Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

PROFESIONALISME GURU MADRASAH


DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PENDIDIKAN

OLEH
SOBIHIN

FAKULTAS TARBIYAH
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM DALAM SISDIKNAS
INSTITUT AGAMA ISLAM
DAAR AL ULUUM
KISARAN
2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kita
kesehatan dan kesempatan dalam rangka menyelesaikan kewajiban kami sebagai
mahasiswa, yakni dalam bentuk tugas yang diberikan oleh bapak dosen dalam rangka
menambah ilmu pengetahuan dan wawasan kami.
Yang kedua shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada baginda Nabi besar
Muhammad SAW, sahabat beserta keluarganya karena dengan perjuangan beliau kita
bisa berkumpul di tempat yang mulia ini.
Dengan membuat tugas kami ini, diharapkan mampu untuk lebih menguasai
materi yang kami sajikan berdasarkan informasi dari berbagai sumber. Kami menyadari
bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari sempurna, baik dari penyusunan,
bahasan, maupun penulisannya. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran
yang sifatnya membangun, khususnya dari dosen mata kuliah guna menjadi acuan dalam
bekal pengalaman bagi kami untuk lebih baik di masa yang akan datang.

Aek Songsongan, Desember 2023


Penulis,

SOBIHIN
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................. ....... i

DAFTAR ISI ................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... ....... 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................................ ....... 1

1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... ....... 1

1.3 Tujuan ......................................................................................................... ....... 1

BAB 2 PEMBAHASAN ......................................................................................... ....... 2

2.1 Promatika pendidikan ................................................................................. ....... 2

2.2 Perkembangan teknologi ……........................................................................... 5

2.3 Peran guu professional dalampembelajaran ………........................................... 6

2.4 Faktor yang mempengaruhi guru profession………………………………........8

2.5 Upaya-Upaya untuk Meningkatkan Profesionalisme Guru..................................10

2.6 Dunia pendidikan Indonesia menghadapi MEA………………………………… 15

2.7 Solusi kedepan …………………………………………………………………...20

BAB 3 PENUTUP ................................................................................................... ....... 28

3.1 Kesimpulan ......................................................................................................... 28

3.2 Saran ................................................................................................................... 28

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................29


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di era globalisasi saat ini, Indonesia harus mampu meningkatkan mutu pendidikan,

sehingga tidak kalah bersaing dengan negara lain. Negara kita harus mencetak orang-orang

yang berjiwa mandiri dan mampu berkompetisi di tingkat dunia. Saat ini, Indonesia

membutuhkan orang-orang yang dapat berfikir secara efektif, efisien dan juga produktif.

Hal tersebut dapat diwujudkan jika kita mempunyai tenaga pendidik yang handal dan

mampu mencetak generasi bangsa yang pintar dan bermoral.

Sebagaimana telah dimaklumi bahwa dalam lingkup pendidikan yang terkecil yaitu

sekolah, guru memegang peranan yang amat penting dan strategis. Kelancaran proses

seluruh kegiatan pendidikan terutama sekolah, sepenuhnya berada dalam tanggung jawab

para guru. Dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen

merupakan tuntutan dari pentingnya keberadaan guru dan dosen sebagai pendidik yang

harus dihargai kerja dan pengabdiannya untuk mencerdaskan bangsa. Di samping itu,

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sitem Pendidikan Nasional yang

mensyaratkan bahwa untuk menjamin perluasan dan pemerataan akses, peningkatan mutu

dan relevansi, serta tata pemerintahan yang baik dan akuntabilitas pendidikan yang mampu

menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan

global perlu dilakukan pemberdayaan dan peningkatan mutu guru secara terencana, terarah

dan berkesinambungan.
Guru adalah seseorang pemimpin yang harus mengatur, mengawasi dan mengelola

seluruh kegiatan proses pembelajaran di sekolah yang menjadi lingkup tanggung jawabnya,

serta merupakan orang yang sangat berpengaruh dalam proses belajar mengajar. Sudah

selayaknya seorang guru itu diberikan kesejahteraan berupa sertifikasi. Dapat dipahami

bahwa sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik kepada guru yang telah

memenuhi persyaratan tertentu, yaitu memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sehat

jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan

nasional yang disertai dengan peningkatan kesejahteraan yang layak.

Sejumlah penelitian membuktikan bahwa guru yang professional merupakan salah

satu indikator penting dari sekolah berkualitas. Guru yang professional akan sangat

membantu proses pencapaian visi misi sekolah. Mengingat strategisnya peran yang dimiliki

oleh seorang guru, usaha-usaha untuk mengenali dan mengembangkan profesionalisme

guru menjadi sangat penting untuk dilakukan.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apa yang dimaksud dengan probematika pendidikan ?

1.2.2 Apa yang dimaksud dengan profesionalisme guru

1.2.3 Bagaimana peran guru professional dalam proses pembelajaran ?

1.2.4 Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi profesionalisme guru ?

