Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

STRATEGI PENINGKATAN KUALITAS PENDIDIKAN

DISUSUN OLEH:

1. NELVI DAMAYANTI (A1J122013)


2. ICA ISMAWATI (A1J122043)
3. NASTASYA SAFITRI (A1J122053)
4. FARI (A1J122071)
5. JUMIATI (A1J122075)
6. RONALDI SAPUTRA (A1J122079)

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGY


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiratTuhan Yang MahaEsa, yang telah memberikan rahmat


dan berkat-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
Strategi Peningkatan Kualitas Pendidikan ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari
bapak Dr, Jahidin, S.Pd, M.Si, pada mata kuliah Pengantar Pendidikan’ Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Strategi Peningkatan
Kualitas Pendidikam bagi para pembaca dan juga bagipenulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada bapak Dr, Jahidin, S.Pd, M.Si.,
selaku dosen mata kuliah pengantar pendidikan yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan kami. Saya juga mengucapkan
terimakasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya
sehinggasaya dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan makalah ini. Terimakasih.

Kendari, November 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................3
A. Hakikat Mutu Pendidikan...................................................................................3
B. Faktor-Faktor Pendukung Peningkatan Kualitas Pendidikan.............................5
C. Unsur yang terlibat dalam peningkatan mutu pembelajaran............................10
D. Strategi peningkatan mutu pembelajaran di sekolah........................................11
BAB III PENUTUP.....................................................................................................14
A. Kesimpulan.......................................................................................................14
B. Saran.................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sudah merupakan pendapat umum bahwa kemakmuran suatu daerah bekaitan


dengna kualitas satu daerah berkaitan erat dengan kualitas atau mutu pendidikan
bangsa yang bersangkutan. Bahkan lebih spesifik lagi, bangsa-bangsa yang berhasil
mencpai kemakmuran dan selamat dewasa ini adalah bangsa-bangsa yang
melaksanakan pembangunan berdsarkan strategis pengembangan sumber daya.
Artinya, melaksanakan pembangunan sosial dengan tekanan pada pembanguna
pendidikan guna pengembangan kualitas sumber daya manusia. Pengembangan
sumber daya manusia, dari aspek pendidikan berarti mengembangkan pendidikan
baik aspek kuantitas maupun kualitas. Aspek kuantitas tekanan pada perluasan
sekolah sehingga penduduk memiliki akses untuk bisa mendapatkan pelayanan
pendidikan tanpa memandang latar belakang kehidupan mereka. Dari aspek kualitas,
pengembangan sumber daya manusia berarti pendidikan dala hal ini kualitas sekolah
harus selalu ditingkatkan dari waktu ke waktu. Kualitas sekolah memiliki tekanan
bahwa lulusan sekolah sebagai lembaga pendidikan formal memiliki kemampuan
yang relevan dan diperlukan dala kehidupannya.

Peningkatan mutu pendidikan melalui standarisasi dan profesionalisasi yang


sedang dilakukan dewasa ini menuntut pemahaman berbagai pihak terhadap
perubahan yang terjadi dalam berbagai komponen sistem pendidikan. Perubahan
kebijakan pendidikan dari sentralisasi menjadi desentralisasi telah menekankan
bahwa pengambilan kebijakan dari pemerintah pusat (atas pemerintah) ke pemerintah
daerah (daerah pemerintah), yang negara di pemerintahan kota dan Kabupaten,
sehingga implementasinya akan berambut oleh politik akun pemerintah daerah, yang
tua dalam Peraturan Daerah (Perda). Dalam hal ini, tentu saja yang pagar penentu
adalah Bupati/Walikota, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Dalam hal ini,
tentu saja yang pagar penentu adalah bupati atau walikota, DPRD, dan kepala dinas
pendidikan beserta jajarannya. Oleh karena itu, merekalah yang paling bertanggung
jawab terhadap peningkatan mutu/kualitas pendidikan di daerahnya, meskipun tidak
selamanya demikian,karena dalam pelaksanaannya tidak sedikit penyimpangan dan
salah penafsiran terhadap kebijakan yang digulirkan, sehingga menimbulkan berbagai
kerancuan bahkan penurunan kualitas.

