Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH NAHWU

FA’IL
Diajukan untuk memenuhi tsalah satu ugas mata kuliah Nahwu Ibtidai

Dosen Pengampu : Novi Maryani, M.Ag

Disusun oleh :

Kelompok 11

1. Muhammad Dhiyau Syams El Syafi’I (1212030088)


2. Muhammad Ali Rahman Harahap (1212030095)

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA ARAB

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG

TAHUN AJARAN

1
2021/2022

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam. Atas izin
dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah tepat waktu tanpa kurang suatu apa
pun. Tak lupa pula penulis haturkan shalawat serta salam kepada junjungan Rasulullah
Muhammad SAW. Semoga syafaatnya mengalir pada kita di hari akhir kelak.
Penulisan makalah berjudul ‘Fail’ bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Nahwu
ibtidai. Selain itu, kami juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi
pembaca tentang Fail.

Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bu Novi Maryani M.Ag, selaku
guru Nahwu Ibtidai. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan
wawasan terkait bidang yang ditekuni kami. Kami juga mengucapkan terima kasih pada
semua pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini.

Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun akan kami terima demi kesempurnaan makalah ini.

Bandung, Oktober 2021

penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................3
BAB 1...................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.................................................................................................................................4
A. Latar Belakang...........................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah......................................................................................................................4
C. Tujuan........................................................................................................................................4
D. Manfaat......................................................................................................................................5
BAB II...................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN...................................................................................................................................6
A. Pengertian Fa’il..........................................................................................................................6
B. Pembagian Fa’il.........................................................................................................................7
C. Kaidah Dan Ketentuan Fa’il....................................................................................................12
BAB III................................................................................................................................................15
PENUTUP...........................................................................................................................................15
A. Kesimpulan..............................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................16

3
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bahasa arab merupakan bahasa yang penting dalam agama islam, dimana bahasa ini
memiliki perbedaan dengan bahasa lainya baik bahasa Indonesia maupun bahasa inggris.
Dalam bahasa ini memiliki kaidah-kaidah bahasa tersendiri dan berbeda juga dengan bahasa
yang lain, dimana bahasa-bahasa lain lebih bersifat sederhana, dan hal ini berbeda dengan
bahasa arab yang lebih kompleks dalam kaidah kebahasaanya.
Kita sebagai calon guru agama islam haruslah memahami kaidah-kaidah bahasa arab,
sehingga lebih memudahkan kita dalam memahami nash dan hadist, dengan kepahaman
terhadap bahasa arab ini juga dapat memudahkan kita dalam mengajar kelak. Dalam makalah
in kami mencoba mendiskripsikan kaidah bahasa yang disebut dengan Fail, dan semoga
dengan memberikan pendiskripsian ini membuat kita lebih memahami kaidah bahasa dalam
bahasa arab.

B. Rumusan Masalah

1. Apa arti dan apa penegertian dari Fail ?


2. Ketentuan-ketentuan apa yang terdapat dalam Fail ?
3. Bagaimana implikasi Fail dalam senuah kalimat ?

C. Tujuan

1. Untuk memahami apa yang dimaksud dengan Fail.


2. Untuk mengetahui ketentuan-ketentuan apa yang terdapat dalam fail.
3. Untuk dapat mengimplikasikan fail dalam sebuah kalimat, dan dapat
membedakanya dengan kaidah/ketentuan bahasa yang lain dalam bahasa arab.

4
D. Manfaat

 Adapun manfaat yang diharapkan dalam penulisan makalah ini adalah

 Manfaat teoritis, untuk mengembangkan pengetahuan tentang pengertian Fa’il.


   Memberikan pengertian kepada mahasiswa, untuk dapat berfikir lebih luas, serta
pengetahuan yang lebih dalam tentang kaidah- kaidah bahasa Arab, agar dapat
memahami tentang bahasa Arab itu sendiri, Al- Qur’an dan Sunnah.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Fa’il

Fa’il menurut bahasa artinya adalah “pelaku”,

sedangkan menurut Nuhat (ahli nahwu) fa’il adalah:

ُ‫ع ال َم ْذ ُكوْ ُر قَ ْبلَهُ فِ ْعلُه‬


ُ ْ‫الفَا ِع ُل هُ َو اإل ْس ُم ال َمرْ فُو‬

“Fa’il ialah isim yang dibaca rofa’ yang mana fi’ilnya disebut terlebih dahulu sebelum
fa’il”.

