Anda di halaman 1dari 23

IMPLEMENTASI WAHDATUL ULUM DENGAN

PENDEKATAN TRANSDISIPLINER

Dosen Pengampu :
Drs Ishaq, MA

Disusun Oleh :
Kelompok 1

Syifa Khalida Reza (0205222089)


Hadis Agsa Shifa (0205222100)
Hiya Najmi Purba T (0205222101)
Muhammad Al Kautsar (0205222108)
Putri Rizky Handayani (0205222110)
Dimas Haikal (0205222118)
Arya Rangga Dinarta (0205222129)

HUKUM PIDANA ISLAM


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah
memberikan kita banyak nikmat, namun hanya sedikit yang kita ingat. Hanya
kepada Allah SWT. kita harapkan segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya
yang tiada terkira besarnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
dengan judul IMPLEMENTASI WAHDATUL ULUM DENGAN
PENDEKATAN TRANSDISIPLINER. Shalawat serta salam tercurahkan
keharibaan Nabi Muhammad SAW. yang telah membawa perubahan dari alam
kebodohan ke alam yang penuh ilmu pengetahuan seperti saat ini. Terimakasih
kepada Bapak Drs. Ishaq, MA selaku dosen pengampu mata kuliah Wahdatul
Ulum, karena telah memberikan waktu kepada penulis dalam proses pembuatan
makalah ini.

Penulis sadar betul bahwa penyusunan makalah ini jauh dari


kesempurnaan. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari dosen
pengampu maupun teman-teman sekalian demi perbaikan makalah ini agar
menjadi lebih baik lagi kedepannya. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih.

Medan, 16 November 2022

Penulis Kelompok 1

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................... 2
DAFTAR ISI..................................................................................................3

BAB I..............................................................................................................4
PENDAHULUAN..........................................................................................4
A. LATAR BELAKANG........................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH....................................................................5
C. TUJUAN PENULISAN......................................................................5

BAB II............................................................................................................6
PEMBAHASAN.............................................................................................6
A. Implementasi dalam kurikulum dan pembelajaran.............................6
B. Implementasi dalam penelitan............................................................14
C. Metode penelitian implementasi.........................................................14
D. Implementasi dalam pengabdian kepada masyarakat.........................15

BAB III............................................................................................................20
PENUTUP.......................................................................................................20
A. KESIMPULAN..............................................................................................
20
B. SARAN..........................................................................................................
20

DAFTAR
PUSTAKA..................................................................................................21

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pemisahan antara ilmu agama dengan ilmu umum sudah lama terjadi. Bahkan
sebagian masyarakat Islam masih beranggapan bahwa kedua ilmu tersebut
memiliki entitas yang berbeda yang tidak dapat dipertemukan. Mereka
beranggapan keduanya memiliki wilayah yang berbeda, baik dari segi objek
formal dan materialnya, metode penelitian, kriteria kebenaran dan status teori
masing-masing. Bahkan lebih jauh, bahwa terdapat penyakit dikotomi dan
memandang bahwa agama bukanlah ilmu karena agama dibangun atas keyakinan.
Akibatnya timbul jarak antara revealed knowledge; yaitu ilmu pengetahuan yang
bersumber dari wahyu dan scientific knowledge; seperti ilmu sosial, ilmu
humaniora, ilmu kealaman dan sebagainya.

Menurut catatan sejarah, sejak zaman Plato dan Aristoteles, arus utama tradisi
epistemologi telah berbeda pendapat tentang pengetahuan manusia yang
melahirkan dua jenis ilmu; ilmu yang diperoleh dengan jalan mengobservasi objek
(‘ilm al-hushuli) dan ilmu yang datang langsung dari Tuhan (‘ilm al- hudhuri).
Upaya integrasi antara kedua ilmu tersebut sudah dimulai oleh para filosof Islam;
seperti, pertama, Abu Nashr al-Farabi (870 – 950 M) yang dikenal sebagai Guru
Kedua. Al-Farabi sangat masyhur dengan upaya yang dilakukannya dengan
melakukan harmonisasi pendapat Plato dan Aristoteles. Al-Farabi berpendapat
sekalipun Aristoteles menolak keberadaan ide-ide Plato, tetapi dia ak kesulitan
dalam memahami sebab pertama alam semesta. Dia akan menemukan kesulitan
dalam memahami masalah yang menyangkut bentuk-bentuk Ilahiyah. Kedua
adalah Ibn Sina. Sebagai seorang filosof Muslim, dia berupaya mensintesakan
epistemologi Platonik dan Aristotelian dengan mendasarkan gagasan filosofisnya
atas firman Allah dalam Surat al-Nur. Berdasarkan ayat tersebut, Allah telah
menjelaskan bahwa akal manusia, pertama, memiliki kemampuan reseptivitas
(quwwat isti’dadiyah) yang diibaratkan sebagai ceruk (misykat) yang dapat
memancarkan cahaya. Selanjutnya akal manusia memiliki kemampuan lain yang
diperoleh oleh akal ketika wujud-wujud primer terpahami. Munculnya wujud
primer merupakan landasan bagi wujud sekunder yang difahami oleh akal
manusia. Proses perolehan wujud primer dapat melalui kontemplasi yang disebut
sebagai pohon zaitun atau dengan pemikiran mendalam yang diibaratkan sebagai
minyak dari pohon zaitun bagi mereka yang cerdik. Kemuliaan tertinggi dari
kemampuan akal manusia adalah kemampuan ilahi yang diibaratkan sebagai
minyak yang seolah-olah bersinar meskipun tidak disentuh oleh api.