1.2.5 Apa saja syarat- syarat menjadi guru profesionalisme ?

1.2.6 Apa saja upaya untuk meningkatkan profesionalisme guru

1.2.7 Bagaimana solusi kedepan

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian dilakukan dengan tujuan sebagai berikut:

1.3.1 Mengetahui pengertian tentang probematika pendidikan


1.3.2 Mengatahui pengertian tentang dengan profesionalisme guru

1.3.3 Mengetahui peran guru professional dalam proses pembelajaran

1.3.4 Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi profesionalisme guru

1.3.5 Mengetahui syarat- syarat menjadi guru profesionalisme

1.3.6 Mengetahui cara meningkatkan profesionalisme guru dalam membangun

pendidikan yang berkualitas


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Problematika Mutu Pendidikan

Sebelum melangkah lebih jauh dalam mengkaji peran guru dalam peningkatan mutu

pendidikan, ada baiknya melihat problematika mutu pendidikan saat ini. Hal ini sebagai. Hal

ini sebagai overview untuk kemudian mengantarkan pada

182 pemahaman diman dan seperti apa sebenanrnya kompetensi dan profesionalitas guru

secara ideal, seperti halnya juga yang dicantumkan dalam pengaturan Udang-undang guru

dan dosen saat ini. Pendidikan merupakan salah satu subsistem yang sentral, sehingga

senantiasa perlumendapatkan perhatian dan perbaikan dalam menjaga kontinuitas proses

kehidupandalam berbagai aspek di tengah-tengah masyarakat , negara-negara tersebut (input-

proses-output). Karena itu, mutu pendidikan perlu menjadi perhatian berbagai pihak untuk

kemudian mampu bersama memajukannya. Perlu diingat kita bahha mutu pendidikan

Indonesia belum beranjak dari prestasinya yang cukup rendah bahkan ditingkatan ASIA.

Memang ada paradigma yang terbangun di dalam sistem pendidikan kita bahwa ganti menteri

ganti kurikulum dan kebijakan pendidikan. Hal ini tentu dapat berpengaruh pada upaya

singkronisasi peningkatan mutu pendidikan. Dalam upaya untuk memperbaiki sistem

pendidikan nasional ternyata memerlukan adanya perbaikan pula dalam aspek sistemik

(regulasi-regulasi) serta meningkatnya kontrol sosial dari masyarakat, selain itu pendidikan

sangat dipengaruhi oleh kondisi sosial politik, termasuk persoalan stabilitas dan keamanan,

sebab pelaksanaan pendidikan membutuhkan rasa aman (Malik Fadjar, 2001). Hasil survey

Political and Economic Risk Consultancy (PERC) yang menyebutkan bahwa sistem

pendidikan di Indonesia terburuk di kawasan Asia, yaitu dari 12 negara yang disurvei oleh

lembaga yang berkantor pusat di Hongkong itu, Korea Selatan dinilai memiliki sistem
pendidikan terbaik, disusul Singapura, Jepang dan Taiwan, India, Cina,serta Malaysia.

Indonesia menduduki urutan ke 12, setingkat di bawah Vietnam. Sedangkan laporan dari

United Nations Development Program (UNDP) tahun 2010 dan 2011, menyatakan bahwa

indeks pembangunan manusia di Indonesia ternyata tetap buruk. Tahun 2010 Indonesia

menempati urutan ke 111 dari 175 negara ditambah . Lebih sempit lagi pada kawasan

ASEAN, menurut UNDP menyatakan posisi Indonesia dibandingkan dengan negara-negara

anggota ASEAN masih tertinggal cukup jauh, Singapura pada urutan 25, Brunei pada urutan

33, Malaysia pada urutan 58, sementara Indonesia berda pada urutan 111. Kondisi ini

menunjukan adanya hubungan yang berarti antara penyelenggaraan pendidikan dengan

kualitas pembangunan sumber daya manusia indonesia yang dihasilkan selama ini, meskipun

masih ada faktor-faktor lain yang juga mempengaruhinya. Landasan

183 Pendidikan marupakan salah satu kajian yangdikembangkan dalam berkaitannya dengan

dunia pendidikan. Untuk diyakini bahwa dalam bidang pendidikan, yang dimaksud dengan

mutu memiliki pengertian sesuai dengan makna yang terkandung dalam siklus pembelajaran.

Secara ringkas dapat diartikan beberapa kata kunci mengeni pengertian mutu, yaitu sesuai

perkembangan kebutuhan, sesuai penggunaan pelanggan, sesuai perkembangan kebutuhan,

dan sesuai kebutuhan lingkungan global Ibrahim (2000:6). Sehingga untuk melihat hasil dari

mutu pendidikan yang tak biasa lepas dari hal tersebut adalah ketersediaan professional guru

dan aturan yang mengatur kerja guru, yang saling bersinergi dalam mewujudkan mutu

pendidikan yang baik


2.2 Pengertian Profesionalisme Guru

Ahmad Tafsir Mendefisinikan bahwa profesionalisme adalah paham yang mengajarkan

bahwa setiap pekerjaan harus dilakukan oleh orang yang professional. Istilah professional

aslinya adalah kata sifat dari kata “profession” (pekerjaan)yang berarti sangat mampu

melakukan pekerjaan. Sebagai kata benda, professional lebih berarti orang yang melaksanakan

sebuah profesi dengan menggunakan profesi sebagai mata pencarian (Mc. Leod,1989). Dalam

kamus bahasa Indonesia edisi kedua (1991), guru diartikan sebagai orang yang pekerjaannya

(mata pencariannya) mengajar. Dalam bahasa arab disebut “Mu’alim” dalam bahasa inggris

“teacher” memiliki arti sederhana yakni “A person whose occupation is teaching others” (Mc.

