Anda di halaman 1dari 10

PENGERTIAN DAN CONTOH HADITS MARFU’ MAUQUF DAN MAQTHU

DOSEN PENGAMPU;
Masyhuri Rifa’I, M.Ag.

DI SUSUN OLEH;
APRILIA ZAHRA
MUHAMMAD NUR HIKMAWAN

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM


FAKULTAS USHULUDDIN, ADAB DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
KENDARI
2023
A. Pengertian Hadist Marfu

Secara bahasa,marfu’ artinya;sesuatu yang diangkat.Diangkat disini merupakan tanda


kemuliaan.Karena di sandarkan kepada pribadi yang mulia,yaitu Nabi Muhammad
Saw.Adapun secara istilah,para ulama mendefinisikan hadist marfu’ sebagai berikut:

“Hadist marfu’ yaitu apa yang di sandarkan kepada Nabi Muhammad Saw.Baik
berupa perkataan,perbuatan,persetujuan,maupun sifat.”
Berdasarkan definisi di atas,maka hadist marfu’ adalah sebuah informasi yang di
sandarkan kepada Nabi Muhammad Saw.
-Baik berupa perkataan,perbuatan,persetujuan,maupun sifat.
-Baik yang menyandarkan itu seorang sahabat atau generasi di bawahnya.
-Dan hadist marfu’ ini bisa jadi sanadnya muttashil (bersambung) maupun muntaqhi
(terputus)
Contoh Hadist Marfu’
Rasulullah Saw. bersabda:

‫ َو ِإَّنَم ا ِلُك ِّل اْم ِر ٍئ َم ا َنَو ى‬،‫ِإَّنَم ا ْاَألْع َم اُل ِبالِّنَّياِت‬

‫َفَم ْن َكاَنْت ِهْج َر ُتُه ِإَلى ِهللا َو َر ُسْو ِلِه َفِه ْج َر ُتُه ِإَلى ِهللا َو َر ُسْو ِلِه‬

‫ َأْو اْمَر َأٍة َيْنِكُح َها َفِهْج َر ُتُه ِإَلى َم ا َهاَج َر ِإَلْيِه‬،‫َو َم ْن َكاَنْت ِهْج َر ُتُه ِلُد ْنَيا ُيِص ْيُبَها‬

“Sesungguhnya setiap perbuatan itu tergantung pada niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang
akan memperoleh balasan berdasarkan apa yang dia niatkan.

“Maka siapa yang hijrahnya karena (ingin mendapatkan ridha) Allah dan Rasul-Nya, maka
hijrahnya adalah kepada (ridha) Allah dan Rasul-Nya.

“Dan siapa yang hijrahnya karena urusan duniawi yang ingin dicapainya, atau karena wanita
yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya (akan bernilai sebagaimana) yang dia niatkan.”

(HR. Bukhari dan Muslim)

B. Macam-macam Hadits Marfu’

Berdasarkan definisi di atas pula, hadits marfu’ itu ada empat macam, yaitu:

 Hadits marfu’ qauli (perkataan)


 Hadits marfu’ fi’li (perbuatan)
 Lalu hadits marfu’ taqriri (persetujuan)
 Dan hadits marfu’ washwi (sifat)
1. Hadits Marfu’ Qauli

Definisi Hadits Marfu’ Qauli (perkataan)

“Hadits marfu’ qauli yaitu: bila ada seorang shahabat atau tabi’in berkata: bahwa Rasulullah
Saw. berkata demikian dan demikian.”

Contoh Hadits Marfu’ Qauli

:‫ َقاَل َر ُسوُل ِهَّللا صلى هللا عليه وسلم‬: ‫َع ْن َأِبى ُهَر ْيَر َة َقاَل‬

.‫َم ْن َص اَم َر َم َض اَن ِإيَم اًنا َو اْح ِتَس اًبا ُغ ِفَر َلُه َم ا َتَقَّد َم ِم ْن َذْنِبِه‬

Dari Abu Hurairah, dia berkata:

Rasulullah Saw. bersabda, “Barangsiapa berpuasa Ramadhan dengan penuh keimanan dan
hanya mengharap ridha Allah, maka seluruh dosanya yang telah lalu akan dihapus.” (HR.
Imam Bukhari.)

