluk memiliki kualitas
hubungan yang baik terhadap Tuhannya, maka ia akan mendapatkan kebahagiaan ruhani.
Begitupun jika seorang mahluk sangat jauh dari Tuhannya, dalam arti sering mengabaikan
ibadah ritual agamanya, biasanya jiwanya kosong, mudah sekali putus asa, bahkan tidak jarang
banyak yang menyiksa dirinya ketika sedang ditimpa musibah yang berkepanjangan Dimensi ini
sejajar dengan ibadah. Ibadah merupakan penghambaan manusia kepada Allah sebagai
pelaksanaan tugas hidup selaku makhluk Allah. Ibadah yang berkaitan dengan ritual adalah
ibadah khusus atau ibadah mahdhah, yaitu ibadah yang bersifat khusus dan langsung kepada
Allah dengan tatacara, syarat serta rukun yang telah ditetapkan dalam Al-Qur’an serta penjelasan
dalam hadits nabi. Ibadah yang termasuk dalam jenis ini adalah shalat, zakat, puasa dan haji.

2
b. Dimensi Mistikal

Dimensi mistikal berkaitan dengan perasaan keagamaan seseorang. Psikologi agama


menyebutnya sebagai pengalaman keagamaan (religious experience) yaitu unsur perasaan dalam
kesadaran agama yang membawa pada suatu keyakinan (Zakiah Darajat, 1996). Pengalaman
keagamaan dalam Islam bisa terjadi dari yang paling sederhana seperti merasakan kekhusukan
pada waktu shalat dan ketenangan setelah menjalankannya, atau merasakan nikmat dan bahagia
ketika memasuki bulan Ramadhan.
c. Dimensi Ideologi

Dimensi ideologi merupakan bagian dari keberagamaan yang berkaitan dengan apa yang
harus dipercayai dan menjadi sistem keyakinan (creed). Doktrin mengenai kepercayaan atau
keyakinan adalah yang paling dasar yang bisa membedakan agama satu dengan lainnya. Dengan
perkataan lain, dimensi ideologi ini mengacu pada serangkaian kepercayaan yang menjelaskan
eksistensi manusia terhadap Tuhan, dan sesama makhluk Tuhan yang lain (sesama manusia dan
alam semesta) Dalam Islam, eksistensi manusia terhadap Tuhannya (hablum minallah) merupakan
hubungan yang membentuk garis vertikal, bahkan paling dan lebih dekat dari urat nadi leher
manusia itu sendiri. Dan dalam hubungan ini tidak ada satu angan-angan, gerak hati atau perbuatan
di luar pengawasan Allah SWT. Garis vertikal ini menempatkan diri manusia pada posisi hamba
Allah (Abdillah), yang mempunyai kewajiban untuk mengabdi dan melayani kehendak Allah.
Posisi ini dirumuskan di dalam QS. Azzariyat: 56 bahwa “Dan tidak kami
jadikan jin dan manusia kecuali untuk mengabdi kepada Ku.” Pengabdian ini meliputi seluruh
aspek kehidupan dan penghidupan manusia setiap saat dan di manapun juga. Eksistensi manusia
dan sesamanya (hablum minannas), yakni hubungan baik secara biologis, psikologis maupun
sosiologis saling membutuhkan satu dengan yang lainnya; dan karenanya manusia juga disebut
makhluk sosial. Hubungan manusia dengan sesamanya, dijadikan Islam sebagai syarat hidup
yang kedua yang mesti dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, baik dalam bentuk muamalah dalam
arti luas maupun akhlak. Dengan hubungan ini, manusia tiak dibenarkan untuk mengasingkan diri
lepas dari manusia lainnya atau membebaskan diri dari tanggung jawab terhadap persoalan-
persoalan hidup masyarakat. Selain itu, eksistensi manusia dengan makhluk tuhan lainnya, yakni
alam semesta. Dalam eksistensi ini, manusia mempunyai posisi sebagai khalifah di bumi, yang
mempunyai hak untuk menggali, mengolah, dan memanfaatkan serta
memimpin. Posisi yang demikian itu difirmankan dengan jelas dalam Al Qur’an surah Al
3
An’am: 165 yang artinya “Dan Dia telah menjadikan kamu khalifah di atas bumi” Dengan posisi
ini mengandung arti bahwa derajat manusia sebagai pemimpin alam hewani, dan benda-benda
lainnya, jangan direndahkan sehingga manusia derajatnya sama dengan makhluk-makhluk
tersebut. Selanjutnya fungsi khalifah di bumi ini mempunyai kewajiban-kewajiban dalam
menjalankan jabatan tersebut. Kewajiban-kewajiban itu ialah menerapkan nilai-nilai Ilahi dalam
mengurus bumi ini. Dengan perkataan lain, mengurus bumi ini menurut pola dan peta yang sudah
disediakan Allah buat manusia. Karenanya manusia dalam melaksanakan jabatan sebagai khalifah
di bumi, mesti mengerti dan menghayati syarat-syarat jabatan tersebut
d). Dimensi Sosial