Leod,1989) artinya seseorang yang pekerjaannya mengajar orang lain.

Di dalam UU sistem pendidikan nasional tahun 2003 pada pasal 39 ayat 2 menjelaskan:

“Pendidik merupakan tenaga professional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan

proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan

serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. “

Profesionalisme guru merupakan kondisi, arah, nilai, tujuan, dan kualitas suatu keahlian

dan kewenangan dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang berkaitan dengan pekerjaan

seseorang yang menjadi mata pencaharian. Adapun guru yang professional itu sendiri adalah

guru yang berkualitas, berkompeten dan guru yang dikehendaki untuk mendatangkan prestasi

belajar serta mampu mempengaruhi proses belajar siswa yang nantinya akan menghasilkan

prestasi belajar siswa yang lebih baik.

Secara sederhana pekerjaan yang bersifat professional adalah pekerjaan yang hanya

dapat dilakukan oleh mereka yang secara kusus disiapkan untuk itu dan bukan pekerjaan yang

dilakukan oleh mereka yang karena tidak dapat atau tidak memperoleh pekerjaan yang lainnya.
Profesionalisme yang berdasarkan keterbukaan dan kebijakan terhadap ide-ide pembaharuan

itulah yang akan mampu melestarikan eksitensi sekolah.

2.3 Perkembangan Teknologi Informasi

Dalam rangka meningkatkan profesionalisme guru, terjadinya revolusi teknologi informasi

merupakan sebuah tantangan yang harus mampu dipecahkan secara mendesak. Adanya

perkembangan teknologi informasi yang demikian akan mengubah pola hubungan guru-

murid, teknologi instruksional dan sistem pendidikan secara keseluruhan. Kemampuan guru

dituntut untuk menyesuaikan hal demikian itu. Adanya revolusi informasi harus dapat

dimanfaatkan oleh bidang pendidikan sebagai alat mencapai tujuannya dan bukan sebaliknya

justru menjadi penghambat. Untuk itu, perlu didukung oleh suatu kehendak dan etika yang

dilandasi oleh ilmu pendidikan dengan dukungan berbagai pengalaman para praktisi

pendidikan di lapangan. Perkembangan teknologi (terutama teknologi informasi)

menyebabkan peranan sekolah sebagai lembaga pendidikan akan mulai bergeser. Sekolah

tidak lagi akan menjadi satu-satunya pusat pembelajaran karena aktivitas belajar tidak lagi

terbatasi oleh ruang dan waktu. Peran guru juga tidak akan menjadi satu-satunya sumber

belajar karena banyak sumber belajar dan sumber informasi yang mampu memfasilitasi

seseorang untuk belajar. Teknologi mempunyai gagasan mereformasi sistem pendidikan masa

depan. Apabila anak diajarkan untuk mampu belajar sendiri, mencipta, dan menjalani

kehidupannya dengan berani dan percaya diri atas fasilitasi lingkungannya (keluarga dan

masyarakat) serta peran sekolah tidak hanya menekankan untuk mendapatkan nilai-nilai ujian

yang baik saja, maka akan jauh lebih baik dapat menghasilkan generasi masa depan.

Orientasi pendidikan yang terlupakan adalah bagaimana agar lulusan suatu sekolah dapat

cukup pengetahuannya dan kompeten dalam bidangnya, tapi juga matang dan sehat

kepribadiannya. Bahkan konsep tentang sekolah di masa yang akan datang, menurutnya akan

berubah secara drastis. Ada sisi-sisi tertentu dari fungsi dan peranan sekolah yang tidak dapat
tergantikan, misalnya hubungan guru-murid dalam fungsi mengembangkan kepribadian atau

membina hubungan sosial, rasa kebersamaan, kohesi sosial, dan lain-lain. Teknologi

informasi hanya mungkin menjadi pengganti fungsi penyebaran informasi dan sumber belajar

atau sumber bahan ajar. Bahan ajar yang semula disampaikan di sekolah secara klasikal, lalu

dapat diubah menjadi pembelajaran yang diindividualisasikan melalui jaringan internet yang

dapat diakses oleh siapapun dari manapun secara individu. Inilah tantangan profesi guru.

Apakah perannya akan

186 digantikan oleh teknologi informasi, atau guru yang memanfaatkan teknologi informasi

untuk menunjang peran profesinya. Melalui penerapan dan pemilihan teknologi informasi

yang tepat (sebagai bagian dari teknologi pendidikan), maka perbaikan mutu yang

berkelanjutan dapat diharapkan. Perbaikan yang berlangsung terus menerus secara

konsisten/konstan akan mendorong orientasi pada perubahan untuk memperbaiki secara terus

menerus dunia pendidikan. Adanya revolusi informasi dapat menjadi tantangan bagi lembaga

pendidikan karena mungkin kita belum siap menyesuaikan. Sebaliknya, hal ini akan menjadi

peluang yang baik bila lembaga pendidikan mampu menyikapi dengan penuh keterbukaan

dan berusaha memilih jenis teknologi informasi yang tepat, sebagai penunjang pencapaian

mutu pendidikan. Pemilihan jenis media sebagai bentuk aplikasi teknologi dalam pendidikan

harus dipilih secara tepat, cermat dan sesuai kebutuhan, serta bermakna bagi peningkatan

mutu pendidikan kita.

