Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PROFESIONALISME GURU
Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pendidikan Kepribadian Guru
Dosen Pengampu: Dr. Yaya Sunarya, M.Pd

Disusun Oleh :
Melda Siti Sajiah 1212030083
Muhammad Dhiyau Syams El Syafi’i 1212030088
Naufal Tsaqif Mutawakkil 1212030108

KELAS 3C
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2022
KATA PENGANTAR
Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah
subhanahu wata’ala serta sholawat teriring salam tak lupa senantiasa kita
haturkan kepada junjungan Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam yang
mana atas perjuangan beliau kita dapat merasakan indahnya agama yang
sempurna ini. Begitupun dengan karunia Allah subhanahu wata’ala sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas ini tepat waktu.
Penyusunan makalah ini dilakukan dalam rangka memenuhi tugas mata
kuliah Pendidikan Kepribadian Guru dan tidak lupa kami ucapkan terima kasih
kepada Bapak Dr. Yaya Sunarya, M.Ag selaku dosen Mata Kuliah Pendidikan
Kepribadian Guru yang mendukung penuh dalam pengerjaan makalah ini
begitupun kepada pihak yang membantu dalam doa dan dukungannya. Penulis
berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
pembaca, bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa menjadi
gambaran yang cemerlang bagi pemuda harapan bangsa.
Oleh karena itu, kritik dan saran sangat kami harapkan guna menjadikan
makalah ini menjadi lebih baik. Kami berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca.

Bandung, 02 Oktober 2022


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................2
DAFTAR ISI....................................................................................................................3
BAB I................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.............................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG..........................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH......................................................................................4
C. TUJUAN...............................................................................................................4
BAB II...............................................................................................................................5
PEMBAHASAN...............................................................................................................5
A. Pengertian Profesional dan Profesionalisme......................................................5
B. Kompetensi Profesionalisme guru.......................................................................6
C. Upaya Meningkatkan Profesionalisme Guru.....................................................7
D. Keterampilan Guru..............................................................................................9
BAB III...........................................................................................................................14
PENUTUP.......................................................................................................................14
A. Kesimpulan.........................................................................................................14
B. Saran...................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................15
BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara
keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peran utama. Proses belajar mengajar
juga merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan
siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif
untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi antara guru dan siswa merupakan syarat
utama bagi berlangsungnya proses belajar mengajar. Dalam situasi pembelajaran,
gurulah yang memimpin dan bertanggung jawab penuh atas kepemimpinannya
yang dilakukan itu.
Kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan yang sangat penting dari proses
pendidikan. Guru merupakan pelaksana pendidikan yang memiliki peranan
penting dalam pencapaian keberhasilan pendidikan. Demikian juga guru memiliki
upaya yang sangat penting dalam meningkatkan motivasi belajar siswa.
Tugas utama guru adalah membimbing dan membantu keberhasilan siswa
dalam proses belajar mengajar. Profesionalisme seorang guru mutlak diperlukan
sebagai bekal dalam mengakses perubahan baik itu metode pembelajaran ataupun
kemajuan teknologi yang kesemuanya ditujukan untuk kepentingan proses
pembelajaran. Berdasarkan Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sitem
pendidikan nasional, tugas guru tidak sekedar menyampaikan materi pelajaran
kepada siswa, tetapi lebih kepada bagaimana menyiapkan mereka menjadi sumber
daya manusia yang terampil dan siap mengakses kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta liberalisasi yang terjadi di masa nanti
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian profesional dan profesionalisme?
2. Bagaimana kompetensi professional?
3. Bagaimana upaya meningkatkan profesionalisme guru?
4. Apa saja keterampilan guru?

C. TUJUAN
Kami mengangkat tema makalah ini agar pembaca:
1. Memahami pengertian professional dan profesionalisme.
2. Mengetahui kompetensi professional.
3. Mengetahui upaya meningkatkan profesionalisme guru.
4. Mengetahui berbagai keterampilan guru.
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Profesional dan Profesionalisme

Secara etimologi, profesi berasal dari bahasa Inggris profession atau bahasa
Latin Profecus, yang artinya mengakui, pengakuan menyatakan mampu, atau ahli
dalam melaksanakan pekerjaan tertentu.

