Anda di halaman 1dari 11

PEMBAGIAN JUMLAH

(Diajukan sebagai memenuhi tugas mata kuliah


Bahasa Arab)
Dosen Pengampu : Nikmah Rohani Harahap M.Pd.I

Disusun oleh : Dinda Sabrina


Semester : I Mpi Non Reguler

PRODI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS AL-WASHLIYAH MEDAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas


rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Pembagian
Jumlah" dengan tepat waktu.
Makalah ini telah penulis selesaikan dengan maksimal
berkat kerjasama dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu penulis sampaikan banyak terima kasih
kepada segenap pihak yang telah berkontribusi secara
maksimal dalam penyelesaian makalah ini.
Akhirul kalam, penulis menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari kata sempurna. Karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan makalah yang akan datang. Harapan penulis
semoga makalah ini bermanfaat dan memenuhi harapan
dari berbagai pihak.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Pembagian Jumlah
B. Macam-macam Pembagian Jumlah
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Jika melihat strukturnya, jumlah atau klausa dalam
bahasa Arab ini terdiri dari dua macam, yaitu jumlah
ismiyyah dan jumlah fi'liyah.Jumlah ismiyah adalah
jumlah yang diawali dengan nomina, sedangkan jumlah
fi’liyyah adalah jumlah yang diawali dengan verba. Jika
diterjemahkan secara etimologi ke dalam bahasa
Indonesia, jumlah ismiyyah dapat disebut dengan klausa
nominal dan jumlah fi’liyyah dapat dikatakan sebagai
klausa verbal.
Meskipun begitu, terdapat perbedaan mencolok
dalam definisi klausa nominal dan klausa verbal antara
bahasa Arab dan bahasa lainnya, termasuk bahasa
Indonesia. Hal itu karena menurut teori linguistik umum,
klausa nominal adalah klausa yang predikatnya nomina
dan klausa verbal adalah klausa yang predikatnya verba.

B. Rumusan Masalah
a. Apa pengertian jumlah?
b. Apa saja macam-macam pembagian jumlah?
C. Tujuan

a. Untuk mengetahui pengertian dari jumlah


b. Mengetahui macam-macam pembagian jumlah
BAB II
PEMBAHASAN

a. Pengertian Jumlah

Pengertian jumlah dalam bahasa arab ini tentunya


bersifat lebih global dibandingkan dengan kalam dalam
ilmu nahwu, yang di mana ia harus dapat memberikan
pengertian yang utuh dan sempurna (berfaedah) bagi
mukhathab (lawan bicara). Sedangkan jumlah tidak harus
berfaedah, asalkan telah tersusun (murakkab) ia sah
disebut sebagai jumlah.
Contoh mudahnya adalah lafadz "‫( " َجا َء اُأل ْستَا ُذ َأحْ َم ُد‬ustadz
Ahmad telah datang). Lafadz tersebut sudah memberikan
informasi secara sempurna sehingga mukhathab (lawan
bicara) tidak lagi bertanya kelanjutannya, sehingga
mutakallim (pembicara) sebaiknya diam. Artinya, lafadz
tersebut sudah sah disebut sebagai kalam, jika ia sudah
termasuk kalam dalam ilmu nahwu maka sah pula
dikatakan sebagai jumlah, karena telah tersusun dan
berfaedah.
Tetapi, hal tersebut akan berbeda lagi ketika kita di
hadapan dengan contoh lafadz "‫( "ِإ ْن َجا َء اُأل ْستَا ُذ َأحْ َم ُد‬jika
ustadz Ahmad datang ...). Perkataan seperti ini sudah bisa
disebut jumlah dalam bahasa Arab, namun belum sah kita
kategorikan sebagai kalam. Karena dalam perkataan
tersebut belum bisa memberikan informasi yang utuh
kepada pendengarnya, sehingga mutakallim (pembicara)
perlu melanjutkan perkataannya.
Lebih sederhananya lagi, yang dimaksud dengan jumlah
dalam bahasa Arab adalah setiap lafadz yang tersusun
dari musnad dan musnad ilaih, seperti fi'il dan
fa'il/naibul fa'il, mubtada' dan khobar, syarat dan jawab.
Contohnya lafadz "‫( " َجا َء َز ْي ٌد‬Zaid datang), yang telah
mengumpulkan fi'il dan fa'il. Lafadz "‫( " َز ْي ٌد َجا َء‬Zaid itu
datang), yang sudah tersusun atas mubtada' dan khobar.
Lafadz "‫( "ِإ ْن َجا َء َز ْي ٌد فَُأ ْك ِر ُم‬jika Zaid datang maka akan ku
muliakan dia).

b. Macam-Macam Pembagian Jumlah

1. Jumlah Ismiyah
Jumlah ismiyyah adalah jumlah yang pada permulaan
lafadznya diawali dengan kalimat isim (kata benda), yaitu
kalimat yang menunjukkan atas makna tertentu dan tidak
memiliki keterkaitan dengan zaman, baik isim tersebut
terlihat secara jelas maupun dengan cara pentakwilan
(dibelokkan dari lahirnya).
Contoh jumlah ismiyyah yang tampak jelas adalah
lafadz "‫( " َز ْي ٌد قَاِئ ٌم‬Zaid berdiri). Kata "‫ " َز ْي ٌد‬dalam contoh
tersebut merupakan kalimah isim yang menunjukkan
atas mufrad mudzakkar dan nampak dengan jelas dalam
penulisan atau pengucapannya. Adapun contoh jumlah
ismiyyah dengan cara pentakwilan adalah lafadz "‫َوَأ ْن‬
‫ "تَصُو ُموا َخ ْي ٌر لَ ُك ْم‬yang jia ta'wil mash dar maka menjadi "‫صيَا ُم ُك ْم‬
ِ
‫( " َخ ْي ٌر لَ ُك ْم‬dan puasa kalian itu lebih baik bagi kalian).

2. Jumlah Fi'liyyah
Yang dimaksud jumlah fi'liyyah adalah jumlah yang
diawali dengan kalimah fi'il, yaitu kata yang menunjukkan
kepada pekerjaan dan memiliki keterkaitan dengan
zaman, baik itu tampak jelas maupun takdir (dikira-kira
kan).
Contoh jumlah fi'liyyah yang nampak secara jelas
adalah lafadz "‫ ! ( "قُ ْم يَا َخالِ ُد‬wahai Khalid). Kata "‫ "قُ ْم‬pada
contoh ini merupakan kalimah fi'il yang menunjukkan
arti kata perintah, yaitu fi'il amar. Sedangkan untuk
contoh jumlah fi'liyyah yang dikira-kira kan seperti
perkataan "‫"يَا َخالِ ُد‬, jika ditakdirkan kurang lebih nya
menjadi "‫ يَا َخالِ ُد‬:‫( "َأ ْد ُعو‬aku memanggil: wahai Khalid).
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Jumlah ismiyah adalah setiap kalimat yang tersusun


mubtada dan khabar dinamakan jumlah ismiyah. Selain
itu jumlah ismiyah merupakan susunan kalimat yang
diawali dengan isim (kata benda).
Jumlah fi'liyah menurut bahasa terbagi menjadi dua
kalimat,yaitu jumlah yang artinya kalimat dan fi'liyah
diambil dari kata fi'il dan ya' nisbah

DAFTAR PUSTAKA
Fida'. Abu,t.th, Mumti'ah al-ajurumiyah ma'a ats-tsamru
adaani, Yaman : Dar al-atsar.
Fuad. Nikmah, t.th, Qawaid Al-lughah Al-arabiyah,
Beirut : Dar Al Tsaqafah Al-islamiyah.
Thalib. Moh.,

Anda mungkin juga menyukai