Fail merupakan isim marfu’ (yang di baca rofa’) yang menjadi pelaku pekerjaan,
kedudukan terletak setelah fiil atau syibhulfiil.
contoh :

‫طا رالعصفو ر‬   = Burung pipit terbang

‫يجلس الطا لبو ن‬        = Para siswa duduk

‫فر حت هند‬        = Hindun bergembira

‫خر ى الحصانا ن‬ = Dua ekor kuda lari

‫تد هب طبيبة‬     = Seorang dokter perempuan pergi

‫خر جت الطا لبا ت‬ = Para siswi keluar

Kalimat yang bergaris bawah berkedudukan sebagai fail, karena sebagai pelaku
pekerjaan.

6
B. Pembagian Fa’il

Fa’il sendiri dibagi menjadi dua, yaitu dhohir (‫ )الظَا ِه ُر‬dan mudhmar (ُ‫)ال ُمضْ َمر‬,
berikut penjelasannya:

1. Dhohir (‫)الظَا ِه ُر‬

Pembagian fa’il yang pertama adalah dhohir, dhohir sendiri menurut


bahasa artinya adalah nampak atau jelas, sedangkan menurut istilah fa’il dhohir
adalah seperti yang disebutkan dalam kitab al-jurumiyah:

‫َما َد َّل َعلَى ُم َس َّماهُ بِالَ قَيِّ ٍد َك َز ْي ٍد َو َر ُج ٍل‬

fa’il dhohir adalah lafadz yang menunjukan pada yang disebutkan


tanpa ikatan, seperti lafadz ‫( زَ ْي ٌد‬zaid:nama orang) dan ‫( َر ُج ٌل‬seorang laki-laki).

2. Mudhmar (ُ‫) ال ُمضْ َمر‬

Pembagian fa’il yang kedua adalah mudhmar, mudhmar sendiri menurut


bahasa artinya adalah ‘yang tersembunyi’, sedangkan menurut istilah fa’il
mudhmar adalah seperti yang disebutkan dalam kitab al-jurumiyah:

ٍ ‫ب َأوْ غَاِئ‬
‫ب‬ ٍ َ‫َما َد َّل َعلَى َعلَى ُم َس َّماهُ بِقَيِّد ُمتَ َكلِّ ٍم َأوْ ُمخَاط‬

Fa’il mudhmar adalah lafadz yang menunjukan kepada yang


disebutkan dengan ikatan (kata ganti) orang yang berbicara (dhomir
Mutakallim), kata ganti orang yang diajak bicara (dhomir mukhotob), atau
kata ganti orang yang tidak ada (dhomir ghoib, contoh: dia & mereka).

a. Dhomir mutakallim (‫)الضمير المتكلم‬


Dhomir mutakallim (‫ )الضمير المتكلم‬dibagi menjadi dua, yaitu dhomir
mutakallim wahdah “‫ ”ضمير متكلم وحده‬dan mutakallim ma’al ghoir ‘‫’متكلم مع الغير‬.

7
 Mutakallim Wahdah “‫”ضمير متكلم وحده‬

yaitu kata ganti orang yang berbicara ‘mutakallim’ menunjukan arti satu
atau sendiri contohnya ‫( أنَا‬saya), tapi ketika ia menjadi fa’il pada fi’il madhi
ُ yang di letakan
maka diganti dengan ta’ ta’nits yang berharokat dhommah ‫ت‬
di akhir kata, lalu huruf sebelum ta’ harus disukun, contoh:

ُ ْ‫‘ فَتَح‬saya telah membuka’