2.4 Peran Guru Professional Dalam Proses Pembelajaran

Guru yang professional dituntut harus mampu berperan selaku manajer yang baik

yang didalamnya harus mampu melangsungkan seluruh tahap-tahap aktivitas dan proses

pembelajaran dengan manajerial yang baik sehingga tujuan pembelajaran yang diharapkan

dapat diraih dengan hasil yang memuaskan.


Peran guru professional atau tenaga kependidikan adalah :

a) Tenaga kependidikan sebagai pendidik dan pengajar yakni tenaga

kependidikan yang harus memiliki kestabilan emosi, ingin memajukan peserta

didik, bersifat realitis, bersikap jujur dan terbuka, peka terhadap

perkembangan terutama inovasi pendidikan.

b) Tenaga kependidikan sebagai anggota masyarakat, untuk itu harus menguasai

psikologi sosial, memiliki pengetahuan tentang hubungan antar manusia dan

sebagai anggota masyarakat harus memiliki keterampilan membina kelompok,

keterampilan bekerja sama.

c) Tenaga kependidikan perlu memiliki kepribadian menguasai ilmu

kepemimpinan menguasai prinsip hubungan manusia, teknik berkomunikasi

serta menguasai berbagai aspek kegiatan organisasi yang ada disekolah.

d) Tenaga kependidikan sebagai pengelola proses belajar mengajar yakni tenaga

kependidikan yang harus mampu dan menguasai berbagai metode mengajar

dan harus mampu menguasai situasi belajar mengajar didalam kelas maupun

diluar kelas

2.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Guru Profesional

Secara garis besarnya faktor-faktor yang mempengaruhi guru professional antara lain

sebagai berikut:

a) Status Akademik

Pekerjaan guru adalah pekerjaan yang bersifat profesi. Secara sederhana

pekerjaan yang bersifat profesi adalah pekerjaan yang hanya dilakukan oleh mereka

yang secara khusus dsisiapkan untuk itu dan bukan pekerjaan lainnya.
Untuk menciptakan tenaga-tenaga professional tersebut pada dasarnya

disekolah dibina dan dikembangkan dari berbagai segi diantaranya:

1. Segi toritis yaitu dilembaga atau sekolah-sekolah keguruan yang

membina dan menciptakan tenaga-tenaga professional ini diberikan

ilmu-ilmu pengetahuan selain ilmu pengetahuan yang harus

disampaikan kepada anak didik, juga diberikan ilmu-ilmu pengetahuan

khusus untuk menunjang keprofesionalannya sebagai guru yang berupa

ilmu mendidik, ilmu jiwa dan sebagainya.

2. Segi praktis yaitu secara praktis dapat diartikan dengan berdasarkan

praktek adalah cara melakukan apa yang tersebut dalam teori (W.J.S.

Porwadarminta 1999:99)

b) Pengalaman Belajar

Dalam menghadapi anak didik tidaklah mudah untuk mengorganisir

mereka, dan hal tersebut banyak menjadi keluhan, serta banyak pula dijumpai

guru yang mengeluh karena sulit untuk menciptakan suasana kegiatan belajar

mengajar yang menyenangkan. Hal tersebut dikarenakan guru kurang mampu

untuk menguasai dan menyesuaikan diri terhadap proses belajar mengajar

yang berlangsung.

c) Mencintai profesi sebagai guru

Rasa cinta tumbuh dari naluri kemanusiaan dan rasa cinta akan

mendorong individu untuk melakukan sesuatu sebagai usaha dan

pengorbanan. Seseorang yang melakukan sesuatu dengan tanpa adanya rasa

cinta biasanya orang yang keadaanya dalam paksaan orang lain, maka dalam

melaksanankan haknya itu dengan merasa terpaksa. Dalam melakukan sesuatu


akan lebih berhasil apabila disertai dengan adanya rasa cinta terhadap apa

yang dilakukannya itu.

d) Berkepribadian

Secara bahasa kepribadian adalah keseluruhan sifat-sifat yang

merupakan watak-watak seseorang. Dalam proses belajar mengajar

kepribadian seorang guru ikut serta menentukan watak kepada siswanya.

Dalam proses belajar kepribadian seorang guru sangat menentukan terhadap

pembentukan kepribadian siswa untuk menanamkan akhlak yang baik sebagai

umat manusia.

