Anda di halaman 1dari 23

Makalah

PROFESI KEPENDIDIKAN IPA


“Syarat Menjadi Guru Profesional Sebagai Komunikator dan Fasilitator”
Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Profesi Kependidikan IPA
oleh Ibu Nurhayati, M.Pd

Oleh:
KELOMPOK 5
Sri Maulina Otoluwa (433420003)
Asrawati Hadju (433420001)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabill’alaamin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
Makalah Profesi Kependidikan IPA tentang “Syarat Menjadi Guru Profesional
Sebagai Komunikator dan Fasilitator”.
Dengan selesainya makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak
yang telah memberikan masukan-masukan dan saran kepada kami. Untuk itu kami
mengucapkan terima kasih.
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
mata kuliah Profesi Kependidikan IPA. Selain itu, makalah ini bertujuan untuk
menambah wawasan bagi para pembaca.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari makalah ini, baik
dari segi materi maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan
dan pengalaman dari kami.Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
sangat kami harapkan demi tercapainya kesempurnaan dari makalah ini. Semoga
makalah yang kami buat dapat bermanfaat dan berguna bagi semua pihak.

Gorontalo, 10 Februari 2023

Kelompok 5

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 1
1.3 Tujuan ............................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................... 2
2.1 Guru Profesional ............................................................................................ 2
2.2 Syarat Menjadi Guru Profesional ................................................................. 3
2.3 Syarat Menjadi Guru Profesional Sebagai Komunikator dan Fasilitator . 12
BAB III PENUTUP ..................................................................................................... 19
3.1 Kesimpulan .................................................................................................. 19
3.2 Saran ............................................................................................................. 19
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kehadiran guru dalam kegiatan belajar mengajar merupakan salah satu
komponen penting mengingat kehadiran guru tidak hanya sebagai pengajar
akan tetapi juga berperan sebagai pendidik, pelatih, pengarah, pembimbing,
penilai dan mengevaluasi. Guru merupakan jabatan atau profesi yang
memerlukan keahlian khusus. Orang yang pandai berbicara dalam bidang-
bidang tertentu, belum dapat disebut sebagai guru. Untuk menjadi guru
diperlukan syarat-syarat khusus, apalagi sebagai guru yang profesional harus
menguasai betul seluk beluk pendidikan dan pengajaran. Tugas dan peran guru
tidaklah terbatasi dalam masyarakat, bahkan guru pada hakekatnya merupakan
komponen strategis yang memilih peran penting dalam menentukan gerak
maju kehidupan bangsa. Bahkan selain itu, tugas dari seorang guru bukan
hanya berperan penting dalam mentransfer pengetahuan saja, melainkan guru
juga berperan sebagai pendidik dan juga memberikan bimbingan baik secara
rohani maupun secara jasmani (Arfandi, 2020)
Dalam dunia pendidikan guru mempunyai peranan yang sangat penting
dalam pengembangan sumber daya manusia melalui pendidikan. Profesi guru
mempunyai tugas sebagai fasilitator dan komunikator untuk mendidik,
mengajar dan melatih anak didiknya (Arfandi., Mohamad, A. S, 2021)
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian guru profesional ?
2. Apa saja syarat menjadi guru profesional ?
3. Bagaimana syarat menjadi guru profesional sebagai komunikator dan
fasilitator ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian guru profesional
2. Untuk mengetahui syarat menjadi guru profesional
3. Untuk mengetahui syarat menjadi guru profesional sebagai komunikator
dan fasilitator

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Guru Profesional
Ditinjau dari segi bahasa, kata profesional berasal dari kata sifat yang
berarti pencaharian atau orang yang mempunyai keahlian. Dengan kata lain
pekerjaan yang bersifat profesional adalah pekerjaan yang hanya dapat
dilakukan oleh mereka yang dipersiapkan untuk pekerjaan tersebut. Guru
adalah suatu sebutan bagi jabatan, posisi, dan profesi bagi seseorang yang
mengabdikan dirinya dalam bidang pendidikan melalui interaksi edukatif
secara terpola, formal, dan sistematis. Guru profesional akan tercermin dalam
penampilan pelaksanaan tugas-tugas yang ditandai dengan keahlian baik
dalam materi maupun metode pembelajaran. Keahlian yang dimiliki oleh guru
profesional adalah keahlian yang diperoleh melalui suatu proses pendidikan
dan pelatihan yang diprogramkan secara khusus. Keahlian tersebut mendapat
pengakuan formal yang dinyatakan dalam bentuk sertifikasi, akreditasi, dan
lisensi dari pihak yang berwenang (dalam hal ini pemerintah dan organisasi
profesi) (Hasan, 2018)
Guru yang profesional adalah orang yang memiliki kemampuan atau
keahlian khusus dalam bidang keguruan (pembelajaran) sehingga ia mampu
melakukan tugas dan fungsinya sebagai seorang pembelajar dengan
kemampuan maksimal. Atau dengan kata lain pembelajar profesional adalah
orang yang terdidik dan terlatih dengan baik dan memiliki pengalaman yang
kaya dibidangnya, artinya seorang pembelajar telah memperoleh pendidikan
formal serta menguasai berbagai strategi dalam kegiatan belajar mengajar,
selain itu pembelajar yang profesional juga harus menguasai landasan-
landasan pendidikan yang tercantum dalam kompetensi (Hasan, 2018)
Guru profesional menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 adalah
guru yang memiliki empat kompetensi utama yang dibuktikan dengan
sertifikat pendidik, namun sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya
bahwa menurut penulis bahwa menjadi guru yang profesional perlu memiliki
satu kompetensi tambahan yaitu kompetensi religius. Pengembangan
profesionalisme guru menjadi perhatian secara global, karena guru memiliki
tugas dan peran bukan hanya memberikan informasi-informasi ilmu

