Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengertian hisab adalah, peristiwa Allah menampakkan kepada manusia amalan


mereka di dunia dan menetapkannya. 1Atau Allah mengingatkan dan memberitahukan
kepada manusia tentang amalan kebaikan dan keburukan yang telah mereka lakukan.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah menyatakan, Allah akan menghisab seluruh
makhluk dan berkhalwat kepada seorang mukmin, lalu menetapkan dosa-dosanya. Syaikh
Shalih Ali Syaikh mengomentari pandangan ini dengan menyatakan, bahwa inilah makna
al muhasabah (proses hisab). Demikian juga Syaikh Ibnu Utsaimin menyatakan,
muhasabah adalah proses manusia melihat amalan mereka pada hari Kiamat. 2
Beriman kepada hari Akhir dan kejadian yang ada padanya merupakan salah satu
rukun iman yang wajib diyakini oleh setiap muslim. Untuk mencapai kesempurnaan iman
terhadap hari Akhir, maka semestinya setiap muslim mengetahui peristiwa dan tahapan
yang akan dilalui manusia pada hari tersebut. Di antaranya yaitu masalah hisab
(perhitungan) yang merupakan maksud dari iman kepada hari Akhir. Karena, pengertian
dari beriman kepada hari kebangkitan adalah, beriman dengan hari kembalinya manusia
kepada Allah lalu dihisab. Sehingga hakikat iman kepada hari kebangkitan adalah iman
kepada hisab ini.

Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Hisab dan Hadits apa saja yang terkandung di dalam Hisab?
2. Kapan Hisab Terjadi?

1 Muqarrar at Tauhid Lishaf ats Tsani al ‘Ali fil Ma’ahid al Islamiyah, tanpa tahun, hlm. 84
2 Ibid., hlm. 208.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hadits Tentang Hisab

1. Hadits tentang Hisab menurut istilah Aqidah

Dَ ْ‫ْس يَقُو ُل هَّللا ُ تَ َعالَى فَ َسو‬


ْ َ‫ف ي َُحا َسبُ ِح َسابًا يَ ِسيرًا قَال‬
‫ت فَقَا َل إِنَّ َما‬ َ ‫ت أَ َولَي‬
ُ ‫ت عَائِ َشةُ فَقُ ْل‬
ْ َ‫ب قَال‬ َ ‫ب ُع ِّذ‬
َ ‫َم ْن حُو ِس‬
َ ‫ش ْال ِح َس‬
‫اب يَ ْهلِ ْك‬ َ ِ‫ك ْال َعرْ ضُ َولَ ِك ْن َم ْن نُوق‬
ِ ِ‫َذل‬
“Barangsiapa yang dihisab, maka ia tersiksa”. Aisyah bertanya,”Bukankah Allah telah
berfirman ‘maka ia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah”3 Maka Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Hal itu adalah al ‘aradh. Namun barangsiapa
yang dimunaqasyah hisabnya, maka ia akan binasa”. (HR. Bukhari, no. 103 dan Muslim,
no. 2876).

Dalam ayat lain tentang hisab disebutkan,

َ‫د أَرْ ُجلُهُ ْم بِ َما َكانُوا يَ ْك ِسبُون‬Dُ َ‫ْاليَوْ َم ن َْختِ ُم َعلَى أَ ْف َوا ِه ِه ْم َوتُ َكلِّ ُمنَا أَ ْي ِدي ِه ْم َوتَ ْشه‬

“Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan
memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan.” (QS. Yasin: 65)

2. Hadits tentang Yaumul Hisab

Yaumul hisab atau hari perhitungan amal adalah hari dimana Allah
memperlihatkan kepada hamba-hamba-Nya tentang amal mereka.
Allah Ta’ala  berfirman:

)26( ‫م‬Dْ ُ‫) ثُ َّم إِ َّن َعلَ ْينَا ِح َسابَه‬25( ‫م‬Dْ ُ‫ إِيَابَه‬D‫إ َِّن إِلَ ْينَا‬

“Sungguh, kepada Kami-lah mereka kembali. kemudian sesungguhnya (kewajiban)

Kami-lah membuat perhitungan atas mereka.” (QS. Al-Ghasyiyah: 25 – 26).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sering berdoa di dalam sholat dengan


mengucapkan:
3 Al Qur`an surat al Insyiqaq / 84 : 8
D‫اَللَّهُ َّم َحا ِس ْبنِ ْي ِح َسابًا يَ ِس ْي َرا‬
“Ya Allah, hisablah diriku dengan hisab yang mudah.”

Kemudian ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha bertanya tentang apa itu hisab yang mudah?