Guru sebagai pelaksana proses pendidikan, perlu memiliki keahlian

dalam melaksanakan tugasnya. Oleh karenanya keberhasilan proses belajar

mengajar sangat tergantung kepada bagaimana guru mengajar. Agar guru

dapat melaksanakan tugasnya dengan efektif dan efisien, maka guru perlu

memiliki kompetensi yang dapat menunjang tugasnya, yang disebut

kompetensi guru profesional. Kompetensi tersebut antara lain sebagaid berikut

1. Kompetensi Pribadi

Adalah kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian

yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi

peserta didik, dan berakhlak mulia. Sub kompetensi dalam kompetensi

kepribadian melliputi :
a) Kepribadian yang mantap dan stabil meliputi bertindak sesuai dengan

norma sosial, bangga menjadi guru, dan memiliki konsistensi dalam

bertindak sesuai dengan norma.

b) Kepribadian yang dewasa yaitu menampilkan kemandirian dalam

bertindak sebagai pendidik dan memiliki etos kerja sebagai guru.

c) Kepribadian yang arif adalah menampilkan tindakan yang didasarkan

pada kemanfatan peserta didik, sekolah dan masyarakat dan

menunjukan keterbukaan dalam berfikir dan bertindak.

d) Kepribadian yang berwibawa meliputi memilii perilaku yang

berpengaruh positif terhadap peserta didik memiliki perilaku yang

disegani.

e) Berakhlak mulia dan dapat menjadi teladan meliputi bertindak sesuai

norma religious (imtaq, jujur, ikhlas, suka menolong) dan memiliki

perilaku yang diteladani peserta didik.

2. Kompetensi Profesional

Adalah penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam,

yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah

dan substansi keilmuan yang menaungi materinya, serta penguasaan

tehadap struktur dan metodologi keilmuannya. Sub kompetensi dalam

kompetensi professional adalah:

a) Mengerti dan dapat menerapkan landasan kependidikan bai filosofi dan

psikologis

b) Mengerti dan dapat menerapkan teodi belhar sesuaii dengan tingkat

perkembangan perilaku peserta didik


c) Mampu menangani mata pelajaran atau bidan studi yang ditugaskan

kepadanya

d) Mengerti dan dapat menerapkann metode mengajar yang sesuai

e) Mampu menggunakan berbagai alat pelajaran dan media serta fasilitas

yang lain

f) Mampu mengorganisasikan dan melaksanakan program pengajaran

g) Mampu melaksanakan evaluasi belajar

h) Mampu menumbuhkan kepribadian peserta didik.

3. Kompetensi Sosial

Kemampuan sosial tenaga kependidikan adalah salah satu daya atau

kemampuan tenaga kependidikan untuk mempersiapkan perserta didik

menjadi anggota masyarakat yang baik serta kemampuan untuk mendidik,

membimbing masyarakat dalam menghadapu kehidupan yang akan dating.

Tenaga kepribadian harus mampu berkomunikasi dengan masyarakat,

mampu bergaul dan melayani masyarakat dengan baik, mampu mendorong

dan menunjang kreatifitas masyarakat, dan menjaga emosi dan perilaku

yang tidak baik.

4. Kompetensi Pedagogik

Kemampuan pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan

pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan

peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang

dimilikinya. Sub kompetensi dalam kompetensi Pedagogik adalah:


a) Memahami peserta didik secara mendalam yang meliputi

memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip

perkembangan kognitif, prinsip-prinsip kepribadian, dan

mengidentifikasi bekal ajar awal peserta didik.

b) Merancang pembelajaran, termasuk memahami landasan

pendidikan untuk kepentingan pembelajaran yang meliputi

memahami landasan pendidikan, menerapkan teori belajar dan

pembelajaran, menentukan strategi pembelajaran berdasarkan

karakteristik pesera didik, kompetensi yang ingin dicapai, dan

materi ajar, serta menyusun rancangan pembelajaran berdasarkan

strategi yang dipilih.

c) Melaksanakan pembelajaran yang meliputi menata latar

pembelajaran dan melaksanakan pembelajaran yang kondusif.

d) Mengembangkan peseta didik untuk mengaktualisasikan berbagai

potensinya meliputi memgasilitasi peserta didik yntuk

pengembangan berbagai potensi akademik, dan memfasilitasi

peserta didk untuk mengembangkan berbagai potensi non

akademik
2.6 Upaya-Upaya untuk Meningkatkan Profesionalisme Guru

Profesionalisme guru merupakan acuan yang sangat penting bagi peningkatan

dunia pendidikan. Banyak cara yang dilakukan untuk meningkatkan profesionalsme

guru. Jalan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan Profesionalisme guru antara

lain:

1. Peningkatan kesejahteraan. Agar seorang guru bermartabat dan mampu

“membangun” manusia dengan penuh percaya diri, guru memiliki kesejahteraan

yang cukup (gaji yang memadai). Perlu ditata ulang sistem penggajian guru agar

gaji yang diterimanya setiap bulan dapat mencukupi kebutuhan hidup dirinya dan

keluarganya dan pendidikan putra-putrinya. Dengan penghasilan yang mencukupi,

tidak perlu guru bersusah payah untuk mencari nafkah tambahan di luar jam

kerjanya. Guru akan lebih konsentrasi ada profesinya, tanpa harus

menghawatirkan kehidupan rumah tangganya serta khawatir akan pendidikan

putra-purtinya. Guru mempunyai waktu yang cukup untuk mempersiapkan diri

tampil prima di depan kelas. Jika mungkin, seorang guri dapat meningkatkan

profesinya dengan menulis buku materi pelajaran yang dapat digunakan diri

sendiri untuk mengajar dan membantu guru-guru lain yang belum mencapai

tingkatnya. Hal ini dapar lebih menyejahterakan kehidupan guru dan akan lebih

meningkatkan status sosial guru. Guru akan lebih dihormati dan dikagumi oleh

anak didiknya. Jika anak didik mengagumi gurunya maka motivasi belajar siswa

akan meningkat dan pendidikan pasti akan lebih berhasil.

