Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

Kiat-Kiat Meningkatkan Profesionalisme Guru

Dosen Pengampu: Ruwaidah S.Ag M.pd

Disusun oleh:

Assabi'atu Nazmi Tambak

Winda Ayuni Hasibuan

Ilal Syahbana

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS AL-WASHLIYAH

2023/2024
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT., Tuhan semesta alam
yang telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan
sehingga makalah ini bisa selesai pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
dari ibu Ruwaidah S.Ag M.pd. Selain itu makalah ini bertujuan untuk menambah
wawasan kepada para pembaca dan juga penulis mengenai kepemimpinan dalam
dunia pendidikan. Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang
telah berkontribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah dengan
judul “Kiat-Kiat Meningkatkan Profesionalisme Guru” ini bisa disusun dengan
baik.

Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa dalam makalah ini jauh dari
kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang
bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya bisa lebih baik lagi.

Februari 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................

DAFTAR ISI..........................................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN .....................................................................................................................


A. Latar Belakang Masalah 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan Penulisan 2

BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................................................


A. Konsep Profesionalitas3
B. Sikap Profesional 7
C. Ciri-ciri Guru Profesional 7
D. Faktor Penyebab Rendahnya Profesional Guru 9
E. Strategi Peningkatan Profesionalitas Guru 10
BAB III PENUTUP ..............................................................................................................................
A. Kesimpulan 15
B. Saran 16

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................................................


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Dalam upaya pembangunan pendidikan nasional, sangat diperlukan guru
(pendidik) dalam standard mutu kompetensi dan profesionalisme yang terjamin.
Untuk mencapai jumlah guru profesional yang dapat menggerakan dinamika
kemajuan pendidikan nasional diperlukan suatu proses pembinaan
berkesinambungan, tepat sasaran dan efektif. Proses menuju guru profesional ini
perlu didukung oleh semua unsur yang terkait dengan guru. Unsur–unsur tersebut
dapat dipadukan untuk menghasilkan suatu sistem yang dapat dengan sendirinya
bekerja menuju pembentukan guru-guru yang profesional dalam kualitas maupun
kuantitas yang mencukupi. Sejalan dengan kebijakan pemerintah, melalui UU No. 14
Tahun 2005 pasal 7 mengamanatkan bahwa pemberdayaan profesi guru
diselenggarakan melalui pengembangan diri yang dilakukan secara demokratis,
berkeadilan, tidak diskriminatif, dan berkelanjutan dengan menjunjung tinggi hak
asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, kemajemukan bangsa, dan kode etik
profesi. Disamping itu menurut pasal 20, dalam melaksanakan tugas keprofesionalan,
guru berkewajiban meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan
kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni.
Dengan mengingat berat dan kompleksnya membangun pendidikan, adalah
sangat penting untuk melakukan upaya-upaya guna mendorong dan memberdayakan
tenaga pendidik untuk semakin profesional. Hal ini tidak lain dimaksudkan untuk
menjadikan upaya membangun pendidikan kokoh, serta mampu untuk terus menerus
melakukan perbaikan ke arah yang lebih berkualitas. Profesionalisme guru dan tenaga
kependidikan masih belum memadai utamanya dalam hal bidang keilmuannya.
Misalnya guru Biologi dapat mengajar Kimia atau Fisika. Ataupun guru IPS dapat
mengajar Bahasa Indonesia. Mutu dan profesionalisme guru memang belum sesuai
dengan harapan. Banyak diantaranya yang tidak berkualitas dan menyampaikan
materi yang keliru sehingga mereka tidak atau kurang mampu menyajikan dan
menyelenggarakan pendidikan yang benar-benar berkualitas.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud profesionalisme guru?
2. Bagaimana meningkatkan profesionalisme guru?
3. Apa faktor Penyebab Rendahnya profesionalisme Guru?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud profesionalisme guru
2. Untuk mengetahui bagaimana meningkatkan profesionalisme guru
3. Untuk mengetahui faktor Penyebab Rendahnya profesionalisme Guru
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Profesionalisme
Sebelum menguraikan makna dari peningkatan profesionalisme keguruan
sebaiknya kita harus mengetahui terlebih dahulu makna atau pengertian dari masing-
masing 3 kata tersebut. Peningkatan adalah proses, cara atau perbuatan meningkatkan
(usaha, kegiatan, dll). Peningkatan adalah proses, cara perbuatan untuk menaikkan
sesuatu atau usaha kegiatan untuk memajukan sesuatu, kesesuatu yang lebih baik lagi
daripada sebelumnya. Peningkatan adalah suatu upaya yang dilakukan oleh
pembelajar (guru) untuk membantu siswa untuk meningkatkan hasil pembelajaran,
Pembelajaran dikatakan meningkat apabila adanya suatu perubahan dalam proses
pembelajaran, hasil pembelajaran dan kualitas pembelajaran mengalami perubahan
secara berkualitas.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, profesi bisa dimaknai dengan bidang
pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian keterampilan, kejuruan, tertentu.
Keguruan tertuang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia bisa diartikan perihal (yang
menyangkut) pengajaran, pendidikan, dan metode pengajaran. Dalam UU Nomor 14
tahun 2005 tentang guru dan dosen, Profesi keguruan adalah pendidikan profesional
dengan tugas utama mendidik, mengajar, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta
didik pada usia dini, jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan
menengah. Dengan kata lain dapat diartikan bahwa, pengembangan atau peningkatan
profesi guru didefinisikan sebagai upaya yang dilakukan untuk meningkatkan taraf
atau derajat profesi seorang guru yang menyangkut kemampuan guru, baik
penguasaan materi ajar atau penguasaan metodologi pengajaran, serta sikap
keprofesionalan guru menyangkut motivasi dan komitmen guru dalam menjalankan
tugas sebagai guru. Pengembangan dan peningkatan profesi guru juga dilakukan
dalam rangka menjaga agar kompetensi keprofesiannya tetap sesuai dengan
perkembangan zaman yang semakin modern. Pembinaan dan peningkatan profesi
guru meliputi pembinaan kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional, dan sosial.
Sedangkan pembinaan dan peningkatan karier meliputi penugasan, kenaikan pangkat,
dan promosi. Keduanya disesuaikan dengan jabatan fungsional masing-masing.
Urgensi program peningkatan profesi guru sendiri didasarkan pada sebuah asumsi
bahwa tidak semua guru dan tenaga kependidikan yang dihasilkan telah memenuhi
kriteria guru profesional1