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Allah memperlihatkan kitab
(hamba)-Nya kemudian Allah memaafkannya begitu saja. Barangsiapa yang dipersulit
hisabnya, niscaya ia akan binasa.” (Diriwayatkan oleh Ahmad, VI/48, 185, al-Hakim,
I/255, dan Ibnu Abi ‘Ashim dalam Kitaabus Sunnah, no. 885. Hadits ini dinilai shohih
oleh al-Hakim dan adz-Dzahabi).  

Dari ‘Abdullah bin ‘Amr, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa


sallam bersabda,

ٍّ‫ًّ ُكلُّ ِس ِجل‬D…‫ق فَيُ ْن َش ُر لَهُ تِ ْس َعةٌ َوتِ ْسعُونَ ِس ِجًال‬ ِ ِ‫وس ْال َخالَئ‬ِ ‫صا ُح بِ َرج ٍُل ِم ْن أُ َّمتِى يَوْ َم ْالقِيَا َم ِة َعلَى ُر ُء‬ َ ُ‫ي‬
َ ‫ص ِر ثُ َّم يَقُو ُل هَّللا ُ َع َّز َو َج َّل هَلْ تُ ْن ِك ُر ِم ْن هَ َذا َش ْيئًا فَيَقُو ُل الَ يَا َربِّ فَيَقُو ُل أَظَلَ َم ْت‬
‫ك َكتَبَتِى‬ َ َ‫َم َّد ْالب‬
ٍ ‫ك ِع ْن َدنَا َح َسنَا‬
‫ت‬ َ َ‫ فَيَقُو ُل بَلَى إِ َّن ل‬.َ‫ك ُع ْذ ٌر أَلَكَ َح َسنَةٌ فَيُهَابُ ال َّر ُج ُل فَيَقُو ُل ال‬ َ َ‫ْال َحافِظُونَ ثُ َّم يَقُو ُل أَل‬
‫ال‬َ َ‫َوإِنَّهُ الَ ظُ ْل َم َعلَ ْيكَ ْاليَوْ َم فَتُ ْخ َر ُج لَهُ بِطَاقَةٌ فِيهَا أَ ْشهَ ُد أَ ْن الَ إِلَهَ إِالَّ هَّللا ُ َوأَ َّن ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َرسُولُهُ ق‬
‫ت فِى ِكفَّ ٍة‬ ُ َّ‫ض ُع الس ِِّجال‬ َ ‫ فَتُو‬.‫ظلَ ُم‬ْ ُ‫ك الَ ت‬ َ َّ‫ت فَيَقُو ُل إِن‬ِ َّ‫فَيَقُو ُل يَا َربِّ َما هَ ِذ ِه ْالبِطَاقَةُ َم َع هَ ِذ ِه ال ِّس ِجال‬
ُ‫ت ْالبِطَاقَة‬ِ َ‫ت َوثَقُل‬ ُ َّ‫ت الس ِِّجال‬ ِ ‫َو ْالبِطَاقَةُ فِى ِكفَّ ٍة فَطَا َش‬
“Ada seseorang yang terpilih dari umatku pada hari kiamat dari kebanyakan orang ketika
itu, lalu dibentangkan kartu catatan amalnya yang berjumlah 99 kartu. Setiap kartu jika
dibentangkan sejauh mata memandang. Kemudian Allah menanyakan padanya, “Apakah
engkau mengingkari sedikit pun dari catatanmu ini?” Ia menjawab, “Tidak sama sekali
wahai Rabbku.” Allah bertanya lagi, “Apakah yang mencatat hal ini berbuat zalim
kepadamu?” Lalu ditanyakan pula, “Apakah engkau punya uzur atau ada kebaikan di
sisimu?” Dipanggillah laki-laki tersebut dan ia berkata, “Tidak.” Allah pun berfirman,
“Sesungguhnya ada kebaikanmu yang masih kami catat. Sehingga kamu tidak termasuk
orang zalim pada hari ini.” Lantas dikeluarkanlah satu bithoqoh (kartu sakti) yang
bertuliskan syahadat ‘laa ilaha ilallah wa anna muhammadan ‘abduhu wa rosulullah’.
Lalu ia bertanya, “Apa kartu ini yang bersama dengan catatan-catatanku yang penuh dosa
tadi?” Allah berkata padanya, “Sesungguhnya engkau tidaklah zalim.” Lantas
diletakkanlah kartu-kartu dosa di salah satu daun timbangan dan kartu ampuh ‘laa ilaha
illallah’ di daun timbangan lainnya. Ternyata daun timbangan penuh dosa tersebut
terkalahkan dengan beratnya kartu ampuh ‘laa ilaha illalah’ tadi. (HR. Ibnu Majah, no.
4300; Tirmidzi, no. 2639 dan Ahmad, 2:213. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa
sanad hadits ini sahih. Syu’aib Al-Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini qawiy
yaitu kuat dan perawinya tsiqqah termasuk perawi kitab sahih selain Ibrahim bin Ishaq
Ath-Thaqani. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini sahih).