4
B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan implementasi?


2. Bagaimana metode penelitian implementasi?
3. Apa tujuan dari implementasi?
4. Bentuk keagiatan dari implementasi

C. TUJUAN PENULISAN

1. Untuk mengetahui apa itu implementasi


2. Untuk mengetahui metode penelitian implementasi
3. Untuk mengetahui tujun dari implementasi
4. Untuk mengetahui bentuk kegiatan dari implementasi

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Implementasi dalam Kurikulum dan Pembelajaran

Secara bahasa, implementasi berarti pelaksanaan, penerapan.1 Hal ini


berkaitan dengan suatu perencanaan, kesepakatan, maupun penerapan kewajiban.
Secara Umum, implementasi adalah tindakan atau pelaksanaan dari sebuah
rencana yang telah disusun dengan matang, cermat dan terperinci. Jadi,
implementasi dilakukan jika sudah ada perencanaan yang baik dan matang, atau
sebuah rencana yang telah disusun jauh jauh hari sebelumnya, sehingga sudah ada
kepastian dan kejelasan akan rencana tersebut. Implementasi merupakan
penyediaan sarana untuk melaksanakan sesuatu yang menimbulkan dampak atau
akibat terhadap sesuatu. Yaitu suatu kegiatan yang direncanakan serta
dilaksanakan dengan serius dan mengacu pada norma-norma tertentu untuk
mencapai tujuan kegiatan.2 Dari pengertian tersebut, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa implementasi merupakan tindakan dari sebuah rencana yang
sudah disusun matang. Implementasi menitikberatkan pada sebuah pelaksanaan
nyata dari sebuah perencanaan.

1. Pengertian Implementasi menurut para Ahli :

a) Purwanto dan Sulistyastuti

Implementasi memiliki inti pengertian sebagai kegiatan untuk


mendistribusikan keluaran kebijakan (to deliver policy output).3

b) Guntur Setiawan

Ditulis dalam Implementasi dalam Birokrasi Pembangunan, implementasi


adalah perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan proses interaksi antara tujuan
dan tindakan untuk mencapainya serta memerlukan jaringan pelaksana birokrasi
yang efektif.

1
“Implementasi” KBBI, diakses pada16 November, 2022.
http://kbbi.web.id/implementasi.html.
2
Zakky, “Pengertian Implementasi menurut Para Ahli, KBBI dan Secara Umum”
November 16, 2022.
https://www.zonareferensi.com/pengertianimplementasi/html.

6
3
Purwanto, Analisis Kebijakan dari Formulasi ke Implementasi Kebijakan, 1991

7
c) Browne dan Wildavsky

Berpendapat bahwa "implementasi adalah perluasan aktivitas


menyesuaikan satu sama lain".

d) Syaukani dkk

Menurut Syaukani dkk dalam buku terbitannya tahun 2004, implementasi


adalah pelaksanaan serangkaian kegiatan dalam rangka untuk memberikan
kebijakan publik sehingga kebijakan dapat membawa hasil, seperti yang
diharapkan.

e) Daniel A. Mazmanian dan Paul A. Sabatier

Sementara itu, dalam Wahab, Daniel A. Mazmanian dan Paul A. Sabatier


menguji hal ini dengan memverifikasi pemahaman tentang apa yang akan terjadi
setelah suatu keputusan ditetapkan, atau dengan merumuskan fokus kebijakan
implementasi.

f) Prof. H. Tachjan

Dalam bukunya yang berjudul Implementasi Kebijakan Publik, dijelaskan


bahwa implementasi kebijakan publik adalah proses yang kompleks, melibatkan
dimensi organisasi, kepemimpinan, bahkan manajerial dari pemerintah sebagai
pemegang otoritas.

Secara etimologis, konsep Implementasi menurut kamus Webster berasal


dari bahasa Inggris, yaitu Implement. Dalam kamus, Implementas berarti
menyediakan sarana untuk melakukan sesuatu dan memiliki efek yang
sebenarnya. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, implementasi
adalah pelaksanaan atau penerapan. Definisi lain dari implementasi adalah
menyediakan sarana untuk melakukan sesuatu yang memiliki efek atau pengaruh
pada sesuatu. definisi Implikasi atau implementasi juga dapat bervariasi menurut
para ahli. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa implementasi
merupakan suatu proses yang dinamis, dimana pelaksana kebijakan melakukan
aktivitas atau kegiatan, sehingga pada akhirnya akan mendapatkan suatu hasil
yang sesuai dengan tujuan atau sasaran kebijakan itu sendiri. Itulah Definisi
Implementasi Dan Teori Implementasi Oleh Para Ahli Di Dalam Sebuah
Kebijakan

8
2. Tahap-Tahap Implementasi :

1. Pengembangan program, yaitu mencakup program tahunan, semester atau catur


wulan, bulanan, mingguan dan harian. Selain itu juga ada program bimbingan dan
konseling atau program remedial.

