Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PENGEMBANGAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU PAI


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Materi PAI SMP/SMA
Dosen pengampu: Ulfa Badi’ Rohmawati, M.Pd.I

Disusun oleh:
Fatya Nur Alfi Rahmatika (201955010104904)
Alqaeda Putri Surya (201955010104894)
Setyo Budi (201955010104881)

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SUNAN GIRI
BOJONEGORO
2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warohmatullah wabarokatuh

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
Panjatkan Puji Syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan Rahmat, Hidayah, dan
Inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang Hakikat
kurikulum secara umum.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
sumber sehingga makalah yang ditulis bisa rampung secepatnya. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang ikut serta membantu. Terlepas
dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka Kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah
ini.

Akhir kata Kami berharap semoga makalah secara umum ini dapat Memberikan manfaat
maupun inspirasi terhadap pembaca.

Wassalamu’alaikum warohmatullah wabarokatuh

Bojonegoro, 01 November 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................i


DAFTAR ISI.............................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang ................................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ............................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Kompetensi Profesional ............................................................................. 2
B. Problematika Pengembangan Kompetensi Profesional Guru PAI ............................... 8
C. Strategi Pengembangan Kompetensi Profesional Guru PAI ......................................... 9
BAB II PENUTUP
Kesimpulan ...................................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Guru merupakan faktor yang sangat dominan dan paling penting dalam
pendidikan formal pada umumnya, karena bagi siswa guru sering dijadikan tokoh
teladan, bahkan menjadi tokoh identifikasi diri. Oleh sebab itu, guru seharusnya
memiliki perilaku dan kompetensi yang memadai. Untuk mengembangkan siswa
secara utuh serta untuk melaksanakan tugasnya secara baik sesuai dengan profesi
yang dimilikinya. Dalam arti khusus dapat dikatakan bahwa pada setiap guru itu
terletak tanggungjawab untuk membawa para siswanya pada suatu kedewasaan/taraf
kematangan tertentu. Dalam rangka ini guru tidak semata-mata sebagai “pengajar”
yang transfer of knowledge tetapi juga sebagai “pendidik” yang transfer of values,
dan sekaligus sebagai “pembimbing” yang memberikan pengarahan dan menuntun
siswa dalam belajar.
Guru bidang studi pendidikan agama Islam merupakan bagian dari barisan
guru yang bertugas mendidik anak-anak di sekolah dalam rangka menanamkan nilai-
nilai agama Islam. Dengan penanaman pendidikan agama Islam yang benar dan baik
akan membentuk anak didik menjadi manusia yang bertaqwa dan selalu berusaha
mengkondisikan dirinya sesuai apa yang Allah ta’ala ridloi sehingga ia selalu
membentengi dirinya agar tidak terjatuh pada apa yang Allah larang. Kompetensi
profesional merupakan kemampuan keahlian, kecakapan dasar tenaga pendidik yang
harus dikuasai dalam melaksanakan tugasnya sebagai guru. Ia akan disebut
professional, jika ia mampu menguasai keahlian dan keterampilan teoritik dan praktik
proses pembelajaran serta mengaplikasikan secara nyata.
Bertitik tolak dari hal di atas menunjukkan bahwa profesionalitas seorang guru
menjadi mutlak. Seorang guru yang dikatakan profesional adalah yang memenuhi
persyaratan standar baik dari segi akademik, kompetensi, profesi dan kinerjanya
sebagai guru.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar Belakang diatas, Maka Muncul Rumusan Masalah sebagai Berikut:
1. Apa Pengertian dari Kompetensi Profesional Guru PAI ?
2. Problematika Pengembangan Kompetensi Profesional Guru PAI ?
3. Strategi Pengembangan Kompetensi Profesional Guru PAI ?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan Rumusan Masalah diatas, Maka Munculah Tujuan Penelitian sebagai
Berikut:
1. Memahami Pengertian Kompetensi Profesional Guru PAI
2. Mengerti tentang problematika kompetensi profesional Guru PAI
3. Mengetahui strategi pengembangan Kompetemsi Profesional Guru PAI

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kompetensi Profesional


Kompetensi berarti (kewenangan) kekuasaan untuk menentukan atau memutuskan
suatu hal Pengertian dasar kompetensi (competency) kemampuan atau kecakapan.
Kompetensi merupakan perilaku guru yang rasional untuk mencapai tujuan yang
dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan Jadi, dapat disimpulkan bahwa
kompetensi merupakan kemampuan dan kewenangan guru dalam melaksanakan kewajiban-
kewajiban secara bertanggung jawab dan layak. Istilah kompetensi profesional guru terdiri
dari dua suku kata yang masing-masing mempunyai pengertian tersendiri, yaitu kata
Kompetensi profesional dan Guru. Ditinjau dari segi bahasa (etimologi), istilah kompetensi
profesional berasal dari Bahasa Inggris profession yang berarti jabatan, pekerjaan,
pencaharian, yang mempunyai keahlian Selain itu, Petersalim dalam kamus bahasa
kontemporer mengartikan kata profesi sebagai bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan
keahlian tertentu Kompetensi profesional adalah mutu yang menunjukkan suatu keahlian dan
kepandaian khusus Kompetensi profesional adalah sifat dari profesi, profesi menurut Sikun
Pribadi adalah profesi itu pada hakikatnya, dan merupakan suatu pernyataan atau suatu janji
terbuka, bahwa seseorang akan mengabdikan dirinya kepada suatu jabatan atau pekerjaan
dalam arti biasa, karena orang tersebut merasa terpanggil untuk menjabat pekerjaan itu.