Hadits di atas termasuk hadits marfu’ karena telah mencukupi dua unsur, yaitu:

 seorang shahabat (Abu Hurairah) menisbahkan perkataan ini kepada Rasulullah Saw.
 matan hadits berupa perkataan Rasulullah Saw.

2. Hadits Marfu’ Fi’li

Definisi Hadits Marfu’ Fi’li (perbuatan)

“Hadits marfu’ fi’li yaitu bila ada seorang shahabat maupun tabi’in berkata: bahwa
Rasulullah Saw. berbuat demikian dan demikian.”

Contoh Hadits Marfu’ Fi’li

‫َع ْن َأِبى ُأَم اَم َة َأَّن الَّنِبَّى َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َتَو َّض َأ َفَم ْض َم َض َثَالثًا َو اْسَتْنَش َق َثَالثًا َو َغ َسَل َو ْج َهُه َو َك اَن َيْمَس ُح اْلَم اَقْيِن ِم َن‬
‫اْلَع ْيِن‬

Dari Abu Umamah, bahwa Nabi Muhammad Saw. berwudhu. Beliau berkumur tiga kali,
beristinsyaq tiga kali, dan membasuh wajah. Lalu beliau mengusap kedua sudut mata.” (HR.
Ahmad)

Hadits di atas termasuk hadits marfu’ fi’li, karena sudah memenuhi dua unsur:

 seorang shahabat (Abu Umamah) menisbahkan perkataan ini kepada Rasulullah Saw.
 matan hadits berupa perbuatan Rasulullah Saw.
3. Hadits Marfu’ Taqriri

Definisi Hadits Marfu’ Taqriri (persetujuan)

“Hadits marfu’ taqriri yaitu: bila ada seorang shahabat maupun tabi’in berkata: bahwa telah
terjadi demikian dan demikian di hadapan Rasulullah Saw. dan beliau tidak melarangnya.”

Contoh Hadits Marfu’ Taqriri

.‫ َال ُيَص ِّلَيَّن َأَح ٌد اْلَع ْص َر ِإَّال ِفى َبِنى ُقَر ْيَظَة‬:‫ َقاَل الَّنِبُّى َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َلَنا َلَّم ا َر َجَع ِم َن اَألْح َز اِب‬: ‫َع ِن اْبِن ُع َم َر َقاَل‬
‫ َفُذ ِكَر ِللَّنِبِّى‬. ‫ َبْل ُنَص ِّلى َلْم ُيَر ْد ِم َّنا َذ ِلَك‬: ‫ َو َقاَل َبْعُضُهْم‬،‫ َال ُنَص ِّلى َح َّتى َنْأِتَيَها‬: ‫َفَأْد َر َك َبْعُضُهُم اْلَع ْص َر ِفى الَّطِر يِق َفَقاَل َبْعُضُهْم‬
‫َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َفَلْم ُيَع ِّنْف َو اِح ًدا ِم ْنُهْم‬

Dari Ibnu ‘Umar, ia berkata:

Usai Perang Ahzab, Nabi Muhammad Saw. bersabda, “Hendaknya tidak ada seorang pun
shalat Ashar melainkan di Bani Quraidhah.”

Di tengah jalan, sebagian dari mereka mendapati waktu Ashr. Sebagian di antara mereka
berkata, “Kami tidak shalat kecuali telah tiba di sana.”

Sebagian lagi berkata, “Kami akan shalat, karena beliau tidak bermaksud melarang kita
shalat.”

Lalu hal itu disampaikan kepada Nabi Muhammad Saw.. Ternyata beliau tidak mencela
salah satu di antara mereka.