Dimensi sosial yakni berkaitan dengan ajaran Islam yang berhubungan dengan kehidupan
masyarakat, yaitu mendorong terciptanya keadilan dan solidaritas antara sesama manusia. Islam
juga disebut sebagai agama kemasyarakatan. Hal ini selaras dengan watak dasar manusia sebagai
makhluk yang tidak dapat hidup sendiri (makhluk madani). Islam sangat memperhatikan
kebutuhan masyarakat dan individu, di dalam ajarannya juga menyeimbangkan faktor sosial dan
faktor individu. Ajaran Islam tidak hanya memperhatikan masalah individu dan meremehkan
masalah sosial, demikian juga tidak lebih memperhatikan masalah sosial dan meremehkan masalah
individu, melainkan memberikan perhatian yang sama besar kepada dua masalah ini, baik
menyangkut hak maupun kewajiban tanpa ada yang merasa dipaksa ataupun dirugikan.
Islam mendorong agar umat Islam terbiasa dengan cara berpikir kolektif dan memiliki rasa sosial
yang tinggi. Sampai seorang muslim ketika melaksanakan shalat, meskipun di dalam rumah
sendirian, namun tetap mengucapkan: “Hanya kepada-Mu kami beribadah dan hanya kepada-Mu
kami meminta pertolongan.” (QS. Al-Fatihah:5) Permohonan yang dilakukan bersama-sama ini
menumbuhkan perasaan hidup bersama (berjamaah) dalam hatinya, kemudian berdoa kepada
Allah: “Tunjukilah kami jalan yang lurus.” (QS. Al-Fatihah:6) Ia memohon hidayah untuk dirinya
sendiri dan untuk jamaah yang ada bersamanya. Inilah semangat kebersamaan yang terkandung
dalam surah Al-Fatihah . Begitupun ketika shalat diakhiri dengan salam. Hal ini mengindikasikan
bahwa setelah seorang hamba melakukan hubungan (komunikasi) yang baik dengan Allah, maka
diharapkan hubungan yang baik tersebut juga berdampak pada hubungan yang baik kepada sesama
manusia. Dengan perkataan lain, jika seorang hamba dengan penuh kekhusyuan dan kesungguhan
menghayati kehadiran Tuhan pada waktu shalat, maka diharapkan bahwa penghayatan akan
kehadiran Tuhan itu akan mempunyai dampak positif pada tingka

4
laku dan pekertinya dalam kehidupan bermasyarakat. Semangat sosial juga terlihat ketika kita
melakukan ibadah puasa terutama dalam bulan Ramadhan. secara social