1
Dalam konteks otonomi daerah dan desentralisasi pendidikan, keberhasilan dan
kegagalan pendidikan disekolah sangat bergantung pada guru, kepala sekolah dan
pengawas, karena ketiga figure tersebut merupakan kunci yang menentukan serta
menggerakkan berbagai komponen dan dimensi sekolah lainnya dalam posisi tersebut
baik buruknya komponen sekolah yang lain sangat ditentukan oleh kualitas guru,
kepala sekolah dan pengawas, tanpa mengurangi arti penting tenaga pendidikan yang
lain. Impementasi desentralisasi pendidikan menuntut kepala sekolah dan pengawas
untuk mengembangkan sekolah yang efektif dan produktif. Dengan penuh
kemandirian dan akuntabilitas.

Pendidikan Bangsa Indonesia sekarang ini sangat memprihatinkan, banyak


kasus-kasus yang terjadi di setiap penjuru negeri. Masalah pendidikan yang ada di
Indonesia semakin hari semakin rumit, bertambah banyak dan komplek. Salah satu
permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah rendahnya
mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan, meskipun mungkin telah
banyak upaya dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional, misalnya
kurikulum nasional dan local, peningkatan kompetensi guru melalui pengadaan buku
dan alat pelajaran, pengadaan dan perbaikan sarana dan prasarana dan peningkatan
mutu manajemen sekolah. Namun demikian, berbagai indicator mutu pendidikan
belum menunjukkan pendidikan yang berarti. Sebagian sekolah, terutama di kota-kota
menunjukkan peningkatan mutu pendidikan yang cukup menggembirakan, tetapi
sebagian lainnya masih memprihatinkan.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada penulisan makalah ini adalah:

1. Apa itu hakikat mutu pendidikan


2. Apa saja faktor-faktor pendukung peningkatan kualitas pendidikan
3. Unsur apa yang terlibat dalam peningkatan mutu pembelajaran
4. Bagaimana strategi peningkatan mutu pembelajaran di sekolah

5.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hakikat Mutu Pendidikan

Menurut Nur Azman, mutu atau kualitas adalah tingkat baik buruknya sesuatu,
kadar. Juga bisa berarti derajat atau taraf kepandaian, kecakapan, dan sebagainya.45
Secara umum kualitas atau mutu adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh dari
barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan
yang diharapkan atau tersirat46. Dalam pengertiannya mutu mengandung makna
derajat (tingkat keunggulan suatu produk (hasil kerja/upaya) baik berupa barang
maupun jasa, baik yang tangible atau intangible. Mutu yang tangible artinya dapat
diamati dan dilihat dalam bentuk kualitas suatu benda atau dalam bentuk kegiatan dan
perilaku. Misalnya televisi yang bermutu karena mempunyai daya tahan (tidak cepat
rusak), warna gambarnya jelas, suara terdengar bagus, dan suku cadangnya mudah
didapat, perilaku yang menarik, dan sebagainya. Sedangkan mutu yang intangible
adalah suatu kualitas yang tidak dapat secara langsung dilihat atau diamati, tetapi
dapat dirasakan dan dialami, misalnya suasana disiplin, keakraban, kebersihan dan
sebagainya.

Dalam konteks pendidikan, apabila seseorang mengatakan sekolah itu bermutu,


maka bisa dimaknai bahwa lulusannya baik, gurunya baik, gedungnya baik, dan
sebagainya. Untuk menandai sesuatu itu bermutu atau tidak seseorang memberikan
simbol-simbol dengan sebutan-sebutan tertentu, misalnya sekolah unggulan, sekolah
teladan, sekolah percontohan, sekolah model dan lain sebagainya. 51 Menurut
Edward Sallis, terdapat tiga pengertian konsep mutu. Pertama, mutu sebagai konsep
yang absolut (mutlak), kedua, mutu dalam konsep yang relatif, dan ketiga, mutu
menurut pelanggan.