2. Kurangi beban guru dari tugas-tugas administrasi yang sangat menyita waktu.

Sebaiknya tugas-tugas administrasi yang selama ini harus dikerjakan seorang

guru, dibuat oleh suatu tim di Diknas atau Musyawarah Guru Mata Pelajaran

(MGMP) yang disesuaikan dengan kondisi daerah dan bersifat fleksibel (bukan
harga mati) lalu disosialisasikan kepada guru melalui sekolah-sekolah. Hal ini

dapat dijadikan sebagai pegangan guru mengajar dalam mengajar dan membantu

guru-guru pemula untuk mengajar tanpa membebani tugas-tugas rutin guru.

3. Penyelenggaraan pelatihan dan sarana. Salah satu usaha untuk meningkatkan

profesionalitas guru adalah pendalaman materi pelajaran melalui pelatihan-

pelatihan tanpa beban biaya atau melengkapi sarana dan kesempatan agar guru

dapat banyak membaca buku-buku materi pelajaran yang dibutuhkan guru untuk

memoerdalam pengetahuannya.

4. Pembinaan perilaku kerja. Studi-studi sosiologi sejak zaman Max Weber di awal

abad ke-20 dan penelitian manajemen dua puluh tahun belakangan bermuara pada

satu kesimpulan utama bahwa keberhasilan pada berbagai wilayah kehidupan

ternyata ditentukan oleh perilaku manusia, terutama perilaku kerja.

5. Penciptaan waktu luang. Waktu luang sudah lama menjadi sebuah bagian proses

pembudayaan. Salah satu tujuan pendidikan klasik (Yunani-Romawi) adalah

menjadikan manusia makin menjadi “penganggur terhormat”, dalam arti semakin

memiliki banyak waktu luang untuk mempertajam intelektualitas dan kepribadian.

6. Memahami tuntutan standar profesi yang ada. Upaya memahami tuntutan standar

profesi yang ada (di Indonesia dan yang berlaku di dunia) harus ditempatkan

sebagai prioritas utama jika guru ktita ingin meningkatkan profesionalitasmenya.

Hal ini didasarkan kepada beberapa alasan sebagai berikut: Pertama, persaingan

global sekarang memungkinkan adanya mobilitas guru secara lintas Negara.

Kedua, sebagai professional seorang guru harus mengikuti tuntutan perkembangan

profesi secara global, dan tuntutan masyarakat yang menghendaki pelayanan yang

lebih baik. Cara satu-satunya untuk memenuhi standar profesi ini adalah dengan
membuka diri yakni mau mendengar dan melihat perkembangan baru di

bidangnya.

7. Mencapai kualifikasi dan kompetensi yang di persyaratkan. Kemudian upaya

mencapao kualifikasi dan kompetensi yang dipersyaratkan juga tidak kalah

pentingnya bagi guru. Dengan dipenuhinya kualifikasi dan kompetensi yang

memadai maka guru memiliki posisi tawar yang kuat dan memenuhi syarat yang

dibutuhkan.

8. Membangun hubungan kerjawatan yang baik dan luas temasuk lewat organisasi

profesi. Upaya membangun hubungan kerjawatan yang baik dan luas dapat

dilakukan dengan membina jaringan kerja atau networking. Guru harus berusaha

untuk mengetahui aoa yang telah dilakukan oleh sejawatnya yang sukses.

9. Mengembangkan etos kerja atau budaya kerja yang mengutamakan pelayanan

bermutu tinggi. Selanjutnya upaya menmbangun etos kerja atau budaya kerja yang

mengutamakan pelayanan bermutu tinggi kepada konstituen merupakan suatu

keharusan di zaman sekarang. Semua bidang dituntut untuk memberikan

pelayanan prima kepada konstituennya yaitu siswa, orangtua dan sekolah.

Terlebih lagi pelayanan pendidikan adalah termasuk pelayanan publik yang

didanai, diandakan, dikontrol oleh dan untuk kepentingan publik. Oleh karena itu

guru harus mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya kepada publik.

10. Mengadopsi inovasi atau mengembangkan kreativitas dalam pemanfaatan

teknologi komunikasi dan informasi mutakhir agar senantiasa tidak ketinggalan

dalam kemampuannya mengelola pembelajaran. Guru dapat memanfaatkan media

dan ide-ide baru bidan teknologi pendidikan seperti media presentasi, computer

dan juga pendekatan-pendekatan baru bidang teknologi pendidikan.


Upaya-upaya guru untuk meningkatkan profesionalismenya tersebut pada

akhirnya memerlukan adanya dukungan dari semua puhak yang terkait agar benar-

benar terwujud. Pihak-pihak yang harus memberikan dukungannya tersebut adalah

organisasi profesi seperti PGRI, pemerintah dan juga masyarakat.