Ahmad Tafsir dalam bukunya ilmu pendidikan dalam perspektif Islam menyatakan
bahwa kompetensi profesional adalah paham yang mengajarkan bahwa setiap pekerjaan harus
dilakukan oleh orang yang profesional Kompetensi profesional menunjuk kepada komitmen
pada anggota suatu profesi untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya dan terus-
menerus mengembangkan strategi-strategi yang digunakannya dalam melakukan pekerjaan
yang sesuai dengan profesinya Sedangkan pengertian guru seperti yang telah dikemukakan
oleh beberapa ahli sebagai berikut:

a. Peter Salim dalam Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer mengartikan guru adalah orang
yang pekerjaanya mendidik, mengajar, dan mengasihi, sehingga seorang guru harus bersifat
mendidik.

b. Ahmad D. Marimba, menyatakan bahwa guru adalah orang yang mempunyai tanggung
jawab untuk mendidik.

c. Amien Daiem Indrakusuma menyatakan bahwa guru adalah pihak atau subyek yang
melakukan pekerjaan mendidik.

Dari beberapa pengertian guru sebagaimana yang dikemukakan, di atas maka secara
umum dapat diartikan bahwa guru adalah orang yang bertanggung jawab terhadap
perkembangan seluruh potensi anak didik, baik potensi afektif, potensi kognitif, maupun
potensi psikomotor. Kompetensi profesional guru mempunyai pengertian suatu sifat yang
harus ada pada seorang guru dalam menjalankan pekerjaanya sehingga guru tersebut dapat

2
menjalankan pekerjannya dengan penuh tanggung jawab serta mampu untuk
mengembangkan keahliannya tanpa menggangu tugas pokok guru tersebut.
1. Penguasaan Materi Pelajaran

Penguasaan guru terhadap materi pelajaran penting dimiliki oleh guru agar proses
pembelajaran yang dilaksanakan berjalan dengan baik dan lancar. Menurut Sudirman NK,
“materi adalah salah satu sumber belajar bagi anak didik. Materi yang disebut sebagai sumber
belajar (pengajaran) ini adalah sesuatu yang membawa pesan untuk tujuan pengajaran,”
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain mengemukakan “materi pelajaran adalah subtansi
yang akan disampaikan dalam proses belajar mengajar. Tanpa materi pelajaran proses
pembelajaran tidak akan berjalan.” Kemudian Muhammad Ali mengemukakan “materi
pelajaran merupakan isi pengajaran yang dibawakan untuk mencapai suatu tujuan tertentu.”
Dengan demikian tanpa materi pelajaran proses pembelajaran tidak akan berjalan. R. Ibrahim
dan Nana Syaodih menjelaskan bahwa “materi pelajaran merupakan suatu yang disajikan
guru untuk diolah dan kemudian dipahami oleh siswa, dalam rangka pencapaian tujuan-
tujuan yang telah ditetapkan.”Dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa materi pelajaran
adalah sesuatu yang membawa pesan, isi pengajaran atau subtansi yang akan disampaikan
dalam proses belajar mengajar. Dalam proses belajar mengajar, guru dapat memilih dan
menetapkan materi pelajaran sesuai dengan kebutuhan dalam rangka mencapai tujuan
yangtelah ditetapkan. Agar pemilihan materi pelajaran efektif, maka pelajaran yang dipilih
guru harus menunjang tercapainya tujuan pengajaran yang sudah ditetapkan.

Untuk keberhasilan dalam mengemban peran sebagai guru, diperlukan adanya standar
kompetensi. Berdasarkan UU Sisdiknas No. 14 tentang guru dan dosen pasal 10, menentukan
bahwa kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi
profesional dan kompetensi sosial. Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan
materi pelajaran secara luas dan mendalam.1 Kompetensi profesional merupakan
kemampuan penguasaan materi, pembelajaran secara luas dan mendalam yang
memungkinkan membimbing peserta didik memenuhin standar kompetensi yang ditetapkan
dalam standar nasional pendidikan. Adapun ruang lingkup kompetensi profesional. Pertama,
mengerti dan dapat menerapkan landasan kependidikan baik filosofi, psikologis dan
sosiologis. Kedua, mengerti dan dapat menerapkan teori belajar sesuai taraf perkembangan
peserta didik. Ketiga, mampu menangani dan mengembangkan bidang studi yang menjadi
tanggung jawabnya. Keempat, mengerti dan dapat menerapkan metode pembelajaran yang
bervariasi.Kelima, mampumengembangkan dan menggunakan berbagai alat, media dan
sumber belajar yang relevan. Keenam, mampu mengorganisasikan dan melaksanakan
program pembelajaran.Ketujuh, mampu melaksanakan evaluasi hasil belajar peserta didik.
Kedelapan, mampu menumbuhkan kepribadian peserta didik.2
2. Konsep Pembelajaran