Secara terminologi, profesi dapat diartikan sebagai suatu pekerjaan yang


mempersyaratkan pendidikan tinggi bagi pelakunya yang ditekankan pada
pekerjaan mental, bukan pekerjaan manual. Kemampuan mental yang
dimaksudkan di sini adalah adanya persyaratan pengetahuan teoritis sebagai
instrumen untuk melakukan perbuatan praktis

Istilah profesionalisme berasal dari profession. Dalam Kamus Inggris


Indonesia, .profession berarti pekerjaan. Arifin dalam buku Kapita Selekta
Pendidikan mengemukakan bahwa profession mengandung arti yang sama dengan
kata occupation atau pekerjaan yang memerlukan keahlian yang diperoleh melalui
pendidikan atau latihan khusus. Dalam buku yang ditulis oleh Kunandar yang
berjudul Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
disebutkan pula bahwa profesionalisme berasal dari kata profesi yang artinya
suatu bidang pekerjaan yang ingin atau akan ditekuni oleh seseorang. Profesi juga
diartikan sebagai suatu jabatan atau pekerjaan tertentu yang mensyaratkan
pengetahuan dan keterampilan khusus yang diperoleh dari pendidikan akademis
yang intensif. Jadi, profesi adalah suatu pekerjaan atau jabatan yang menuntut
keahlian tertentu.

Menurut Martinis Yamin profesi mempunyai pengertian seseorang yang


menekuni pekerjaan berdasarkan keahlian, kemampuan, teknik, dan prosedur
berlandaskan intelektualitas. Jasin Muhammad yang dikutip oleh Yunus Namsa,
beliu menjelaskan bahwa profesi adalah suatu lapangan pekerjaan yang dalam
melakukan tugasnya memerlukan teknik dan prosedur ilmiah, memiliki dedikasi
serta cara menyikapi lapangan pekerjaan yng berorientasi pada pelayanan yang
ahli.. Pengertian profesi ini tersirat makna bahwa di dalam suatu pekerjaan
profesional diperlukan teknik serta prosedur yang bertumpu pada landasan
intelektual yang mengacu pada pelayanan yang ahli.

Berdasarkan definisi di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa profesi


adalah suatu pekerjaan atau keahlian yang mensyaratkan kompetensi
intelektualitas, sikap dan keterampilan tertentu yang diperolah melalui proses
pendidikan secara akademis. Dengan demikian, Kunandar mengemukakan profesi
guru adalah keahlian dan kewenangan khusus dalam bidang pendidikan,
pengajaran, dan pelatihan yang ditekuni untuk menjadi mata pencaharian dalam
memenuhi kebutuhan hidup yang bersangkutan. Guru sebagai profesi berarti guru
sebagai pekerjaan yang mensyaratkan kompetensi (keahlian dan kewenangan)
dalam pendidikan dan pembelajaran agar dapat melaksanakan pekerjaan tersebut
secara efektif dan efisien serta berhasil guna.

Adapun mengenai kata profesional. Uzer Usman memberikan suatu


kesimpulan bahwa suatu pekerjaan yang bersifat professional memerlukan
beberapa bidang ilmu yang secara sengaja harus dipelajari dan kemudian
diaplikasikan bagi kepentingan umum. Kata professional itu sendiri berasal dari
kata sifat yang berarti pencaharian dan sebagai kata benda yang berarti orang yang
mempunyai keahlian. seperti guru, dokter, hakim, dan sebagainya. Dengan kata
lain, pekerjaan yang bersifat profesional adalah pekerjaan yang hanya dapat
dilakukan oleh mereka yang khusus dipersiapkan untuk itu dan bukan pekerjaan
yang dilakukan oleh mereka yang karena tidak dapat memperoleh pekerjaan lain.