2.7 Dunia Pendidikan Indonesia Menghadapi MEA Pada tahun 2015 kesepakatan

Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) atau Pasar Ekonomi ASEAN mulai berlaku.

Kesepakatan ini tak hanya berdampak pada sektor ekonomi, tapi juga sektor-sektor

lainnya. Tak terkecuali “pendidikan” sebagai modal membangun sumber daya

manusia yang kompetitif. Era perdagangan bebas ASEAN, harus disambut oleh dunia

pendidikan dengan cepat, agar sumber daya manusia Indonesia siap menghadapi

persaingan yang semakin ketat dengan negara-negara lain.. Mengacu pada faktor

penentu kemajuan suatu negara yaitu, penguasaan inovasi (45%), penguasaan

jaringan/networking (25%), penguasaan teknologi (20%), serta

188 kekayaan sumberdaya alam hanya (10%), maka pendidikan di Indonesia harus

lebih menekankan pada tiga kemampuan tersebut untuk meningkatkan kemajuan di

Indonesia. Berkaitan dengan hal tersebut, pemerintah harus mampu menyiapkan

sekolah-sekolah khusus yang sesuai dengan kebutuhan di lapangan kerja, misalnya

sekolah pertanian, sekolah peternakan, sekolah perikanan, sekolah teknik mesin,

sekolah teknik bangunan, dan sebagainya. Sekolah-sekolah tersebut harus benar-benar

mampu membekali kompetensi untuk berinovasi dan untuk membangun

jaringan/networking. Kompetensi berinovasi dapat dilakukan dengan peningkatan

berbagai ketrampilan yang ada. Ketrampilan ini bisa diupayakan dengan cepat karena

siswa akan diajarkan bagaimana cara bekerja yang kreatif dan inovatif. Sedangkan

kompetensi membangun jaringan dilakukan dengan pengembanga sikap dan

mengelola sumber daya manusia seperti, kepemimpinan, kerja sama serta komunikasi.
Disamping itu peningkatan peran pemerintah dalam menyelesaikan masalah

pendidikan, yaitu dengan mengalokasikan anggaran pendidikan yang memadai

disertai dengan pengawasan pelaksanaan anggaran, agar dapat benar-benar

dimanfaatkan untuk memperbaiki pendidikan di Indonesia. Seperti program

pembangunan infrastruktur sekolah yang merata, menyusun kurikulum yang lebih

representatif agar dapat menggali potensi siswa ( tidak sekedar hardskill, namun juga

softskill ). Pemerintah juga harus lebih memperhatikan kualitas, distribusi serta

kesejahteraan guru di Indonesia, karena guru merupakan salah satu tonggak untuk

mendukung jalannya pendidikan, dan sangat berperan penting dalam menciptakan

siswa yang cerdas, terampil, bermoral dan berpengetahuan luas. Sehingga sepantasnya

pemerintah dapat membuat peraturan untuk menuju penyelenggaraan pendidikan yang

berkualitas, serta dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Dengan

demikian, apabila pendidikan di Indonesia mampu membekali siswa dengan

pengetahuan serta keterampilan yang memadai, maka lulusan pendidikan Indonesia

akan memiliki rasa percaya diri serta motivasi yang tinggi untuk mengembangkan diri

secara optimal, sehingga dapat diyakini bahwa Indonesia mampu bersaing secara

global dan mampu menghadapi MEA 2015

2.8 Solusi Ke Depan Penerapan profesionalisme tentunya bukan hanya tanggung

jawab semata dari guru tersebut, akan tetapi semua elemen yang mendukung dalam

tugas guru. Berbagai masalah

189 dalam mencapi profesionalisme guru kedepan sangatlah kompleks, dengan

kondusi tersebut apabila tidak ada kesiapan secara baik akan berdampak terhadap

kualitas pendidikan di Indonesia. Sementara saat ini, negara-negara di sekitar

Indonesia memendang peningkatan mutu pendidikan melalui perbaikan kinerja guru

sudah berkembang dengan pesat. Perbaikan sumber daya dalam hal ini adalah guru
merupakan prioritas,perbaikan dalam hal jangka panjang untuk menyiapkan

kemampuan guru, misalnya dalam kemampuan penguasaan teknologi informasi.

Penguasaan teknologi informasi saat ini merupakan hal yang sangat penting, melihat

perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat pada saat ini. Perkembangan

tersebut tentunya berdampak pula pada dunia pendidikan, bagaimana pendidikan

mampu beradaptasi dengan perkembangan tersebut. Hal tersebut akan terwujud

apabila komponen-komponen di dalam pendidikan mampu beradaptasi pula. Guru

sebagai salah satu komponen pendidikan harus mampu beradaptasi juga, langkah awal

yang harus dilakukan adalah menumbuhkan minat guru terhadap teknologi informasi

melalui stimulus-stimulus yang mengharuskan guru berhubungn langsung dengan

teknologi informasi. Sebagai contoh sekolah memberikan instruksi kepada guru agar

setiap kegiatan pembelajaran menggunakan media teknologi. Dengan begitu secara

terbiasa guru akan mudah menguasai teknologi informasi, tentunya juga harus

didukung sarana yang memadai dari sekolah. Pengembangan kemampuan guru dalam

menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang perlu disaiapkan

adalahkepemimpinan, public speaking, penguasaan bahasa asing, dan jaringan.