Pembelajaran merupakan suatu sistem, yang terdiri dari berbagai komponen yang
saling berhubungan satu dengan yang lain. Komponen tersebut meliputi: tujuan, materi,

1
Asrorun Ni’am, Membangun profesionalitas guru ,(Jakarta:Elsas,2006 )hal.199
2
Mulyasa, Standart Kompetensi Sertifikasi guru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007),hal.135-136

3
metode dan evaluasi. Keempat komponen pembelajaran tersebut harus diperhatikan oleh guru
dalam memilih dan menentukan media, metode, strategi dan pendekatan apa yang akan
digunakan dalam kegiatan pembelajaran.3 Pembelajaran pada hakikatnya merupakan suatu
proses interaksi antara guru dengan siswa, baik interaksi secara langsung seperti kegiatan
tatap muka maupun secara tidak langsung, yaitu dengan menggunakan berbagai media
pembelajaran. Didasari oleh adanya perbedaan interaksi tersebut, maka kegiatan
pembelajaran dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai pola pembelajaran.4 Sebagai
suatu sistem seluruh unsur yang membentuk sistem itu memiliki ciri saling ketergantungan
yang diarahkan untuk mencapai suatu tujuan. Keberhasilan sistem pembelajaran adalah
keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran.5 Pembelajaran adalah proses perubahan
perilaku atau kepribadian seseorang berdasarkan praktek dan pengalaman tertentu. Sehingga
proses pembelajaran itu harus membawa perubahan pada orang yang belajar dari berbagai
aspeknya, baik pengetahuan, keterampilan maupun sikap secara utuh.6 Dari pernyataan
artikel purnawati mengatakan dalam melaksanakan pembelajaran agar dicapai hasil yang
lebih optimal perlu diperhatikan beberapa prinsip pembelajaran.prinsip pembelajaran
dibangun atas dasar prinsisp-prinsip yang ditarik dari teori psikologi terutama teori belajar
dan hasil-hasil penelitian dalam kegiatan pembelajaran dan melaksanakan pembelajaran akan
diperoleh hasil yang lebih optimal. Selain itu akan meningkatkan kualitas pembelajaran
dengan cara memberikan dasar-dasar teori untuk membangun sistem intruksional yang
berkualitas tinggi. Dari pernyataan diatas, bahwasanya pembelajaran merupakan suatu proses
untuk interaksi antara siswa dan guru untuk mencapai suatu tujuan tertentu yang ingin dicapai
oleh peserta didik dalam memahami suatu pelajaran. Sebagai sebuah sistem, masing-masing
komponen tersebut membentuk sebuah integrasi atau satu kesatuan yang utuh, masingmasing
komponen saling berinteraksi yaitu saling berhubungan secara aktif dan saling memengaruhi.
Menurut Bruce weil (1980) mengatakan ada tiga prinsip penting dalam proses pembelajaran,
yaitu:

a. Pembelajaran membentuk kreasi lingkungan yang dapat membentuk atau


mengubah struktur kognitif siswa.

b. Berhubungan dengan tipe-tipe pengetahuan yang harus dipelajari,pengetahuan


tersebut adalah pengetahuan fisis, sosial, dan logika.
c. Proses pembelajaran melibatkan peran lingkungan sosial.24
3. Struktur Kurikulum

Struktur kurikulum adalah susunan dan pola mata pelajaran yang harus ditempuh oleh
peserta didik dalam kegiatan pembelajaran.7 Dari penjabaran diatas sudah sangat jelas bahwa
struktur kurikulum ialah berupa mata pelajaran, dalam kata lain struktur kurikulum adalah

3
A.Hamid Syarief, Pengembangan kurikulum,(surabaya: Bina ilmu 1998) hal.57
4
Abd.Qodir, Teori Belajar Humanistik dalam Meningkatkan prestasi Belajar Siswa, hal 195
5
Nana Sudjana, Pembinaan dan Pengembangan kurikulum di Sekolah,(Bandung:sinar biru)
6
Fahrul Usmi, Kajian Tentang strategi pembelajaran pendidikan Agama Islam Bagi Peserta Diklat Guru
Pendidikan Agama Islam SMP,https://bdkpadang.kemenag.go.id,
7
Loeloek Endah Poerwati dkk, panduan memahami kurikulum 2013,(Jakarta: Presentasi Pustaka,2013 ), hal 76