B. Kompetensi Profesionalisme guru


Hakikat keprofesionalan jabatan guru tidak akan terwujud hanya dengan
mengeluarkan pernyataan bahwa guru adalah jabatan atau pekerjaan profesional.
Sebaliknya, status profesional hanya dapat dicapai melalui perjuangan yang berat
dan cukup panjang.
Syafruddin Nurdin mengemukakan bahwa ada enam tahap dalam proses pro-
fesionalisasi, yaitu:
1. Bidang layanan ahli “unik” yang diselenggarakan itu harus ditetapkan;
2. Kelompok profesi dan penyelenggara pendidikan prajabatan yang
mempersiapkan tenaga guru yang profesional;
3. Adanya mekanisme untuk memberikan pengakuan resmi kepada program
pendidikan prajabatan yang memenuhi standar yang telah ditetapkan
sebelumnya;
4. Adanya mekanisme untuk memberikan pengakuan resmi kepada lulusan
program pendidikan prajabatan yang memiliki kemampuan minimal yang
disyaratkan (sertifikasi);
5. Secara perorangan dan secara kelompok, kaum pekerja profesional
bertanggung jawab penuh atas segala aspek pelaksanaan tugasnya; dan
6. Kelompok profesional memiliki kode etik yang merupakan dasar untuk
melindungi para anggota yang menjunjung tinggi nilai-nilai profesional,
disamping merupakan sarana untuk mengambil tindakan penertiban
terhadap anggota yang melakukan perbuatan yang tidak sesuai dengan
suara dan semangat kode etik itu.
Untuk memenuhi keenam tuntutan tersebut tentu membutuhkan waktu serta
melalui proses yang panjang dan berkesinambungan. Dalam upaya peningkatan
profesi guru sekurang-kurangnya menghadapi dan memperhitungkan empat
faktor, yaitu:
1) ketersediaan dan mutu calon guru,
2) pendidikan prajabatan,
3) mekanisme pembinaan dalam jabatan, dan
4) peranan organisasi profesi.
Sebagai seorang profesional, guru harus memiliki kompetensi keguruan yang
memadai. Seorang guru dinyatakan kompeten bila mampu menerapkan sejumlah
konsep, asas kerja, dan teknik dalam situasi kerjaanya, mampu
mendemonstrasikan keterampilan di lingkungan kerjanya, serta dapat menata
seluruh pengalamannya untuk meningkatkan efisiensi kerjanya.
Tuntutan kompetensi seorang guru dapat dirunut dalam penguasaan segi kon-
septual, penguasaan berbagai keterampilan, dan dalam keseluruhan sikap profesi-
onalnya. Secara singkat dapatlah dikemukakan bahwa seorang guru dinyatakan
kompeten jika secara nyata ia mampu menjalankan tugas keguruannya yaitu
mampu membelajarkan siswa yang dibimbingnya secara efisien, efektif, dan
terpadu. Kompetensi keguruan tidak sekedar menunjuk kuantitas kerja, tetapi
lebih-lebih menunjuk atau menuntut kualitas kerja keguruan.
C. Upaya Meningkatkan Profesionalisme Guru