Profesionalisme merupakan paham yang mengajarkan bahwa setiap pekerjaan


harus dilakukan oleh orang yang profesional. Orang yang profesional itu sendiri
adalah orang yang memiliki profesi. Profesional mengacu pada orang yang
menyandang suatu pekerjaan formal yang memenuhi persyaratn profesi. Hal tersebut
berkaitan erat dengan unjuk kerja sesuai dengan bidang keahlian dalam profesinya
telah mendapatkan pengakuan, baik secara formal maupun informal. Guru profesional
adalah guru yang telah mendapat pengakuan secara formal sesuai dengan ketentuan
yang berlaku, baik kaitannya dengan jabatan ataupun latar belakang pendidikan
formalnya. Pengakuan bisa berupa surat keputusan, ijazah, sertifikat pendidik baik
yang berkaitan dengan kualifikasi maupun kompetensinya. Profesionalisme guru
sangat penting dan menentukan dalam upaya mencapai tujuan pendidikan. Secara
akademik untuk mencapai profesionalisme, guru harus memiliki kemampuan
(competency) dalam bidang pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang dibutuhkan
untuk menjalankan tugas profesinya yang meliputi penguasaan disiplin ilmu (subject
matter) yang akan diajarkannya, menguasai bagaimana cara mengajarkannya

1
Heri Susanto, Profesi Keguruan, (Banjarmasin: Program Studi Pendidikan Sejarah Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universtas Lambung Mangkurat, 2020), h. 34
(teaching methodology), dan bagaimana memahami anak didiknya (educational
psychology).

