PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kitab Hadits Arba’in Nawawiyah merupakan kitab kumpulan hadis yang
tidak asing lagi bagi umat Islam di Indonesia, bahkan umat Islam seluruh dunia.
Meski jumlah hadis yang tertera dalam kitab ini bukan empat puluh hadis melainkan
dalam kitab ini disebut empat puluh dua hadis. Hal ini karena orang Arab memang
biasa tidak menyertakan bilangan pecahan dan hanya menyebut bilangan puluhan,
mereka menyebut arba’in (empat puluh) meski jumlah lebih satu atau dua bilangan
Ditinjau dari sisi keberadaan, kitab Hadits Arba’in Nawawiyah memang cukup
membanggakan dunia Islam namun kebanggaan ini hanya menjadin kejayaan Islam
masa lalu, juga penghias sudut-sudut perpustakaan kaum muslimin semata. Selain
itu, di lihat dari sisi isinya, kitab Hadits Arba’in Nawawiyah belum sepenuhnya
dipelajari bahkan diamalkan oleh umat Islam, sehingga nilai - nilai luhur yang
terdapat dalam kitab ini belum terejawantahkan dalam akhlak masyarakat Islam
secara umum, padahal arus globalisasi dan modernisasi yang kian santer menerpa
umat Islam mengakibatkan semakin mengikis akhlak mulia umat Islam.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian islam secara global ?
2. Bagaimana isi kandungan Hadist Arbain ke 2 ?
3. Apa yang disebut dengan iman dan ihsan ?
4. Bagaimana tanda-tanda kiamat ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian islam secara global.
2. Untuk mengetahui isi kandungan Hadist arbain 2
3. Untuk mengetahui pengertian iman dan ihsan.
4. Untuk mengetahui tanda-tanda kiamat.
BAB II
PEMBAHASAN
Artinya:
Suatu ketika, kami (para sahabat) duduk di dekat Rasululah shallallahu ‘alaihi wa
sallam. Tiba-tiba muncul kepada kami seorang lelaki mengenakan pakaian yang sangat
putih dan rambutnya amat hitam. Tak terlihat padanya tanda-tanda bekas perjalanan, dan
tak ada seorang pun di antara kami yang mengenalnya. Ia segera duduk di hadapan
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu lututnya disandarkan kepada lutut Nabi dan
meletakkan kedua tangannya di atas kedua paha Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
”kemudian ia berkata : “Hai, Muhammad! Beritahukan kepadaku tentang Islam.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,”Islam adalah, engkau bersaksi tidak
ada yang berhak diibadahi dengan benar melainkan hanya Allah, dan sesungguhnya
Muhammad adalah Rasul Allah; menegakkan shalat; menunaikan zakat; berpuasa di
bulan Ramadhan, dan engkau menunaikan haji ke Baitullah, jika engkau telah mampu
melakukannya,” lelaki itu berkata,”Engkau benar,” maka kami heran, ia yang bertanya ia
pula yang membenarkannya.
Kemudian lelaki tersebut segera pergi. Aku pun terdiam, sehingga Nabi bertanya
kepadaku : “Wahai, Umar! Tahukah engkau, siapa yang bertanya tadi?” Aku menjawab,
”Allah dan RasulNya lebih mengetahui,” Beliau bersabda,”Dia adalah Jibril yang
mengajarkan kalian tentang agama kalian.” [HR Muslim, no. 8]
A. Biografi
Beliau dikenal sebagai Al-Imam, Al-Hafiz, Al-Faqih dan Al-
Muhaddits. Nama lengkapnya adalah Yahya bin Syarafuddin bin Murriy bin
Hasan Al-Hizami Al-Haurani An-Nawai Asy-Safi’I. Kunyahnya: Abu Zakaria.
Laqobnya (julukannya) adalah Muhyiddin (yang menghidupkan agama).
Namun beliau sendiri tidak suka dijuluki dengan julukan tersebut karena
ketawadhu’annya kepada Allah Ta’ala dan juga karena agama itu selalu hidup
dan tetap, tidak butuh orang yang menghidupkannya, agar menjadi hujjah bagi
mereka yang menyia-nyiakannya dan mencampakkannya, Al-Lakhmy berkata,
“Adalah benar bahwa Imam Nawawi berkata, ‘Aku tidak rela orang yang
memberikan aku julukan Muhyiddin’.”
1.Kelahiran dan Pertumbuhan,
Dilahirkan di negeri Nawa (salah satu tempat di Suriah), pada
sepeuluh hari pertengahan bulan Muharram tahun 631H dan tumbuh
berkembang di sana. Masa kecilnya dilalui dengan mendatangi para
ulama untuk berkonsultasi kepada mereka dalam berbagai urusan. Dia
tidak suka bermain dan bercanda (sebagaimana layaknya anak-anak).
Karenanya dia telah hafal Al-Qur-an menjelang usia baligh.
Pada usia sembilan belas tahun, bapaknya membawanya ke
Damaskus untuk menuntut ilmu. Lalu dia tinggal di Madrasah (Pesantren)
Ar-Rowahiyah, dekat Jaami’ (Masjid Agung) Umawi di Damaskus.Kala
itu tahun 649H. Kitab “At-Tanbih” dihafalnya dalam waktu empat bulan
setengah saja.