Disadari atau tidak tugas guru di masa depan akan semakin berat. Guru tidak
hanya bertugas mentransfer ilmu pengetahuan, keterampilan dan teknologi saja,
melainkan juga harus mengemban tugas yang dibebankan masyarakat kepadanya.
Tugas tersebut meliputi mentransfer kebudayaan dalam arti luas, keterampilan
dalam menjalani hidup (life skills) dan nilai serta beliefs (Purwanto, 2004).
Melihat tugas yang demikian berat tersebut, maka sudah selayaknya bila
kemampuan professional guru juga terus ditingkatkan agar mereka mampu
menjalankan tugasnya dengan baik. Terkait dengan hal ini guru sendiri harus mau
membuat penilaian atas kinerjanya sendiri atau mau melakukan otokritik di
samping harus pula memperhatikan berbagai pendapat dan harapan masyarakat.
Menurut Purwanto (2004), dalam rangka meningkatkan profesionalismenya, guru
harus selalu berusaha untuk melakukan lima hal. Pertama, memahami tuntutan
standar profesi yang ada. Hal ini harus ditempatkan pada prioritas yang utama
karena:
A. Persaingan global sekarang memungkinkan adanya mobilitas guru lintas
Negara.
B. Sebagai professional seorang guru harus mengikuti tuntutan perkembangan
profesi secara global dan tuntutan masyarakat yang menghendaki pelayanan
yang lebih baik.
C. Cara satu-satunya untuk memenuhi standar profesi ini adalah dengan belajar
secara terus menerus sepanjang hayat, dengan membuka diri yakni mau
mendengar dan melihat perkembangan baru di bidangnya.
Kedua, mencapai kualifikasi dan kompetensi yang dipersyaratkan. Dengan
dipenuhinya kualifikasi dan kompetensi yang memadai maka guru memiliki
posisi tawar yang kuat dan memenuhi syarat yang dibutuhkan. Peningkatan
kualitas dan kompetensi ini dapat ditempuh melalui in-service training dan
berbagai upaya lain untuk memperoleh sertifikasi.
Ketiga, membangun hubungan kesejawatan yang baik dan luas termasuk
lewat organisasi. Upaya membangun hubungan kesejawatan yang baik dan
luas dapat dilakukan guru dengan membina jaringan kerja atau networking.
Guru harus berusaha mengetahui apa yang telah dilakukan oleh sejawatnya
yang sukses. Sehingga bisa belajar untuk mencapai sukses yang sama atau
bahkan bisa lebih baik lagi.
Melalui networking inilah guru memperoleh akses terhadap inovasiinovasi di
bidang profesinya.
Keempat, mengembangkan etos kerja atau budaya kerja yang mengutamakan
pelayanan bermutu tinggi kepada kostituen. Di zaman sekarang ini, semua
bidang dan profesi dituntut untuk memberikan pelayanan prima. Guru pun
harus memberikan pelayanan prima kepada konstituennya yaitu siswa, orang
tua dan sekolah sebagai stakeholder.
Terlebih lagi pelayanan pendidikan adalah termasuk pelayanan publik yang
didanai, diadakan, dikontrol oleh dan untuk kepentingan publik. Oleh karena
itu guru harus mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya kepada
publik.
Kelima, mengadopsi inovasi atau mengembangkan kreativitas dalam
pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi mutakhir agar senantiasa
tidak ketinggalan dalam kemampuannya mengelola pembelajaran. Guru dapat
memanfaatkan media dan ide-ide baru bidang teknologi pendidikan seperti
media presentasi, komputer (hard technologies) dan juga
pendekatanpendekatan baru bidang teknologi pendidikan (soft technologies).
Beberapa upaya di atas tentu saja tidak akan dapat berjalan jika tidak dibarengi
dengan upaya yang nyata untuk menjadikan guru menjadi sebuah profesi yang
menjanjikan artinya kesejahteraan guru memang harus ditingkatkan. Mengapa
harus kesejahteraan guru yang harus ditingkatkan? Hal ini mengandung implikasi
yang sangat luas. Di satu sisi, dengan kesejahteraan guru yang memadai akan
mampu mendukung kinerja guru secara optimal. Guru tidak lagi memikirkan
bagaimana mencari "pekerjaan sampingan" untuk mempertahankan dan
membiayai kehidupan keluarganya, melainkan mampu terfokus pada pelaksanaan
tugas dan tanggung jawabnya dalam membina anak didiknya. Sementara itu, di
sisi lain, dengan kesejahteraan guru yang menjanjikan, maka guru akan menjadi
sebuah profesi yang banyak dikejar oleh generasi mendatang, terutama generasi
muda yang memiliki potensi dan termasuk dalam kategori unggul. Dengan adanya
'bibit unggul' tersebut maka guru di masa depan bukanlah dimiliki oleh orang-
orang yang 'terpaksa' atau 'dipaksa' untuk menjadi guru, melainkan dimiliki oleh
orang-orang yang benarbenar memiliki kualitas dan kompetensi yang tinggi.
Dengan demikian, kata kunci dari upaya peningkatan profesionalisme guru adalah
peningkatan kesejahteraan guru.
D. Keterampilan Guru
1. Keterampilan bertanya
Dalam proses belajar mengajar, kemampuan bertanya memiliki peran
penting karena pertanyaan yang tersusun dengan baik dan teknik penyampaian
pertanyaan yang tepat akan memberi dampak positif bagi siswa, yaitu:
meningkatkan prestasi siswa, membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa
terhadap materi yang dibicarakan, menunjukkan proses berpikir siswa,
memusatkan perhatian siswa terhadap masalah yang sedang dibahas, dan
mengembangkan pola pikir aktif dari siswa.
Berikut adalah dasar cara bertanya yang baik:
1) jelas dan mudah dipahami siswa,
2) difokuskan pada masalah atau tugas tertentu,
3) memberikan pertanyaan secara merata,
4) memberikan respons yang ramah dan menyenangkan sehingga siswa
timbul keberanian untuk bertanya dan menjawab,
5) memberi informasi yang cukup,
6) memberi waktu kepada siswa untuk berpikir sebelum menjawab
pertanyaan, dan
7) menuntun jawaban sehingga siswa dapat menemukan jawaban sendiri.