Terkait dengan hal tersebut, Undang-Undang No 14 tahun 2005 tentang guru


dan dosen mengaskan bahwa: profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang
dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan keahidupan yang
memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau
norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. Sebagaimana telah diungkapkan
sebelumnya, bahwa guru berkedudukan sebagai tenaga profesional berfungsi untuk
meningkatkan martabat guru serta perannya sebagai agen pembelajran untuk
meningkatkan mutu pendidikan nasional. Di bagian lain, dalam UU Nomor 14 Tahun
2005 tentang Guru dan Dosen (Pasal 1) dinyatakan bahwa: “Guru adalah pendidik
profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada jalur pendidikan formal, pada
jenjang pendidikan dasar dan pendidikan menengah”.2

Profesionalisme adalah sebutan yang mengacu kepada sikap mental dalam


bentuk komitmen dari para anggota suatu profesi untuk senantiasa mewujudkan dan
meningkatkan kualitas profesionalnya. Dalam konteks Guru, makna profesionalisme
adalah sebuah keyakinan dan komitmen seorang guru dalam melaksanakan tugas-
tugas profesinya dalam melayani peserta didik untuk menumbuhkan bakat, minat dan
potensinya secara optimal dalam upaya mencapai tujuan pendidikan. Seorang guru yg
memiliki profesionalisme (yang tinggi) maka :

1. Akan tercermin dalam sikap mental serta komitmennya terhadap perwujudan


dan peningkatan kualitas profesionalnya melalui berbagai cara dan strategi.

2
Sudarwan Danim, Pengembangan Profesi Guru, (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup,
2011) h. 63
2. Ia selalu mengembangkan dirinya sesuai dengan tuntutan perkembangan
zaman, sehingga keberadannya selalu memberikan makna profesional.

Adapun dalam membangun karakter bangsa, guru harus profesional. Menurut


Pasal 6, kedudukan guru dan dosen sebagai tenaga profesional bertujuan untuk
melaksanakan sistem pendidikan nasional, yaitu berkembangnya potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara
yang demokratis dan bertanggung jawab.3

Menurut Hamzah B. Uno, dalam bukunya Profesi Kependidikan (Problem,


Solusi, dan Reformasi Pendidikan di Indonesia) 2012, ada beberapa prinsip yang
harus diketahui dan dilaksanakan oleh guru dalam melaksanakan pembelajaran
sehingga dikatakan profesional, yakni sebagai berikut:

1. Guru harus dapat membangkitkan perhatian peserta didik pada materi


pelajaran yang diberikan serta dapat menggunakan berbagai media dan
sumber belajar yg bervariasi.
2. Guru harus dapat membangkitkan minat peserta didik untuk aktif dalam
berpikir serta mencari dan menemukan sendiri pengetahuan
3. Guru harus dapat membuat urutan ( sequence ) dalam pembelajaran
pelajaran dan penyesuaiannya dengan usia dan tahapan tugas
perkembangan peserta didik
4. Guru perlu menghubungkan pelajaran yang akan diberikan dengan
pengetahuan yang telah dimiliki peserta didik (kegiatan appersepsi), agar
peserta didik menjadi mudah dalam memahami pelajaran yang
diterimanya.
5. Sesuai dengan prinsip repetisi dalam proses pembelajaran, diharapkan
3
Rusdiana, Pendidikan Profesi Keguruan, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2015), h. 30
guru dapat menjelaskan unit pelajaran secara berulang-ulang hingga
tanggapan peserta didik menjadi jelas.
6. Guru wajib memerhatikan dan memikirkan korelasi atau hubungan antara
pelajaran dan/atau praktek nyata dalam kehidupan sehari-hari
7. Guru harus tetap menjaga konsentrasi belajar para peserta didik dengan
cara memberikan kesempatan berupa pengalaman secara langsung,
mengamati/ meneliti, dan menyimpulkan pengetahuan yang diterimanya
8. Guru harus mengembangkan sikap peserta didik dalam membina
hubungan sosial, baik dalam kelas maupun di luar kelas.
9. Guru harus menyelidiki dan mendalami perbedaan peserta didik secara
individual agar dapat melayani peserta didik sesuai dengan perbedaannya
tersebut.
10. Guru harus dapat melaksanakan evaluasi yang efektif serta menggunakan
hasilnya untuk mengetahui prestasi dan kemajuan siswa serta melakukan
perbaikan dan pengembangan.
B. Sikap Profesionalitas