2
pengetahuan dan teknologi kepada peserta didik, melaikan juga membentuk
sikap dan jiwa untuk mampu bertahan dalam era kompetisi. Sebagai pekerjaan
profesional, seorang guru diharuskan memiliki berbagai fungsi yaitu sebagai
fasilitator, motivator, informatory, komunikator, agen pembaharu, innovator,
konselor, evaluator, dan administrator dalam rangka meningkatkan mutu
pendidikan (Syahrul, 2009 dalam Hasan, 2018)
2.2 Syarat Menjadi Guru Profesional
Peran guru dalam pendidikan memiliki peran strategi dan sering dikatakan
pula sebagai ujung tombak dari keberhasilan pendidikan. Karena itu dalam
meningkatkan mutu pendidikan yang pertama-tama perlu diperbaiki dalam
meningkatkan mutu pendidikan terlebih dulu adalah perbaikan mutu gurunya.
Perbaikan mutu guru ini salah satunya adalah meningkatkan profesionalitas
guru baik pada sikap maupun sejumlah perangkat kompetensi yang perlu
dimilikinya. Untuk mencapai hal itu diperlukan sejumlah persyaratan untuk
menjadi guru profesional. Diantaranya adalah guru harus memiliki aspek-
aspek berikut: (1) Kualifikasi Akademik, (2) Kompetensi, (3) Sertifikasi
Pendidik, (4) Sehat Jasmani dan Rohani, dan (5) Kemampuan untuk
mewujudkan tujuan Pendidikan Nasional (Pudjosumedi, dkk, 2013)
Menurut Peraturan Pemerintah RI No. 19/2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan pasal 28, pendidik adalah agen pembelajaran yang harus memiliki
empat kompetensi, yakni kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional dan
sosial (Ricu Siddiq, dkk, 2019). Dalam konteks ini maka kompetensi guru
dapat diartikan sebagai kedaulatan pengetahuan, kemampuan, dan sikap yang
diwujudkan dalam bentuk perangkat tindakan cerdas dan penuh tanggung
jawab, yang dimiliki seorang calon pendidik untuk memangku jabatan guru
sebagai profesi. Profesional terkait dengan kemampuan dalam memahami
tugas, serta hal-hal yang berkaitan dengan tugas-tugas tersebut secara lebih
mendalam. Orang yang tidak profesional tidak hanya mampu melaksanakan
tugas pokoknya saja, namun juga mampu melaksanakan hal yang terkait
dengan keberhasilan tugas pokoknya tersebut. Profesional dapat juga diartikan
memiliki karakteristik pemahaman teknik pekerjaan yang lebih baik dan lebih
luas. Lebih baik di sini diartikan sebagai pemahaman yang mendalam, dan

3
memahami keterkaitan antara tugas-tugasnya dengan aspek-aspek lain yang
berkaitan (Febriana, 2019)
Seseorang dikatakan profesional apabila memiliki karakteristik sebagai
berikut: (a) memiliki komitmen yang kuat dan berjangka panjang terhadap
keahlian mereka, (b) memiliki loyalitas yang lebih tinggi terhadap
pekerjaannya daripada kepada pimpinannya, (c) selalu meningkatkan
pengetahuan dan keterampilannya sesuai dengan perkembangan zaman, dan
(d) dalam bekerja tidak terikat dengan jadwal regulernya. Untuk menjadi
profesional diperlukan pengetahuan yang relevan dengan bidang tugas yang
digelutinya. Pengetahuan ini didapat seorang guru dari pendidikan dan
pengalaman. Untuk melaksanakan tugasnya secara profesional, efisien dan
efektif, seorang pendidik harus memenuhi persyaratan kemampuan atau
kompetensi sebagai berikut.
a. Menguasai filsafat pendidikan termasuk di dalamnya kemampuan
menguasai konsep, teori, dan proses pendidikan
b. Menguasai strategi belajar dan pembelajaran
c. Menguasai ICT dan aplikasinya dalam proses pembelajaran untuk
mendukung penerapan learning strategies yang dikembangkan oleh
pendidik
d. Menguasai psikologi perkembangan dan psikologi anak
e. Menguasai berbagai teori belajar
f. Memahami berbagai konsep pokok sosiologi dan antropologi yang relevan
dalam proses pendidikan dan pertumbuhan anak
g. Menguasai cara berpikir dan materi bidang studi tertentu, yang relevan
dengan tugasnya sebagai pendidik pada jenjang persekolahan tertentu
h. Memahami administrasi pendidikan terutama tentang management of
learning dan peraturan yang berkenaan dengan profesi
i. Menguasai visi, prosedur, dan keterampilan pengembangan kurikulum
j. Memahami dan menguasai proses pendidikan nilai
k. Memahami proses dan dampak globalisasi, serta implikasinya terhadap
proses pendidikan peserta didik