2. Pendekatan dan metode pembelajaran


Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut
pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan
tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di
dalamnya mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari metode
pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu.
Macam-macam pendekatan pembelajaran antara lain:
1. Pendekatan Individual
2. Pendekatan Kelompok
3. Pendekatan Bervariasi
4. Pendekatan Edukatif
5. Pendekatan Pengalaman
6. Pendekatan Emosional
7. Pendekatan Rasional
8. Pendekatan Fungsional
9. Pendekatan Keagamaan
10. Pendekatan Kebermaknaan, dan lain-lain.
Metode Pembelajaran
Metode adalah cara kerja yang teratur, yang dilakukan untuk mencapai
suatu tujuan pengajaran. Metode pembelajaran juga dapat diartikan sebagai
cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun
dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Dalam memilih sebuah metode, kita harus mempertimbangkan aspek
efektivitas, relefansi, tujuan mata pelajaran, karakteristik partisipan,
ketersediaan waktu, kedaan fasilitas di ruang kelas dan tempat.
Keberhasilan dalam penggunaan metode berpengaruh pada keberhasilan
proses pembelajaran yang akhirnya berfungsi sebagai suatu determinitas
kualitas pendidikan.
Oleh sebab itu metode harus sesuai dengan prinsip-prinsip dibawah ini:
1) Proses belajar mengajar harus didasarkan pada prinsip belajar siswa aktif
atau lebih menekankan pada proses pembelajaran bukun proses mengajar.
2) Metode pembelajaran didasarkan pada karakteristik masyarakat madani
yaitu manusia yang bebas berekspresi dari ketakutan.
3) Metode pembelajaran didaasarkan pada prinsip learning kompetensi,
dimana siswa akan memiliki seperangkat pengetahuan, keterampilan,
sikap, wawasan dan penerapannya sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Macam-macam Metode pembelajaran antara lain:
a. Metode ceramah
Merupakan metode pembelajaran yang cara penyajiannya dilakukan guru dengan
penuturan atau penjelasan lisan secara langsung terhadap siswa.
b. Metode tanya jawab
Merupakan metode pembelajaran yang cara penyajiannya dalam bentuk
pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari guru kepada siswa, tetapi dapat pula
dari siswa kepada guru.
c. Metode diskusi
Merupakan metode pembelajaran yang penyajiannya dilakukan dengan cara
bertukar pikiran diantara sejumlah siswa dalam membahas masalah tertentu yang
dilaksanakan secara teratur, dan bertujuan untuk memecahkan masalah secara
bersama.
d. Metode pemberian tugas
Merupakan metode pembelajaran yang cara mengajar atau penyajiannya melalui
penugasan siswa untuk melakukan suatu pekerjaan. Pemberian tugas dapat secara
individual atau kelompok. Pemberian tugas untuk setiap siswa atau kelompok
dapat sama dan dapat pula berbeda.
e. Metode demonstrasi
Merupakan metode pembelajaran yang pengajarannya dilakukan dengan cara
memperagakan atau mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi, benda,
atau cara kerja suatu produk teknologi yang sedang dipelajari. Demontrasi dapat
dilakukan dengan menunjukkan benda baik yang sebenarnya, model, maupun
tiruannya dan disertai dengan penjelasan lisan.
f. Metode bermain peran
Merupakan metode pembelajaran yang menetapkan seseorang pada situasi
tertentu, seolah-olah menggambarkan situasi sebenarnya melalui penokohan,
pengekspresian sikap, dan tindakan-tindakan.
g. Metode karya wisata
Merupakan metode pembelajaran yang cara pengajarannya dilaksanakan dengan
mengajak siswa ke suatu tempat atau obyek tertentu diluar sekolah untuk
mempelajari atau menyelidiki sesuatu.
https://ikrimahmaifandi.wordpress.com/2012/08/05/guru-dan-metode-
pembelajaran/
3. Menciptakan pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan
Keterampilan guru dalam mengajar merupakan kompetensi professional yang
harus dipenuhi oleh seorang guru. Menciptakan pembelajaran kreatif dan
menyenangkan sebagai bagian dari keterampilan guru yang harus dikuasai, antara
lain: menggunakan keterampilan bertanya, memberi penguatan, mengadakan
variasi, menjelaskan, membuka dan menutup pembelajaran, membimbing diskusi
kelompok kecil, mengelola kelas dan mengajar kelompok kecil/ perorangan
(Mulyasa, 2011, 69-92).
Guru sebagai ujung tombak keberhasilan pendidikan, menjadi orang pertama
yang dilihat dan dibicarakan ketika peserta didiknya dapat mencapai prestasi
gemilang ataupun ketika peserta didiknya mengalami kegagalan. Oleh karena itu
guru dituntut untuk bisa menciptakan pembelajaran yang kreatif dan
menyenangkan, agar menjadi kenangan pertama bagi peserta didiknya ketika
mereka berada di bangku sekolah. Seorang guru yang professional, dipastikan
menguasai empat kompetensi guru, yaitu kompetensi paedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi social dan kompetensi professional.