4
bentuk penyusunan mata pelajaran. Struktur kurikulum dibedakan menjadi dua macam, yaitu
struktur vertikal dan struktur horizontal.
1. Struktur Horizontal

Di dalam organisasi kurikulum adalah bentuk penyusunan bahan pelajaran yang akan
disampaikan terhadap siswa. Hal ini berkaitan erat dengan isi pelajaran, strategi
pembelajarannya dan tujuan pendidikan. Berikut menurut A.Hamid Syarif, bahwa struktur
kurikulum adalah suatu kerangka umum program-program pengajaran yang akan
disampaikan terhadap siswa.8 Sehingga dapat dipastikan bahwa dalam struktur horizontal ini
berkaitan dengan penyusunan antara mata pelajaran satu dengan mata pelajaran yang lain.
Dalam kaitannya terhadaap struktur horizontal ini terdapat tiga macam bentuk penyusunan
kurikulum, yaitu:
a. Separated Curiculum (Mata Pelajaran Terpisah)

Kurikulum ini disebut demikian karena segala bahan pelajaran disajikan dalam
subject atau mata pelajaran yang terpisah-pisah. Sehingga bermacam-macam jenis mata
pelajaran menjadi sempit ruang lingkupnya. Jumlah mata pelajaran yang diberikan
bermacam-macam tergantung kepada tingkatan dan jenis sekolah yang bersangkutan. Dalam
pelaksanaan penyampaiannya, tanggung jawabnya terletak pada setiap pendidik yang
menangani terhadap mata pelajaran yang diampunya. Kurikulum yang disusun secara
terpisah lebih bersifat subject centered, yakni berpusat pada bahan pelajaran daripada child
centered yang berpusat terhadap kebutuhan anak dan minat. Dari segi ini sudah jelas
kurikulum yang berbentuk terpisah, sangat menekankan terhadap pembentukan intelektual
dan kurang memprioritaskan pembentukan kepribadian anak secara menyeluruh. Dan hal ini
dianggap sebagai kelemahan dari kurikulum ini, karena dengan minat dan kebutuhan peserta
didik bertentangan.9
b. Correlated Curiculum (Kurikulum Gabungan)

Correlated curriculum adalah susunan kurikulum yang menyatakan adanya hubungan


antara satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya, akan tetapi tetap melihat
terhadap karakteristik disetiap mata pelajaran tersebut. Searah dengan pengertian di atas
Hamid Syarif mengartikan sebagai organisasi kurikulum yang menghubungkan terhadap
mata pelajaran yang punya sisi sama, antara yang satu dengan yang lain. Tanpa harus
meniadakan esensi dari setiap mata pelajaran.
c. Integreted Curiculum (Kurikulum Terpadu)

Dalam integrated curriculum mata pelajaran dipusatkan kepada suatu masalah atau
unit tertentu. Dengan adanya kebulatan bahan pelajaran diharapkan dapat terbentuk kebulatan
pribadi siswa yang sesuai dengan lingkungan masyarakatnya. Oleh karena itu, hal-hal yang
diajarkan di sekolah harus disesuaikan dengan kebutuhan, situasi dan masalah kehidupan di
8
A.Hamid Syarief, Pengembangan kurikulum,(surabaya: Bina ilmu 1998) hal.57
9
Ahmad Mukhlasin,”Desain Pengembangan kurikulum Intregratif dan Implementasinya dalam
pembelajaran”,jurnal tawadhu (Cilacap: Vol. 2 No, 1,2018),hal.369

5
luar sekolah. Agar bisa memadukan semua mata pelajaran bisa dilakukan dengan cara
pemusatan mata pelajaran pada satu masalah tertentu dengan alternatif pemecahan melalui
berbagai ilmu sehingga batas antara mata pelajaran itu ditiadakan.
2. Struktur Vertikal

Struktur vertical berhubungan dengan masalah sistem pelaksanaan kurikulum sekolah.


Hal ini dapat menyangkut :
a. Sistem kelas

Pada sistem ini, penerepan kurikulum dilaksanakan melalui beberapa kelas (sesuai
dengan tingkatan) tertentu. Di SD misalnya, terdapat kelas 1 sampai dengan 6; di SMP/MTs
terdapat kelas 1-3 atau kelas 7-9; dan di SMA/MA atau SMK/MAK terdapat kelas 1-3 atau
10-12. Kurikulum setiap jenjang telah mencantumkan beberapa bahan yang wajib
disampaikan, seberapa luas dan dalam bahan tersebut, serta bagaimana urutan sajiannya
terhadap masing kelas. Jadi, bahan atau materi pelajaran yang diperuntukkan terhadap setiap
kelas berbeda-beda. Kelemahan sistem kelas diantaranya terletak terhadap timbulnya efek
psikologis (juga orang tua) yang tidak naik kelas. Mereka berpeluang menjadi tertekan, malu,
dan bahkan frustasi. Syistem ini sering tidak dapat menangkal factor subjektif yang biasa
merugikan peserta didik.
b. Sistem Tanpa Kelas