4
l. Memahami strategi enrichment yang berpengaruh terhadap proses
pendidikan peserta didik
m. Memahami peran dan pengaruh aspek sosial, kultural, dan ekonomi
terhadap proses pendidikan.
Kompetensi bersifat personal dan kompleks, serta merupakan satu
kesatuan utuh yang menggambarkan berbagai potensi. Potensi tersebut yang
mencakup pengetahuan, keterampilan, serta sikap dan nilai yang dimiliki
seseorang yang terkait dengan profesi tertentu berkenaan dengan bagian-
bagian yang dapat diaktualisasikan dalam bentuk tindakan atau kinerja untuk
menjalankan profesi tersebut. Jadi, kompetensi guru dapat dimaknai sebagai
sebagai kebulatan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diwujudkan
dengan tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab dalam melaksanakan tugas
sebagai agen pembelajaran. Undang-Undang Guru dan Dosen serta PP No. 19
Tahun 2005 menyatakan bahwa kompetensi guru meliputi kompetensi
pedagogic/metodologis, profesionalisme, sosial dan kepribadian. Berikut
penjabaran berbagai kompetensi tersebut:
a. Kompetensi Pedagogik
Dalam Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
dikemukakan kompetensi pedagogic adalah “kemampuan mengelola
pembelajaran peserta didik”. Kompetensi ini sebagai kompetensi
pengelolaan pembelajaran. Kompetensi ini dapat dilihat dari kemampuan
seorang guru dalam merencanakan program belajar mengajar, kemampuan
melaksanakan interaksi atau mengelola proses belajar mengajar, dan
kemampuan melakukan penilaian.
Depdiknas (2004) mengemukakan kompetensi penyusunan rencana
pembelajaran meliputi (1) mampu mendeskripsikan tujuan, (2) mampu
memilih materi, (3) mampu mengorganisir materi, (4) mampu menentukan
metode/strategi pembelajaran, (5) mampu menentukan sumber
belajar/media/alat peraga pembelajaran, (6) mampu menyusun perangkat
penilaian, (7) mampu menentukan teknik penilaian, dan (8) mampu
mengalokasikan waktu.

5
Merencanakan program belajar mengajar merupakan proyeksi
pendidik mengenai kegiatan yang harus dilakukan peserta didik selama
pembelajaran berlangsung, yang mencakup: merumuskan tujuan,
menguraikan deskripsi satuan bahasan, merancang kegiatan belajar
mengajar, memilih berbagai media dan sumber belajar, serta merencakan
penilaian penguasaan tujuan.
Kompetensi pedagogik merupakan kompetensi guru dalam
mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap
peserta didik, perancangan dari pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil
belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan
berbagai potensi yang dimilikinya.
Kompetensi pedagogik yang dimaksud antara lain kemampuan
untuk memahami peserta didik secara mendalam dan penyelenggaraan
pembelajaran yang mendidik. Pemahaman tentang peserta didik meliputi
pemahaman tentang psikologi perkembangan anak, sedangkan
pembelajaran yang mendidik meliputi kemampuan merancang
pembelajaran, mengimplementasikan pembelajaran, menilai proses dan
hasil pembelajaran, dan melakukan perbaikan secara berkelanjutan.
Sedangkan menurut peraturan pemerintah mengenai guru bahwa
kompetensi pedagogik guru adalah kemampuan pendidik dalam
pengelolaan pembelajaran peserta didik yang sekurang-kurangnya meliputi
beberapa hal berikut.
1) Pemahamana wawasan atau landasan kependidikan. Pendidik memiliki
latar belakang pendidikan keilmuan sehingga memiliki keahlian secara
akademik dan intelektual. Merujuk pada sistem pengelolaan
pembelajaran yang berbasis subjek (mata pelajaran), pendidik
seharusnya memiliki kesesuaian antara latar belakang keilmuan dengan
subjek yang dibina. Selain itu, pendidik memiliki pengetahuan dan
pengalaman dalam penyelenggaraan pembelajaran di kelas. Secara
autentik kedua hal tersebut dapat dibuktikan dengan ijazah akademik
dan ijazah keahlian mengajar (akta mengajar) dari lembaga pendidikan
yang diakreditasi pemerintah.

6
2) Pemahaman terhadap peserta didik. Pendidik memiliki pemahaman
akan psikologi perkembangan anak sehingga mengetahui dengan benar
pendekatan yang tepat yang dilakukan pada anak didiknya. Pendidik
dapat membimbing anak melewati masa-masa sulit dalam usia yang
dialami anak. Selain itu, pendidik memiliki pengetahuan dan
pemahaman terhadap latar belakang pribadi anak sehingga dapat
mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi anak serta menentukan
solusi dan pendekatan yang tepat.
3) Pengembangan kurikulum/silabus. Pendidik memiliki kemampuan
mengembangkan kurikulum pendidikan nasional yang disesuaikan
dengan kondisi spesifik lingkungan sekolah.
4) Perancangan pembelajaran. Pendidik memiliki merencanakan sistem
pembelajaran yang memanfaatkan sumber daya yang ada. Semua
aktivitas pembelajaran dari awal sampai akhir telah dapat direncanakan
secara strategis, termasuk antisipasi masalah yang memungkinkan
dapat timbul dari skenario yang direncanakan.
5) Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis. Pendidik
menciptakan situasi belajar bagi anak yang kreatif, aktif dan
menyenangkan. Memberikan ruang yang luas bagi anak untuk dapat
mengeksplor potensi dan kemampuannya sehingga dapat dilatih dan
dikembangkan.
6) Pemanfaatan teknologi pembelajaran. Dalam menyelenggarakan
pembelajaran, pendidik mengggunakan teknologi sebagai media.
Menyediakan bahan belajar dan mengadministrasikan dengan
menggunakan teknologi informasi. Membiasakan anak berinteraksi
dengan menggunakan teknologi.
7) Evaluasi hasil belajar. Pendidik memiliki kemampuan untuk
mengevaluasi pembelajaran yang dilakukan meliputi perencanaan,
respons anak, hasil belajar anak, metode dan pendekatan. Untuk dapat
mengevaluasi, pendidik harus dapat merencanakan penilaian yang
tepat, melakukan pengukuran dengan benar, dan membuat kesimpulan
dan solusi secara akurat.