4. Membimbing keberhasilan peserta didik


1) Keberhasilan Pembelajaran adalah keberhasilan peserta didik dalam
membentuk kompetensi dan mencapai tujuan, serta keberhasilan guru
dalam membimbing peserta didik dalam pembelajaran.
2) Untuk membimbing peserta didik yang lambat belajar, guru dan
pembimbing dituntut kesabarannya, karena ciri-ciri, sifat dan perilakunya
selalu lambat. Untuk membimbing peserta didik yang lamban ini, guru
harus mengetahui latar belakang dari peserta didik itu sendiri, misalnya
mengumpulkan dokumen atau catatan-catatan tentang pribadi anak didik,
mengunjungi rumahnya dan mewawancarai orang tua atau teman
sebayanya untuk mengetahui atau memahami latar belakang dari peserta
didik. Disamping itu, guru dapat melakukan tes psikologi terhadap anak
tersebut untuk memahami kemampuan psikisnya. Dengan demikian guru
dapat mengetahui latar belakang atau kondisi yang terjadi pada peserta
didik
3) Membimbing peserta didik yang cerdas di atas normal. Perlu diketahui
oleh pendidik, bahwa membimbing bukan hanya dilakukan kepada peserta
didik yang lambat belajar, tetapi juga pada peserta didik yang cerdas di
atas normal atau memiliki kecerdasan di atas rata-rata. Karena kalau
mereka tidak di bimbing, potensi yang mereka miliki atau kemampuan
inteligensi yang mereka miliki tidak bisa berkembang. Hal ini harus
dihindari oleh pendidik guna mencegah pengaruh negatif pada peserta
didik.
4) Kebanyakan di Indonesia selama ini penyelenggaraan pendidikan yang
dilaksanakan bersifat klasikal-massal, yaitu berorientasi pada kuantitas.
Sehingga kelemahan yang tampak adalah belum terakomodasinya
kebutuhan individual siswa di luar kelompok siswa normal. Untuk itu
diperlukan individualisasi pembelajaran untuk memberi kesempatan
kepada peserta didik yang memiliki kemampuan yang cerdas di atas
normal.
5. Keterampilan Memberi Penguatan
Guru harus memiliki keterampilan memberi penguatan untuk segala respons,
baik yang bersifat verbal maupun nonverbal. Keterampilan ini merupakan bagian
dari proses pembelajaran, penghargaan karena tidak semua penghargaan berwujud
materi, tetapi bisa dalam bentuk kata, senyuman, anggukan, atau senyuman yang
mana berkaitan dengan keterampilan bertanya.
Intinya, penguatan merupakan respons terhadap tingkah laku positif yang
mampu meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali tingkah laku tersebut
dan penguatan tidak boleh dianggap sepele atau sembarangan, tetapi harus dengan
perhatian khusus dengan maksud memberi apresiasi dan membesarkan hati siswa
agar lebih giat dalam interaksi belajar mengajar.
Penguatan harus dilakukan dengan penuh kehangatan dan antusiasme dan
dilakukan sesuai tingkah laku dan juga penampilan siswa yang patut diberi
penguatan serta menghindari penggunaan respons negatif, baik berupa candaan,
menghina, atau ejekan yang mematahkan semangat siswa dalam belajar.
6. Keterampilan Mengadakan Variasi
Guru juga harus memiliki keterampilan mengadakan variasi yang menjadi
stimulus dalam proses interaksi pembelajaran yang ditujukan untuk mengatasi
kebosanan peserta didik, sehingga dalam proses situasi pembelajaran senantiasa