3
Jika dikaitkan dengan pendidikan, maka konsep mutu absolut bersifat elite
karena hanya sedikit lembaga pendidikan yang dapat memberikan pendidikan dengan
high quality kepada siswa, dan sebagian besar siswa tidak dapat menjangkaunya.
Dalam pengertian relatif, mutu bukanlah suatu atribut dari suatu produk atau jasa,
tetapi sesuatu yang berasal dari produk atau jasa itu sendiri. Dalam konsep ini, produk
yang bermutu adalah yang sesuai dengan tujuannya.

Menurut pengertian pelanggan, mutu adalah sesuatu yang didefinisikan oleh


pelanggan. Dalam konsep ini, ujungujungnya adalah kepuasan pelanggan, sehingga
mutu ditentukan sejauh mana ia mampu memuaskan kebutuhan dan keinginan
mereka atau bahkan melebihi. Karena kepuasan dan keinginan merupakan suatu
konsep yang abstrak, maka pengertian kualitas dalam hal ini disebut “kualitas dalam
persepsi – quality in perception”.

Dalam “proses pendidikan” yang bermutu terlibat sebagai input, seperti: bahan
ajar (kognitif, afektif, atau psikomotorik metodologi (bervariasi sesuai kemampuan
guru), sarana sekolah, dukungan administrasi dan sarana prasarana dan sumber daya
lainnya serta penciptaan suasana yang kondusif. Manajemen sekolah, dukungan kelas
berfungsi mensinkronkan berbagai input tersebut atau mensinergikan semua
komponen dalam interaksi (proses) belajar mengajar baik antara guru, siswa, dan
sarana pendukung di kelas maupun di luar kelas, baik konteks kurikuler maupun
ekstra-kurikuler, baik dalam lingkup substansi yang akademis maupun yang non-
akademis dalam suasana yang mendukung proses pembelajaran. Mutu dalam konteks
“hasil pendidikan” mengacu pada prestasi yang dicapai oleh sekolah pada setiap
kurun waktu tertentu (apakah tiap akhir cawu, akhir tahun, 2 tahun atau 5 tahun,
bahkan 10 tahun).

Dalam menggerakkan segala kemampuan lembaga pendidikan untuk mencapai


mutu yang ditetapkan, haruslah dikembangkan adanya kerjasama antar unsur-unsur
pelaku proses mencapai hasil mutu. Janganlah diantara mereka terjadi persaingan

4
yang mengganggu proses mencapai hasil mutu tersebut. Mereka adalah satu kesatuan
yang harus bekerjasama dan tidak dapat dipisahkan.64

Pelaksanaan Mutu pendidikan meliputi pelaksanaan mutu 8 standar nasional


pendidikan yaitu; pelaksanaan mutu standar isi, pelaksanaan mutu standar proses,
pelaksanaan mutu standar kompetensi lulusan, pelaksanaan mutu standar tenaga
pendidik dan kependidikan, pelaksanaan mutu standar pengelolaan, pelaksanaan mutu
standar sarana prasaran, pelaksanaan mutu standar pembiayaan dan peleksanaan mutu
standar penilaian.

B. Faktor-Faktor Pendukung Peningkatan Kualitas Pendidikan

Mutu Sekolah harus didahului oleh efektifitas semua program sekolah sebagai
organisasi yang dijalankannya ke dalam sistem yang terorganisasi dan terintegrasi.
Sebagai sebuah organisasi, sekolah mengambil masukan dari lingkungan (input),
mengubah atau mengolahnya (proses), dan memproduksi hasil (output). Efektif yang
dimaksudkan di sini adalah sebuah keadaan dimana tujuan menjadi ukuran untuk
hasil yang diperoleh. Dari hal tersebut, maka pendidikan lebih tepat diarahkan
sebagai sebuah proses dalam mengubah input menjadi output yang berbeda. Berbeda
disini bukan berarti menghasilkan sesuatu yang sama sekali berbeda, tetapi
menjadikan input yang ada menjadi memiliki nilai tambah bersifat abstrak setelah
melalui proses, namun tetap dengan keadaan serupa. Oleh karenanya, secara
konseptual, mutu pendidikan dapat dilihat dari siswa yang masuk, mutu input dan
proses instruksional, dan mutu dari keluaran

Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan pada tahun 2005 pemerintah


mengeluarkan peraturan RI nomor 19 tahun 2005 tentang standar nasional, peraturan
ini merupakan usaha pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia.
Peraturan pemerintah tersebut berbunyi: 1) proses pembelajaran pada satu satuan
penddikan di selenggarakan secara interaktif,inspiratif,
menyenangkan,menantang,memotifasi peserta diik untuk berprestasi aktif srta

5
memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreaktifitas dan kemandirian sesuai
bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik, 2) dalam proses
pembelajaran pendidik di tuntut dapat memberikan keteladanan (sebagai
panutan,contoh yang baik bagi siswa 3) setiap satuan pendidikan melakukan
perencanaan proses pembelajaran. Pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil
pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksakannya proses
pembelajaran yang aktif dan dinamis.