7
8) Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai
potensi yang dimilikinya. Pendidik memiliki kemampuan untuk
membimbing anak, menciptakan wadah bagi anak untuk mengenali
potensinya dan melatih untuk mengaktualisasikan potensi yang
dimiliki.
b. Kompetensi Profesional
Kompetensi profesional adalah kemampuan pendidik dalam penguasaan
materi pembelajaran secara luas dan mendalam, yang memungkinkan
mereka membimbing peserta didik dalam menguasai materi yang
diajarkan. Kompetensi profesional merupakan penguasaan materi
pembelajaran secara luas dan mendalam, yang mencakup penguasaan
materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan subtansi keilmuan yang
menaungi materinya, serta penguasaan terhadap struktur dan metodologi
keilmuannya. Setiap subkompetensi tersebut memiliki indikator esensial.
Subkompetensi profesional adalah menguasai subtansi keilmuan
yang terkait dengan bidang studi dengan memiliki indikator esensial,
memahami materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah, memahami
struktur, konsep dan metode keilmuan yang menaungi atau koheren
dengan materi ajar, memahami hubungan konsep antarmata pelajaran
terkait, dan menerapkan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-
hari. Subkompetensi menguasai struktur dan metode keilmuan, memiliki
indikator esensial, menguasai langkah-langkah penelitian, dan kajian kritis
untuk memperdalam pengetahuan atau materi bidang studi.
c. Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial adalah kemampuan pendidik untuk berkomunikasi dan
bergaul secara efektif dengan peserta didik, tenaga kependidikan,
orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Peran yang dibawa
pendidik dalam masyarakat berbeda dengan profesi lain. Oleh karena itu,
perhatian yang diberikan masyarakat terhadap pendidik pun berbeda dan
ada kekhususan, terutama adanya tuntutan untuk menjadi pelopor
pembangunan di daerah tempat pendidik tinggal.

8
Kompetensi ini berhubungan dengan kemampuan pendidik sebagai
anggota masyarakat dan sebagai makhluk sosial, meliputi: (1) kemampuan
untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan teman sejawat untuk
meningkatkan kemampuan profesional; (2) kemampuan untuk mengenal
dan memahami fungsi-fungsi setiap lembaga kemasyarakatan dan; (3)
kemampuan untuk menjalin kerja sama baik secara individual maupun
secara kelompok.
Beberapa kompetensi sosial yang perlu dimiliki pendidik, antara
lain berikut ini.
1) Terampil berkomunikasi dengan peserta didik dan orangtua peserta
didik
2) Bersikap simpatik
3) Dapat bekerja sama dengan komite sekolah maupun dewan pendidikan
4) Pandai bergaul dengan rekan kerja dan mitra pendidikan
5) Memahami lingkungan sekitarnya
d. Kompetensi Kepribadian
Guru sebagai tenaga pendidik yang tugas utamanya mengajar, memiliki
karakteristik kepribadian yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan
pengembangan sumber daya manusia. Kepribadian yang mantap dari
sosok seorang pendidik akan memberikan teladan yang baik terhadap anak
didik maupun masyarakatnya. Dengan demikian, pendidik akan tampil
sebagai sosok yang patut “digugu” (ditaati nasihat/ucapan/perintahnya)
dan “ditiru” (dicontoh sikap dan perilakunya).
Kepribadian pendidik merupakan faktor terpenting bagi
keberhasilan belajar anak didik. Dalam kaitan ini, Zakiah Darajat
menegaskan bahwa kepribadian itulah yang akan menentukan apakah ia
menjadi pendidik dan pembina yang baik bagi anak didiknya, ataukah
akan menjadi perusak atau penghancur bagi masa depan anak didiknya
terutama bagi anak didik yang masih kecil (tingkat dasar) dan mereka yang
sedang mengalami kegoncangan jiwa (tingkat menengah). Karakteristik
kepribadian yang berkaitan dengan keberhasilan pendidik dalam
menggeluti profesinya meliputi fleksibilitas kognitif dan keterbukaan

9
psikologis. Fleksibilitas kognitif atau keluwesan ranah cipta merupakan
kemampuan berpikir yang diikuti dengan tindakan secara simultan dan
memadai dalam situasi tertentu. Pendidik yang fleksibel pada umumnya
ditandai dengan adanya keterbukaan berpikir dan beradaptasi. Selain itu, ia
memiliki resistensi atau daya tahan terhadap ketertutupan ranah cipta yang
prematur dalam pengamatan dan pengenalan.
Dalam Undang-Undang Guru dan Dosen dikemukakan kompetensi
kepribadian adalah “kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak
mulia, arif, dan berwibawa, serta menjadi teladan peserta didik”. Pendapat
lain juga menganggap kompetensi kepribadian ini sebagai kompetensi
personal, yaitu kemampuan pribadi seorang pendidik yang diperlukan agar
dapat menjadi pendidik yang baik. Kompetensi personal ini mencakup
kemampuan pribadi yang berkenaan dengan pemahaman diri, penerimaan
diri, pengarahan diri, dan perwujudan diri. Mengenai kompetensi
kepribadian, diharapkan guru memiliki jiwa pendidik, terbuka, mampu
mengendalikan dan mengembangkan diri, serta memiliki integritas
kepribadian (Febriana, 2019)
Menurut Suyanto dan Asep Jihad dalam Budiana (2021), untuk menjadi
guru profesional setidaknya memiliki standar minimal, yaitu:
a. memiliki kemampuan intelektual yang baik;
b. memiliki kemampuan memahami visi dan misi pendidikan nasional;
c. memiliki keahlian menstransfer ilmu pengetahuan kepada siswa secara
efektif;
d. memahami konsep perkembangan psikologi anak;
e. memiliki kemampuan mengorganisasi proses belajar;
f. memiliki kreativitas dan seni mendidik
Syarat lain yang tak kurang penting tentang menjadi guru profesional
dikemukakan oleh Paul Suparno. Menurutnya guru yang memiliki sejumlah
ciri-ciri bermutu pada gilirannya dapat meningkatkan mutu pendidikan.
Berikut sejumlah ciri-ciri guru bermutu, yang dapat dijadikan sebagai syarat-
syarat memperoleh guru profesional.
1. Guru Sebagai Pengajar