(HR. Bukhari dan Muslim)

Hadits di atas termasuk hadits marfu’ taqriri, karena sudah memenuhi dua unsur:

 seorang shahabat (Ibnu ‘Umar) menceritakan tentang tiadanya pengingkaran


Rasulullah Saw. terhadap peristiwa.
 matan hadits berupa tidak adanya pengingkaran dari Rasulullah Saw. ketika
mengetahui adanya peristiwa tersebut.

4. Hadits marfu’ washfi

Definisi Hadits marfu’ washfi (sifat)

“Hadits marfu’ washfi yaitu bila ada seorang shahabat maupun tabi’in berkata: bahwa
Rasulullah Saw. memiliki sifat demikian dan demikian. Baik sifat akhlak maupun sifat
jasmani.

Contoh Hadits marfu’ washfi

‫ كان خلقه القرآن‬:‫ قالت‬، ‫قالت عائشة لما سئلت رضي هللا عنها عن خلق النبي عليه الصالة والسالم‬
Ketika ada seseorang bertanya kepada Siti ‘Aisyah tentang akhlak Nabi Muhammad Saw.
Dia berkata: “Akhlak beliau adalah al-Qur’an.”

(HR. Muslim)

Jadi hadits di atas disampaikan oleh seorang shahabat, dan menceritakan tentang sifat akhlak
Rasulullah Saw. Sehingga hadits itu termasuk hadits marfu’ washfi.

D. Status Hadits Marfu’

Hadits Marfu’ itu belum tentu shahih. Juga belum tentu dha’if. Jadi hadits marfu’ itu ada
yang shahih dan ada yang dha’i. Sebagaimana dijelaskan, bahwa istilah hadits marfu’ ini
hanya menunjukkan kepada siapa sebuah riwayat disandarkan. Bila sebuah riwayat
disandarkan kepada Allah Swt., maka riwayat itu disebut sebagai hadits qudsi. Bila sebuah
riwayat disandarkan kepada Rasulullah Saw., maka riwayat itu disebut sebagai hadits
marfu’.

‫اْلَح ُدْيُث اْلَم ْو ُقْو ُف‬


al-Hadits al-Mauquf

A. Pengertian Hadits Mauquf

Para ulama mendefinisikan hadits mauquf sebagai berikut:

‫ما أضيف إلى الصحابي من قول أو فعل أو تقرير‬

“Semua yang dinisbahkan kepada seorang shahabat. Baik berupa perkataan, perbuatan
maupun persetujuan.”

Berdasarkan definisi di atas, maka sebuah hadits mauquf itu ada yang sanadnya bersambung
(muttashil) dan ada yang sanadnya terputus (munqathi‘).

Penting: Perbedaan Hadits Marfu’ dan Mauquf

Marfu’ artinya: diangkat.

Hadits marfu’ artinya: perawi mengangkat hadits itu sampai pada Nabi Muhammad Saw.
Bahwa misalnya, perawi mengatakan bahwa Rasulullah Saw. bersabda demikian dan
demikian.

Mauquf artinya dihentikan.

Hadits mauquf artinya: perawi menghentikan hadits itu hanya sampai pada shahabat. Bahwa
misalnya, Ibnu Abbas berkata demikian.
B. Macam-macam Hadits Mauquf

Berdasarkan definisinya, hadits mauquf itu ada tiga macam, yaitu:

 perkataan,
 perbuatan,
 persetujuan.

Selain ketiga macam hadits mauquf itu, sebenarnya ada satu lagi. Yaitu hadits mauquf marfu’
hukman. Artinya: secara zahir adalah hadits mauquf. Namun secara hakekat merupakan
hadits marfu’.