Apabila hal tersebut mampu dikuasai oleh guru, maka akan mudah guru untuk

menghadapai MEA dan siap bersaing dengan SDM dari negara anggota MEA serta

mempunyai profesionalisme yang baik dalam bekerja.


BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Problematika pendidikan Indonesia saat ini terletak pada sistem dan sumber daya

manusia nya yang masih belum bisa bersinergi, sehingga aturan yang dibuat kadang kala

tidak menyesuaikan kemampuan SDM yang di lapanagan, begitupun sebaliknya SDM

terkadang enggan untuk menuruti aturan yang berlaku. Masalah tersebut mempunyai

190 dampak yang sangat besar terhadap pendidikan, karena hubungan nya langsung dengan

bagaimana guru menjalankan kegiatannya dan mampu dikatakan profesional.

Profesionalisme merupakan performance quality dan sekaligus sebagai tuntutan perilaku

profesional dalam melaksanakan tugasnya. Konsekuensinya guru sebagai profesional dituntut

untuk bisa bekerja dalam koridor profesionalisme.Guru adalah pekerja profesi oleh karena itu

harus menjunjung profesionalisme. Pengertian umum profesionalisme menunjukkan kerja

keras secara terlatih tanpa adalanya persyaratan tertentu. Tantangan yang menghadang di

depan dalam mewujudkan profesionalisme guru adalah bagaimana guru mampu menguasai

teknologi dan informasi, desentralisasi dan sentralisasi dalam pendidikan sehingga terkadnag

membatasi gerak guru untuk menggeluarkan kemempuannya. Dan tantangan yang paling

besar adalah adanya MEA yang mengharuskan SDM di Indonesia mampu bersaing dengn

SDM dari luar yang kan masuk ke Indonesia


 Matematika sebagai pelajaran esensial yang diajarkan kepada anak pada tiap tingkat

pendidikan. Bahkan pada pendidikan anak usia dini matematika sudah mulai

diperkenalkan. Ini menunjukkan bahwa matematika itu sangat berkaitan dengan

kehidupan sehari-hari

 Dengan Penguasaan Ilmu Matematika yang maju, serta memperhatikan perkembangan

dan kemajuan zaman dengan sendirinya pemanfaatan dan penguasaan IPTEK mutlak

diperlukan untuk mencapai kesejahteraan bangsa, serta visi dan misi IPTEK

dirumuskan sebagai panduan untuk mengoptimalkan setiap sumber daya IPTEK yang

dimiliki oleh bangsa Indonesia

 Pentingnya matematika tidak lepas dari perannya dalam segala jenis dimensi

kehidupan, misalnya banyak persoalan kehidupan yang memerlukan kemampuan

menghitung dan mengukur. Dengan demiian, ilmu matematika memiliki peran yang

begitu banyak dalam pengembangan IPTEK di Indonesia.

3.2 Saran

Mewujudkan profesionalisme guru merupakan tugas setiap stakeholder pendidikan,

baik dari jajaran pembuat keputusan sampai pelaksana keputusan. Sinergi semua lini harus

dilakukan agar perbaikan mutu guru dalam berbagai kemampuan dapat terwujud. Melihat

tantangan yang ada di depan yang snagat terjal, solusinya memang harus saling bahumembahu

dalam perbaikan profesionalisme guru

Seluruh pihak perlu bekerja sama untuk meningkatkan kualitas pembelajaran

matematika serta kuantitas-kualitas penelitian matematika di Indonesia. Selain itu, juga harus

melakukan evaluasi agar ditemukan berbagai solusi dalam menghadapi ancaman dan tantangan

globalisasi, khususnya dibidang IPTEK dengan pelajaran matematika. Bila hal tersebut

dilakukan dengan perencanaan yang matang dan pelaksanaan yang intensif, niscaya IPTEK di
Indonesia tidak akan tertinggal karena aspek pembelajaran matematika telah berkembang

kearah yang lebih baik lagi.

DAFTAR RUJUKAN

- Drs. H. Sugito,M.Si, Pendidikan Sejarah Perjuangan dan Jati Diri PGRI (Jakarta :

YPLP/PPLP PGRI Pusat, 2011).

- Prof . Dr. Sudarwan Danim, Dr. H. Khairil proresi kependidikan, Bandung : Jl

Gegerkalong hilir

- http://file.upi.edu/Direktori/Fpmipa/PROD._ILMU_KOMPUTER/19660101199103I-

WAWAN_SETIAWAN/22._profesionalisme_guru.pdf

- Jurnal Aziz Shofi Nurdiansyah, PROFESIONALISME GURU DAN TANTANGAN

KEDEPAN

DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN

- Mantja, W. 2007. Profesionalisasi Tenaga Kependidikan: manajemen pendidikan dan

supervisi pengajaran.

- Supriyadi, D. 1999. Menggangkat Citra dan Martabat Guru. Yogyakarta: Adicita

Karya Nusa.

- Syamsudin, A. 2006. Profesi Keguruan. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai