PENDEKATAN TRANSDISIPLINER
Dosen Pengampu :
Drs Ishaq, MA
Disusun Oleh :
Kelompok 1
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah
memberikan kita banyak nikmat, namun hanya sedikit yang kita ingat. Hanya
kepada Allah SWT. kita harapkan segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya
yang tiada terkira besarnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
dengan judul IMPLEMENTASI WAHDATUL ULUM DENGAN
PENDEKATAN TRANSDISIPLINER. Shalawat serta salam tercurahkan
keharibaan Nabi Muhammad SAW. yang telah membawa perubahan dari alam
kebodohan ke alam yang penuh ilmu pengetahuan seperti saat ini. Terimakasih
kepada Bapak Drs. Ishaq, MA selaku dosen pengampu mata kuliah Wahdatul
Ulum, karena telah memberikan waktu kepada penulis dalam proses pembuatan
makalah ini.
Penulis Kelompok 1
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................... 2
DAFTAR ISI..................................................................................................3
BAB I..............................................................................................................4
PENDAHULUAN..........................................................................................4
A. LATAR BELAKANG........................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH....................................................................5
C. TUJUAN PENULISAN......................................................................5
BAB II............................................................................................................6
PEMBAHASAN.............................................................................................6
A. Implementasi dalam kurikulum dan pembelajaran.............................6
B. Implementasi dalam penelitan............................................................14
C. Metode penelitian implementasi.........................................................14
D. Implementasi dalam pengabdian kepada masyarakat.........................15
BAB III............................................................................................................20
PENUTUP.......................................................................................................20
A. KESIMPULAN..............................................................................................
20
B. SARAN..........................................................................................................
20
DAFTAR
PUSTAKA..................................................................................................21
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pemisahan antara ilmu agama dengan ilmu umum sudah lama terjadi. Bahkan
sebagian masyarakat Islam masih beranggapan bahwa kedua ilmu tersebut
memiliki entitas yang berbeda yang tidak dapat dipertemukan. Mereka
beranggapan keduanya memiliki wilayah yang berbeda, baik dari segi objek
formal dan materialnya, metode penelitian, kriteria kebenaran dan status teori
masing-masing. Bahkan lebih jauh, bahwa terdapat penyakit dikotomi dan
memandang bahwa agama bukanlah ilmu karena agama dibangun atas keyakinan.
Akibatnya timbul jarak antara revealed knowledge; yaitu ilmu pengetahuan yang
bersumber dari wahyu dan scientific knowledge; seperti ilmu sosial, ilmu
humaniora, ilmu kealaman dan sebagainya.
Menurut catatan sejarah, sejak zaman Plato dan Aristoteles, arus utama tradisi
epistemologi telah berbeda pendapat tentang pengetahuan manusia yang
melahirkan dua jenis ilmu; ilmu yang diperoleh dengan jalan mengobservasi objek
(‘ilm al-hushuli) dan ilmu yang datang langsung dari Tuhan (‘ilm al- hudhuri).
Upaya integrasi antara kedua ilmu tersebut sudah dimulai oleh para filosof Islam;
seperti, pertama, Abu Nashr al-Farabi (870 – 950 M) yang dikenal sebagai Guru
Kedua. Al-Farabi sangat masyhur dengan upaya yang dilakukannya dengan
melakukan harmonisasi pendapat Plato dan Aristoteles. Al-Farabi berpendapat
sekalipun Aristoteles menolak keberadaan ide-ide Plato, tetapi dia ak kesulitan
dalam memahami sebab pertama alam semesta. Dia akan menemukan kesulitan
dalam memahami masalah yang menyangkut bentuk-bentuk Ilahiyah. Kedua
adalah Ibn Sina. Sebagai seorang filosof Muslim, dia berupaya mensintesakan
epistemologi Platonik dan Aristotelian dengan mendasarkan gagasan filosofisnya
atas firman Allah dalam Surat al-Nur. Berdasarkan ayat tersebut, Allah telah
menjelaskan bahwa akal manusia, pertama, memiliki kemampuan reseptivitas
(quwwat isti’dadiyah) yang diibaratkan sebagai ceruk (misykat) yang dapat
memancarkan cahaya. Selanjutnya akal manusia memiliki kemampuan lain yang
diperoleh oleh akal ketika wujud-wujud primer terpahami. Munculnya wujud
primer merupakan landasan bagi wujud sekunder yang difahami oleh akal
manusia. Proses perolehan wujud primer dapat melalui kontemplasi yang disebut
sebagai pohon zaitun atau dengan pemikiran mendalam yang diibaratkan sebagai
minyak dari pohon zaitun bagi mereka yang cerdik. Kemuliaan tertinggi dari
kemampuan akal manusia adalah kemampuan ilahi yang diibaratkan sebagai
minyak yang seolah-olah bersinar meskipun tidak disentuh oleh api.