Kualitas profesionalisme guru ditunjukkan oleh lima sikap,yakni :


1) Keinginan untuk selalu menampilkan perilaku yang mendekati standar ideal;

2) Meningkatkan dan memelihara citra profesi;

3) Keinginan untuk senantiasa mengejar kesempatan pengembangan profesional


yang dapat meningkatkan dan memperbaiki kualitas pengetahuan dan
ketrampilannya

4) Mengejar kualitas dan cita-cita dalam profesi;

5) Memiliki kebanggaan terhadap profesinya

C. Ciri-ciri Guru Profesional

Terdapat beberapa ciri-ciri guru profesional sebagai berikut:


1. Kemampuan intelektual yang diperoleh melalui pendidikan. Termasuk dalam
kerangka ini, pelatihan-pelatihan khusus yang berkaitan dengan keilmuan
yang dimiliki oleh seorang penyandang profesi.
2. Memiliki pengetahuan spesialisasi. Pengetahuan spesialisasi mengkhususkan
penguasaan bidang keilmuan tertentu. Guru yang sesungguhnya harus
memiliki spesialisasi bidang studi (subject matter) dan penguasaan
metodologi pembelajaran.
3. Menjadi anggota organisasi profesi. Dibuktikan dengan kepemilikan kartu
anggota, pemahaman terhadap norma–norma organisasi, kepatuhan terhadap
kewajiban dan larangan yang ditetapkan oleh organisasi tersebut.
4. Memiliki pengetahuan praktis yang dapat digunakan langsung oleh orang lain
atau klien. Pengetahuan khusus itu bersifat aplikatif dimana aplikasinya
didasari atas kerangka teori yang jelas dan teruji.
5. Memiliki teknik kerja yang dapat dikomunikasikan atau communicable. GPM
mampu berkomunikasi sebagai guru dalam makna apa yang disampaikannya
dapat dipahami oleh siswa.
6. Memiliki kapastitas mengorganisasikan kerja secara mandiri dan
selforganization. Istilah mandiri disini berarti kewenangan akademiknya
melekat pada diri sendiri.
7. Mementingkan kepentingan orang lain (altruism). Memberikan layanan
kepada anak didik pada saat bantuan itu diperlukan.
8. Memiliki kode etik. Kode etik dijadikan norma dan asas yang disepakati dan
diterima oleh guru–guru Indonesia sebagai pedoman sikap dan perilaku dalam
melaksanakan tugas profesi sebagai pendidik.
9. Memiliki sanksi dan tanggung jawab komunitas. Dalam bekerja memiliki
tanggung jawab kepada komunitas terutama anak didiknya.
10. Mempunyai sistem upah. Sistem upah yang dimaksud disini adalah standar
gaji yang terima oleh guru.
11. Budaya professional. Budaya profesi dapat berupa penggunaan symbol yang
berbeda dengan simbol–simbol untuk profesi lain. Memiliki pengetahuan
spesialisasi. Pengetahuan spesialisasi mengkhususkan penguasaan bidang
keilmuan tertentu. Guru yang sesungguhnya harus memiliki spesialisasi
bidang studi (subject matter) dan penguasaan metodologi pembelajaran.4

D. Faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya profesionalisme guru

Faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya profesionalisme guru antara lain:

1. Masih banyak guru yang tidak menekuni profesinya secara utuh.Hal ini
disebabkan oleh banyak guru yang bekerja diluar jam kerjanya untuk
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari sehingga tidak ada waktu untuk
membaca dan menulis untuk meningkatkan diri
2. Kemungkinan disebabkan oleh adanya perguruan tinggi swasta sebagai
pencetak guru yang lulusannya asal jadi tanpa mempehitungkan outputnya
kelak di lapangan sehingga menyebabkan banyak guru yang tidak patuh
terhadap etika profesi keguruan
3. Kurangnya motivasi guru dalam meningkatkan kualitas diri karena guru tidak
dituntut untuk meneliti sebagaimana yang diberlakukan pada dosen di
perguruan tinggi. Pengembangan Profesi Guru5

