DISUSUN OLEH:
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari
bapak Dr, Jahidin, S.Pd, M.Si, pada mata kuliah Pengantar Pendidikan’ Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Strategi Peningkatan
Kualitas Pendidikam bagi para pembaca dan juga bagipenulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada bapak Dr, Jahidin, S.Pd, M.Si.,
selaku dosen mata kuliah pengantar pendidikan yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan kami. Saya juga mengucapkan
terimakasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya
sehinggasaya dapat menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan makalah ini. Terimakasih.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................3
A. Hakikat Mutu Pendidikan...................................................................................3
B. Faktor-Faktor Pendukung Peningkatan Kualitas Pendidikan.............................5
C. Unsur yang terlibat dalam peningkatan mutu pembelajaran............................10
D. Strategi peningkatan mutu pembelajaran di sekolah........................................11
BAB III PENUTUP.....................................................................................................14
A. Kesimpulan.......................................................................................................14
B. Saran.................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................16
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
Dalam konteks otonomi daerah dan desentralisasi pendidikan, keberhasilan dan
kegagalan pendidikan disekolah sangat bergantung pada guru, kepala sekolah dan
pengawas, karena ketiga figure tersebut merupakan kunci yang menentukan serta
menggerakkan berbagai komponen dan dimensi sekolah lainnya dalam posisi tersebut
baik buruknya komponen sekolah yang lain sangat ditentukan oleh kualitas guru,
kepala sekolah dan pengawas, tanpa mengurangi arti penting tenaga pendidikan yang
lain. Impementasi desentralisasi pendidikan menuntut kepala sekolah dan pengawas
untuk mengembangkan sekolah yang efektif dan produktif. Dengan penuh
kemandirian dan akuntabilitas.
B. Rumusan Masalah
5.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut Nur Azman, mutu atau kualitas adalah tingkat baik buruknya sesuatu,
kadar. Juga bisa berarti derajat atau taraf kepandaian, kecakapan, dan sebagainya.45
Secara umum kualitas atau mutu adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh dari
barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan
yang diharapkan atau tersirat46. Dalam pengertiannya mutu mengandung makna
derajat (tingkat keunggulan suatu produk (hasil kerja/upaya) baik berupa barang
maupun jasa, baik yang tangible atau intangible. Mutu yang tangible artinya dapat
diamati dan dilihat dalam bentuk kualitas suatu benda atau dalam bentuk kegiatan dan
perilaku. Misalnya televisi yang bermutu karena mempunyai daya tahan (tidak cepat
rusak), warna gambarnya jelas, suara terdengar bagus, dan suku cadangnya mudah
didapat, perilaku yang menarik, dan sebagainya. Sedangkan mutu yang intangible
adalah suatu kualitas yang tidak dapat secara langsung dilihat atau diamati, tetapi
dapat dirasakan dan dialami, misalnya suasana disiplin, keakraban, kebersihan dan
sebagainya.
3
Jika dikaitkan dengan pendidikan, maka konsep mutu absolut bersifat elite
karena hanya sedikit lembaga pendidikan yang dapat memberikan pendidikan dengan
high quality kepada siswa, dan sebagian besar siswa tidak dapat menjangkaunya.
Dalam pengertian relatif, mutu bukanlah suatu atribut dari suatu produk atau jasa,
tetapi sesuatu yang berasal dari produk atau jasa itu sendiri. Dalam konsep ini, produk
yang bermutu adalah yang sesuai dengan tujuannya.
Dalam “proses pendidikan” yang bermutu terlibat sebagai input, seperti: bahan
ajar (kognitif, afektif, atau psikomotorik metodologi (bervariasi sesuai kemampuan
guru), sarana sekolah, dukungan administrasi dan sarana prasarana dan sumber daya
lainnya serta penciptaan suasana yang kondusif. Manajemen sekolah, dukungan kelas
berfungsi mensinkronkan berbagai input tersebut atau mensinergikan semua
komponen dalam interaksi (proses) belajar mengajar baik antara guru, siswa, dan
sarana pendukung di kelas maupun di luar kelas, baik konteks kurikuler maupun
ekstra-kurikuler, baik dalam lingkup substansi yang akademis maupun yang non-
akademis dalam suasana yang mendukung proses pembelajaran. Mutu dalam konteks
“hasil pendidikan” mengacu pada prestasi yang dicapai oleh sekolah pada setiap
kurun waktu tertentu (apakah tiap akhir cawu, akhir tahun, 2 tahun atau 5 tahun,
bahkan 10 tahun).
4
yang mengganggu proses mencapai hasil mutu tersebut. Mereka adalah satu kesatuan
yang harus bekerjasama dan tidak dapat dipisahkan.64
Mutu Sekolah harus didahului oleh efektifitas semua program sekolah sebagai
organisasi yang dijalankannya ke dalam sistem yang terorganisasi dan terintegrasi.