3. Hadits tentang Bentuk-Bentuk Hisab di Akhirat

Hisab ini dilakukan dalam satu waktu, dan Allah Subhanahu wa Ta’ala sendiri yang
akan melakukannya, sebagaimana dijelaskan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam dalam sabda beliau :

‫ان فَيَ ْنظُ ُر أَ ْي َمنَ ِم ْنهُ فَاَل يَ َرى إِاَّل َما قَ َّد َم‬ َ ‫َما ِم ْن ُك ْم أَ َح ٌد إِاَّل َسيُ َكلِّ ُمهُ َربُّهُ لَي‬
ٌ ‫ْس بَ ْينَهُ َوبَ ْينَهُ تُرْ ُج َم‬
‫ِم ْن َع َملِ ِه َويَ ْنظُ ُر أَ ْشأ َ َم ِم ْنهُ فَاَل يَ َرى إِاَّل َما قَ َّد َم َويَ ْنظُ ُر بَ ْينَ يَ َد ْي ِه فَاَل يَ َرى إِاَّل النَّا َر تِ ْلقَا َء َوجْ ِه ِه‬
‫ق تَ ْم َر ٍة‬ِّ ‫ار َولَوْ بِ ِش‬ َ َّ‫فَاتَّقُوا الن‬

Tidak ada seorangpun dari kalian kecuali akan diajak bicara Rabb-nya tanpa ada
penterjemah antara dia dengan Rabb-nya. Lalu ia melihat ke sebelah kanan, hanya
melihat amalan yang pernah dilakukannya; dan ia melihat kekiri, hanya melihat
amalan yang pernah dilakukannya. Lalu melihat ke depan, kemudian hanya melihat
neraka ada di hadapannya.

Dari Anas bin Malik radhiallahu anhu dia berkata:

ُ‫ك؟ قُ ْلنَا هَّللا ُ َو َرسُولُه‬ ُ ‫ك فَقَا َل هَلْ تَ ْدرُونَ ِم َّم أَضْ َح‬ َ َ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ف‬
َ ‫ض ِح‬ َ ِ ‫ُول هَّللا‬
ِ ‫ُكنَّا ِع ْن َد َرس‬
‫فَإِنِّي اَل‬ :‫فَيَقُو ُل‬ .‫بَلَى‬ :‫الظ ْل ِم؟ يَقُو ُل‬ ُّ ‫يَا َربِّ أَلَ ْم تُ ِجرْ نِي ِم ْن‬ :‫يَقُو ُل‬ .ُ‫أَ ْعلَ ُم قَا َل ِم ْن ُم َخاطَبَ ِة ْال َع ْب ِد َربَّه‬
َ‫ك َش ِهيدًا َوبِ ْال ِك َر ِام ْال َكاتِبِين‬ َ ‫ َكفَى بِنَ ْف ِسكَ ْاليَوْ َم َعلَ ْي‬ :‫فَيَقُو ُل‬ .‫أُ ِجي ُز َعلَى نَ ْف ِسي إِاَّل َشا ِهدًا ِمنِّي‬
‫ثُ َّم يُخَلَّى بَ ْينَهُ َوبَ ْينَ ْالكَاَل ِم‬ .‫ق بِأ َ ْع َمالِ ِه‬
ُ ‫فَي ُْختَ ُم َعلَى ِفي ِه فَيُقَا ُل أِل َرْ َكانِ ِه ا ْن ِطقِي قَا َل فَتَ ْن ِط‬ .‫ُشهُودًا‬
ِ ‫ت أُنَا‬
‫ض ُل‬ ُ ‫بُ ْعدًا لَ ُك َّن َوسُحْ قًا فَ َع ْن ُك َّن ُك ْن‬ :‫فَيَقُو ُل‬
“Suatu ketika kami pernah bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, lalu beliau
tertawa dan bertanya: “Tahukah kalian apa yang membuatku tertawa?” Kami menjawab,
“Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.” Beliau bersabda, “Aku menertawakan
percakapan seorang hamba dengan Rabbnya. Ia berkata, “Wahai Rabb, bukankah Engkau
telah menghindarkanku dari kezhaliman?” Allah menjawab, “Ya.” Ia berkata,
“Sesungguhnya aku tidak mengizinkan diriku (untuk dihisab) kecuali jika saksinya
berasal dari diriku sendiri.” Allah berfirman, “Kalau begitu pada hari ini cukuplah
jiwamu yang menjadi saksi atas dirimu,” (Al Israa`: 16) dan juga para malaikat yang
mulia yang mencacat amalanmu menjadi para saksi.” Maka dibungkamlah mulutnya dan
dikatakan kepada anggota badannya, “Bicaralah.” Maka anggota badannya pun
mengungkap semua amal perbuatan yang dilakukannya.” Beliau meneruskan, “Kemudian
diapun dibiarkan berbicara maka dia berkata, “Menjauh dan celakalah kalian, untuk
melindungi kalianlah aku berjuang?” 