2. Pelaksanaan pembelajaran. Pada hakekatnya, pembelajaran adalah proses


interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya. Sehingga terjadi perubahan
perilaku kearah yang lebih baik.

3. Evaluasi, yaitu proses yang dilaksanakan sepanjang proses pelaksanaan


kurikulum caturwulan atau semester serta penilaian akhir formatif atau sumatif
mencakup penilaian keseluruhan secara utuh untuk keperluan evaluasi
pelaksanaan kurikulum.4

Secara etimologis, kurikulum (curriculum) berasal dari bahasa Yunani,


yaitu carier yang artinya "pelari" dan curere yang berarti "tempat berpacu". Jadi,
istilah suti kulum berasal dari dunia olah raga pada zaman Yunani Kuno di
Yunani, yang gandung pengertian suatu jarak yang harus ditempuh oleh pelari
dari garis.

Dalam dunia pendidikan, istilah kurikulum ditafsirkan dalam pengertian


yang berbeda-beda oleh para ahli. Kurikulum dalam dunia pendidikan seperti kata
Ronald C. Doll :
“Kurikulum sekolah adalah muatan proses, baik formal maupun informal
yang diperuntukkan bagi pelajar untuk memperoleh pengetahuan dan pemahaman,
mengembangkan keahlian dan mengubah apresiasi sikap dan nilai dengan bantuan
sekolah”. Sedangkan Maurice Dulton mengatakan “Kurikulum dipahami sebagai
pengalaman-pengalaman yang didapatkan oleh pembelajar di bawah naungan
sekolah”.5

Jadi kurikulum adalah suatu program pendidikan yang berisikan berbagai


bahan ajar dan pengalaman belajar yang diprogramkan, direncanakan dan
dirancangkan secara sistemik atas dasar norma-norma yang berlaku yang
dijadikan pedoman dalam proses pembelajaran bagi tenaga kependidikan dan
peserta
4
Ghufrondimyati.blogspot.co.id/2014/05/pengkur-9-implementasi
kurikulum.html?m=1 Diunduh Pada Rabu 16 November 2022 Pukul 12.45 WIB
5
Ali Mudlofir, Aplikasi Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Dan Bahan Ajar Dalam Pendidikan Agama Islam, (Jakarta : PT Raja Grafindo

9
Persada, Jakarta, 2012) hlm. 1-5

10
Sebagai contoh, pada Indonesia masih di bawah pemerintahan Belanda
terdapat kurikulum tertentu yang sesuai dengan kepentingan politik Belanda.
Selanjutnya. waktu pemerintahan, Jepang kurikulum sekolah diubah, sesuai
dengan kepentingan politiknya yang bersemangatkan kemiliteran dan kebangunan
Asia Timur Raya. Demikian pula pada waktu Indonesia merdeka, kurikulum
sekolah diubah dan disesuaikan dengan falsafah dan kepentingan vangsa
Indonesia. Pada masa Pemerintahan Orde Baru sekarang, dengan dilandasi
Pancasila sebagai satu- satunya asas, di samping antara lain pengaruh pesatnya
perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi, perkembangan masyarakat
beserta pertambahan penduduk, maka tepat sekali kiranya kurikulum yang telah
dan sedang berjalan diprioritaskan pada pembangunan sebagai ciri khasnya.

Pembelajaran secara sederhana dapat diartikan sebagai sebuah usaha


mempengaruhi emosi, intelektual, dan spiritual seseorang agar mau belajar dengan
kehendaknya sendiri. Melalui pembelajaran akan terjadi proses pengembangan
moral keagamaan, aktivitas, dan kreativitas peserta didik melalui berbagai
interaksi dan pengalaman belajar. Pembelajaran berbeda dengan mengajar yang
pada prinsipnya menggambarkan aktivitas guru, sedangkan pembelajaran
menggambarkan aktivitas peserta didik.6

Pembelajaran harus menghasilkan belajar pada peserta didik dan harus


dilakukan suatu perencanaan yang sistematis, sedangkan mengajar hanya salah
satu penerapan strategi pembelajaran diantara strategi-strategi pembelajaran yang
lain dengan tujuan utamanya menyampaikan informasi kepada peserta didik.
Kalau diperhatikan, perbedaan kedua istilah ini bukanlah hal yang sepele, tetapi
telah menggeser paradigma pendidikan, pendidikan yang semula lebih
berorientasi pada “mengajar” (guru yang lebih banyak berperan) telah berpindah
kepada konsep “pembelajaran” (merencanakan kegiatan-kegiatan yang
orientasinya kepada siswa agar terjadi belajar dalam dirinya).7

Sebagai contoh, pada Indonesia masih di bawah pemerintahan Belanda


terdapat kurikulum tertentu yang sesuai dengan kepentingan politik Belanda.
Selanjutnya. waktu pemerintahan, Jepang kurikulum sekolah diubah, sesuai
dengan kepentingan politiknya yang bersemangatkan kemiliteran dan kebangunan
Asia Timur Raya.