C. Contoh Hadits Mauquf

Berikut ini contoh hadits mauquf sesuai dengan macam-macamnya:

1. Hadits mauquf qaulan (berupa perkataan)

Inilah salah satu contoh hadits mauquf qaulan:

‫ َح ِّد ُثوا الَّناَس ِبَم ا َيْع ِرُفوَن‬: ‫َقاَل َع ِلٌّى‬

‫َأُتِح ُّبوَن َأْن ُيَك َّذ َب ُهَّللا َو َر ُسوُلُه‬

Ali bin Abi Thalib berkata:

“Berbicaralah kepada orang lain dengan apa yang mereka pahami.

“Apakah engkau mau Allah dan Rasul-Nya didustakan?”

(Riwayat Imam Bukhari.)

Sedikit penjelasan atas hadits di atas:

– Yang berkata-kata dalam hadits itu adalah Ali bin Abi Thalib. Bukan Rasulullah Saw.
Maka disebut sebagai hadits mauquf.

– Hadits di atas kemungkinan besar adalah hadits shahih. Karena Imam Bukhari merupakan
muhaddits yang paling berhati-hati dalam menetapkan standar hadits shahih.

– Maksud hadits di atas, bahwa seorang ulama harus memperhatikan kemampuan intelektual
jamaah. Jangan sampai menyampaikan ilmu yang akan membuat jamaah bingung. Inilah ilmu
hikmah atau bijaksana.
2. Hadits mauquf fi’lan (berupa perbuatan)

Inilah contoh hadits mauquf fi’lan:

‫َأَّم اْبُن َعَّباٍس َو ُهَو ُم َتَيِّمٌم‬

“Ibnu ‘Abbas menjadi imam dengan tayamum.”

(HR. Bukhari)

Sedikit penjelasan tentang hadits tersebut:

– Hadits di atas termasuk hadits mauquf. Karena pelakunya adalah Ibnu ‘Abbas, seorang
shahabat. Bukan Rasulullah Saw.

– Hadits di atas disampaikan oleh Imam Bukhari sebagai pendahuluan bab tayamum dalam
Shahih Bukhari. Menunjukkan keabsahan tayamum untuk shalat sendirian maupun sebagai
imam.

– Riwayat tersebut masuk kategori shahih. Karena diriwayatkan oleh Imam Bukhari.

3. Hadits mauquf taqriran (berupa persetujuan)

Bahwa ada seorang tabi’in berkata, “Aku melakukan sesuatu di hadapan para shahabat.
Mereka tidak menyalahkanku.”

Ketika tidak ada shahabat yang menegur perbuatan tabi’in tersebut, berarti para shahabat itu
setuju. Diamnya para shahabat itu berarti mereka setuju. Artinya, perbuatan tabi’in itu tidak
ada masalah. Kami sudah mencari contoh real dari hadits mauquf taqriran. Namun belum
ketemu. Bila di antara pembaca ada yang menemukan, mohon untuk kesediaannya berbagi
dalam kolom komentar. Insya Allah akan kami tambahkan di sini. Terima kasih.

D. Status dan Kedudukan Hadits Mauquf

Hadits mauquf itu ada yang shahih dan ada yang dha’if.

Bila sebuah hadits mauquf dinyatakan shahih, apakah bisa dijadikan dalil?

Pada dasarnya, hadits mauquf bukan termasuk dalil. Karena hadits mauquf ini hanya
merupakan perkataan dan perbuatan seorang shahabat.

Namun hadits mauquf yang shahih memiliki potensi untuk menguatkan hadits marfu’ yang
dha’if. Karena perilaku shahabat merupakan bentuk pengamalan sunnah Rasulullah Saw.

Inilah kedudukan hadits mauquf secara umum. Adapun hadits mauquf yang dihukumi sebagai
marfu’ (marfu’ hukman), maka kedudukannya sama dengan hadits marfu’.
‫اْلَحِد ْيُث اْلَم ْقُطْو ُع‬
al-Hadits al-Maqthu’

A. Pengertian Hadits Maqthu’

Secara bahasa, maqthu’ artinya terputus.

