FA’IL
Diajukan untuk memenuhi tsalah satu ugas mata kuliah Nahwu Ibtidai
Disusun oleh :
Kelompok 11
TAHUN AJARAN
1
2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam. Atas izin
dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah tepat waktu tanpa kurang suatu apa
pun. Tak lupa pula penulis haturkan shalawat serta salam kepada junjungan Rasulullah
Muhammad SAW. Semoga syafaatnya mengalir pada kita di hari akhir kelak.
Penulisan makalah berjudul ‘Fail’ bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Nahwu
ibtidai. Selain itu, kami juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi
pembaca tentang Fail.
Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bu Novi Maryani M.Ag, selaku
guru Nahwu Ibtidai. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan
wawasan terkait bidang yang ditekuni kami. Kami juga mengucapkan terima kasih pada
semua pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun akan kami terima demi kesempurnaan makalah ini.
penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................3
BAB 1...................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.................................................................................................................................4
A. Latar Belakang...........................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah......................................................................................................................4
C. Tujuan........................................................................................................................................4
D. Manfaat......................................................................................................................................5
BAB II...................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN...................................................................................................................................6
A. Pengertian Fa’il..........................................................................................................................6
B. Pembagian Fa’il.........................................................................................................................7
C. Kaidah Dan Ketentuan Fa’il....................................................................................................12
BAB III................................................................................................................................................15
PENUTUP...........................................................................................................................................15
A. Kesimpulan..............................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................16
3
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa arab merupakan bahasa yang penting dalam agama islam, dimana bahasa ini
memiliki perbedaan dengan bahasa lainya baik bahasa Indonesia maupun bahasa inggris.
Dalam bahasa ini memiliki kaidah-kaidah bahasa tersendiri dan berbeda juga dengan bahasa
yang lain, dimana bahasa-bahasa lain lebih bersifat sederhana, dan hal ini berbeda dengan
bahasa arab yang lebih kompleks dalam kaidah kebahasaanya.
Kita sebagai calon guru agama islam haruslah memahami kaidah-kaidah bahasa arab,
sehingga lebih memudahkan kita dalam memahami nash dan hadist, dengan kepahaman
terhadap bahasa arab ini juga dapat memudahkan kita dalam mengajar kelak. Dalam makalah
in kami mencoba mendiskripsikan kaidah bahasa yang disebut dengan Fail, dan semoga
dengan memberikan pendiskripsian ini membuat kita lebih memahami kaidah bahasa dalam
bahasa arab.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
4
D. Manfaat
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Fa’il
“Fa’il ialah isim yang dibaca rofa’ yang mana fi’ilnya disebut terlebih dahulu sebelum
fa’il”.
Fail merupakan isim marfu’ (yang di baca rofa’) yang menjadi pelaku pekerjaan,
kedudukan terletak setelah fiil atau syibhulfiil.
contoh :
Kalimat yang bergaris bawah berkedudukan sebagai fail, karena sebagai pelaku
pekerjaan.
6
B. Pembagian Fa’il
Fa’il sendiri dibagi menjadi dua, yaitu dhohir ( )الظَا ِه ُرdan mudhmar (ُ)ال ُمضْ َمر,
berikut penjelasannya:
ٍ ب َأوْ غَاِئ
ب ٍ ََما َد َّل َعلَى َعلَى ُم َس َّماهُ بِقَيِّد ُمتَ َكلِّ ٍم َأوْ ُمخَاط
7
Mutakallim Wahdah “”ضمير متكلم وحده
yaitu kata ganti orang yang berbicara ‘mutakallim’ menunjukan arti satu
atau sendiri contohnya ( أنَاsaya), tapi ketika ia menjadi fa’il pada fi’il madhi
ُ yang di letakan
maka diganti dengan ta’ ta’nits yang berharokat dhommah ت
di akhir kata, lalu huruf sebelum ta’ harus disukun, contoh:
‘ فَت ََحdia telah membuka‘ —> menjadi ‘ فَتَحْ نَاKami telah membuka.
sedangkan ketika menjadi fa’il pada fi’il mudhore’, maka tambahkan huruf ta
َ تdi awal kata, contoh:
8
ِ ‘ َأنKamu (perempuan)’ —> ditunjukan untuk seorang mukhotob perempuan.