Pelaksanaan kurikulum dalam syistem tanpa kelas tidak mengenal adanya tingkat
beberapa kelas tertentu. Setiap peserta didik diberi kebebasan untuk berpindah program setiap
waktu tanpa harus menunggu teman-temanya. dalam artian jika ada siswa yang dirasa sudah
mampu menguasai pelajaran, maka siswa tersebut dipersilahkan mengambil pelajaran lain
tanpa menunggu teman-temannya. Keunggulan sistem ini treletak terhadap kebebasan yang
dimiliki peserta didik. Siswa boleh memilih beberapa tingkatan program sesuai dengan
kemampuan yang dimilikinya. Jadi, sistem ini sangat memperhatikan individu dan perbedaan
antar individu. Oleh karena itu, pelaksanaan system ini sangat menuntut pendampingan
peserta didik secara individual dan kesiapan satuan tingkatan program. Kelemahan sistem ini
menyangkut substansi isi atau materi pelajaran dan sistem pelaksanaan pendidikan secara
makro di Indonesia. Dalam hal substansi materi, dengan system ini sulit ditentukan cakupan
urutan materi setiap program untuk mencegah keterulangan materi yang sama. Terhadap sisi
pelaksanaan, guru akan mengalami kesulitan dan kerepotan.

c. Kombinasi antara Sistem Kelas dan Tanpa Kelas Dengan system kombinasi ini,
anak yang memiliki tingkat kepandaian tertentu diberi kesempatan untuk terus maju,
sehingga tidak harus terus bersama dengan teman-temannya. Namun tidak berarti pula ia
meninggalkan kelasnya sama sekali. Misalnya, ada 20 siswa SD kelas 3, kemudian ada
beberapa siswa yang sudah bisa menguasai mata pelajaran dikelas itu, maka siswa tersebut
diperbolehkan untuk mengambil mata pelajaran kelas lain misalnya kelas 4, tetapi siswa
tersebut statusnya tetap kelas 3. Sistem pendidikan seperti ini dapat disebut sebagai sistem
pengajaran modul.
d. Sistem Unit Waktu

6
Sistem unit waktu yang dikenal dalam pelaksanaan pendidikan adalah system
caturwulan dan sistem semester. Dalam sistem caturwulan, waktu satu tahun dibagi menjadi
tiga unit watu masing-masing empat bulan. Dari sini kemudian dengan adanya caturwulan I,
II, III. Pembagian unit waktu seperti ini berimplikasi pada penyusunan kurikulum untuk
berbagai tingkatan. Pada setiap akhir caturwulan, anak akan mendapatkan nilai hasil belajar
(rapor). Dimana yang dimaksud dengan hasil belajar adalah hasil dari proses kegiatan belajar,
yang berarti sejauh mana peserta didik menguasai bahan pelajaran yang telah diajarkan, yang
kemudian diikuti oleh munculnya perasaan puas bahwa ia telah melakukan sesuatu dengan
baik.20 Sistem unit waktu yang kedua adalah sistem semester. Dalam sistem semester, waktu
satu tahun dibagi menjadi dua unit waktu. Masing-masing semester terdiri atas enam bulan,
dengan 16 hingga 20 minggu belajar efektif.
e. Pengalokasian waktu untuk setiap mata pelajaran

Pengelokasian waktu menyangkut jatahnya waktu untuk masing-masing mata


pelajaran dan isi program setiap mata pelajaran tersebut terhadap tingkatan sekolah. Dalam
pengalokasian waktu harus memperhatikan bobot dan tingkat kesulitan terhadap masing-
masing mata pelajaran. Jika tingkat kesulitannya tinggi maka alokasi waktunya harus lebih
banyak terhadap mata pelajaran tersebut, begitu pula sebaliknya. Selain itu ada juga yang
harus diperhatikan dalam pengalokasian waktu ini ialah peranan mata pelajaran dalam
menyiapkan kelulusan. Artinya meminimalkan alokasi waktu dari mata pelajaran tertentu jika
pelajaran tersebut peranannya sedikit dalam menyiapkan peserta didik ketika lulus.
2. Pengembangan PAI dalam kurikulum melalui Muatan Lokal

Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi


peserta didik yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah baik berupa budaya dan
yang lainnya, termasuk didalamnya dan ciri khas daerah masing-masing. Muatan lokal ialah
program pendidikan yang isi dan media penyampainnya dikaitkan dengan lingkungan alam,
lingkungan sosial dan lingkungan budaya.10 Serta kebutuhan daerah dan wajib dipelajari oleh
murid di daerah.11 Sementara itu, untuk mata pelajaran muatan lokal yang merupakan
kegiatan kurikuler yang harus diajarkan di kelas tidak mempunyai standar kompetensi dan
kompetensi dasarnya. Hal ini membuat kendala bagi sekolah untuk menerapkan mata
pelajaran muatan lokal. Pengembangan standar kompetensi dan kompetensi dasar untuk mata
pelajaran muatan lokal bukanlah pekerjaan yang mudah karena harus dipersiapkan berbagai
hal untuk dapat mengembangkan mata pelajaran muatan lokal.12