6
Abuddin Nata, Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran (Jakarta:Kencana,
2009), 85.
7
Evelin Siregar & Hartini Nara, Teori Belajar dan Pembelajaran (Bogor: Ghalia
Indonesia, 2010), 14

11
Demikian pula pada waktu Indonesia merdeka, kurikulum sekolah diubah
dan disesuaikan dengan falsafah dan kepentingan vangsa Indonesia. Pada masa
Pemerintahan Orde Baru sekarang, dengan dilandasi Pancasila sebagai satu-
satunya asas, di samping antara lain pengaruh pesatnya perkembangan ilmu
pengetahuan dan tekhnologi, perkembangan masyarakat beserta pertambahan
penduduk, maka tepat sekali kiranya kurikulum yang telah dan sedang berjalan
diprioritaskan pada pembangunan sebagai ciri khasnya.

Pembelajaran secara sederhana dapat diartikan sebagai sebuah usaha


mempengaruhi emosi, intelektual, dan spiritual seseorang agar mau belajar dengan
kehendaknya sendiri. Melalui pembelajaran akan terjadi proses pengembangan
moral keagamaan, aktivitas, dan kreativitas peserta didik melalui berbagai
interaksi dan pengalaman belajar. Pembelajaran berbeda dengan mengajar yang
pada prinsipnya menggambarkan aktivitas guru, sedangkan pembelajaran
menggambarkan aktivitas peserta didik.8

Pembelajaran harus menghasilkan belajar pada peserta didik dan harus


dilakukan suatu perencanaan yang sistematis, sedangkan mengajar hanya salah
satu penerapan strategi pembelajaran diantara strategi-strategi pembelajaran yang
lain dengan tujuan utamanya menyampaikan informasi kepada peserta didik.
Kalau diperhatikan, perbedaan kedua istilah ini bukanlah hal yang sepele, tetapi
telah menggeser paradigma pendidikan, pendidikan yang semula lebih
berorientasi pada “mengajar” (guru yang lebih banyak berperan) telah berpindah
kepada konsep “pembelajaran” (merencanakan kegiatan-kegiatan yang
orientasinya kepada siswa agar terjadi belajar dalam dirinya).9

Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan


oleh pihak huru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh pihak peserta
didik atau murid. Pembelajaran sebagai proses belajar yang dibangun oleh guru
untuk mengembangkan kreativitas peserta didik yang dapat meningkatkan
kemampuan berpikir peserta didik, serta dapat meningkatkan kemampuan
mengkonstruksi pengentahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan
yang baik terhadap materi pembelajaran.10

8
Evelin Siregar & Hartini Nara, Teori Belajar dan Pembelajaran (Bogor: Ghalia
Indonesia, 2010), 14 Media, 2014), hlm.6
9
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran (Bandung: Alfabeta, 2010), 62.
10
Abdul Majid, Implementasi Kurikulum 2013 Kajian Teoritis dan Praktis,
(Bandung: Interes Media, 2014), hlm.6

12
Selain itu, Rombepajung juga berpendapat bahwa pembelajaran adalah
pemerolehan suatu mata pelajaran atau pemerolehan suatu keterampilan melalui
pelajaran, pengalaman, atau pengajaran. Brown memerinci karakteristik
pembelajaran sebagai berikut.

1. Belajar adalah menguasai atau "memperoleh"


2. Belajar adalah mengingat-ingat informasi atau keterampilan.
3. Peroses mengingat-ingat melibatkan sistem penyimpanan, memori, dan
organisasi kognitif
4. Belajar melibatkan perhatian aktif sadar dan bertindak menurut
peristiwa- peristiwa di luar serta di dalam organisme.
5. Belajar itu bersifat permanen, tetapi tunduk pada lupa
6. Belajar melibatkan berbagai bentuk latihan, mungkin latihan yang
ditopang dengan imbalan dan hukum
7. Belajar adalah suatu perubahan dalam perilaku

Pembelajaran membutuhkan sebuah proses yang disadari yang cenderung


bersifat permanen dan mengubah perilaku. Pada proses tersebut terjadi
pengingatan informasi yang kemudian disimpan dalam memori dan organisasi
kognitif. Selanjutnya, keterampilan tersebut diwujudkan secara praktis pada
kraktifan siswa dalam merespons dan bereaksi terhadap peristiwa-peristiwa yang
terjadi pada diri siswa ataupun lingkungannya.

Fullan dalam Miller and Seller menyebutkan bahwa pengertian implementasi


pembelajaran adalah suatu proses peletakan ke dalam praktek tentang suatu ide,
program atau seperangkat aktivitas baru bagi orang dalam mencapai atau
mengharapkan perubahan. Dalam proses ini perubahan dalam praktek sebagai
bagian kegiatan guru-siswa yang akan berpengaruh pada lulusan. Sedangkan
Saylor and Alexander dalam Miller and Seller memandang bahwa proses
pengajaran (pembelajaran) sebagai implementasi:

“pembelajaran merupakan … implementasi dari rencana kurikulum, biasanya,


tidak harus, melibatkan pengajaran dalam artian interaksi antara guru dan siswa
dalam suatu lingkungan sekolah”. Lebih lanjut Hamalik (2006) menyatakan
bahwa imlpementasi adalah operasionalisasi konsep kurikulum yang masih
bersifat potensial (tertulis) menjadi aktual ke dalam kegiatan pembelajaran.