E. Strategi Peningkatan Profesionalitas Guru

4
Nurjan Syarifan, Profesi Keguruan Konsep dan Aplikasi, (Yogyakarta: Samudra Biru, 2015)
h. 47

5
Nurhadi Ali, Profesi Keguruan. (Jawa Barat: Goresan Pena, 2016) h. 53
Meningkatkan profesionalitas guru bukan sesuatu yang mudah, maka diperlukan
strategi yang tepat dalam upaya menciptakan iklim kondusif bagi peningkatan profesi
guru. Situasi kondusif ini jelas amat diperlukan oleh tenaga pendidik untuk dapat
mengembangkan diri sendiri ke arah profesionalisme guru.

 Strategi perubahan paradigma

Strategi ini dimulai dengan mengubah paradigma birokasi agar menjadi


mampu mengembangkan diri sendiri sebagai institusi yang berorientasi pelayanan,
bukan dilayani. Strategi perubahan paradigma dapat dilakukan melalui pembinaan
guna menumbuhkan penyadaran akan peran dan fungsi birokrasi dalam kontek
pelayanan masyarakat.

 Strategi debirokratisasi

Strategi ini dimaksudkan untuk mengurangi tingkatan birokrasi yang dapat


menghambat pada pengembangan diri guru. Strategi tersebut memerlukan metode
operasional agar dapat dilaksanakan. Sementara strategi debirokratisasi dapat
dilakukan dengan cara mengurangi dan menyederhanakan berbagai prosedur yang
dapat menjadi hambatan bagi pengembangan diri guru serta menyulitkan pelayanan
bagi masyarakat.

b. Jenis-jenis Kegiatan Pengembangan Profesi Guru

Inisiatif pengembangan keprofesian guru idealnya banyak berasal dari


prakarsa lembaga. Atas dasar ini, diasumsikan munculnya proses pembiasaan, yang
kemudian guru dapat tumbuh dengan sendirinya. Tentu saja, semua itu juga berawal
dari prakarsa guru secara individual. Apabila dilihat dari sisi prakarsa lembaga,
pengembangan profesi gururu dilaksanakan melalui berbagai strategi dalam bentuk
pendidikan dan pelatihan (diklat) maupun bukan diklat, antara lain:

1. Pendidikan dan Pelatihan


a) In-House Training (IHT)

Pelatihan dalam bentuk IHT adalah pelatihan yang dilaksanakan secara


internal di kelompok kerja guru, sekolah, atau tempat lain yang ditetapkan untuk
menyelenggarakan pelatihan. Strategi pembinaan melalui IHT dilakukan berdasarkan
pemikiran bahwa sebagian kemampuan dalam meningkatkan kompetensi dan karier
guru tidak harus dilakukan secara eksternal, tetapi bisa juga secara internal dengan
cara dilakukan oleh guru yang memiliki kompetensi yang belum dimiliki guru lain.
Program ini diharapkan dapat menghemat waktu dan biaya.

b) Program magang

Program magang merupakan pelatihan yang dilaksanankan di dunia kerja atau


industri yang relevan dalam rangka meningkatkan kompetensi profesional guru.
Program magang ini diperuntukkan bagi guru dan dapat dilakukan selama periode
tertentu misalnya, magang di sekolah. Program magang ini dipilih dengan alasan
bahwa keterampilan tertentu yang memerlukan pengalaman nyata.

c) Kemitraan sekolah

Pelatihan melalui kemitraan sekolah dapat dilaksanakan antara sekolah yang


baik dan sekolah yang kurang baik, antara sekolah negeri atau sekolah swasta.
Pembinaan lewat mitra sekolah diperlukan dengan alasan bahwa agar terjadi transfer
nilai-nilai kebaikan dari beberapa keunikan dan kelebihan yang dimiliki mitra kepada
mitra lain. Misalnya dalam bidang manajemen sekolah

d) Belajar jarak jauh

Pelatihan melalui belajar jarakjauh dapat dilaksanakan tanpa menghadirkan


instruktur dan peserta pelatihan dalam satu tempat tertentu, melainkan dengan sistem
pelatihan internet dan sejenisnya. Pelatihan jarak jauh dilakukan dengan
pertimbangan bahwa tidak semua guru terutama di daerah terpencil dapat mengikuti
pelatihan di tempat-tempat pembinaan yang ditunjuk seperti di ibu kota kabupaten
atau provinsi.