Pengembangan mata pelajaran muatan lokal yang sepenuhnya ditangani oleh sekolah
dan komite sekolah membutuhkan penanganan secara professional, baik dalam
merencanakan, mengelola, maupun melaksanakannya. Dengan demikian, disamping
mendukung pembangunan daerah dan pembangunan nasional, perencanaan, pengelolaan,
maupun pelaksanaan muatan lokal harus memperhatikan keseimbangan KTSP. Penanganan

10
Umar Tirtaraharja dan La Sulo, Pengantar Pendidikan,(Jakarta:Renika Cipta, 2000)hal.275
11
Nana Sudjana, pembinaan dan pengembangan kurikulum di sekolah,(Bandung: Sinar Baru Al-Gensindo,
Bandung,2002,hal.172)
12
Rusman, Manajemen Kurikulum, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,2012 )hal.406

7
secara professional muatan lokal merupakan tanggung jawab pemangku kepentingan
(stakeholders) yaitu sekolah dan komite sekolah.13 Pengembangan muatan lokal tidak hanya
terjadi pada ranah pengembangan pengetahuan umum, tetapi juga mencakup ranah sosialdan
agama. Kemudian muatan lokal yang hanya pengembangan pendidikan agama Islam dapat
disebut muatan lokal keagamaan.

Pengembangan Pendidikan agama Islampada muatan lokal memiliki peranan penting


dalam mencapai tujuan pembelajaran. Karena dirasa pendidikan agama Islamketika hanya
mengacu pada empat mata pelajaran yakni Qur’an Hadist, Sejarah Kebudayaan Islam,
Aqidah Akhlak, dan Fiqih maka di rasa kurang untuk membekali kemampuan beragama
peserta didik. Maka dari itu perlu penambahan materi dalam bidang keagaman yang di muat
dalam muatan lokal perlu ditambah agar kemampuan peserta didik di madrasah dengan
sekolah umum memiliki hal sebagai pembeda yaitu berbeda dalam hal kemampuan
beragama. Sehingga nantinya peserta didik dapat mengaplikasikan pendidikan agama
Islamdalam kesehariannnya baik disekolah maupun di lingkungan keluarga dan masyarakat.

B. Problematika Pengembangan Kompetensi Profesional Guru PAI


Berbagai kendala yang dihadapi sekolah terutama di daerah luar kota, umumnya
mengalami kekurangan guru yang sesuai dengan kebutuhan. Kebutuhan yang dimaksud
adalah kebutuhan subjek atau bidang studi yang sesuai dengan latar belakang guru. Akhirnya
sekolah terpaksa menempuh kebijakan yang tidak popular bagi anak, guru mengasuh
pelajaran yang tidak sesuai bidangnya. Dari pada kosong sama sekali, lebih baik ada guru
yang bisa mendampingi dan mengarahkan belajar di kelas. Sesungguhnya ada dua problem
pokok yang saling mengait satu dengan lainnya dimana selama ini menjadi ganjalan bagi
upaya profesionalisme guru, yakni: Pertama, problem kompetensi guru; dan Kedua, problem
kesejahteraan guru. Kompetensi guru menjadi tuntutan yang tidak dapat ditawar-tawar lagi
jika kita secara sungguh-sungguh berniat untuk meningkatkan mutu pendidikan.

Pengertian kompetensi disini adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan


perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan. Pasal 8 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen secara eksplisit menyebutkan bahwa guru wajib memiliki kualifikasi
akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki
kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Mengacu substansi pasal 8
tersebut di atas, jelas sekali bahwa kepemilikan kompetensi itu hukumnya wajib. Khusus
tentang kompetensi ini dijelaskan pada pasal 10 ayat (1) yang menyebutkan kompetensi guru
sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 meliputi meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui
pendidikan profesi.

Kompetensi paedagogik mengacu pada kemampuan dan ketrampilan seorang guru


dalam mengajar yang terkait juga dengan penguasaan teori serta prakteknya antara lain
kemampuan dalam memehami peserta didik, dapat menjelaskan materi pelajaran dengan

13
Zainal Arifin, Konsep dan Model pengembangan Kurikulum,(Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2014)hal.212

8
baik, mampu memberikan evaluasi terhadap apa yang sudah diajarkan, juga mengembangkan
potensi yang dimiliki oleh peserta didik.

Namun demikian, perbaikan secara menyeluruh bukanlah sebuah pekerjaan yang


mudah untuk dilakukan, akan tetapi membutuhkan upaya yang maksimal dari para pelaku
pembelajaran. Oleh karena itu, unsur yang paling penting dan strategis untuk diupayakan
dapat merubah dari semua sistem pendidikan itu adalah unsur guru, karena dalam proses
belajar mengajar guru memegang peranan penting yang sangat sentral dalam keberhasilan
proses pendidikan.Menurut laporan "Comission on education for the twenty First century”
kepada UNESCO tahun 1966 dalam Wijaya dan Rustam menyatakan bahwa pendidikan yang
berkualitas ialah yang ditopang oleh empat pilar, yaitu "Learning to know, learning to do,
learning to live together and learning to be” dengan penjelasan sebagai berikut:

1) Learning to know yang juga berarti learning to learn yaitu, belajar untuk memperoleh
pengetahuan dan untuk melakukan pembelajaran selanjutnya,

2) Learning to do yaitu, belajar untuk memiliki kompetensi dasar yang berhubungan dengan
situasi dan tim kerja yang berbeda-beda,
3) Learning to live together yaitu, belajar untuk mampu mengapresiasikan dan mengamalkan
kondisi saling ketergantungan, keaneka ragaman, saling memahami, dan perdamaian intern
dan antar bangsa,

4) Learning to be yaitu, belajar untuk mengaktualisasikan diri sebagai individu dengan


kepribadian yang memiliki tanggung jawab pribadi, termasuk belajar menyadari dan
mewujudkan diri sebagai hamba Allah Swt., dengan segala konsekwensinya. Sedangkan
tanggung jawab tersebut salah satunya ditentukan oleh proses pendidikan guru yang telah
diperolehnya, karena itu untuk meningkatkan kualitas pendidikan, maka hal utama yang perlu
mendapat perhatian adalah gurunya.

C. Strategi Pengembangan Kompetensi Profesional Guru Agama Islam


Mengingat peranan stategis guru dalam setiap upaya peningkatanmutu relevansi dan
efesiensi pendidikan, maka pengembangan profesionalguru merupakan kebutuhan.Untuk
meningkatkan mutu suatu profesi, khususnya profesi keguruan,dapat dilakukan dengan
berbagai cara, misalnya dengan melakukan penataran,lokakarya, pendidikan lanjutan,
pendidikan dalam jabatan, studi perbandingandan berbagai kegiatan akademik lainnya.
Upaya peningkatan profesi guru di indonesua sekurang-kurangnyamenghadapi dan
memperhitungkan empat faktor yaitu, ketersediaan dan mutucalon guru, pendidikan pra
jabatan dan peranan organisasi profesi. Usaha pengembangan profesi tenaga kependidikan,
khususnya guru,meliputi:
1. Program pre-service education

Sejak Indonesia merdeka sampai sekarang pemerintah telahmengusahakan berbagai


lembaga yang menata usaha perbaikan mutu guru,diantaranya diadakan pembaharuan
pendidikan guru dengan ditetapkan suatu pola pembaharuan sistem pendidikan tenaga
kependidikan ( PPSPTK ). Selain itu juga ada program akta mengajar. Program ini

9
diberikan kepada mereka yang berasal dari fakultas non keguruan untuk memperoleh
kemampuan mengajar pada berbagai tingkatan sosial.
2. Program in-service education

Bagi mereka yang sudah memiliki jabatan guru dapat berusahameningkatkan profesinya
melalui pendidikan lanjutan. Dikatakan in- service education bila mereka sudah menjabat dan
kemudian mengikuti kuliahlagi. Dari sisi ini LPTK mempunyai fungsi in-service. Program ini
adalah suatu usaha yang memberi kesempatan kepadaguru-guru untuk mendapatkan
penyegaran yang membawa guru-guru kearah up-to date Yang jelas pemahaman terhadap
pengertian in-service harus dilihatdari fungsinya terhadap subjek didik. Kalau lembaga
pendidikan guru difungsikan untuk meningkatkan mereka yang sudah punya jabatan dan
bermanfaat untuk mengembangkan kemampuan dan peranannya, makalembaga itu berfungsi
in-service.
3. Program in-service training

Pada umumnya yang paling banyak dilakukan ialah melalui penataran. Ada tiga macam
penataran:

a) Penataran penyegaran, yaitu usaha peningkatan kemampuan guru agar sesuai dengan
kemajuan iptek serta memantapkan kemampuan tenaga kependidikantersebut agar dapat
melakukan tugas sehari-hari nya dengan lebih baik. Sifat penataran ini memberi kesegaran
sesuai dengan perubahan yang terjadi.

b) Penataran peningkatan kualifikasi, yaitu usaha peningkatan kemampuan gurusehingga


mereka memperoleh kualifikasi formal tertentu sesuai denganstandar yang ditentukan.

c) Penataran penjenjangan adalah suatu usaha meningkatkan kemampuan gurusehingga


dipenuhi persyaratan suatu pangkat atau jabatan sesuai denganketentuan yang berlaku. Ada
sejumlah cara dan tempat mengembangkan profesi pendidikan yaitu:
a) Dengan belajar sendiri dirumah
b) Belajar diperpustakaan khusus untuk pendidik

c) Dengan cara membentuk persatuan pendidik sebidang studi atau yang berspesialisasi sama
dan melakukan tukar menukar pikiran atau diskusi dalamkelompoknya masing-masing.

d) Mengikuti pertemuan-pertemuan ilmiah dimanapun pertemuan itu diadakanselama masih


dapat dijangkau oleh pendidik.
e) Belajar secara formal dilembaga-lembaga pendidikan.

f) Mengikuti pertemuan organisasi profesi pendidikang) Ikut mengambil bagian dalam


kompetisi-kompetisi ilmiah.

Upaya-upaya pemerintah yang dapat dikategorikan sebagai usaha peningkatan


kemampuan profesional guru:

10
a) Program pascasarjana, yaitu usaha peningkatan terhadap kualifikasi tenaga pengajar
diperguruan tinggi
b) Pengelolaan pengadaan tenaga kependidikan, yang dilakukan dengan duausaha, yaitu:
Usaha penunjang pembinaan pendidikan, yaitu peningkatan kegiatan pelayanan pada
tingkat pusat terhadap setiap lembaga penyelenggara pendidikan, serta adanya
hubungan timbal balik antara pihak penghasil dan pemakai tenaga guru demi
peningkatan mutu lulusan Usaha pengurusan lulusan, yang berkenaan dengan
pengangkatan, penempatan, dan pemberhentian.
c) Proyek Pengembangan Pendidikan Guru ( P3G ), yang memusatkan perhatiannya
kepada usaha untuk meningkatkan kualitas pendidikan guru,usaha-usaha yang
dilakukan oleh P3G adalah: Menyelenggarakan penataran lokakarya Menyediakan
sarana-sarana penting berupa pembanguanan Pusat SumberBelajar ( PSB ) Menyusun
makalah-makalah yang dapat dijadikan penunjang kurikulum.

11
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Kompetensi merupakan perilaku guru yang rasional untuk mencapai tujuan yang
dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan Jadi, dapat disimpulkan bahwa
kompetensi merupakan kemampuan dan kewenangan guru dalam melaksanakan kewajiban-
kewajiban secara bertanggung jawab dan layak. Istilah kompetensi profesional guru terdiri
dari dua suku kata yang masing-masing mempunyai pengertian tersendiri, yaitu kata
Kompetensi profesional dan Guru. Ditinjau dari segi bahasa (etimologi), istilah kompetensi
profesional berasal dari Bahasa Inggris profession yang berarti jabatan, pekerjaan,
pencaharian, yang mempunyai keahlian Selain itu, Petersalim dalam kamus bahasa
kontemporer mengartikan kata profesi sebagai bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan
keahlian tertentu Kompetensi profesional adalah mutu yang menunjukkan suatu keahlian dan
kepandaian khusus Kompetensi profesional adalah sifat dari profesi, profesi menurut Sikun
Pribadi adalah profesi itu pada hakikatnya, dan merupakan suatu pernyataan atau suatu janji
terbuka, bahwa seseorang akan mengabdikan dirinya kepada suatu jabatan atau pekerjaan
dalam arti biasa, karena orang tersebut merasa terpanggil untuk menjabat pekerjaan itu.

Penguasaan guru terhadap materi pelajaran penting dimiliki oleh guru agar proses
pembelajaran yang dilaksanakan berjalan dengan baik dan lancar. Menurut Sudirman NK,
“materi adalah salah satu sumber belajar bagi anak didik. Materi yang disebut sebagai sumber
belajar (pengajaran) ini adalah sesuatu yang membawa pesan untuk tujuan pengajaran,”
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain mengemukakan “materi pelajaran adalah subtansi
yang akan disampaikan dalam proses belajar mengajar. Tanpa materi pelajaran proses
pembelajaran tidak akan berjalan.” Kemudian Muhammad Ali mengemukakan “materi
pelajaran merupakan isi pengajaran yang dibawakan untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

Pembelajaran adalah proses perubahan perilaku atau kepribadian seseorang


berdasarkan praktek dan pengalaman tertentu. Sehingga proses pembelajaran itu harus
membawa perubahan pada orang yang belajar dari berbagai aspeknya, baik pengetahuan,
keterampilan maupun sikap secara utuh. Pengertian kompetensi disini adalah seperangkat
pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru
dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Pasal 8 Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen secara eksplisit menyebutkan bahwa guru
wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan
rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Mengacu
substansi pasal 8 tersebut di atas, jelas sekali bahwa kepemilikan kompetensi itu hukumnya
wajib.

12
DAFTAR PUSTAKA

Ni’am Asrorun , Membangun profesionalitas guru, (Jakarta:Elsas,2006 )


Mulyasa, Standart Kompetensi Sertifikasi guru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007
A.Hamid Syarief, Pengembangan kurikulum, (surabaya: Bina ilmu 1998)

Nana Sudjana, pembinaan dan pengembangan kurikulum di sekolah, (Bandung: Sinar


Baru Al-Gensindo, Bandung,2002)

Zainal Arifin, Konsep dan Model pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT Remaja


Rosdakarya,2014)

13

Anda mungkin juga menyukai