Implementasi kurikulum diwujudkan dalam bentuk pengalaman belajar


dengan prinsip-prinsip yang menjadikannya lebih mudah dan lebih efektif untuk
dikomunikasikan ke berbagai pihak seperti pimpinan sekolah, pendidik, pengawas

13
sekolah, dan staf pendukung lainnya. Implementasi merupakan bagian dari
keseluruhan manajemen kurikulum yang mencakup pengembangan kurikulum
(curriculum development), implementasi (implementation), umpan balik
(feedback), evaluasi (evaluation), modifikasi (modification), dan konstruksi
kurikulum (curriculum constructions).

3. Prinsip Implementasi Kurikulum

Dalam pelaksanaan kurikulum di setiap satuan pendidikan terdapat


prinsip- prinsip yang menunjang tercapainya implementasi kurikulum,
sebagaimana yang dikemukakan Hamalik (2013) berikut:

1. Perolehan kesempatan yang sama; prinsip ini mengutamakan


penyediaan tempat dengan memberdayakan semua peserta didik
secara demokratis dan berkeadilan untuk memperoleh
pengetahuan, keterampilan, dan sikap.
2. Berpusat pada anak; adanya upaya memandirikan peserta didik
untuk belajar, bekerja sama, dan menilai diri sendiri.
3. Pendekatan dan kemitraan; seluruh pengalaman belajar dirancang
secara berkesinambungan, pendekatan yang digunakan dalam
pengalaman belajar difokuskan pada kebutuhan peserta didik yang
bervariasi dan mengintegrasikan berbagai disiplin ilmu. Hal ini
menuntut kemitraan dan menjadi tanggung jawab bersama antara
peserta didik, pendidik, satuan pendidikan, dunia kerja dan industri
serta orang tua dan masyarakat.
4. Kesatuan dalam kebijakan dan keberagaman dalam pelaksanaan;
standar kompetensi disusun oleh pusat, namun cara
pelaksanaannya disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan
masing-masing daerah atau sekolah.

4. Pengertian transdisipliner

Menurut Balsiger (2004; yang dikutip Lawrence dalam Brown, 2010:17),


tidak ada sejarah lengkap dari istilah atau konsep transdisipliner (seperti halnya
istilah cross-disciplinary, multidisipliner, dan interdisipliner), dan tampaknya juga
ada tidak ada konsensus tentang maknanya.

Dari sejumlah referensi, saya memberanikan diri untuk mengusulkan


pengertian dari beberapa jenis pendekatan penelitian yang bukan merupakan
kajian/penelitian satu disiplin ilmu (monodisipliner), yaitu:

14
a) Cross-disciplinary, yaitu pendekatan lintas disiplin, berupa modus
“meminjam” teori, metode atau pendekatan dari disiplin ilmu lain;
b) Multidisipliner (multidisciplinary), yaitu pendekatan di mana dua atau
lebih disiplin ilmu bersama-sama mengkaji suatu topik atau isu tertentu,
namun menggunakan metode dan menganalisis berdasarkan disiplin
ilmunya masing-masing. Hasil akhir kajian kemudian dihubungkan dan
dibandingkan untuk saling memperkuat atau menyanggah hasil analisis
masing-masing;
c) Interdisipliner (interdisciplinary), yaitu pendekatan di mana dua atau lebih
disiplin digunakan untuk mengkaji suatu topik atau isu tertentu, di mana
terjadi komunikasi, kolaborasi dan integrasi mulai dari definisi, tujuan,
proses, pengumpulan data sampai analisis dan penarikan kesimpulan;
d) Transdisipliner (transdisciplinary), yaitu pendekatan lintas disiplin dan
lintas aktor/stakeholder, yang bertujuan yang mencari pengetahuan kritis
dan transformatif atas isu atau masalah mendasar bagi kehidupan manusia
(lihat Kusuma, 2013:43).

Berkenaan dengan istilah transdisipliner, para ahli juga membedakan antara


transdisipliner sebagai “pendekatan atau cara memperoleh pengetahuan” dan
sebagai “pendekatan penelitian” (lihat Kusuma, 2013:36-39), yakni:

Pendekatan transdisipliner:

 Miller (1982:6) berpendapat bahwa pendekatan transdisciplinary atau


transdisipliner menampilkan model pemikiran menyeluruh yang bertujuan
untuk menggantikan pandangan dunia yang ada pada masing-masing
disiplin;
 Klein (1990, yang dikutip Choi dan Pak, 2006:355) mengemukakan bahwa
pendekatan transdisciplinarity menyediakan skema holistik di mana
disiplin subordinat (lebih rendah) melihat dinamika seluruh sistem yang
ada;
 Gibbons et. al. (1994, yang dikutip Grigg, Johnston dan Milsom, 2003:9)
menyatakan bahwa transdisciplinarity melibatkan upaya membentuk
kembali praktik kognitif dan sosial yang tepat, dengan cara yang
melibatkan konteks aplikasi dalam membentuk upaya penelitian dari awal,
dan dengan cara yang dinamis melanjutkan. Selain kontribusi yang
dihasilkan untuk pengetahuan mungkin tidak dalam bentuk disiplin, dan
dapat ditransfer langsung ke stakeholder;
 OECD (1998:4, yang dikutip Grigg, Johnston dan Milsom, 2003:8-9)
mengemukakan bahwa transdisciplinarity merujuk pada apa yang
sekaligus berada diantara disiplin ilmu, di seluruh disiplin ilmu yang
berbeda, dan di luar semua disiplin ilmu;
 Klein (1990) berpendapat bahwa transdisciplinarity pada awalnya
didefinisikan sebagai perspektif meta-teoritis interdisipliner, seperti
strukturalisme dan Marxisme. Belakangan, Gibbons et.al. (1994)
menggunakan konsep transdisciplinarity dengan cara yang berbeda.