4
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN PENULISAN
5
BAB II
PEMBAHASAN
b) Guntur Setiawan
1
“Implementasi” KBBI, diakses pada16 November, 2022.
http://kbbi.web.id/implementasi.html.
2
Zakky, “Pengertian Implementasi menurut Para Ahli, KBBI dan Secara Umum”
November 16, 2022.
https://www.zonareferensi.com/pengertianimplementasi/html.
6
3
Purwanto, Analisis Kebijakan dari Formulasi ke Implementasi Kebijakan, 1991
7
c) Browne dan Wildavsky
d) Syaukani dkk
f) Prof. H. Tachjan
8
2. Tahap-Tahap Implementasi :
9
Persada, Jakarta, 2012) hlm. 1-5
10
Sebagai contoh, pada Indonesia masih di bawah pemerintahan Belanda
terdapat kurikulum tertentu yang sesuai dengan kepentingan politik Belanda.
Selanjutnya. waktu pemerintahan, Jepang kurikulum sekolah diubah, sesuai
dengan kepentingan politiknya yang bersemangatkan kemiliteran dan kebangunan
Asia Timur Raya. Demikian pula pada waktu Indonesia merdeka, kurikulum
sekolah diubah dan disesuaikan dengan falsafah dan kepentingan vangsa
Indonesia. Pada masa Pemerintahan Orde Baru sekarang, dengan dilandasi
Pancasila sebagai satu- satunya asas, di samping antara lain pengaruh pesatnya
perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi, perkembangan masyarakat
beserta pertambahan penduduk, maka tepat sekali kiranya kurikulum yang telah
dan sedang berjalan diprioritaskan pada pembangunan sebagai ciri khasnya.
6
Abuddin Nata, Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran (Jakarta:Kencana,
2009), 85.
7
Evelin Siregar & Hartini Nara, Teori Belajar dan Pembelajaran (Bogor: Ghalia
Indonesia, 2010), 14
11
Demikian pula pada waktu Indonesia merdeka, kurikulum sekolah diubah
dan disesuaikan dengan falsafah dan kepentingan vangsa Indonesia. Pada masa
Pemerintahan Orde Baru sekarang, dengan dilandasi Pancasila sebagai satu-
satunya asas, di samping antara lain pengaruh pesatnya perkembangan ilmu
pengetahuan dan tekhnologi, perkembangan masyarakat beserta pertambahan
penduduk, maka tepat sekali kiranya kurikulum yang telah dan sedang berjalan
diprioritaskan pada pembangunan sebagai ciri khasnya.
8
Evelin Siregar & Hartini Nara, Teori Belajar dan Pembelajaran (Bogor: Ghalia
Indonesia, 2010), 14 Media, 2014), hlm.6
9
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran (Bandung: Alfabeta, 2010), 62.
10
Abdul Majid, Implementasi Kurikulum 2013 Kajian Teoritis dan Praktis,
(Bandung: Interes Media, 2014), hlm.6
12
Selain itu, Rombepajung juga berpendapat bahwa pembelajaran adalah
pemerolehan suatu mata pelajaran atau pemerolehan suatu keterampilan melalui
pelajaran, pengalaman, atau pengajaran. Brown memerinci karakteristik
pembelajaran sebagai berikut.
13
sekolah, dan staf pendukung lainnya. Implementasi merupakan bagian dari
keseluruhan manajemen kurikulum yang mencakup pengembangan kurikulum
(curriculum development), implementasi (implementation), umpan balik
(feedback), evaluasi (evaluation), modifikasi (modification), dan konstruksi
kurikulum (curriculum constructions).
4. Pengertian transdisipliner
14
a) Cross-disciplinary, yaitu pendekatan lintas disiplin, berupa modus
“meminjam” teori, metode atau pendekatan dari disiplin ilmu lain;
b) Multidisipliner (multidisciplinary), yaitu pendekatan di mana dua atau
lebih disiplin ilmu bersama-sama mengkaji suatu topik atau isu tertentu,
namun menggunakan metode dan menganalisis berdasarkan disiplin
ilmunya masing-masing. Hasil akhir kajian kemudian dihubungkan dan
dibandingkan untuk saling memperkuat atau menyanggah hasil analisis
masing-masing;
c) Interdisipliner (interdisciplinary), yaitu pendekatan di mana dua atau lebih
disiplin digunakan untuk mengkaji suatu topik atau isu tertentu, di mana
terjadi komunikasi, kolaborasi dan integrasi mulai dari definisi, tujuan,
proses, pengumpulan data sampai analisis dan penarikan kesimpulan;
d) Transdisipliner (transdisciplinary), yaitu pendekatan lintas disiplin dan
lintas aktor/stakeholder, yang bertujuan yang mencari pengetahuan kritis
dan transformatif atas isu atau masalah mendasar bagi kehidupan manusia
(lihat Kusuma, 2013:43).