Sebagai sebuah organisasi, sekolah mengambil masukan dari lingkungan (input),
mengubah atau mengolahnya (proses), dan memproduksi hasil (output). Efektif yang
dimaksudkan di sini adalah sebuah keadaan dimana tujuan menjadi ukuran untuk
hasil yang diperoleh. Dari hal tersebut, maka pendidikan lebih tepat diarahkan
sebagai sebuah proses dalam mengubah input menjadi output yang berbeda. Berbeda
disini bukan berarti menghasilkan sesuatu yang sama sekali berbeda, tetapi
menjadikan input yang ada menjadi memiliki nilai tambah bersifat abstrak setelah
melalui proses, namun tetap dengan keadaan serupa. Oleh karenanya, secara
konseptual, mutu pendidikan dapat dilihat dari siswa yang masuk, mutu input dan
proses instruksional, dan mutu dari keluaran
5
memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreaktifitas dan kemandirian sesuai
bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik, 2) dalam proses
pembelajaran pendidik di tuntut dapat memberikan keteladanan (sebagai
panutan,contoh yang baik bagi siswa 3) setiap satuan pendidikan melakukan
perencanaan proses pembelajaran. Pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil
pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksakannya proses
pembelajaran yang aktif dan dinamis.
6
Hal itu pula yang mendasari pemikiran bahwa segala kegiatan maupun upaya
yang dilakukan oleh berbagai pihak yang berada dalam lingkungan pendidikan
sejatinya akan bermuara pada kegiatan pembelajaran, walaupun pihakpihak tersebut
tidak semuanya berinteraksi langsung dalam prosesnya. Semua kegiatan dan upaya
yang dilakukan di sekolah pada intinya selalu tertuju kepada bagaimana melayani
pelanggan pendidikan melalui proses pembelajaran. Kepemimpinan, lingkungan,
iklim, sumber daya, maupun hal-hal lainnya diberdayakan dengan maksimal agar
proses pembelajaran yang terjadi dapat bermutu, berjalan lancar dan mencapai tujuan
yang diharapkan, serta dapat mencapai harapan dari pelanggan pendidikan. Oleh
karena itu, pembelajaran yang bermutu akan memperlihatkan bagaimana mutu
sekolah, walaupun tidak bisa digeneralisir. Namun, dapat dipastikan bahwa sekolah
yang bermutu maka proses pembelajaran yang terjadi di dalamnya juga akan
bermutu.
Agar mutu sekolah bisa meningkat, maka harus dilakukan usaha-usaha terkait
dengan peningkatan mutu sekolah tersebut. Hasil penelitian dari Samtono (2010)
menguraikan bahwa berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan mutu
pendidikan nasional khsusunya mutu sekolah antara lain melalui berbagai pelatihan
dan peningkatan kualitas guru, pengadaan buku dan alat pelajaran, perbaikan sarana
dan prasarana pendidikan di berbagai jenjang baik tingkat dasar maupun perguruan
tinggi. Berbagai usaha tersebut jika ditelusuri, maka semuanya akan bermuara kepada
bagaimana agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Oleh karena itu,
untuk mencapai sekolah yang bermutu, salah satu cara yang dapat dilakukan adalah
memajukan proses pembelajaran. Memajukan proses pembelajaran artinya adalah
mengoptimalkan segala macam komponen yang terkait dengan proses tersebut,
dimana kegiatan pembelajaran melibatkan banyak komponen. Komponen-komponen
itu berasal dari input sekolah, yang kemudian diproses melalui kegiatan pembelajaran
sehingga menghasilkan output diantaranya berupa prestasi siswa. Adapun komponen-
7
komponen itu khususnya yang berkaitan dengan proses pembelajaran diantaranya
adalah guru dan sumber belajar.
Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa guru adalah pemegang peranan utama dalam
kegiatan pembelajaran di sekolah, khususnya di kelas. Guru sebagai tenaga
profesional dibidang kependidikan yang terkait langsung dengan kegiatan
pembelajaran, tidak hanya dituntut memahami hal-hal yang bersifat filosofis dan
konseptual tentang pembelajaran, tetapi juga mengetahui dan melaksanakan hal-hal
yang bersifat teknis operasional. Hal-hal yang bersifat teknis ini terutama kegiatan
dalam mengelola dan melaksanakan interaksi belajar mengajar di sekolah.