10
Sebagai pengajar, guru yang bermutu adalah guru yang sungguh
menguasai dan kompeten dengan bidang yang diampunya. Dengan
kompetensi yang dimilikinya, ia dapat menjelaskan bahan secara benar
dan tepat bahkan ia dapat mengembangkan ilmunya. Dengan penguasaan
bidang ilmunya, guru tidak akan menjelaskan secara keliru sehingga tidak
menambahkan miskonsepsi pada pikiran siswa.
2. Guru Sebagai Pendidik
Guru bukan hanya sebagai pengajar bahan, tetapi sekaligus sebagai
pendidik. Sebagai pendidik berarti guru mempunyai fungsi untuk
membantu siswa berkembang sebagai manusia yang utuh dan penuh.
Maka segi emosi, sosiolitas, estetika, religositas, moralitas, soft skill, perlu
dikembangkan juga selain segi intelektualitas. Guru bukan hanya
membantu mengembangkan pikiran atau intelektualitas siswa, tetapi juga
perkembangan emosi, kepekaan sosial siswa.
3. Guru yang Kritis, Kreatif, dan Inovatif di Era Globalisasi
Salah satu situasi jaman ini yang menonjol adalah globalisasi. Dalam
konteks pendidikan, pengaruh globalisasi sudah kita rasakan. Yang
menonjol misalnya soal meluapnya informasi yang sampai kepada kita,
baik informasi tentang nilai yang baik seperti kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi, tetapi juga informasi yang buruk seperti meluasnya
pornografi di internet, budaya kekerasan di TV, hidup berdasarkan
takhayul di media, nilai-nilai budaya yang tidak baik, pengaruh daya
jurang yang lemah di tengah tawaran bermacam-macam pengaruh. Dalam
situasi semacam ini guru dimasa mendatang diharuskan dapat membantu
siswa melakukan pemilihan dalam hidup mereka. Untuk dapat membantu
siswa mengadakan pemilihan, jelas guru sendiri harus dapat melakukan
pemilihan dalam hidup mereka sendiri. Guru sendiri perlu
mengembangkan sikap kritis dan keterampilan melakukan pemilihan serta
pengambilan keputusan secara bijak. Situasi Indonesia di masa mendatang
ini serba tidak jelas terutama dalam hal lapangan kerja. Siswa perlu
dibantu untuk selalu melihat persoalan dengan berbagai kemungkinan,
bukan hanya dari satu sisi saja. Dan ini hanya mungkin terjadi, bila guru

11
sendiri memang juga membiasakan diri berpikir rasional kritis, kreatif, dan
inovatif (Pudjosumedi, dkk, 2013)
Berdasarkan uraian di atas dapat kita ketahui bahwa menjadi
seorang guru profesional membutuhkan sejumlah persyaratan yang harus
dipenuhi. Pemenuhan persyaratan ini tidak lain agar kelak calon guru
dapat memenuhi tugas yang diembannya yakni meningkatkan mutu
pendidikan melalui tugas-tugas sebagai pengajar dan pendidik yang
profesional.
2.3 Syarat Menjadi Guru Profesional Sebagai Komunikator dan Fasilitator
a. Syarat Menjadi Guru Profesional Sebagai Komunikator
Sebagai guru profesional dalam kegiatan belajar mengajar, seorang guru
tidak hanya menjalankan tugas dan fungsinya sebagai orang yang ahli ilmu
pengetahuan (transfer of knowledge) akan tetapi juga seorang guru bisa
berfungsi untuk bisa menanamkan nilai (value) serta bisa membangun karakter
(character building) peserta didik secara berkelanjutan dan
berkesinambungan. Perkembangan arus globalisasi terhadap pandangan
belajar mengajar memberikan dampak yang positif bagi seorang guru guna
meningkatkan kompetensi dan perannya dalam kegiatan belajar mengajar
karena salah satu faktor keberhasilan siswa adalah sangat ditentukan oleh
kompetensi dan peran dari seorang guru sebagai pendidik dan pengajar
(Arfandi, 2021) Kompetensi dan peran penting seorang guru selain sebagai
pendidik dan pengajar seorang guru juga harus bisa mempunyai peran penting
dalam kegiatan belajar mengajar antara lain seperti sebagai komunikator dan
fasilitator yang akan dijelaskan berikut ini:
Komunikasi dalam Bahasa Inggris adalah co mmunication yang berasal
dari kata commonicatio atau dari kata comunis yang berarti “sama” atau “sama
maknanya”. Dengan kata lain komunikasi memberi pengertian bersama
dengan maksud mengubah pikiran-pikiran, sikap-sikap, perilaku, penerima
dan melakukan yang diinginkan oleh komunikator. Komunikasi yang berarti
penyampaian informasi, gagasan, pikiran, perasaan, keahlian dari komunikator
kepada komunikan untuk mempengaruhi pikiran-pikiran komunikan dan
mendapatkan tanggapan baik sebagai feedback bagi komunikator. Sehingga