Hadits maqthu’ adalah:

‫ أو من دونه من قول أو فعل‬،‫ما أضيف إلى التابعي‬

“Semua yang dinisbahkan kepada Tabi’in dan yang lebih rendah dari Tabi’in. Baik berupa
perkataan maupun perbuatan.”

Berdasarkan definisi di atas, maka hadits maqthu’ merupakan:

– perkataan dan perbuatan Tabi’in

– perkataan dan perbuatan Tabi’ut Tabi’in

Perbedaan Hadits Maqthu’ dan Hadits Munqathi’

Hadits Maqthu’ itu tidak sama dengan Hadits Munqathi’.

Memang secara bahasa, maqthu’ dan munqathi’ itu artinya adalah terputus.

Perbedaannya:

Hadits Maqthu’ itu putus yang berkaitan dengan matan. Yaitu matannya terputus hanya
dinisbahkan pada Tabi’in atau Tabi’ut Tabi’in. Tidak sampai pada Shahabat maupun
Rasulullah Saw.

Sedangkan Hadits Munqathi’ itu putus yang berkaitan dengan sanad. Yaitu sanadnya
terputus, ada perawi yang tidak disebutkan.

B. Contoh Hadits Maqthu’

Berikut ini contoh hadits maqthu’:

1. Contoh Hadits Maqthu’ yang berupa perkataan

Inilah contohnya:

Imam Hasan al-Bashri berkata tentang hukum shalat berjamaah dengan seorang imam yang
suka berbuat bid’ah:
‫َص ِّل َو َع َلْيِه ِبْد َع ُتُه‬

“Shalatlah bersamanya. Adapun dosa bid’ah menjadi tanggung jawab dia sendiri.” (HR.
Bukhari)

Imam Hasan al-Bashri merupakan seorang Tabi’in. Maka perkataannya merupakan hadits
maqthu’.

Contoh yang lain:

‫كان مسروق يقوم فيصلى كأنه راهب وكان يقول ألهله هاتوا كل حاجة لكم فاذكروها لي قبل أن أقوم إلى الصالة‬

Adalah Masruq bila shalat, maka dia shalat seperti seorang rahib. Sebelum shalat dia berkata
kepada keluargany: “Sebutkanlah semua hajat kalian kepadaku, sebelum aku melaksanakan
shalat.” (Kitab Hilyatul Auliya’)

Imam Masruq merupakan seorang Tabi’in. Sama dengan Imam Hasan al-Bashri.

2. Contoh Hadits Maqthu’ yang berupa perbuatan

‫كان مسروق يرخى الستر بينه وبين أهله ويقبل على صالته ويخليهم ودنياهم‬

“Adalah Masruq bila shalat, dia mengambil hijab yang menghalangi antara pandangannya
dengan keluarganya. Lalu dia shalat dengan melupakan keluarga dan dunia keluarganya.”
(Kitab Hilyatul Auliya’)

C. Status Hadits Maqthu’

Hadits Maqthu’ bukanlah sebuah dalil. Artinya tidak bisa digunakan sebagai dalil.

Karena hadits maqthu’ ini sama dengan perkataan dan perbuatan orang Islam pada umumnya.
Tidak memiliki nilai khusus.

Kecuali bila perawinya memberikan tambahan keterangan sebagai hadits marfu’, misalnya
dengan memberikan keterangan dengan kata “YARFA’UHU” ketika menyebut nama perawi
tabi’in, maka statusnya menjadi HADITS MARFU’ MURSAL.

Kesimpulan

Bila sebuah riwayat disandarkan kepada Rasulullah Saw., maka riwayat itu
disebut sebagai hadits marfu’.

Jika sebuah riwayat disandarkan kepada seorang shahabat, maka riwayat itu
disebut sebagai hadits mauquf.
Dan jika sebuah riwayat disandarkan kepada seorang tabi’in, maka riwayat itu
disebut sebagai hadits maqthu’.

Anda mungkin juga menyukai