Abdullah bin Umar radhiallahu ‘anhuma pernah ditanya oleh seorang lelaki,
“Bagaimana anda mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda tentang
an-najwaa (pembicaraan rahasia antara Allah dengan hamba-Nya pada hari kiamat)?”
Maka dia berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

‫ب َك َذا فَيَقُو ُل نَ َع ْم‬ َ ‫ف َذ ْن‬ ِ ‫ب َك َذا أَتَع‬


ُ ‫ْر‬ َ ‫ف َذ ْن‬ ِ ‫ض ُع َعلَ ْي ِه َكنَفَهُ َويَ ْستُ ُرهُ فَيَقُو ُل أَتَع‬
ُ ‫ْر‬ َ َ‫إِ َّن هَّللا َ يُ ْدنِي ْال ُم ْؤ ِمنَ فَي‬
‫ك فِي ال ُّد ْنيَا َوأَنَا أَ ْغفِ ُرهَا‬َ ‫أَيْ َربِّ َحتَّى إِ َذا قَ َّر َرهُ بِ ُذنُوبِ ِه َو َرأَى فِي نَ ْف ِس ِه أَنَّهُ هَلَكَ قَا َل َستَرْ تُهَا َعلَ ْي‬
‫هَؤُاَل ِء الَّ ِذينَ َك َذبُوا َعلَى‬ :‫َاب َح َسنَاتِ ِه َوأَ َّما ْال َكافِ ُر َو ْال ُمنَافِقُونَ فَيَقُو ُل اأْل َ ْشهَا ُد‬َ ‫لَكَ ْاليَوْ َم فَيُ ْعطَى ِكت‬
َ‫علَى الظَّالِ ِمين‬ َ ِ ‫َربِّ ِه ْم أَاَل لَ ْعنَةُ هَّللا‬
“Sesungguhnya Allah mendekat kepada seorang mukmin lalu Dia melindungi dan
menutupinya. Lalu Allah berfirman, “Apakah kamu mengenal dosamu yang ini? Apakah
kamu mengenal dosamu yang ini?” Maka mukmin tersebut berkata: “Ya, wahai Rabbku”.
Hingga ketika Dia telah membuat dia mengakui semua dosanya dan dia memandang
bahwa dirinya akan celaka, Allah berfirman, “Aku telah menutupi semua dosamu itu di
dunia dan Aku mengampuninya untukmu pada hari ini.” Maka orang itu diberikan kitab
catatan kebaikannya. Adapun orang kafir dan orang-orang munafik, maka para saksi
berkata, “Mereka itulah orang-orang yang mendustakan Rabb mereka. Maka laknat Allah
atas orang-orang yang zhalim”. (QS. Hud: 18) (HR. Al-Bukhari no. 24 )

4. Hadits tentang Cara Hisab Seorang Mukmin dan Kafir

Allah Subhanahu wa Ta’ala yang Maha Pengasih dan Maha Lembut tidak
menghisab kaum Mukminin dengan munaqasyah, namun mencukupkan dengan al aradh.
Dia hanya memaparkan dan menjelaskan semua amalan tersebut di hadapan mereka, dan
Dia merahasiakannya, tidak ada orang lain yang melihatnya, lalu Allah berseru : “Telah
Aku rahasiakan hal itu di dunia, dan sekarang Aku ampuni semuanya”.
Demikian dijelaskan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits Ibnu
‘Umar, beliau berkata :