2. Non-pendidikan dan pelatihan

a. Diskusi masalah pendidikan

Diskusi ini diselenggarakan secara berkala dengan topik diskusi sesuai dengan
masalah yang dialamai sekolah. melalui diskusi berkala diharapkan para guru dapat
memecahkan masalah yang dihadapi berkaitan dengan proses pembelajaran di
sekolah ataupun masalah peningkatan kompetensi dan pengembangan kariernya.

b. Seminar

Pengikutsertaan guru dalam kegiatan seminar dan pembinaan publikasi ilmiah


juga dapat menjadi model pembinaan berkelanjutan bagi peningkatan keprofesian
guru. Kegiatan ini memberikan peluang kepada guru untuk berinteraksi secara ilmiah
dengan kolega seprofesinya berkaitan dengan hal-hal terkini dalam upaya
peningkatan kualitas pendidikan.

c. Workshop

Kegiatan ini dilakukan untuk menghasilkan produk yamng bermanfaat bagi


pembelajaran, peningkatan kompetensi mauapun pengembangan kariernya.
Workshop dapat dilakukan,misalnya dalam kegiatan menyusun KTSP, analisis
kurikulum, pengembangan silabus, sertapenulisan rencana pembelajaran.

d. Penelitian
Penelitian dapat dilakukan guru dalam bentuk penelitian tindakan kelas,
penelitian eksperimen, ataupun jenis lain dalam rangka peningkatan mutu
pembelajaran.

e. Penulisan buku/ bahan ajar.

Bahan ajar yang ditulis guru dapat berbentuk diktat, buku pelajaran, ataupun
buku dalam bidang pendidikan.

f. Pembuatan media pembelajaran.

Media pembelajaran yang dibuat guru dapat berbentuk alat peraga, alat
praktikum sederhana, maupun bahan ajar elektronik atau animasi pembelajaran.6

Bersama dengan sertifikasi, Indonesia juga sudah mengambil langkah lain


untuk memajukan profesionalitas guru, seperti dengan menjalankan PKG (Pusat
Kegiatan Guru), MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) dan KKG (Kelompok
Kerja Guru), sehingga guru dapat berbagi keahlian dalam menyelesaikan persoalan
dalam kegiatan mengajar. Profesionalisasi mesti ditilik menjadi sistem yang
berkelanjutan didalam sistem ini, pendidikan prakerja, termuat peningkatan
pendidikan, organisasi profesi serta bimbingan area kerja, apresiasi masyarakat atas
profesi guru, penerapan tata cara profesi, sertifikat, pengembangan kualitas calon
guru dan kesejahteraan bersama-sama meyakinkan pengembangan profesionalitas.
Oleh karena itu, peningkatan profesionalisme guru menjadi kewajiban bersama antara
LPTK sebagai penghasil guru dan lembaga pembina guru (Kementerian Pendidikan
atau yayasan swasta), PGRI serta masyarakat. Di antara berbagai usaha yang telah
dilakukan oleh pemerintah di atas, aspek terpenting dalam meningkatkan kualifikasi
guru adalah menjadikan jam kerja setara dengan upah guru. Setiap rencana yang akan
dilaksanakan pemerintah, namun apabila upah guru rendah, jelas untuk mencukupi

6
Mustofa, “Upaya Pengembangan Profesionalisme Guru di Indonesia”, Jurnal Ekonomi dan
Pendidikan. Vol.4, No.1
keperluan sehari-hari, guru bakal mencari lebih banyak pekerjaan untuk mencukupi
keperluannya. Tidak mengherankan bila guru di negara maju memiliki kualitas yang
unggul atau disebut profesional, karena apresiasi terhadap layanan guru yang tinggi.