15
Dalam pandangan mereka, pendekatan interdisipliner ditandai dengan
formulasi eksplisit yang seragam, disiplin yang melampaui terminologi
atau metodologi umum. Pendekatan transdisciplinary berjalan satu
langkah lebih jauh, karena didasarkan pada pemahaman teoritis umum,
dan harus disertai dengan saling interpenetrasi dari epistemologi disiplin.
Dalam pandangan ini, van den Besselaar dan Heimeriks (2001:2)
berpendapat bahwa bidang transdisciplinary memiliki teori yang telah
terhomogenisasi (homogenized);
 Tress et.al. (2006:16) memaknai transdisiplinary sebagai pendekatan yang
melampaui batas-batas disiplin ilmu dan dunia akademik, melalui integrasi
partisipan dari disiplin akademik dan non-akademik, di mana dilakukan
perumusan tujuan bersama, dengan tujuan pengembangan pengetahuan
dan teori yang terintegrasi antara sains dan masyarakat.

B. Implementasi dalam Penelitian

Penelitian implementasi adalah suatu metode ilmiah untuk mempercepat


aplikasi dari hasil penelitian klinis dan evidence-based practices lainnya menjadi
praktik rutin di lapangan untuk meningkatkan mutu, antara lain efektifitas,
efisiensi, reliabilitas, keamanan, keterjangkauan, dan kesetaraan akses pelayanan
kesehatan. Penelitian implementasi juga meneliti pengaruh dari perilaku tenaga
kesehatan dan perilaku organisasi terhadap implementasi inovasi/program di
lapangan. Diharapkan dengan penelitian implementasi mutu dan outcome
pelayanan kesehatan dapat ditingkatkan sehingga tercapai derajat kesehatan
masyarakat yang lebih baik.

Penelitian implementasi adalah penelitian yang dilakukan dengan tujuan


menerapkan, menguji, dan mengevaluasi kemampuan suatu teori yang diterapkan
dalam memecahkan masalah-masalah praktis, sehingga dapat dimanfaatkan untuk
kepentingan manusia baik individu maupun kelompok. Penelitian implementasi
dalam Pendidikan. berkaitan dengan peningkatan kualitas strategi Teknik dan
model pembekajaran untuk meningkatakan minta dan motivasi belajar sisiwa,
kaualitas media belajar atau pengimplementasian kurikulum.

C. Metode Penelitian Implementasi

1. Metode Deskriprif

Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah


yang diselidiki, dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan objek
penelitian pada saat sekarang, berdasarkan fakta-fakta yang tampak. Metode
deskriptif memusatkan perhatiannya pada penemuan fakta-fakta (fact finding)

16
bagaimana keadaan sebenarnya. Metode deskriptif dapat dipergunakan sebagai
bentuk penelitian yang berdiri sendiri dan digunakan secara kombinasi. Bentuk
utama metode deskriptif: Survei (Survey Studies) Studi Hubungan
(Interrelationship Studies) Studi Perkembangan (Developmental Studies).

2. Metode Eksperimen

Metode eksperimen adalah prosedur penelitian yang dilakukan untuk


mengungkapkan hubungan sebab akibat antara variable yang sengaja diadakan
terhadap variable diluar variable yang diteliti. Metode eksperimen dibagi menjadi
dua jenis, yaitu: Eksperimen Murni (Pure Experimen) Eksperimen Pura-pura
(Quaisy Experimen).

3. Metode Filosofis

Metode filosofis adalah prosedur pemecahan masalah melalui proses berpikir


rasional atau perenungan dalam bentuk pemikiran yang mendalam, mendasar, dan
terarah pada penemuan hakikat tentang sesuatu yang ada. Metode filosofis
dilakukan terhadap berbagai aspek kehidupan manusia, yang didalamnya terdapat
pertentangan antara norma-norma ideal dengan realita kehidupan.

4. Metode Historis

Metode historis adalah prosedur pemecahan masalah dengan mempergunakan


data atau informasi masa lalu, yang bernilai sebagai peninggalan. Metode historis
dilakukan untuk memperbaiki kondisi di masa sekarang yang buruk dan tidak
menguntungkan, yang sebab-sebabnya terjadi di masa lalu. Data atau informasi
dalam metode historis dapat dibedakan sebagai berikut: Peninggalan material
yang dapat berbentuk candi, monument, tempat ibadah, senjata, dan bangunan-
bangunan. Peninggalan tertulis yang dapat berbentuk prasasti, manuskrip (seperti
tulisan pada daun lontar), relief, kitab-kitab kuno, dan naskah-naskah perjanjian.
Peninggalan budaya yang dapat berbentuk cerita rakyat, dongeng. nyanyian,
bahasa kuno, adat istiadat, dan kepercayaan.