‫و ُل‬DDُ‫ض ُع َعلَ ْي ِه َكنَفَهُ َويَ ْستُ ُرهُ فَيَق‬ َ َ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم يَقُو ُل إِ َّن هَّللا َ يُ ْدنِي ْال ُم ْؤ ِمنَ فَي‬َ ِ ‫ُول هَّللا‬
َ ‫ْت َرس‬ ُ ‫َس ِمع‬
ُ‫ ِه أَنَّه‬D‫ ِه َو َرأَى فِي نَ ْف ِس‬Dِ‫ َّر َرهُ بِ ُذنُوب‬Dَ‫و ُل نَ َع ْم أَيْ َربِّ َحتَّى إِ َذا ق‬DDُ‫ َذا فَيَق‬D‫ب َك‬ َ ‫ف َذ ْن‬ ُ ‫ْر‬ِ ‫ب َك َذا أَتَع‬َ ‫ف َذ ْن‬ ِ ‫أَتَع‬
ُ ‫ْر‬
‫افِ ُر‬DD‫نَاتِ ِه َوأَ َّما ْال َك‬D ‫اب َح َس‬D
َ Dَ‫وْ َم فَيُ ْعطَى ِكت‬DDَ‫ك ْالي‬ َ D َ‫ا ل‬DDَ‫ا أَ ْغفِ ُره‬DDَ‫ ُّد ْنيَا َوأَن‬D ‫كَ فِي ال‬DD‫تَرْ تُهَا َعلَ ْي‬D ‫ال َس‬D َ Dَ‫كَ ق‬DDَ‫هَل‬
َ‫َو ْال ُمنَافِقُونَ فَيَقُو ُل اأْل َ ْشهَا ُد هَؤُاَل ِء الَّ ِذينَ َك َذبُوا َعلَى َربِّ ِه ْم أَاَل لَ ْعنَةُ هَّللا ِ َعلَى الظَّالِ ِمين‬
Aku telah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Sesungguhnya Allah mendekati seorang mukmin, lalu meletakkan padanya sitar dan
menutupinya (dari pandangan orang lain), lalu (Allah) berseru : ‘Tahukah engkau dosa
ini? Tahukah engkau dosa itu?’ Mukmin tersebut menjawab,’Ya, wahai Rabb-ku,’ hingga
bila selesai meyampaikan semua dosa-dosanya dan mukmin tersebut melihat dirinya telah
binasa, Allah berfirman,’Aku telah rahasiakan (menutupi) dosa itu di dunia, dan Aku
sekarang mengampunimu,’ lalu ia diberi kitab kebaikannya. Sedangkan orang kafir dan
munafik, maka Allah berfirman : ‘Orang-orang inilah yang telah berdusta terhadap Rabb
mereka’. Ingatlah, kutukan Allah (ditimpakan) atas orang-orang yang zhalim”. [HR al
Bukhari].
Adapun orang-orang kafir, mereka akan dipanggil di hadapan semua makhluk.
Kepada mereka disampaikan semua nikmat Allah, kemudian akan dipersaksikan amalan
kejelekan mereka disana. Dijelaskan dalam hadits Abu Hurairah, ia berkata, Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