‫‘ فَتَ َح‬dia telah membuka‘ —> menjadi ‫ت‬

 Mutakallim Ma’al Ghoir “‫”متكلم مع الغير‬

yaitu kata ganti orang yang berbicara ‘mutakallim’ menunjukan arti


sendiri berserta lainnya (maksudnya menunjukan arti orang banyak), contoh:
ُ‫( نَحْ ن‬kami / kita), tapi ketika ia menjadi fa’il pada fi’il madhi maka diganti
dengan nun dan alif yang diletakan di akhir kata lalu huruf sebelum nun alif
berharokat sukun, contoh:

‫‘ فَت ََح‬dia telah membuka‘ —> menjadi ‫‘ فَتَحْ نَا‬Kami telah membuka.

b. Dhomir Mukhotob (‫)الضمير المخاطب‬

Dhomir Mukhotob (‫ )الضمير المخاطب‬yaitu kata ganti orang yang diajak


bicara atau lawan bicara,

berikut ini dhomir mukhotob:

 َ‫‘ َأنت‬Kamu (laki-laki)’ —> ditunjukan untuk seorang mukhotob laki-laki.


ketika menjadi fa’il dalam fi’il madhi maka menjadi َ‫ ت‬yang berharokat
FATHAH, contoh:

َ‫’ َذهَبْــت‬Kamu (laki-laki) sudah pergi

sedangkan ketika menjadi fa’il pada fi’il mudhore’, maka tambahkan huruf ta
َ‫ ت‬di awal kata, contoh:

ُ‫ت َْذهَب‬Kamu (laki-laki) sedang pergi

8
 ِ ‫‘ َأن‬Kamu (perempuan)’ —> ditunjukan untuk seorang mukhotob perempuan.
‫ت‬
ketika menjadi fa’il dalam fi’il madhi maka menjadi ‫ت‬
ِ yang berharokat
KASROH, contoh:

ِ ‫ َذهَبْــ‬Kamu (perempuan) sudah pergi


‫ت‬

Sedangkan ketika menjadi fa’il pada fi’il mudhore’, maka tambahkan ta َ‫ ت‬di
awal kata, dan tambahkan juga ya dan nun َ‫ ْين‬di akhir kata, dan huruf sebelum
َ‫ ْين‬harus berharokat kasroh, contoh:

ْ ‫ ت‬Kamu (perempuan) sedang pergi


َ‫َــذهَبِــ ْين‬

 ‫‘ أ ْنتُ َما‬Kamu berdua’ —> ditunjukan kepada dua orang, baik laki-laki maupun
perempuan. Ketika menjadi fa’il dalam fi’il madhi maka menjadi ‫تُ َما‬, contoh:

‫ َذهَبْــتُ َما‬Kamu berdua sudah pergi

Sedangkan ketika menjadi fa’il di fi’il mudhore, maka tambahkan ta َ‫( )ت‬di
awal kata, dan tambahkan juga alif dan nun ‫ ان‬di akhir kata, contoh:

ْ ‫ ت‬Kamu berdua sedang pergi


‫َــذهَبَــا ِن‬

 ‫‘ أ ْنتُ ْم‬kalian (laki-laki)’ —> ditunjukan untuk orang banyak mukhotob laki-laki,
ketika menjadi fa’il dalam fi’il madhi maka menjadi ‫تُ ْم‬, contoh:

‫ َذهَبْــتُ ْم‬Kalian (laki-laki) sudah pergi

Sedangkan ketika menjadi fa’il di fi’il mudhore’, maka tambahkan ta َ‫ ت‬di


awal, dan tambahkan juga wawu dan nun َ‫ وْ ن‬di akhir kata, dan beri harokat
dhommah sebelum wawu contoh:

ْ ‫ ت‬Kalian (laki-laki) sedang pergi


َ‫َــذهَبُــوْ ن‬

 ‫‘ أ ْنتُ َّن‬kalian (perempuan)’ —> ditunjukan untuk orang banyak mukhotob


perempuan, ketika menjadi fa’il dalam fi’il madhi maka menjadi ‫تُ َّن‬, contoh:

‫ َذهَبْــتُ َّن‬Kalian (perempuan) sudah pergi

Sedangkan ketika menjadi fa’il di fi’il mudhore’, maka tambahkan ta di awal


kata, lalu tambahkan nun di akhir kata, contoh:

9
ْ ‫ت‬Kalian (perempuan) sedang pergi
َ‫َــذهَ ْبــن‬

c. Dhomir Ghoib (‫)الضمير الغيب‬

Dhomir Ghoib (‫ )الضمير الغيب‬yaitu kata ganti orang yang tidak ada atau ghoib,
yaitu dia dan mereka. Berikut ini dhomir ghoib :

 ‫‘ ه َُو‬Dia (laki-laki)’ —> ditunjukan untuk kata ganti orang yang tidak ada ‘dia
(laki-laki)’. Nah, dalam Bahasa Arab ada namanya fi’il madhi dan fi’il
mudhore’, pada awal bentuk kedua fi’il tersebut sebenarnya sudah mempunyai
fa’il yang tersembunyi, yaitu ‫‘ هو‬dia’. contoh:

َ ‫ َذه‬DIA (laki-laki) telah pergi


‫َب‬

ُ‫ يَ ْذهَب‬DIA (laki-laki) sedang pergi

 ‫‘ ِه َي‬Dia (perempuan)’ —> ditunjukan untuk kata ganti orang yang tidak ada
‘dia(perempuan)’.

ْ َ‫ َذهَب‬DIA (perempuan) telah pergi


‫ت‬

ُ‫ ت َْذهَب‬DIA (perempuan) sedang pergi

 ‫‘ هُ َما‬Mereka berdua’ —> ditunjukan kepada dua orang yang tidak ada atau
ghoib, baik laki-laki maupun perempuan, ketika menjadi fa’il pada fi’il madhi
maka menggunakan alif di akhir fi’il, contoh:

‫ َذهَبَــا‬Mereka berdua telah pergi

Sedangkan, Fi’il mudhore ditambahkan alif dan nun, contoh:

‫يَ ْـذهَبَــا ِن‬mereka berdua sedang pergi

 ‫‘ هُ ْم‬Mereka (laki-laki)’ —> ditunjukan kepada orang banyak yang tidak ada
atau ghoib untuk laki-laki. Contoh fi’il Madhi:

‫ َذهَبُــوْ ا‬Mereka (laki-laki) telah pergi

10
sedangkan. Fi’il mudhore:

ْ َ‫ ي‬Mereka (laki-laki) sedang pergi


َ‫ــذهَبُــوْ ن‬

 ‫‘ ه َُّن‬Mereka (perempuan)’ —> ditunjukan kepada orang banyak yang tidak ada
atau ghoib untuk perempuan

َ‫ َذهَ ْبــن‬Mereka (perempuan) telah pergi

ْ َ‫ي‬
َ‫ــذهَ ْبــن‬ Mereka (perempuan) sedang pergi.

C. Kaidah Dan Ketentuan Fa’il

 Fa’il selalu marfu’ dan terletak setelah fi’il ma’lum, baik secara langsung atau
tidak. Contoh:

‫ْج ِد – َر َج َع ِمنَ ْال َم ْس ِج ِد َأحْ َم ُد‬


ِ ‫َر َج َع َأحْ َم ُد ِمنَ ْال َمس‬

 Apabila Fa’il berbentuk mufrad, mutsana, atau jama’ maka fi’ilnya tetap
mufrad. Contoh:

َ‫َجا َء ْال ُم ْسلِ ُم – َجا َء ْال ُم ْسلِ َما ِن – َجا َء ْال ُم ْسلِ ُموْ ن‬

 Fi’il dan fa’il harus sama dalam mudzakkar atau muannatsnya. Contoh:

ُ‫اط َمة‬ ْ ‫َجا َء َأحْ َم ُد – َج‬


ِ َ‫اَئت ف‬

Boleh tidak sama muannats dan muadzakarnya antara fi’il dan fa’il apabila:

1) Fa’ilnya muanats yang terpisah dari fi’ilnya. Contoh:

ِ ‫اط َمةُ – َسافَ َر َأ ْم‬


ُ‫س فَا ِط َمة‬ ِ ‫ت َأ ْم‬
ِ َ‫س ف‬ ْ ‫َسافَ َر‬

2) Fa’ilnya berupa isim muanats majazi. Contoh:

11
ُ‫ت ال َّش ْمسُ – طَلَ َع ال َّش ْمس‬
ِ ‫طَلَ َع‬

3) Fa’ilnya berupa jama’ taksir. Contoh:

ُ‫ت ْال َمالَِئ َكةُ – قَا َل ْال َمالَِئ َكة‬


ِ َ‫قَال‬

Wajib mengta’nitskan fi’il apabila:

1) Fa’ilnya berupa isim Dzahir muanats haqiqi. Contoh:

ُ‫اَئت فَا ِط َمة‬


ْ ‫تَجْ لِسُ ِه ْن ٌد – َج‬

2) Fa’ilnya berupa isim dhamir yang rujukannya ke muanats haqiqi


maupun majazi. Contoh:

ْ ‫ض َر‬
‫ت‬ ْ ‫ِإ َذا ال َّس َما ُء ا ْنفَطَ َر‬
َ ‫ت – َز ْينَبُ َح‬

Pada kedua contoh di atas yang menjadi fa’ilnya adalah dhomir ghaib muanats
yaitu (‫) ِه َي‬.

 Boleh fi’il dibuang dari kalimat yang mafhum. Contoh:

‫َم ْن تَ َكلَّ َم؟ َأحْ َم ُد‬

Asalnya:

‫تَ َكلَّ َم َأحْ َم ُد‬

 Fa’il bisa terletak setelah mashdar, isim fa’il, atau isim shifat musyabahah
yang beramal seperti fi’il. Contoh:

ُ‫اض ُل َأبُوْ ه‬
ِ َ‫َجا َء َأحْ َم ُد ْالف‬

Kata (ُ‫ )َأبُوْ ه‬merupakan fa’il dari (‫ض ُل‬ ْ yang merupakan isim fa’il yang
ِ ‫)الفَا‬
beramal seperti fi’il.

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Fa’il merupakan isim marfu’ (yang di baca rofa’) yang menjadi pelaku pekerjaan,
kedudukan terletak setelah fiil atau syibhulfiil. Dalam fail terdapat ketentuan
ketentuan yang harus kita pahami, seperti apa yang dipaparkan diatas jika failnya
muannast, maka fiinya harus diberi tanda muannats, sedangakan untuk fiil mudhori’
menggunakan huruf mudhora’ah ta’. Fail dibagi menjadi dua yaitu isim zhohir dan
isim dhomir. Fail isim zhohir adalah fail yang tidak berupa kata ganti. Fail isim
dhomir adalah fail yang berupa kata ganti baik orang pertama, kedua, dan ketiga.
Sedangkan dalam fail isim dhpmir dibagi menjadi dua yaitu bariz dan mustatir, bariz
adalah dhomir yang tampak dalam lafal, dan mustatir adalah dhomir yang tidak
tampak dalam lafal.

13
DAFTAR PUSTAKA

Mukhtarot – Ringkasan kaidah kaidah bahasa arab; Ustadz Aunur Rofiq bin
Ghufron. Al Furqon :Gersik.

Mulakhos Qowaidul Lughoh Al Arobiyyah ( ‫ – )ملخص قواعد اللغة العربية‬Fuad Ni’mah


Bab Dhomir hal 113 – 118.

Zakaria Ahmad. 2004. Ilmu Nahwu Praktis, al- kalimah, Ibnu Azka press :
Tarogong,Garut.

Zakaria Aceng, 2004, “Ilmu Nahwu Praktis Sistem Belajar 40 Jam”. Ibn Azka :
Garut.

Muhammad, Abdullah Jamaludin ibn Abdullah. Alfiyah Ibn Malik – Bab Nakiroh
Ma’rifat bait 58-60 :Andalusia (Spanyol).

14

Anda mungkin juga menyukai