12
komunikator dapat mengukur berhasil atau tidaknya pesan-pesan yang
disampaikan kepada komunikan. Komunikasi mendapatkan tempat strategi
dalam dunia pendidikan (Fauzi & Mustika, 2022).
Pendidikan adalah komunikasi dalam arti kata bahwa dalam proses
tersebut terlibat dua komponen yang terdiri dari guru sebagai komunikator dan
peserta didik sebagai komunikan. Dari tujuan pendidikan akan tercapai jika
prosesnya komunikatif. Seorang guru atau pendidik sebagai komunikator
dituntut mempunyai keterampilan berkomunikasi yang baik dan agar proses
pembelajaran berjalan dengan maksimal dan memberikan kesan yang baik
kepada peserta didik. Untuk dari itu seorang guru atau pendidik yang harus
mengetahui kebutuhan, karakteristik, minat serta hobi anak didiknya yang
menjadi pihak komunikan. Komunikasi dan performa guru atau pendidik yang
menjadi titik pusat perhatian siswa dalam belajar. Peserta didik akan senang
belajar jika guru mampu mengemas dan mendesain komunikasi pembelajaran
dengan sebaik-baiknya, walaupun hakikatnya peserta didik kurang suka
terhadap materi-materi yang disampaikan guru atau pendidik. Begitu pula
sebaliknya, apabila guru tidak peka dan tidak mampu mengkomunikasi
dengan baik-baik, maka peserta didik dapat dipastikan akan kurang berminat
untuk belajar walaupun sebenarnya peserta didik menyukai terhadap materi
pembelajaran (Lubis, dkk, 2022)
Menurut Yamin (25:2006) dalam Setyawan, dkk (2021), guru sebagai
seorang komunikator adalah mengkomunikasikan materi. Pelajaran dalam
bentuk verbal dan nonverbal. Pesan yang akan disampaikan kepada
komunikan berupa buku teks, catatan, lisan, cerita, dan lain sebagainya. Pesan
itu telah dikemas sedemikian rupa sehingga mudah dipahami, dimengerti,
dipelajari, dicerna dan diaplikasikan para siswa. Sedangkan guru sebagai
fasilitator memiliki peran memfasilitasi siswa-siswa untuk belajar secara
maksimal dengan mempergunakan berbagai strategi, metode, media dan
sumber belajar. Dalam proses pembelajaran siswa sebagai titik sentral
pembelajaran, siswa yang lebih aktif, mencari dan memecah permasalahan
belajar dan guru membantu kesulitan siswa-siswa yang mendapat kendala
kesulitan dalam memahami dan memecah permasalahan.

13
Kemampuan komunikasi seorang guru memberi pengaruh besar dalam
mengarahkan siswa. Kemampuan ini masuk dalam bagian kompetensi yang
harus dimiliki seorang guru. Empat kompetensi yang sudah sering ditekankan
tidak secara eksplisit memuat kemampuan komunikasi. Seperti yang telah
diuraikan di atas, kompetensi kepribadian merupakan kemampuan seorang
guru yang mencerminkan kepribadian yang stabil, dewasa, berwibawa, dan
berakhlak mulia. Kompetensi pedagogik adalah kemampuan guru dalam
memahami peserta didik, merancang, dan dapat melaksanakan pembelajaran.
Kompetensi profesional adalah kemampuan guru dalam memiliki
keterampilan, kecerdasan yang baik, dan dapat bertanggung jawab.
Kompetensi sosial adalah kemampuan interaktif dan pemecahan masalah
dalam kehidupan sosial.
Kompetensi sosial guru menjadi salah satu kompetensi yang sangat
penting dalam pembelajaran. Kompetensi ini berhubungan dengan
kemampuan komunikasi guru. Cara komunikasi seorang guru dalam
menyampaikan pesan kepada peserta didik akan sangat menentukan respon
peserta didik. Seorang guru harus mampu melihat dan memaknai setiap respon
peserta didik. Hal ini merupakan keterampilan penting dalam memaknai pesan
dengan mempertimbangkan konteks. Dalam proses pembelajaran akan terjadi
berbagai situasi yang saling berkaitan. Informasi yang disampaikan dengan
cara komunikasi yang kurang tepat akan menuai respon yang berbeda dari tiap
peserta didik. Sehingga seorang guru perlu memiliki keterampilan dalam
membangun komunikasi yang interaktif di kelas. Tugas seorang guru tidak
mudah. Selain mentransfer ilmu, guru harus mengarahkan anak dalam
membangun imajinasinya dan mencipta dengan nalarnya serta bagaimana
mengkomunikasikan kepada orang lain. Dalam proses tersebut anak akan
mengenal dirinya dan keterbatasannya sehingga saling membangun relasi
untuk belajar menempatkan diri dalam berbagai situasi dan menyesuaikan
dengan berbagai konteks. Sehingga karakter anak semakin terbentuk dan
terarah (Silitonga, dkk, 2021)