ُ‫رْ أَس‬DDَ‫ك ت‬ َ ْ‫ َل َوأَ َذر‬Dِ‫ َل َواإْل ِ ب‬D‫ك ْال َخ ْي‬ َ Dَ‫ك َوأُ َس ِّخرْ ل‬ َ ْ‫ك َوأُز َِّوج‬ َ ‫ك َوأُ َس ِّو ْد‬ َ ‫فَيَ ْلقَى ْال َع ْب َد فَيَقُو ُل أَيْ فُلْ أَلَ ْم أُ ْك ِر ْم‬
‫يتَنِي ثُ َّم يَ ْلقَى‬D‫ا ن َِس‬DD‫ك َك َم‬ َ ‫ا‬D‫ي فَيَقُو ُل اَل فَيَقُو ُل فَإِنِّي أَ ْن َس‬ َّ ِ‫َوتَرْ بَ ُع فَيَقُو ُل بَلَى قَا َل فَيَقُو ُل أَفَظَنَ ْنتَ أَنَّكَ ُماَل ق‬
‫ ُع‬DDَ‫ك تَرْ أَسُ َوتَرْ ب‬ َ ْ‫ك ْال َخ ْي َل َواإْل ِ بِ َل َوأَ َذر‬ َ َ‫زَوجْ كَ َوأُ َس ِّخرْ ل‬ ِّ ُ‫ك َوأُ َس ِّو ْدكَ َوأ‬ َ ‫الثَّانِ َي فَيَقُو ُل أَيْ فُلْ أَلَ ْم أُ ْك ِر ْم‬
‫يتَنِي ثُ َّم يَ ْلقَى‬D‫ا ن َِس‬D‫ك َك َم‬ َ ‫ا‬D‫إِنِّي أَ ْن َس‬Dَ‫و ُل ف‬Dُ‫و ُل اَل فَيَق‬DDُ‫ي فَيَق‬ َّ ِ‫ك ُماَل ق‬ َ َّ‫و ُل أَفَظَنَ ْنتَ أَن‬Dُ‫فَيَقُو ُل بَلَى أَيْ َربِّ فَيَق‬
‫ت‬ ُ ‫ َّد ْق‬D ‫َص‬
َ ‫ت َوت‬ ُ ‫ ْم‬D ‫ص‬ُ ‫ْت َو‬ ُ ‫لَّي‬D ‫ص‬ َ ‫ك َو‬ َ ِ‫ل‬D ‫ُس‬
ُ ‫ك َوبِر‬ َ ِ‫ك َوبِ ِكتَاب‬ َ ِ‫ت ب‬ ُ ‫ث فَيَقُو ُل لَهُ ِم ْث َل َذلِكَ فَيَقُو ُل يَا َربِّ آ َم ْن‬ َ ِ‫الثَّال‬
‫ ِه‬D ‫ك َويَتَفَ َّك ُر فِي نَ ْف ِس‬ َ D‫ث َشا ِه َدنَا َعلَ ْي‬ ُ ‫َوي ُْثنِي بِخَ ي ٍْر َما ا ْستَطَا َع فَيَقُو ُل هَاهُنَا إِ ًذا قَا َل ثُ َّم يُقَا ُل لَهُ اآْل نَ نَ ْب َع‬
ُ‫ ه‬D‫ ُذهُ َولَحْ ُم‬D‫ق فَ ِخ‬ ُ D‫ ِه ا ْن ِطقِي فَتَ ْن ِط‬D‫ ِه َو ِعظَا ِم‬D‫ي فَي ُْختَ ُم َعلَى فِي ِه َويُقَا ُل لِفَ ِخ ِذ ِه َولَحْ ِم‬ َّ َ‫َم ْن َذا الَّ ِذي يَ ْشهَ ُد َعل‬
‫ك الَّ ِذي يَ ْس َخطُ هَّللا ُ َعلَ ْي ِه‬ َ ِ‫ق َو َذل‬ُ ِ‫ك ْال ُمنَاف‬َ ِ‫ك لِيُ ْع ِذ َر ِم ْن نَ ْف ِس ِه َو َذل‬ َ ِ‫َو ِعظَا ُمهُ بِ َع َملِ ِه َو َذل‬
Lalu Allah menemui hambaNya dan berkata : “Wahai Fulan! Bukankah Aku telah
memuliakanmu, menjadikan engkau sebagai pemimpin, menikahkanmu dan
menundukkan untukmu kuda dan onta, serta memudahkanmu memimpin dan memiliki
harta banyak?” Maka ia menjawab: “Benar”. Allah berkata lagi: “Apakah engkau telah
meyakini akan menjumpaiKu?” Maka ia menjawab: “Tidak,” maka Allah berfirman :
“Aku biarkan engkau sebagaimana engkau telah melupakanKu”. Kemudian (Allah)
menemui orang yang ketiga dan menyampaikan seperti yang disampaikan di atas. Lalu ia
(orang itu) menjawab: “Wahai Rabbku! Aku telah beriman kepadaMu, kepada kitab
suciMu dan rasul-rasul Mu. Juga aku telah shalat, bershadaqah,” dan ia memuji dengan
kebaikan semampunya. Allah menjawab: “Kalau begitu, sekarang (pembuktiannya),”
kemudian dikatakan kepadanya: “Sekarang Kami akan membawa para saksi atasmu,” dan
orang tersebut berfikir siapa yang akan bersaksi atasku. Lalu mulutnya dikunci dan
dikatakan kepada paha, daging dan tulangnya: “Bicaralah!” Lalu paha, daging dan
tulangnya bercerita tentang amalannya, dan itu untuk menghilangkan udzur dari dirinya.
Itulah nasib munafik dan orang yang Allah murkai. [HR Muslim].

B. Asbabul wurud (tidak ada)

C. Penjelasan Hadits Tentang Hisab


1. Hadits Tentang Hisab menurut Istilah Aqidah
Pengertian hisab disini adalah, peristiwa Allah menampakkan kepada manusia
amalan mereka di dunia dan menetapkannya. Atau Allah mengingatkan dan
memberitahukan kepada manusia tentang amalan kebaikan dan keburukan yang
telah mereka lakukan. 4
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah menyatakan, Allah akan menghisab seluruh makhluk
dan berkhalwat kepada seorang mukmin, lalu menetapkan dosa-dosanya. 5 Syaikh Shalih
Ali Syaikh mengomentari pandangan ini dengan menyatakan, bahwa inilah makna al
muhasabah (proses hisab). Demikian juga Syaikh Ibnu Utsaimin menyatakan, muhasabah
adalah proses manusia melihat amalan mereka pada hari Kiamat.
Hisab menurut istilah aqidah memiliki dua pengertian.
 Pertama. Al ‘Aradh (penampakan dosa dan pengakuan), mempunyai dua
pengertian.
1. Pengertian umum, yaitu seluruh makhluk ditampakkan di hadapan Allah dalam
keadaan menampakkan lembaran amalan mereka. Ini mencakup orang yang
dimunaqasyah hisabnya dan yang tidak dihisab.
2. Pemaparan amalan maksiat kaum Mukminin kepada mereka, penetapannya,
merahasiakan (tidak dibuka dihadapan orang lain) dan pengampunan Allah atasnya.
Hisab demikian ini dinamakan hisab yang ringan (hisab yasir).6
 Kedua. Munaqasyah (diperiksa secara sungguh-sungguh) dan inilah yang
dinamakan hisab (perhitungan) antara kebaikan dan keburukan.
Untuk itulah Syaikhul Islam menyatakan, hisab, dapat dimaksudkan sebagai
perhitungan antara amal kebajikan dan amal keburukan, dan di dalamnya terkandung