D. Implementasi Dalam Pengabdian Kepada Masyarakat

Masyarakat merupakan sekumpulan orang-orang (individu) yang saling


berhubungan, terikat nilai dan norma, menjalankan peranan dan fungsinya
masing- masing serta berusaha untuk mewujudkan harapan dan cita-cita, baik

17
perseorangan maupun Bersama. Pengabdian kepada masyarakat merupakan
pelaksanaan pengamalan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni budaya langsung
pada masyarakat secara kelembagaan melalui metodologi ilmiah sebagai
penyebaran Tri Dharma Perguruan Tinggi serta tanggung jawab yang luhur dalam
usaha mengembangkan kemampuan masyarakat, sehingga dapat mempercepat
laju pertumbuhan tercapainya tujuan pembangunan nasional.

A. Tujuan

Tujuan yang hendak dicapai melalui kegiatan pengabdian kepada masyarakat


adalah sebagai berikut :

a. Bertambahnya kecepatan proses peningkatan kemampuan sumber daya


manusia sesuai dengan laju pertumbuhan pembangunan.
b. Bertambahnya kecepatan upaya pengembangan masyarakat kearah
terbinanya masyarakat yang harmonis serta dinamis yang siap
menempuh perubahan-perubahan menuju perbaikan dan kemajuan sesuai
dengan nilai- nilai sosial budaya dan norma-norma dalam kehidupan
masyarakat berkembang dalam kehidupan masyarakat yang berlaku.
c. Bertambahnya kecepatan usaha pembinaan institusi dan profesi
masyarakat sesuai dengan laju pertumbuhan proses modernisasi dalam
kehidupan masyarakat itu sendiri.
d. Untuk memperoleh umpan balik dan masukan bagi fakultas dalam rangka
meningkatkan relevansi pendidikan, diperlukan adanya ahli-ahli yang
memiliki kemampuan secara interdisipliner dan multidisipliner.

B. Sasaran

Sasaran pengabdian kepada masyarakat adalah sebagai berikut :

a. Masyarakat luar kampus yang memerlukan bantuan dan petunjuk untuk


meningkatkan kemampuan dalam pemecahan masalah untuk menunjang
pembangunan. Yang diutamakan adalah mereka yang memiliki kedudukan
diutamakan strategis dalam lapisan masyarakat, yaitu antara lain unsur-
unsur pimpinan, pemuda atau remaja yang mampu melipatgandakan dan
menyebarluaskan hasil kegiatan pengabdian pada masyarakat.
b. Masyarakat pendidikan khusus, yang sesuai dengan prioritas dalam bidang
sains, kependudukan dan lingkungan hidup, serta lembaga pendidikan
dan lembaga masyarakat yang memerlukan pembinaan dan pengembangan
secara khusus.

18
C. Ruang Lingkup

Kegiatan pengabdian kepada masyarakat secara umum meliputi ruang


lingkup sebagai berikut :

a. Pengembangan ilmu pengetahuan teknologi dan seni menjadi produk yang


secara langsung dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.
b. Penyebarluasan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni budaya menjadi
produk yang perlu diketahui dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Usaha ini
dapat dilakukan melalui berbagai cara seperti memberikan penyuluhan,
menyediakan percontohan, memperagakan, dan menerbitkan media
publikasi.
c. Penempatan ilmu pengetahuan dan teknologi secara benar dan tepat sesuai
dengan situasi masyarakat dan tuntutan pembangunan.
d. Pemberian bantuan kepada masyarakat dalam mengidentifikasi masalah
yang dihadapi serta mencari alternatif pemecahannya dengan
mempergunakan pendekatan ilmiah.
e. Pemberian jasa pelayanan profesional kepada masyarakat dalam berbagai
bidang permasalahan yang memerlukan penanganan secara cermat
dengan menggunakan keahlian dan keterampilan yang belum dimiliki
oleh masyarakat yang bersangkutan.

D. Bentuk Kegiatan

Berdasarkan tujuan-tujuan yang ingin dicapai, program pengabdian kepada


masyarakat dapat dibedakan menjadi lima bentuk, sebagai berikut :

a. Pendidikan Pada Masyarakat

Kegiatan pendidikan pada masyarakat dapat berbentuk pendidikan nonformal


dalam rangka pendidikan kesinambungan (contuining education). Pelaksanaan
dapat dilakukan dalam berbagai jenis, baik yang bersertifikat maupun yang tidak.
Jenis-jenis program pengabdian pada masyarakat meliputi penataan, loka karya,
kursus-kursus, penyuluhan-penyuluhan, kampanye, publikasi-publikasi, proyek-
proyek, percontihan, dan demonstrasi seperti pameran.

b. Pelayanan Pada Masyarakat

Pelayanan pada masyarakat di sini ialah pemberian pelayanan secara

19
profesional oleh perguruan tinggi kepada masyarakat yang memerlukannya.
Pelayanan profesional yang dimaksud, bukan penelitian ilmiah tetapi lebih berupa
pekerjaan rutin yang penanganannya perlu oleh tenaga profesional.