14
b. Syarat Menjadi Guru Profesional Sebagai Fasilitator
Fasilitator adalah istilah dari Bahasa Inggris yang telah di Indonesia kan.
Fasilitator yang bermakna bahwa guru atau pendidik juga harus berfungsi
sebagai pemberi fasilitas-fasilitas atau melakukan fasilitasi. Guru atau
pendidik menjadi jembatan yang baik di depan para siswa atau peserta didik
(Rahmawati & Suryadi, 2019). Dalam fungsi-fungsi ini guru atau pendidik
lebih banyak melakukan sharing belajar atau bisa disebut belajar bersama.
Ketika guru menyampaikan kompetensi dasar dan sebuah mata pelajaran dan
tidak akan mengeksplorasi pelajaran tersebut. Kumpulan-kumpulan
pengetahuan itu ketika dicakupkan akan menjadi sistematika pengetahuan
yang luar biasa.
Dalam konteks ini, peserta didik tidak dipandang sebagai semata objek
pembelajaran, akan tetapi guru adalah subjek pembelajaran itu sendiri dan
bahkan guru pendidik yang harus siap terbuka untuk mengalami pembelajaran
yang bersama. Guru adalah sebagai fasilitator yang selalu siap memberikan
kemudahan dan melayani peserta didik yang sesuai minat, kemampuan dan
bakatnya. Guru sebagai fasilitator, guru hendaknya dapat menyediakan
fasilitas yang memungkinkan kemudahan kegiatan belajar anak didik,
menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan.
Untuk memenuhi kriteria sebagai fasilitator, ada pendapat yang
menyebutkan batasan-batasan yang harus dimiliki guru pendidik tersebut.
Batasan-batasan tersebut dapat dijelaskan melalui tujuh sikap yang harus
dimiliki guru atau pendidik antara lain sebagai berikut:
1) Tidak berlebih mempertahankan pendapat dan keyakinannya atau kurang
terbuka;
2) Dapat mendengarkan peserta didik yang terutama tentang aspirasi dan
perasaannya;
3) Mau dan mampu menerima ide-ide peserta didik yang inovatif dan kreatif
bahkan yang sulit sekalipun;
4) Lebih meningkatkan perhatiannya yang terhadap hubungan-hubungan
dengan peserta didik seperti halnya terhadap bahan pelajaran;

15
5) Dapat menerima komentar baik (feedback), baik yang bersifat positif
maupun negatif dan menerimanya sebagai pandangan yang konstruktif
terhadap diri dan perilakunya;
6) Toleran terhadap kesalahan yang diperbuat peserta didik selama proses
pembelajaran; dan
7) Menghargai prestasi peserta didik meskipun biasanya mereka sudah tahu
prestasi yang dicapainya (Lubis, dkk, 2022)
Mulyasa (2013) dalam Silitonga (2021), menyatakan terdapat 3 indikator
variabel yang dapat membuat guru menjadi fasilitator di dalam proses belajar,
yaitu:
1. Tindakan guru dalam membantu siswa pada proses pembelajaran
Tindakan yang dimaksud adalah dengan memiliki sikap yang baik.
Sikap guru dalam mengajar siswa harus dengan baik, karena hal ini
akan sangat berpengaruh bagi siswa. Sikap guru juga menjadi penentu
tercapainya tujuan belajar yang diharapkan.
2. Pemahaman terhadap peserta didik melalui kegiatan selama
pembelajaran
Pemahaman guru terhadap siswa juga sangat penting karena hal ini
akan memengaruhi bagaimana guru tersebut dapat menjadi fasilitator
yang baik kepada siswa. Dengan memahami siswa, maka guru juga
dapat menentukan hal apa yang akan dilakukan oleh guru terhadap
siswa.
3. Memiliki kompetensi yang baik dalam menyikapi perbedaan
individual peserta didik. Kompetensi yang dimiliki guru juga ikut
menentukan terlaksananya peran ini dengan baik. Kompetensi yang
dimiliki guru akan membantu guru dalam menentukan apa yang akan
dilakukan untuk memfasilitasi siswa dalam belajar, sehingga guru
juga dapat menentukan siswa kepada minatnya sesuai dengan yang
seharusnya. Jikalau guru tidak memiliki kompetensi maka guru akan
gagal dalam melaksanakan perannya.
Berdasarkan kompetensi yang harus dimiliki seorang guru sebagai syarat-
syarat guru profesional, maka guru sebagai fasilitator masuk dalam bagian

16
kompetensi tersebut, yaitu kompetensi pedagogik. Kompetensi pedagogik
merupakan kemampuan mengelola pembelajaran, merancang dan
melaksanakan pembelajaran, melakukan evaluasi hasil belajar serta
mengembangkan anak didik agar mampu mengaktualisasikan semua potensi
yang dimikinya. Kompetensi ini berhubungan dengan kemampuan guru
sebagai fasilitator.
Guru profesional sebagai fasilitator adalah guru yang memiliki fungsi
untuk memberikan pelayanan akademik berupa fasilitas-fasilitas yang sangat
dibutuhkan dalam pendidikan dan kegiatan belajar mengajar. Guru dengan
fungsinya sebagai fasilitator, maka guru akan melakukan lebih banyak waktu
untuk sharing dengan peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar. Di saat
guru menjelaskan tentang kompetensi dasar pada sebuah materi pelajaran yang
akan diajarkan, maka guru itu tidak akan melakukan eksplorasi terhadap
pelajaran tersebut, guru hanya bisa mencoba memberikan stimulasi agar
peserta didik yang memiliki pengetahuan tersebut bisa menjelaskan materi
pelajaran yang diajarkan oleh guru.
Selain itu guru seharusnya dapat memperhatikan karakteristik-karakteristik
peserta didik yang tentu nantinya akan menentukan keberhasilan dalam
kegiatan belajar mengajar yaitu peserta yang satu dengan yang lainnya
memiliki perbedaan baik dalam pengalaman dan potensi belajar, peserta didik
memiliki tendensi untuk menentukan kehidupannya sendiri, peserta didik
lebih dalam memberikan perhatian terhadap hal-hal yang sangat menarik bagi
dirinya dan menjadi kebutuhan dalam dirinya, peserta didik lebih suka
terhadap hal-hal yang bersifat konkret dan praktis, peserta didik lebih senang
terhadap sebuah penghargaan (reward) dari pada sebuah hukuman
(punishment).
Untuk mengoptimalkan peran guru sebagai fasilitator, maka ada beberapa
hal yang perlu dipahami yang berhubungan dengan cara memanfaatkan dan
menggunakan berbagai media pembelajaran baik yang audio, visual dan audio
visual dan juga sumber belajar. Oleh karena itu penting bagi guru untuk
mewujudkan dirinya sebagai guru fasilitator, maka guru perlu untuk