Adapun faktor utama untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah adalah


sebagai berikut:

1. Kepemimpinan kepala sekolah; kepalah sekolah harus memiliki dan


memahami fisi kerja secara jelas, mampu dan mau bekerja keras, mempunyai
dorongan kerja yang tinggi, tekun dan tabah dalam bekerja, memberikan
layanan yang optimal,dan disiplin kerja yang kuat
2. Guru; pelibatan guru secara maksimal, dengan meningkatkan kopetensi dan
profesi kerja guru dalam kegiatan seminar, loka karya serta pelatihan sehingga
hasil dari kegiatan tersebut diterapkan disekolah
3. Siswa; pendekatan yang harus di lakukan adalah”anak sebagai pusat”
sehingga kopetensi dan kemampuan siswa dapat di gali shingga sekolah dapat
menginventarisir kekuatan yang ada pada siswa .
4. Kurikulum; adanya kurikulum yang konsisten, dinamis, dan terpadu dapat
memungkinkan dan memudahkan standar mutu yang di harapkan sehingga
tujuan dapat di capai secara maksimal.
5. Jaringan kerja sama; jaringan kerja sama tidak hanya terbatas pada lingkungan
sekolah dan lingkungan masyarakat semata,( orang tua dan masyarakat) tetapi
dengan organisasi lain, seperti perusahaan atau instansi pemerintah sehingga
output dari sekolah dapat trserap dari dunia kerja.

6
Hal itu pula yang mendasari pemikiran bahwa segala kegiatan maupun upaya
yang dilakukan oleh berbagai pihak yang berada dalam lingkungan pendidikan
sejatinya akan bermuara pada kegiatan pembelajaran, walaupun pihakpihak tersebut
tidak semuanya berinteraksi langsung dalam prosesnya. Semua kegiatan dan upaya
yang dilakukan di sekolah pada intinya selalu tertuju kepada bagaimana melayani
pelanggan pendidikan melalui proses pembelajaran. Kepemimpinan, lingkungan,
iklim, sumber daya, maupun hal-hal lainnya diberdayakan dengan maksimal agar
proses pembelajaran yang terjadi dapat bermutu, berjalan lancar dan mencapai tujuan
yang diharapkan, serta dapat mencapai harapan dari pelanggan pendidikan. Oleh
karena itu, pembelajaran yang bermutu akan memperlihatkan bagaimana mutu
sekolah, walaupun tidak bisa digeneralisir. Namun, dapat dipastikan bahwa sekolah
yang bermutu maka proses pembelajaran yang terjadi di dalamnya juga akan
bermutu.

Agar mutu sekolah bisa meningkat, maka harus dilakukan usaha-usaha terkait
dengan peningkatan mutu sekolah tersebut. Hasil penelitian dari Samtono (2010)
menguraikan bahwa berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan mutu
pendidikan nasional khsusunya mutu sekolah antara lain melalui berbagai pelatihan
dan peningkatan kualitas guru, pengadaan buku dan alat pelajaran, perbaikan sarana
dan prasarana pendidikan di berbagai jenjang baik tingkat dasar maupun perguruan
tinggi. Berbagai usaha tersebut jika ditelusuri, maka semuanya akan bermuara kepada
bagaimana agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Oleh karena itu,
untuk mencapai sekolah yang bermutu, salah satu cara yang dapat dilakukan adalah
memajukan proses pembelajaran. Memajukan proses pembelajaran artinya adalah
mengoptimalkan segala macam komponen yang terkait dengan proses tersebut,
dimana kegiatan pembelajaran melibatkan banyak komponen. Komponen-komponen
itu berasal dari input sekolah, yang kemudian diproses melalui kegiatan pembelajaran
sehingga menghasilkan output diantaranya berupa prestasi siswa. Adapun komponen-

7
komponen itu khususnya yang berkaitan dengan proses pembelajaran diantaranya
adalah guru dan sumber belajar.

Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa guru adalah pemegang peranan utama dalam
kegiatan pembelajaran di sekolah, khususnya di kelas. Guru sebagai tenaga
profesional dibidang kependidikan yang terkait langsung dengan kegiatan
pembelajaran, tidak hanya dituntut memahami hal-hal yang bersifat filosofis dan
konseptual tentang pembelajaran, tetapi juga mengetahui dan melaksanakan hal-hal
yang bersifat teknis operasional. Hal-hal yang bersifat teknis ini terutama kegiatan
dalam mengelola dan melaksanakan interaksi belajar mengajar di sekolah.
Sebagaimana dijelaskan oleh J. Callahan dan R. Clark (dalam Syamsuddin Makmun,
1999) bahwa guru paling tidak memiliki dua modal dasar, yakni: kemampuan
mendesain program dan keterampilan mengkomunikasikan program itu kepada anak
didik. Guru adalah pihak yang berinteraksi langsung dengan peserta didik dalam
proses belajar mengajar. Tanpa guru, pembelajaran rasanya akan mustahil dapat
terjadi. Guru mempengaruhi bagaimana mutu pembelajaran itu dapat terwujud dan
bagaimana peserta didik dapat belajar (Leigh dan Mead, 2005).

Hal tersebut mengisyaratkan bahwa guru memiliki kontribusi yang sangat


signifikan terhadap peningkatan mutu pendidikan. Adapun kontribusi guru untuk
meningkatkan mutu pendidikan khususnya sangat dipengaruhi oleh kemampuan
profesional guru dan mutu kinerja mengajarnya, yaitu bagaimana peranan guru dalam
rangka pembelajaran di kelas. Guru professional adalah guru yang dapat melakukan
tugas mengajarnya dengan baik, oleh karenanya guru tersebut harus memiliki
keterampilan dalam proses belajar mengajar (Saud, 2008). Implementasi dari
keterampilan-keterampilan yang dimiliki guru akan nampak dalam kinerja
mengajarnya, yang dapat dilihat dari kegiatan guru ketika: (1) merencanakan kegiatan
pembelajaran; (2) melakukan kegiatan pembelajaran; dan (3) melakukan evaluasi
pembelajaran (Supardi, 2013).

8
Proses belajar-mengajar itu sendiri merupakan suatu sistem yang tidak terlepas
dari komponen-komponen lain yang saling berinteraksi di dalamnya. Salah satu
komponen dalam proses tersebut adalah sumber belajar. Dalam melaksanakan
kegiatan belajar mengajar guru dan peserta didik sudah seharusnya memanfaatkan
sumber belajar, karena pemanfaatan sumber belajar merupakan hal yang sangat
penting dalam rangka menunjang proses belajar mengajar tersebut. Dikatakan
demikian karena memanfaatkan sumber belajar akan

dapat membantu dan memberikan kesempatan belajar yang luas kepada peserta
didik agar dapat berpartisipasi serta dapat memberikan perjalanan belajar yang
kongkrit, sehingga tujuan pembelajaran yang telah ditentukan dapat di capai dengan
efisien dan efektif. Akan tetapi, ada kalanya sumber belajar tidak bisa diterapkan atau
dipakai untuk suatu proses pembelajaran disebabkan oleh suatu atau beberapa hal.
Oleh karenanya, guru sebagai pihak langsung yang memanfaatkan sumber belajar
hendaknya mempertimbangkan: (1) aspek ekonomi; (2) aspek teknis; (3) aspek
praktis; dan (4) aspek relevansi (Rohani, 2004). Sinergitas antara kinerja mengajar
guru dan pemanfaatan sumber belajar tentunya akan sangat mempengaruhi
bagaimana proses pembelajaran berlangsung. Meskipun demikian, tentunya akan sulit
mengukur mutu sekolah atau mutu pendidikan jika hanya dilihat dari bagaimana
proses pembelajaran di sekolah tersebut berlangung, walaupun memang tujuan inti
dari segala hal/kegiatan yang berkaitan dengan sekolah adalah tentang pembelajaran
yang bermutu. Jika dikembalikan kepada fungsi sekolah sebagai sebuah sistem
pendidikan, maka mutu sebuah lembaga pendidikan pada hakikatnya akan diukur dari
kualitas proses pembelajarannya, karena pembelajaran merupakan inti dan muara
segenap proses pengelolaan pendidikan, namun juga memperhitungkan mutu dari
output yang dihasilkan, serta input sebagai masukan awal.