menunjukkan ketekunan dan penuh partisipasi (Zainal Asril, 2011: 86).
Berikut merupakan variasi cara mengajar guru dan contohnya:
penggunaan variasi untuk: suara dari keras ke lembut, dari tinggi ke rendah, dan
lain sebagainya, pemusatan perhatian: perhatikan baik-baik!, gerakan kepala dan
ekspresi wajah seperti mengangguk, tersenyum, menaikkan alis, dan sebagainya,
mengadakan kontak mata atau kontak pandang menyeluruh, dan pergantian posisi
gerak di dalam kelas agar dapat mengontrol siswa.
Dan berikut merupakan variasi dalam menggunakan alat pengajaran:
variasi alat berupa poster, bagan, gambar, film, dan slide, variasi alat bantu rekam,
misalnya rekaman suara, suara radio, sosiodrama, dan sebagainya, variasi alat atau
bahan yang dapat digerakkan, misalnya model, peraga siswa, spesimen, topeng,
atau patung, variasi alat atau bahan yang didengar misalnya film, televisi, radio,
dan lainnya. Serta pola interaksi siswa dengan tujuan tidak menimbulkan
kebosanan, misalnya komunikasi dua arah, adanya umpan balik, adanya interaksi
optimal antara guru dan murid, pola melingkar untuk diskusi, dan lain sebagainya.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Profesionalisme adalah suatu keahlian yang dimiliki seseorang dalam suatu
bidang tertentu dan telah dapat memberikan sumbangan keprofesiannya (ilmu
pengetahuan) kepada masyarakat yang membutuhkan. Guru yang professional
adalah guru yang benar-benar ahli dalam bidangnya dan mampu melaksanakan
tugasnya dengan baik sekaligus memiliki kompetensi dan komitmen yang tinggi
dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya.
Beberapa upaya peningkatan profesionalisme guru yang dapat dilakukan
diantaranya adalah Pertama, memahami tuntutan standar profesi yang ada, Kedua
mencapai kualifikasi dan kompetensi yang dipersyaratkan, Ketiga, membangun
hubungan kesejawatan yang baik dan luas termasuk lewat organisasi profesi.
Keempat, mengembangkan etos kerja atau budaya kerja yang mengutamakan
pelayanan bermutu tinggi kepada konstituen, Kelima, mengadopsi inovasi atau
mengembangkan kreativitas dalam pemanfaatan teknologi komunikasi dan
informasi mutakhir agar senantiasa tidak ketinggalan dalam kemampuannya
mengelola pembelajaran. Semua upaya diatas tidak akan berjalan jika tidak
dibarengi dengan upaya peningkatan kesejahteraan guru.
B. Saran
Sebagai calon guru , mahasiswa hendaknya mengetahui, memahami, serta
mendalami pengetahuan tentang sikap dan kepribadian yang harus dimiliki oleh
guru professional sehingga dapat menjadi acuan untuk mengaplikasikannya kelak
ketika menjadi seorang guru professional.
DAFTAR PUSTAKA

Usman, Moh. Uzer, Menjadi Guru Profesional, Bandung: PT. Remaja


Rosdakarya, 1999.
Danim, Sudarwan, Inovasi Pendidikan dalam Peningkatan
Profesionalisme Tenaga kependidikan, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2002.
https://mubhar.wordpress.com/2010/02/15/membimbing-keberhasilan-peserta
didik/ diakses pukul 22:44 tanggal 04 Oktober 2022
Takdir, Abd. Jabbar R, Menuju Guru Yang Profesional, Pinrang: Dewan
Pendidikan Kab. Pinrang, 2007.

Anda mungkin juga menyukai