17
menyediakan berbagai sumber belajar dan media pembelajaran yang relevan
dalam kegiatan belajar mengajar (Arfandi, & Mohamad, 2021)

18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Guru profesional adalah suatu pekerjaan yang bersifat profesional yang
memerlukan beberapa bidang ilmu yang secara sengaja harus ditekuni dan
dipelajari kemudian ilmu itu bisa diaplikasikan. Selain itu guru yang
profesional harus mempunyai kompetensi khusus dalam bidang keguruan
sehingga ia mampu menjalankan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan
memiliki kemampuan yang maksimal.
Syarat menjadi guru profesional harus memiliki empat kompetensi yang
melekat pada dirinya, yaitu: (1) Kompetensi Pedagogik; (2) Kompetensi
Profesional; (3) Kompetensi Sosial; dan (4) Kompetensi Kepribadian.
Guru sebagai seorang komunikator adalah mengkomunikasikan materi.
Pelajaran dalam bentuk verbal dan nonverbal. Pesan yang akan disampaikan
kepada komunikan berupa buku teks, catatan, lisan, cerita, dan lain
sebagainya. Pesan itu telah dikemas sedemikian rupa sehingga mudah
dipahami, dimengerti, dipelajari, dicerna dan diaplikasikan para siswa.
Sedangkan guru sebagai fasilitator memiliki peran memfasilitasi siswa-siswa
untuk belajar secara maksimal dengan mempergunakan berbagai strategi,
metode, media dan sumber belajar.
3.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, saya merumuskan saran sebagai berikut.
1. Untuk menjadi guru profesional kita harus memiliki empat kompetensi,
yaitu: kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi sosial,
dan kompetensi kepribadian
2. Sebagai seorang guru hendaknya menguasai dan memahami syarat dalam
menjadi guru profesional sebagai komunikator dan fasilitator

19
DAFTAR PUSTAKA

Arfandi. (2020). Pemanfaatan Media Pembelajaran dalam Meningkatkan Kualitas


Pembelajaran PAI di Sekolah. Edupedia: Jurnal Studi Pendidikan dan
Pedagogi Islam, 5(1)

Arfandi, Mohammad, A. S. (2021). PERAN GURU PROFESIONAL SEBAGAI


FASILITATOR DAN KOMUNIKATOR DALAM KEGIATAN
BELAJAR MENGAJAR. Edupedia: Jurnal Studi Pendidikan dan
Pedagogi Islam, 5(2)
Budiana, I. (2021). MENJADI GURU PROFESIONAL DI ERA DIGITAL.
JIEBAR: Journal of Islamic Education: Basic and Applied Research, 2(2)

Febriana, R. (2019). KOMPETENSI GURU. Jakarta Timur: PT Bumi Aksara


Hasan, S. (2018). Profesi Dan Profesionalisme Guru. Sidoarjo: Uwais Inspirasi
Indonesia
Lubis, F. G., Anggita, D. P., Rezaldy, A. I, & Nurul, Z. J. (2022). GURU
PROFESIONAL SEBAGAI KOMUNIKATOR DAN FASILITATOR
PEMBELAJARAN BAGI SISWA. CENDEKIAWAN: JURNAL
PENDIDIKAN DAN STUDI KEISLAMAN, 1(1)
Pudjosumedi., Trisni, H., Ella, S. S, & Istaryatiningtias. (2013). PROFESI
PENDIDIKAN. Jakarta: UHAMKA PRESS
Rahmawati, M., & Suryadi, E. (2019). “Guru Sebagai Fasilitator dan Efektivitas
Belajar Siswa”. Jurnal Pendidikan Manajemen Perkantoran (JPManper),
4(1)
Ricu Siddiq, Najuah, Pristi Suhendro Lukitoyo, Sherin. (2019). Strategi Belajar
Mengajar Sejarah: Menjadi Guru Sukses. Medan: Yayasan Kita Menulis

Setyawan, W. A., Dian, O., Hartining, P., Indrianto, S. B., & Syamsul, A. (2021).
Profesi Kependidikan. Malang: Ahlimedia Press
Silitonga, B. N., Agung, N. C. S., Wika, K. D., Rahman, T., Ernie, B. N., Vina, F.
M., Sri, R. F. P., Cecep, S., Sukarman, P, & Ahmad, F. (2021). Profesi
Keguruan: Kompetensi dan Permasalahan. Medan: Yayasan Kita
Menulis

Anda mungkin juga menyukai