ت
ketika menjadi fa’il dalam fi’il madhi maka menjadi ت
ِ yang berharokat
KASROH, contoh:
Sedangkan ketika menjadi fa’il pada fi’il mudhore’, maka tambahkan ta َ تdi
awal kata, dan tambahkan juga ya dan nun َ ْينdi akhir kata, dan huruf sebelum
َ ْينharus berharokat kasroh, contoh:
‘ أ ْنتُ َماKamu berdua’ —> ditunjukan kepada dua orang, baik laki-laki maupun
perempuan. Ketika menjadi fa’il dalam fi’il madhi maka menjadi تُ َما, contoh:
Sedangkan ketika menjadi fa’il di fi’il mudhore, maka tambahkan ta َ( )تdi
awal kata, dan tambahkan juga alif dan nun انdi akhir kata, contoh:
‘ أ ْنتُ ْمkalian (laki-laki)’ —> ditunjukan untuk orang banyak mukhotob laki-laki,
ketika menjadi fa’il dalam fi’il madhi maka menjadi تُ ْم, contoh:
9
ْ تKalian (perempuan) sedang pergi
ََــذهَ ْبــن
Dhomir Ghoib ( )الضمير الغيبyaitu kata ganti orang yang tidak ada atau ghoib,
yaitu dia dan mereka. Berikut ini dhomir ghoib :
‘ ه َُوDia (laki-laki)’ —> ditunjukan untuk kata ganti orang yang tidak ada ‘dia
(laki-laki)’. Nah, dalam Bahasa Arab ada namanya fi’il madhi dan fi’il
mudhore’, pada awal bentuk kedua fi’il tersebut sebenarnya sudah mempunyai
fa’il yang tersembunyi, yaitu ‘ هوdia’. contoh:
‘ ِه َيDia (perempuan)’ —> ditunjukan untuk kata ganti orang yang tidak ada
‘dia(perempuan)’.
‘ هُ َماMereka berdua’ —> ditunjukan kepada dua orang yang tidak ada atau
ghoib, baik laki-laki maupun perempuan, ketika menjadi fa’il pada fi’il madhi
maka menggunakan alif di akhir fi’il, contoh:
‘ هُ ْمMereka (laki-laki)’ —> ditunjukan kepada orang banyak yang tidak ada
atau ghoib untuk laki-laki. Contoh fi’il Madhi:
10
sedangkan. Fi’il mudhore:
‘ ه َُّنMereka (perempuan)’ —> ditunjukan kepada orang banyak yang tidak ada
atau ghoib untuk perempuan
ْ َي
َــذهَ ْبــن Mereka (perempuan) sedang pergi.
Fa’il selalu marfu’ dan terletak setelah fi’il ma’lum, baik secara langsung atau
tidak. Contoh:
Apabila Fa’il berbentuk mufrad, mutsana, atau jama’ maka fi’ilnya tetap
mufrad. Contoh:
ََجا َء ْال ُم ْسلِ ُم – َجا َء ْال ُم ْسلِ َما ِن – َجا َء ْال ُم ْسلِ ُموْ ن
Fi’il dan fa’il harus sama dalam mudzakkar atau muannatsnya. Contoh:
Boleh tidak sama muannats dan muadzakarnya antara fi’il dan fa’il apabila:
11
ُت ال َّش ْمسُ – طَلَ َع ال َّش ْمس
ِ طَلَ َع
ْ ض َر
ت ْ ِإ َذا ال َّس َما ُء ا ْنفَطَ َر
َ ت – َز ْينَبُ َح
Pada kedua contoh di atas yang menjadi fa’ilnya adalah dhomir ghaib muanats
yaitu () ِه َي.
Asalnya:
Fa’il bisa terletak setelah mashdar, isim fa’il, atau isim shifat musyabahah
yang beramal seperti fi’il. Contoh:
ُاض ُل َأبُوْ ه
ِ ََجا َء َأحْ َم ُد ْالف
Kata (ُ )َأبُوْ هmerupakan fa’il dari (ض ُل ْ yang merupakan isim fa’il yang
ِ )الفَا
beramal seperti fi’il.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Fa’il merupakan isim marfu’ (yang di baca rofa’) yang menjadi pelaku pekerjaan,
kedudukan terletak setelah fiil atau syibhulfiil. Dalam fail terdapat ketentuan
ketentuan yang harus kita pahami, seperti apa yang dipaparkan diatas jika failnya
muannast, maka fiinya harus diberi tanda muannats, sedangakan untuk fiil mudhori’
menggunakan huruf mudhora’ah ta’. Fail dibagi menjadi dua yaitu isim zhohir dan
isim dhomir. Fail isim zhohir adalah fail yang tidak berupa kata ganti. Fail isim
dhomir adalah fail yang berupa kata ganti baik orang pertama, kedua, dan ketiga.
Sedangkan dalam fail isim dhpmir dibagi menjadi dua yaitu bariz dan mustatir, bariz
adalah dhomir yang tampak dalam lafal, dan mustatir adalah dhomir yang tidak
tampak dalam lafal.
13
DAFTAR PUSTAKA
Mukhtarot – Ringkasan kaidah kaidah bahasa arab; Ustadz Aunur Rofiq bin
Ghufron. Al Furqon :Gersik.
Zakaria Ahmad. 2004. Ilmu Nahwu Praktis, al- kalimah, Ibnu Azka press :
Tarogong,Garut.
Zakaria Aceng, 2004, “Ilmu Nahwu Praktis Sistem Belajar 40 Jam”. Ibn Azka :
Garut.
Muhammad, Abdullah Jamaludin ibn Abdullah. Alfiyah Ibn Malik – Bab Nakiroh
Ma’rifat bait 58-60 :Andalusia (Spanyol).
14