Jenis-jenis program pengabdian pada masyarakat yang termasuk dalam bentuk


pelayanan pada masyarakat meliputi konsultasi, bimbingan karier, pelayanan olah
raga, pembinaan kesadaran terhadap lingkungan hidup, pembinaan koperasi,
pembinaan kewiraswastaan dan sumber daya, pelayanan rintisan dalam bentuk-
bentuk keahlian khusus dan sejenisnya.

c. Kuliah Kerja Mahasiswa (KKM)

Kuliah kerja mahasiswa merupakan bentuk kegiatan pada masyarakat yang


bersifat khusus karena dalam kuliah kerja mahasiswa dharma pendidikan dan
penelitian dipadukan ke dalamnya serta melibatkan sejumlah mahasiswa dan staf
pengajar yang banyak. Jenis-jenis program pengabdian pada masyarakat yang
termasuk dalam bentuk program kuliah kerja mahasiswa meliputi bidang
kewiraswastaan (ekonomi), sarana dan prasarana, produksi, pendidikan, sosial
budaya, akuntansi dan kependudukan.

d. Pengembangan Wilayah Secara Terpadu

Pengembangan wilayah secara terpadu merupakan bentuk kegiatan pengabdian


pada masyarakat yang menghasilkan konsep atau pola perencanaan pembangunan
wilayah secara terpadu dan bersifat komprehensif yang secara langsung
menunjang proses pembangunan. Untuk melaksanakan kegiatan semacam ini
fakultas memiliki ahli yang telah memiliki ilmu pengetahuan secara baik, dan
dapat menghimpun berbagai ahli untuk bekerja sama secara baik, dan bekerja
sama secara interdisipliner dan multidisipliner. Jenis-jenis program
pengembangan wilayah secara terpadu yaitu kerjasama antara fakultas dengan
pemerintah daerah dalam rangka perumusan masalah pembangunan, kerjasama
antara fakultas dengan pemerintah daerah dalam memecahkan masalah-masalah
pembangunan secara komprehensif dalam kegiatan- kegiatan nyata, kerjasama
nyata, kerjasama dalam membina masyarakat pedesaan.

e. Pengembangan Hasil Penelitian

Karena semua hasil penelitian terjadi dalam bentuk yang siap untuk
dilaksanakan dan dimanfaatkan oleh masyarakat, perlu ada upaya-upaya untuk
mengembangkan hasil penelitian tersebut menjadi produk baru yang lebih siap

20
untuk dimanfaatkan oleh masyarakat. Produk hasil pengembangan itu dapat
berupa pengetahuan terapan atau teknologi yang siap pakai dan hasilnya dirasakan
oleh masyarakat pemakai.

Jenis-jenis program pengabdian pada masyarakat yang berbentuk program


pengembangan hasil penelitian meliputi program kaji tindak atau action research,
program yang dikembangkan dari hasil penelitian sehingga menghasilkan produk
baru yang berupa pengetahuan terapan, atau teknologi dan seni siap pakai.

21
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN

Implementasi memiliki makna pelaksanaan atau penerapan. Hal ini


berkaitan dengan suatu perencanaan, kesepakatan, maupun penerapan kewajiban.
Penelitian implementasi adalah adalah suatu metode ilmiah untuk mempercepat
aplikasi dari hasil penelitian klinis dan evidence-based practices lainnya menjadi
praktik rutin di lapangan untuk meningkatkan mutu, antara lain efektifitas,
efisiensi, reliabilitas, keamanan, keterjangkauan, dan kesetaraan akses pelayanan
kesehatan. Masyarakat merupakan sekumpulan orang-orang (individu) yang
saling berhubungan, terikat nilai dan norma, menjalankan peranan dan fungsinya
masing-masing serta berusaha untuk mewujudkan harapan dan cita-cita, baik
perseorangan maupun bersama

B. SARAN

Penelitian ini merupkan penelitian yang terfokus pada konsep kesatuan


ilmu (wahdat al-‘ulum) Masih banyak konsep kesatuan il ulum yang dibahas oleh
ulama’ Muslim yang dapat dijadikan objek penelitian yang senafas, tapi berbeda.

22
DAFTAR PUSTAKA

https://id.scribd.com/document/384873313/METODE-PENELITIAN-
IMPLEMENTASI
http://wahdatululum.uinsu.ac.id/artikel/30/C.%20Implementasi%20dalam%20Pen
gabdian%20Kepada%20Masyarakat
https://feb.unpas.ac.id/fe_app/index.php
https://www.neliti.com/publications/298930/pedoman-penelitian-dan-pengabdian-
kepada-masyarakat-2019
http://repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/1590/5/141801060_file%205.pdf
https://www.academia.edu/40760261/MAKALAH_IMPLEMENTASI_KEBIJAK
AN_PUSAT
https://www.academia.edu/9750718/Makalah_Kurikulum
https://www.academia.edu/8563456/Makalah_Kurikulum_Pendidikan
http://herususilofia.lecture.ub.ac.id/files/2014/12/Kurikulum.pdf
https://eprints.uny.ac.id/22883/3/3.%20BAB%20I.pdf
http://www.jejakpendidikan.com/2016/02/makalah-pengembangan-
kurikulum.html
http://digilib.uinsby.ac.id/11141/4/bab%202.pdf
Abdullah, Amin, Islamic Studies di Perguruan Tinggi, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2006
Barizi, Ahmad, Pendidikan Integratif: Akar Tradisi dan Integrasi Keilmuan
Pendidikan Islam, Malang: UIN Maliki Press, 2011

23

Anda mungkin juga menyukai