Sebagaimana dijelaskan oleh J. Callahan dan R. Clark (dalam Syamsuddin Makmun,
1999) bahwa guru paling tidak memiliki dua modal dasar, yakni: kemampuan
mendesain program dan keterampilan mengkomunikasikan program itu kepada anak
didik. Guru adalah pihak yang berinteraksi langsung dengan peserta didik dalam
proses belajar mengajar. Tanpa guru, pembelajaran rasanya akan mustahil dapat
terjadi. Guru mempengaruhi bagaimana mutu pembelajaran itu dapat terwujud dan
bagaimana peserta didik dapat belajar (Leigh dan Mead, 2005).
8
Proses belajar-mengajar itu sendiri merupakan suatu sistem yang tidak terlepas
dari komponen-komponen lain yang saling berinteraksi di dalamnya. Salah satu
komponen dalam proses tersebut adalah sumber belajar. Dalam melaksanakan
kegiatan belajar mengajar guru dan peserta didik sudah seharusnya memanfaatkan
sumber belajar, karena pemanfaatan sumber belajar merupakan hal yang sangat
penting dalam rangka menunjang proses belajar mengajar tersebut. Dikatakan
demikian karena memanfaatkan sumber belajar akan
dapat membantu dan memberikan kesempatan belajar yang luas kepada peserta
didik agar dapat berpartisipasi serta dapat memberikan perjalanan belajar yang
kongkrit, sehingga tujuan pembelajaran yang telah ditentukan dapat di capai dengan
efisien dan efektif. Akan tetapi, ada kalanya sumber belajar tidak bisa diterapkan atau
dipakai untuk suatu proses pembelajaran disebabkan oleh suatu atau beberapa hal.
Oleh karenanya, guru sebagai pihak langsung yang memanfaatkan sumber belajar
hendaknya mempertimbangkan: (1) aspek ekonomi; (2) aspek teknis; (3) aspek
praktis; dan (4) aspek relevansi (Rohani, 2004). Sinergitas antara kinerja mengajar
guru dan pemanfaatan sumber belajar tentunya akan sangat mempengaruhi
bagaimana proses pembelajaran berlangsung. Meskipun demikian, tentunya akan sulit
mengukur mutu sekolah atau mutu pendidikan jika hanya dilihat dari bagaimana
proses pembelajaran di sekolah tersebut berlangung, walaupun memang tujuan inti
dari segala hal/kegiatan yang berkaitan dengan sekolah adalah tentang pembelajaran
yang bermutu. Jika dikembalikan kepada fungsi sekolah sebagai sebuah sistem
pendidikan, maka mutu sebuah lembaga pendidikan pada hakikatnya akan diukur dari
kualitas proses pembelajarannya, karena pembelajaran merupakan inti dan muara
segenap proses pengelolaan pendidikan, namun juga memperhitungkan mutu dari
output yang dihasilkan, serta input sebagai masukan awal.
9
C. Unsur yang terlibat dalam peningkatan mutu pembelajaran
Unsur yang terlibat dalam peningkatan mutu pendidikan dapat lihat dari sudut
pandang makro dan mikro pendidikan, seperti yang dijabarkan di bawah ini :
Kualitas manajemen
Pemberdayaan satuan pendidikan
Profesionalisme dan ketenagaan
Relevansi dan kebutuhan.
10
beberapa factor yaitu melalui penilaian dengan dasar criteria penilaian , hasil
dari penampilan akan dijadikan umpan balik
Yaitu kajian pendidikan dengan elemen yang lebih luas dengan elemen
sebagai berikut :
11
pembelajaran mengacu pada cara membuat urutan penyajian isi bidang studi
dan mensintesis fakta , konsep, prosedur, dan prinsip yang terkandung di
dalam suatu bidang studi.
Ada tiga hl yang harus di perhatikan dalam kegiatan menata bahan ajar
yaitu:
a. media pembelajaran,
b. interaksi pembelajaran dengan media
c. bentuk belajar mengajar
12
3. Strategi pengelolaan pembelajaran
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Unsur yang terlibat dalam peningkatan mutu pendidikan dapat lihat dari sudut
pandang makro dan mikro pendidikan. Strategi peningkatan mutu pembelajaran
adalah kiat-kiat yang di gunakan untuk meningkatkan mutu pembelajaran dari sumber
daya yang dimiliki lembaga . Pembelajaran yang berkaitan dengan sekolah ialah
kemampuan dalam mengelolah secara operasional dan efisien terhadap komponen-
komponen yang berkaitan dengan pembelajaran , sehingga menghasilkan nilai
tambah terhadap komponen tersebut menurut norma yang berlaku
14
B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, hal ini
disebabkan karena keterbatasan ilmu yang melekat dalam diri kami. Oleh karena itu
saran dan kritikan akan makalah dari pembaca sangat membantu dalam
penyempurnaan makalah ini.
15
DAFTAR PUSTAKA
16