Setahun sesudahnya dia mengaji kitab “Al-Muhazzab (*)”,
karangan Asy-Syirazi, kepada syekhnya; Ishaq bin Ahmad bin Utsman Al-
Maghribi Al-Maqdisi yang merupakan guru pertamanya dalam bidang
fiqh. Setiap hari dia membaca dua belas kajian kepada gurunya masing-
masing, lengkap dengan bacaan dan penjelasannya.
Sempat terlintas keinginannya untuk mendalami masalah
kedokteran, namun Allah Ta’ala mengalihkannya dari hal tersebut. Pada
tahun 665H beliau telah mulai mengajar di Asyraqiyah, Damaskus dan
tinggal di sana. Hanya saja, disana dia tidak dapat mengkaji ilmu yang
banyak hingga wafatnya.
2.Akhlak dan Sifat
Imam Nawawi terkenal sebagai orang alim yang zuhud dan
wara’. Tidak sesaat pun dirinya berpaling dari ketaatan kepada Allah.
Malam-malamnya sering dilalui dengan bergadang untuk ibadah atau
mengarang. Beliau suka ber-amar ma’ruf dan nahi munkar, berani
menghadapi raja dan bawahannya.
3.Karangan Imam Nawawi
Imam Nawawi memiliki karangan yang sangat banyak, diantaranya:
1. Syarh Shahih Muslim
2. Al-Irsyad
3. At-Taqrib wat-Taisir fi Ma’rifati Sunanil Basyir An-Nazir
4. Tahzib Al-Asma’ wal-Lughaat
5. At-Tibyan fii Aadabil hamalatil Qur’an
6. Minhajut-Thalibin
7. Bustanul-Arifin
8. Khulashatul-Ahkam fi Muhimmatissunan wa Qawa’idul Islam
9. Raudhatul Thalibin wa Umdatul-Muftiin
10. Syarh Al-Muhazzab
11. Riyadhus-Shalihin
12. Al-Azkar
13. Wafat
14. Beliau meninggal pada hari Rabu, 24 Rajab tahun 676H di
negerinya, Nawa, dan dikuburkan di sana. Penduduk Damaskus
sangat sedih mendengar berita kematiannya. Sejumlah ulama
menyusun bait syair tentang kesedihan akan kepergiannya (rotsa’).
15.
16. Semoga Allah merahmatinya dan menempatkannya di surga-Nya
nan luas serta membalasnya dengan pahala berlimpah atas apa yang
dia persembahkan untuk Islam dan penganutnya, sesungguhnya
Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengabulkan.
17.
18. (*) Al Muhazzab adalah kitab fiqh dalam mazhab Syafi’i.
Berikutnya beliau menulis kitab yang menguraikan isi kitab tersebut
yang dikenal dengan judul Syarah Muhazzab.
B. Penjelasan Isi
1. Pengertian Iman Dan Ihsan
Penjelasan dari bahasa Arab, iman artinya “percaya”. Pengertian
iman lainnya adalah pengakuan yang melahirkan sikap menerima dan
tunduk. Beberapa ulama madzhab Hanafi mengatakan bahwa iman itu
adalah pengakuan dengan lisan dan pembenaran dengan hati.
Jadi berdasarkan penjelasan diatas, pengertian iman adalah membenarkan
dengan hati, kemudian diucapkan dengan lisan, dan diamalkan dengan
tindakan (perbuatan). Iman artinya membenarkan dengan hati, mengucapkan
dengan lisan dan merealisasikannya dalam perbuatan akan adanya Allah
SWT, dengan adanya segala Kemaha sempurnaan-Nya, para Malaikat,
Kitab-kitab Allah, para Nabi dan Rasul, hari akhir serta Qadha dan Qadhar.
Islam artinya taat, tunduk, patuh dan menyerahkan diri dari segala ketentuan
yang telah ditetapkan Allah SWT.
Ihsan artinya berakhlak serta berbuat shalih sehingga dalam
melaksanakan ibadah kepada Allah dan bermuamalah (interaksi) dengan
sesama mahluk dilaksanakan dengan penuh keikhlasan seakan-akan Allah
menyaksikan gerak-geriknya sepanjang waktu meskipun ia sendiri tidak
melihatnya. Ihsan artinya “kesempurnaan” atau “terbaik” adalah seseorang yang
menyembah Allah seolah-olah ia melihat Nya, dan jika ia tidak mampu
membayangkan melihat Nya, maka orang itu membayangkan bahwa sesungguhnya
Allah melihat perbuatanya.
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Kajian Hadits Arbain Nawawiyah Imam An-Nawawi, Penyusun Abdullah
Haidir, Penerbit Kantor Dakwah Sulay, Riyadh
https://www.radiorodja.com/45172-hadits-arbain-ke-2-pengertian-islam-iman-
dan-ihsan/
https://uin-malang.ac.id/r/140601/islam-sebagai-agama-sekaligus-konsep-perubahan.html