4 Muqarrar at Tauhid Lishaf ats Tsani al ‘Ali fil Ma’ahid al Islamiyah, tanpa tahun, hlm. 84.
5 Syarh al ‘Aqidah al Wasithiyah, Khalil Haras, Tahqiq Alwi Abdilqadir as Sagaf, Cetakan Kedua, Tahun
1415H, Dar al Hijrah, hlm. 209.
6 Syarh al ‘Aqidah al Washithiyah, Ibnu ‘Utsaimin, Cetakan ke-2, Tahun 1415 H, Dar Ibnul Jauzi, 2/152
pengertian munaqasyah. Juga dimaksukan dengan pengertian pemaparan dan
pemberitahuan amalan terhadap pelakunya.7

2. Penjelasan Hadits tentang Yaumul Hisab


Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Nashir ar-Rasyid t berkata, “Maksud hisab menurut
syariat adalah dihadapkan dan diingatkannya para hamba terhadap seluruh
amalannya yang baik dan yang buruk, sebelum mereka pergi dari Mahsyar, selain
sebagian hamba-Nya yang beriman yang diistimewakan oleh Allah l (sehingga
masuk surga tanpa hisab dan tanpa azab). Hal ini benar-benar akan terjadi pada
hari kiamat berdasarkan al-Qur’an, as-Sunnah, dan ijma’. Oleh karena itu, wajib
beriman dengannya dan meyakini terjadinya.

3. Penjelasan Hadits tentang Bentuk-Bentuk Hisab di Akhirat


Hisab ini dilakukan dalam satu waktu, dan Allah Subhanahu wa Ta’ala sendiri
yang akan melakukannya, Pada hari ketika mereka dibangkitkan Allah semuanya,
lalu diberitakanNya kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan. Allah
mengumpulkan (mencatat) amal perbuatan itu, padahal mereka telah
melupakannya. Dan Allah Maha Menyaksikan segala sesuatu. [al Mujaadilah /
58 : 6].
Sehingga seluruh pelaku perbuatan melihat amalannya dan tidak dapat
mengingkarinya, karena bumi menceritakan semua amalan mereka. Begitu pula
seluruh anggota tubuh pun berbicara tentang perbuatan yang telah ia lakukan.