9
C. Unsur yang terlibat dalam peningkatan mutu pembelajaran

Unsur yang terlibat dalam peningkatan mutu pendidikan dapat lihat dari sudut
pandang makro dan mikro pendidikan, seperti yang dijabarkan di bawah ini :

1. Pendekatan Mikro Pendidikan :


Yaitu suatu pendekatan terhadap pendidikan dengan indicator
kajiannya dilihat dari hubungan antara elemen peserta didik, pendidik, dan
interaksi keduanya dalam usaha pendidikan. Secara lengkap elemen mikro
sebagai berikut:

 Kualitas manajemen
 Pemberdayaan satuan pendidikan
 Profesionalisme dan ketenagaan
 Relevansi dan kebutuhan.

Berdasarkan tinjauan mikro elemen guru dan siswa yang merupakan


bagian dari pemberdayaan satuan pendidikan merupakan elemen sentral.
Pendidikan untuk kepentingan peserta didik mempunyai tujuan, dan untuk
mencapai tujuan ini ada berbagai sumber dan kendala, dengan memperhatikan
sumber dan kendala ditetapkan bahan pengajaran dan diusahakan
berlangsungnya proses untuk mencapai tujuan. Proses ini menampilkan hasil
belajar. hasil belajar perlu dinilai dan dari hasil penilaian dapat merupakan
umpan balik sebagai bahan masukan dan pijakan. pengetahuan teori yang
didapatkan dari seorang guru melalui kualitas manajemen dengan harapan
tujuan pendidikan akan tercapai, tujuan akan tercapai jika dibekali dengan
bahan sehingga proses pendidikan akan terlaksana dengan baik sehingga akan
menghasilkan penampilan (hasil belajar) hasil belajar dipengaruhi oleh

10
beberapa factor yaitu melalui penilaian dengan dasar criteria penilaian , hasil
dari penampilan akan dijadikan umpan balik

2. Pendekatan makro pendidikan.

Yaitu kajian pendidikan dengan elemen yang lebih luas dengan elemen
sebagai berikut :

a. Standarisasi pengembangan kurikulum


b. Pemerataan dan kesamaan,serta keadilan,
c. Standar mutu
d. Kemampuan bersaing

D. Strategi peningkatan mutu pembelajaran di sekolah

Strategi peningkatan mutu pembelajaran adalah kiat-kiat yang di gunakan untuk


meningkatkan mutu pembelajaran dari sumber daya yang dimiliki lembaga .
Pembelajaran yang berkaitan dengan sekolah ialah kemampuan dalam mengelolah
secara operasional dan efisien terhadap komponen-komponen yang berkaitan dengan
pembelajaran , sehingga menghasilkan nilai tambah terhadap komponen tersebut
menurut norma yang berlaku. Penggunaan strategi dalam meningkatkan mutu
pembelajaran dilaksanakan untuk mempermudah proses pembelajaran, sehingga
dapat mencapai hasil yang optimal .

Strategi pembelajaran perlu di perhatikan guru dalam meningkatkan kualitas


pembelajaran . kualitas pembelajaran dapat di ukur melalui:

1. strategi pengorganisasian pembelajaran


Strategi organisasi adalah metode yang mengorganisasi isi bidang studi
yang telah dipilih untuk pembelajaran .strategi mengorganisasi isi

11
pembelajaran mengacu pada cara membuat urutan penyajian isi bidang studi
dan mensintesis fakta , konsep, prosedur, dan prinsip yang terkandung di
dalam suatu bidang studi.