e.) Akidah, Syariah, dan Akhlak

Andai Islam diibaratkan dalam sebuah pohon, maka akidah (iman) bagaikan akar yang menunjang
kokoh dan tegaknya batang di atas permukaan bumi. Sedangkan syariah dimisalkan sebagai
batang yang berdiri kokoh di atas akar yang menunjang, dan akhlak bagaikan buah yang dihasilkan
dari proses yang berlangsung pada akar batang. Dengan perkataan lain, bahwa akidah mendasari
syariah dan akhlak. Dapat dipahami pula bahwa syariah merupakan aturan yang berdasarkan
akidah yang harus ditampilkan dengan akhlak atau akhlak merupakan perilaku yang tampak
sebagai pelaksanaan syariat yang berdasarkan akidah . Akidah atau iman bertitik sentral kepada
tauhid, yakni mengesakan Allah. Tauhid kepada Allah yaitu pengakuan kenyataan bahwa hanya
Allah sajalah yang berdaulat dan memerintah dan bahwa segala sesuatu yang dimiliki manusia,
termasuk hidupnya sendiri, adalah kepunyaan-Nya dan harus digunakan sesuai dengan petunjuk-
petunjuk-Nya. Sebagaimana firman Allah SWT. Dalam surah Al-Maidah: 120 “kepunyaan Allah-
lah kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada di dalamnya; dan Dia Maha Kuasa atas segala
sesuatu”. Selanjutnya Iman mempunyai 6 unsur, yaitu: (1) Iman kepada Allah,
(2) Iman kepada Malaikat-malaikat-Nya, (3) Iman kepada Kitab-kitab-Nya, (4) Iman kepada
Rasul-rasul-Nya, (5) Iman kepada Hari Akhir, (6) Iman kepada Qadha dan Qadar . Adapun syariah
adalah sistem atau aturan yang disyariahkan oleh Allah SWT. untuk mengatur hubungan manusia
dengan dirinya sendiri, dengan sesama muslim, dengan sesama manusia, dengan alam semesta,
dan dengan kehidupan . Selain itu, syariah Islam mengatur perbuatan manusia dalam kaitan hukum
yang terdiri dari wajib, sunnat, mubah, makruh, dan haram. Syariah sebagai aturan terdiri dari atas
2 masalah pokok, yaitu pertama, ibadah, yakni shalat, zakat, puasa, dan haji. Kedua muamalah
yang berkaitan ketetapan Allah berhubungan dengan kehidupan sosial manusia terbatas pada yang
pokok-pokok saja, seperti perdagangan, jinayah, munakahat, warathah, jihad, khilafah . Akhlak
adalah perangai atau tabiat, yaitu gambaran sifat-sifat batin/jiwa manusia. (Humaidi Tatapangsara,
1984: 13-16). Akhlak menempati posisi penting dan pentingnya dapat dilihat dari berbagai sunnah
qauliyah Rasulullah Saw. Dan Akhlak Rasulullah Saw yang diutus menyempurnakan akhlak
manusia itu, disebut akhlak Islami karena bersumber dari wahyu Allah yang kini terdapat dalam
Al-Quran yang menjadi sumber utama ajaran agama dan ajaran Islam .

5
Pada umumnya, akhlak terbagi menjadi 3, yakni akhlak manusia terhadap Allah SWT., akhlak
manusia terhadap sesamanya, dan akhlak manusia terhadap alam semesta

6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dimensi Desain Pembelajaran adalah prinsip perencanaan pembelajaran sebagai interaksi
antara pengajar dengan satu atau lebih individu untuk belajar, direncanakan sebelumnya dalam
rangka untuk menumbuhkembangkan pengetahuan keterampilan, dan pengalaman belajar kepada
peserta didik. Dimensi Belajar merupakan metafora tentang bagaimana otak bekerja selama orang
belajar. Dimensi belajar ini terdiri atas lima tipe berpikir yang bersifat interaktif, yaitu sikap dan
persepsi positif terhadap belajar, pemerolehan dan pengitegrasian pengetahuan, perluasan dan
penghalusan pengetahuan, penggunaan pengetahuan secara bermakna, dan kebiasaan berpikir
produktif. Pembelajaran yang menggunakan pendekatan model Dimensi Belajar adalah
pembelajaran yang menggunakan dimensi-dimensi belajar itu sebagai premis pembelajaran.
Pembelajaran yang berpusat pada lima dimensi itu, niscaya akan memberikan hasil yang lebih
baik.
Dalam pembelajaran dimensi pembelajaran PAI mencakup tentang dimensi-dimensi yang
ada dalam ajaran agama Islam dan mengenai akidah, syariah, dan akhlak yang juga merupakan
unsur pokok islam.

B. Saran
Diharapkan siswa dapat memehami mata pelajaran desain pembelajaran dan
mengaplikasikannya dalam kehidupan nyata.
Penulis dalam menulis makalah ini menyadari masih banyak kekurangan, oleh karena itu
pembaca diharapkan memberikan kritik dan saran jika menemukan kesalahan dalam penulisan
makalah ini.

7
DAFTAR PUSTAKA

Majid, Abdul . 2008.Perencanaan Pembelajaran. Bandung Rosda Karya


Sunaryo, Endang . 2000.Teori Perencanaan Pendidikan Berdasarkan Pendekatan Sistem,
(Yogyakarta: Adi Cita Karya Nusa,
Mukhtar, 2003.Desain Pembelajaran PAI, Jakarta: Misaka Galiza.
Qodir, Abdul. 1996.. Perjuangan Ideologi Islam di Indonesia. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya.
Iskandar

Anda mungkin juga menyukai