Pendekatan transdisipliner:
15
Dalam pandangan mereka, pendekatan interdisipliner ditandai dengan
formulasi eksplisit yang seragam, disiplin yang melampaui terminologi
atau metodologi umum. Pendekatan transdisciplinary berjalan satu
langkah lebih jauh, karena didasarkan pada pemahaman teoritis umum,
dan harus disertai dengan saling interpenetrasi dari epistemologi disiplin.
Dalam pandangan ini, van den Besselaar dan Heimeriks (2001:2)
berpendapat bahwa bidang transdisciplinary memiliki teori yang telah
terhomogenisasi (homogenized);
Tress et.al. (2006:16) memaknai transdisiplinary sebagai pendekatan yang
melampaui batas-batas disiplin ilmu dan dunia akademik, melalui integrasi
partisipan dari disiplin akademik dan non-akademik, di mana dilakukan
perumusan tujuan bersama, dengan tujuan pengembangan pengetahuan
dan teori yang terintegrasi antara sains dan masyarakat.
1. Metode Deskriprif
16
bagaimana keadaan sebenarnya. Metode deskriptif dapat dipergunakan sebagai
bentuk penelitian yang berdiri sendiri dan digunakan secara kombinasi. Bentuk
utama metode deskriptif: Survei (Survey Studies) Studi Hubungan
(Interrelationship Studies) Studi Perkembangan (Developmental Studies).
2. Metode Eksperimen
3. Metode Filosofis
4. Metode Historis
17
perseorangan maupun Bersama. Pengabdian kepada masyarakat merupakan
pelaksanaan pengamalan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni budaya langsung
pada masyarakat secara kelembagaan melalui metodologi ilmiah sebagai
penyebaran Tri Dharma Perguruan Tinggi serta tanggung jawab yang luhur dalam
usaha mengembangkan kemampuan masyarakat, sehingga dapat mempercepat
laju pertumbuhan tercapainya tujuan pembangunan nasional.
A. Tujuan
B. Sasaran
18
C. Ruang Lingkup
D. Bentuk Kegiatan
19
profesional oleh perguruan tinggi kepada masyarakat yang memerlukannya.
Pelayanan profesional yang dimaksud, bukan penelitian ilmiah tetapi lebih berupa
pekerjaan rutin yang penanganannya perlu oleh tenaga profesional.
Karena semua hasil penelitian terjadi dalam bentuk yang siap untuk
dilaksanakan dan dimanfaatkan oleh masyarakat, perlu ada upaya-upaya untuk
mengembangkan hasil penelitian tersebut menjadi produk baru yang lebih siap
20
untuk dimanfaatkan oleh masyarakat. Produk hasil pengembangan itu dapat
berupa pengetahuan terapan atau teknologi yang siap pakai dan hasilnya dirasakan
oleh masyarakat pemakai.
21
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
22
DAFTAR PUSTAKA
https://id.scribd.com/document/384873313/METODE-PENELITIAN-
IMPLEMENTASI
http://wahdatululum.uinsu.ac.id/artikel/30/C.%20Implementasi%20dalam%20Pen
gabdian%20Kepada%20Masyarakat
https://feb.unpas.ac.id/fe_app/index.php
https://www.neliti.com/publications/298930/pedoman-penelitian-dan-pengabdian-
kepada-masyarakat-2019
http://repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/1590/5/141801060_file%205.pdf
https://www.academia.edu/40760261/MAKALAH_IMPLEMENTASI_KEBIJAK
AN_PUSAT
https://www.academia.edu/9750718/Makalah_Kurikulum
https://www.academia.edu/8563456/Makalah_Kurikulum_Pendidikan
http://herususilofia.lecture.ub.ac.id/files/2014/12/Kurikulum.pdf
https://eprints.uny.ac.id/22883/3/3.%20BAB%20I.pdf
http://www.jejakpendidikan.com/2016/02/makalah-pengembangan-
kurikulum.html
http://digilib.uinsby.ac.id/11141/4/bab%202.pdf
Abdullah, Amin, Islamic Studies di Perguruan Tinggi, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2006
Barizi, Ahmad, Pendidikan Integratif: Akar Tradisi dan Integrasi Keilmuan
Pendidikan Islam, Malang: UIN Maliki Press, 2011
23