4. Penjelasan Hadits tentang Cara Hisab Seorang Mukmin dan Kafir


 Hisab Mukmin. Sifat hisab bagi seorang Mukmin, yaitu Allah menyendiri
dengan hamba-Nya yang Mukmin dan memperlihatkan dosa-dosa hamba-Nya,
hingga ketika ia merasa bahwa ia akan binasa, Allah berkata kepadanya:  ‫فَإنِّي‬
‫ك ْاليَوْ َم‬
َ َ‫ َوأَنَا أَ ْغفِ ُرهَا ل‬،‫ك فِي ال ُّد ْنيا‬
َ ‫قَ ْد َستَرْ تُهَا َعلَ ْي‬ “Aku tutup bagimu dosamu di
dunia dan Aku memgampuni dosa-dosamu hari ini.” maka diberikan
kepadanya kitab kebaikannya. 8
 Hisab kafir dan munafik. Adapun orang kafir dan munafiq, mereka dipanggil di
hadapan seluruh makhluk, mereka adalah orang-orang yang berdusta atas nama
Allah.
 Allah berfirman:
7 Mukhtashar Ma’arij al Qabul Hafizh al Hakami, diringkas oleh Hisyam Ali ‘Uqdah, Cetakan Ketiga,
Tahun 1413H, hlm. 246.
8 (Hadits shohih. Diriwayatkan oleh al-Bukhari, VIII/353 –Fat-h, dan Muslim, no. 2768)
 ‫َ ۡشهَ ٰـ ُد‬ ‫كَ ي ُۡع َرضُونَ َعلَ ٰى َربِّ ِهمۡ َويَقُو ُل ٱأۡل‬Dِ‫َو َم ۡن أَ ۡظلَ ُم ِم َّم ِن ۡٱفت ََر ٰى َعلَى ٱهَّلل ِ ڪَ ِذبً ۚا‌ أُوْ لَ ٰـ ٓ ِٕٕٮ‬
َ‫ُوا َعلَ ٰى َربِّ ِه ۚمۡ‌ أَاَل لَ ۡعنَةُ ٱهَّلل ِ َعلَى ٱلظَّ ٰـلِ ِمين‬
ْ ‫هَ ٰـٓؤُٓاَل ِء ٱلَّ ِذينَ َك َذب‬ 
Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat-buat dusta
terhadap Allah? Mereka itu akan dihadapkan kepada Tuhan mereka dan para
saksi akan berkata: "Orang-orang inilah yang telah berdusta terhadap Tuhan
mereka". Ingatlah, kutukan Allah [ditimpakan] atas orang-orang yang zalim.
(Q.S. Hud: 18).  
 Orang-orang kafir, mereka itu tidak dihisab sebagaimana dihisabnya orang
yang dihitung kebaikan dan kejelekannya, karena sesungguhnya mereka itu
(orang-orang kafir) tidak ada kebaikannya. Akan tetapi amal-amal mereka
dihitung, lalu dibiarkan begitu saja dan mereka diadzab dengan sebab
amalannya itu.9

Amalan orang kafir seperti debu. Pada hari Kiamat, seluruh amalan baik orang kafir akan
dijadikan seperti debu-debu yang beterbangan atau seperti fatamorgana dan tidak ada
nilainya di sisi Allah. Firman Allah: (Q.S. Al-Furqan: 23; lihat juga Q.s. Ibrahim: 18 dan
Q.S.An-Nur: 39).

Masuk surga tanpa dihisab. Hisab itu dilakukan terhadap seluruh manusia dan ada
diantara kaum Mukminin yang masuk surga tanpa dihisab. Sebagaimana sabda
Rasulullah saw.: “Tujuh puluh ribu orang akan masuk surga tanpa hisab. Mereka adalah
orang-orang yang tidak berobat dengan cara kay (pengobatan menggunakan sundutan
besi panas), tidak meminta diruqyah, tidak bertahayyur dan hanya bertawakkal kepada
Allah semata.”10

BAB III

9 (At-Tanbiihatl Lathifah hal. 71).


10 (H.R.Bukhari no.6472, 6541, Muslim no.220, Tirmidzi no.2446 dari Ibnu Abbas r.a.)
A. Kesimpulan

Diriwayatkan dari ‘Abdullah ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi


wa sallam bersabda:

َ ‫ةً أَب‬D‫ص‬
َ‫ رُوْ ن‬D‫ا ُرهُ ْم يَ ْنت َِظ‬D‫ْص‬ َ ‫نَةً َشا ِخ‬D‫ا أَرْ بَ ِع ْينَ َس‬DD‫ت يَوْ ٍم َم ْعلُوْ ٍم قِيَا ًم‬
ِ ‫يَجْ َم ُع هللاُ األَ َّولِ ْينَ َواآل ِخ ِر ْينَ لِ ِم ْيقَا‬
‫ضا ِء‬َ َ‫فَصْ َل ْالق‬
“Allah mengumpulkan semua manusia dari yang pertama sampai yang terakhir, pada
waktu hari tertentu dalam keadaan berdiri selama empat puluh tahun. Pandangan-
pandangan mereka menatap (ke langit), menanti pengadilan Allah.”

Tidak ada yang bisa ditutupi oleh para umat di hadapan Allah SWT. Karna Allah SWT
memiliki catatan tentang amal-amal umat dan penentuan tempatnya nanti (Surga atau
Neraka) berdasar pada banyaknya catatan amal baik atau buruk umat tersebut.

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
Syarh As-Sunnah. Cetakan kedua, Tahun 1432 H. Imam Al-Muzani. Ta’liq: Dr. Jamal
‘Azzun. Penerbit Maktabah Dar Al-Minhaj.

Rijal Hamid, Syamsul. 2008. Buku Pintar Agama Islam : Edisi Yang Disempurnakan.
Bogor. Lembaga Pengajaran/Kajian dan Konsultasi Agama Islam (LPKAI) “CAHAYA
ISLAM”.

Al-Adnani, Abu Fatiah. 2007. Fitnah & Petaka Akhir Zaman : Detik-Detik Menuju Hari
Kehancuran Alam Semesta. Surakarta. Granada Mediatama.

Anda mungkin juga menyukai