Strategi pengorganisasian pembelajaran dapat di uraikan sebagai berikut:


a. Menata bahan ajar yang akan di berikan selama satu semester

Ada tiga hl yang harus di perhatikan dalam kegiatan menata bahan ajar
yaitu:

1. Pengembangan kuriulum tersebut harus memenuhi kebutuhan siswa


2. Pengembangan harus efektif,efisien dengan memperhatikan sumber
daya yang ada
3. Pengembangan berbagai pendekatan yang mampu mengatur
perubahan sebagai fenomena alamiah di sekolah .
b. Menata bahan ajar yang akan di berikan setiap kali pertemuan
c. Memberikan pokok-pokok materi kepada siswa yang akan di ajarkan
d. Memuatkan rangkuman atas materi yang di ajarkan setiap kali pertemuan
e. Menetapkan materi-materi yang akan di bahas secara bersama
f. Guru memberikan tugas ke pada siswa secara mandiri
g. Membuat format penilaian atas penguasaan setiap materi

2. Strategi pemyampaian materi pembelajaran

Adapun strategi penyampaian yaitu:

a. media pembelajaran,
b. interaksi pembelajaran dengan media
c. bentuk belajar mengajar

12
3. Strategi pengelolaan pembelajaran

Adapun strategi pengelolaan pembelajaran meliputi :

a. penjadwalan penggunaan strategi pembelajaran


b. pembuatan catatan kemajuan siswa/ evaluasi
c. pengelolaan motivasional
d. kontrol belajar.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam pengertiannya mutu mengandung makna derajat (tingkat keunggulan


suatu produk (hasil kerja/upaya) baik berupa barang maupun jasa, baik yang tangible
atau intangible. Mutu yang tangible artinya dapat diamati dan dilihat dalam bentuk
kualitas suatu benda atau dalam bentuk kegiatan dan perilaku.

Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan pada tahun 2005 pemerintah


mengeluarkan peraturan RI nomor 19 tahun 2005 tentang standar nasional, peraturan
ini merupakan usaha pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia.
Peraturan pemerintah tersebut berbunyi: 1 proses pembelajaran pada satu satuan
penddikan di selenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotifasi peserta diik untuk berprestasi aktif srta memberikan ruang yang cukup
bagi prakarsa, kreaktifitas dan kemandirian sesuai bakat, minat dan perkembangan
fisik serta psikologis peserta didik, 2 dalam proses pembelajaran pendidik di tuntut
dapat memberikan keteladanan (sebagai panutan,contoh yang baik bagi siswa ,) 3
setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan proses pembelajaran. Pelaksanaan
proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses
pembelajaran untuk terlaksakannya proses pembelajaran yang aktif dan dinamis.

Unsur yang terlibat dalam peningkatan mutu pendidikan dapat lihat dari sudut
pandang makro dan mikro pendidikan. Strategi peningkatan mutu pembelajaran
adalah kiat-kiat yang di gunakan untuk meningkatkan mutu pembelajaran dari sumber
daya yang dimiliki lembaga . Pembelajaran yang berkaitan dengan sekolah ialah
kemampuan dalam mengelolah secara operasional dan efisien terhadap komponen-
komponen yang berkaitan dengan pembelajaran , sehingga menghasilkan nilai
tambah terhadap komponen tersebut menurut norma yang berlaku

14
B. Saran

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, hal ini
disebabkan karena keterbatasan ilmu yang melekat dalam diri kami. Oleh karena itu
saran dan kritikan akan makalah dari pembaca sangat membantu dalam
penyempurnaan makalah ini.

15
DAFTAR PUSTAKA

Angkotasan, S., & Watianan, S. (2021). Faktor-faktor yang mempengaruhi


peningkatan muti pendidikan di Kampus STIA Alaska Ambon. Jurnal Ilmu
Sosiologi , 42-50.

Hidayat, E. (2022). Faktor-faktor yang mempengaruhi mutu sekolah (Pengaruh dari


faktor kinerja mengajar guru dan pemanfaatan sumber belajar). Indramayu:
SDN Margadadi VII.

Tuala, R. P. (2018). Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah. Yogyakarta: Lintang


Rasi Aksara Books.

16

Anda mungkin juga menyukai