Pada akhirnya pengembangkan profesionalitas guru bergantung pada guru itu sendiri
dalam menentukan peningkatan standar profesionalnya. Kualitas guru rendah
disebabkan oleh upah guru yang rendah, dan belum semua guru di Indonesia telah
memenuhi sebuah kriteria profesi. Hal tersebut dikarenakan pada saat ini tenaga
pengajar di Indonesia masih terbilang kurang. Bahkan ada beberapa guru yang tidak
memiliki gelar sarjana khususnya dibidang sarjana pendidikan. Hal ini dapat
dikatakan bahwa tenaga pengajar bukanlah sebuah profesi yang banyak diminati
banyak orang dan bagi pemerintah, di era revolusi pendidikan seperti sekarang ini
seharusnya lebih memperhatikan kulitas guru. Penyebaran guru-guru yang memenuhi
kualifikasi pun harus merata bahkan sampai ke pelosok-pelosok desa. Selain itu
sudah seharusnya seorang guru mendapat pemberdayaan baik dalam arti profesi
ataupun kesejahteraan karena tuntutan dan tugas guru yang semakin berat akibat
perubahan yang terlalu cepat yang terjadi di masyarakat. Apabila guru-guru di
Indonesia disejahterakan maka tidak mustahil jika suatu saat nanti mutu pendidikan di
Indonesia menjadi meningkat7

7
Hani Risdiany. “Pengembangan Profesionalitas Guru dalam Mewujudkan Kualitas
Pendidikan Indonesia” , Edukatif : Jurnal ilmu Pendidikan. Vol.3, No.2
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pengembangan profesionalitas guru bergantung pada guru itu sendiri dalam


menentukan peningkatan standar profesionalnya. Kualitas guru rendah disebabkan
oleh upah guru yang rendah, dan belum semua guru di Indonesia telah memenuhi
sebuah kriteria profesi. Hal tersebut dikarenakan pada saat ini tenaga pengajar di
Indonesia masih terbilang kurang. Bahkan ada beberapa guru yang tidak memiliki
gelar sarjana khususnya dibidang sarjana pendidikan. Hal ini dapat dikatakan bahwa
tenaga pengajar bukanlah sebuah profesi yang banyak diminati banyak orang dan
bagi pemerintah, di era revolusi pendidikan seperti sekarang ini seharusnya lebih
memperhatikan kulitas guru. Penyebaran guru-guru yang memenuhi kualifikasi pun
harus merata bahkan sampai ke pelosok-pelosok desa. Selain itu sudah seharusnya
seorang guru mendapat pemberdayaan baik dalam arti profesi ataupun kesejahteraan
karena tuntutan dan tugas guru yang semakin berat akibat perubahan yang terlalu
cepat yang terjadi di masyarakat. Apabila guru-guru di Indonesia disejahterakan maka
tidak mustahil jika suatu saat nanti mutu pendidikan di Indonesia menjadi meningkat.

B. SARAN
Dari penjelasan yang telah dipaparkan, penulis menyarankan kepada pembaca,
agar dapat memanfaatkan makalah ini sebagai sumber ilmu dan referensi untuk
membuat tulisan terkait yang lebih baik lagi. Selain itu agar dapat memahami konsep
profesionalitas guru secara mendalam

DAFTAR PUSTAKA

Hani Risdiany. “Pengembangan Profesionalitas Guru dalam Mewujudkan Kualitas


Pendidikan Indonesia” , Edukatif : Jurnal ilmu Pendidikan. Vol.3, No.2

Mustofa. “Upaya Pengembangan Profesionalisme Guru di Indonesia”, Jurnal


Ekonomi dan Pendidikan. Vol.4, No.1

Nurhadi, Ali. 2016. Profesi Keguruan. Jawa Barat: Goresan Pena.

Nurjan, Syarifan. 2015. Profesi Keguruan Konsep dan Aplikasi. Yogyakarta:


Samudra Biru.

Rusdiana. 2015. Pendidikan Profesi Keguruan. Bandung: CV Pustaka Setia

Sudarwan, Danim. 2011. Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Kencana Prenada


Media Grup.

Susanto, Heri. 2020. Profesi Keguruan. Banjarmasin: Program Studi Pendidikan


Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universtas Lambung
Mangkurat.

Anda mungkin juga menyukai