Profesi Pendidikan
Disusun Oleh:
KELOMPOK 12
ANNISA 220404502040
KHAIRUNNISA 220404501002
Dosen Pengampu :
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Manajemen Sekolah” dengan
baik.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Profesi Kependidikan.
Terselesaikannya makalah ini tentu tidak lepas dari bantuan banyak pihak. Oleh karena itu,
kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Nurwahyuningsih
Ibrahim,S.Pd,M.Pd selaku dosen mata kuliah Profesi Kependidikan dan semua pihak yang
telah menyelesaikan makalah.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saran dan
kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Carut-marut dunia pendidikan Indonesia, sungguhnya merupakan sebuah
realitas yang sangat memprihatinkan. Mahalnya biaya pendidikan yang tidak serta
merta dibarengi dengan peningkatan kualitas secara signifikan, tentu menimbulkan
tanda tanya besar mengenai orientasi pendidikan yang sebenarnya sedang ingin dicapai.
Ironisnya, disaat beberapa negara tetangga terus berupaya keras melakukan
peningkatan kualitas pada sektor pendidikan, banyak pihak di negara ini justru
menempatkan pendidikan sebagai suatu komoditas yang memiliki nilai jual yang tinggi.
Tak mengherankan bahwa ketika banyak pihak mengejar pendidikan dari sisi kuantitas,
tentu menimbulkan berbagai macam konsekuensi logis seperti terabaikannya faktor
kualitas pendidikan.
Parahnya lagi, belakangan kita juga telah disadarkan bahwa banyak lulusan
pendidikan formal tidak memiliki spesifikasi keahlian yang dibutuhkan oleh dunia
kerja. Indonesia mengalami krisis SDM sebenarnya berpangkal pada buruknya kualitas
pendidikan yang dilaksanakan. Untuk menghadapi krisis, sistem pendidikan
memerlukan bantuan dari semua sektor kehidupan domestik dan pada beberapa kasus,
juga memerlukan sumber-sumber diluar batas nasional. Pendidikan memerlukan dana,
namun anggaran pendidikan sulit bertambah. Pendidikan memerlukan sumber daya,
khususnya sumber daya insani nasional yang terbaik untuk meningkatkan kualitas,
efisiensi, dan produktivitas. Pendidikan memerlukan prasarana dan sarana, materi
pengajaran yang baik dan lebih baik. Di pelbagai tempat, pendidikan memerlukan pula
makanan bagi murid yang lapar agar mereka dalam kondisi siap belajar. Di atas semua
itu pendidikan memerlukan hal-hal yang tidak dapat dibeli dengan uang, yakni gagasan
dan keberanian, keputusan, keinginan baru untuk mengetahui kemampuan diri yang
diperkuat oleh suatu keinginan untuk berubah dan bereksperimen (Coombs, 1968 : 15).
Berkaitan dengan frasa “sistem pendidikan”, lebih lanjut diungkapkan bahwa
sistem pendidikan tidak hanya mengacu pada tingkat dan tipe pendidikan formal seperti
sekolah kejuruan, umum dan spesialisasi, tetapi juga seluruh program dan proses
sistematik pendidikan di luar pendidikan formal yaitu yang dikenal dengan pendidikan
non formal. Sistem pendidikan yang di dalamnya terdapat kegiatan pendidikan formal
maupun non formal memiliki sejumlah input, yang diproses untuk memperoleh output
untuk memenuhi tujuan tertentu. Mengacu pada sistem pendidikan selanjutnya
diungkapkan bahwa pendidikan dengan demikian merupakan suatu proses yang
berinteraksi dengan lingkungannya. Output yang ingin dihasilkan dari suatu sistem
pendidikan ditentukan oleh tujuan yang dikehendaki oleh lingkungan atau masyarakat.
Manusia yang terdidik hendaknya diperlengkapi untuk melayani masyarakat
dan mengurus dirinya sendiri sebagai individu dan anggota
masyarakat, pekerja ekonomi, pemimpin dan inovator, warga negara dan warga dunia
dan penyumbang kebudayaan. Untuk itu, pendidikan harus mampu meningkatkan basic
knowledge (pengetahuan dasar) intellectual and manual skills (keterampilan manual
dan intelektual); power of reason critism (daya nalar/kritik); values, attitudes and
motivation (nilai-nilai, sikap dan motivasi); power of creativity and innovation (daya
kreatif dan inovsi); cultural appreciation (apresiasi kebudayaan); sense of social
responsibillity (tanggung jawab sosial); dan understanding of the modern world
(memahami dunia modern).
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian pendidikan non formal
2. Apa tujuan pendidikan non formal
3. Apa saja sasaran dan karakteristik pendidikan non formal
4. Apa saja jenis dan isi pendidikan non formal
5. Bagaimana peranan pendidikan luar sekolah
C. Tujuan
1. Dapat memahami pengertian pendidikan non formal
2. Dapat memahami tujuan pendidikan non formal
3. Dapat memahami sasaran dan karakteristik pendidikan non formal
4. Dapat memahami jenis dan isi pendidikan non formal
5. Dapat memahami peran pendidikan luar sekolah
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendidikan Non Formal
Pendidikan adalah usaha manusia dalam meningkatkan pengetahuan tentang alam
sekitarnya. Pendidikan diawali dengan proses belajar untuk mengetahui suatu hal,
kemudian mengolah informasi tersebut untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Pendidikan dalam lingkungan keluarga memiliki peranan penting terhadap perkembangan
anak. Orang tua bertanggung jawab terhadap semua peningkatan dan kemajuan pendidikan
anak-anaknya. Begitu juga dengan lingkungan sekolah. Di lingkungan sekolah para guru
bertanggung jawab terhadap kemajuan prestasi anak didiknya. Selain lingkungan keluarga
dan sekolah, lingkungan masyarakat juga sangat berperanpenting dalam peningkatan
prestasi anak didik yaitu dengan peran sertanya dalam pendidikan luar sekolah. Pendidikan
ialah segala usaha orang dewasa dalam pergaulannya dengan anak-anak untuk mempimpin
perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah kedewasaan agar berguna bagi diri sendiri
dan bagi masyarakat.
Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat
dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Hasil pendidikan nonformal dapat dihargai
setara dengan hasil program pendidikan formal setelah melalui proses penilaian
penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah dengan
mengacu pada standar nasional pendidikan.
Pendapat para pakar pendidikan non formal mengenai definisi pendidikan non formal
cukup bervariasi. Philip H.Coombs berpendapat bahwa pendidikan non formal adalah
setiap kegiatan pendidikan yang terorganisir yang diselenggarakan diluar system formal,
baik tersendiri maupun merupakan bagian dari suatu kegiatan yang luas, yang dimaksudkan
untuk memberikan layanan kepada sasaran didik tertentu dalam mencapai tujuan-tujuan
belajar.
Menurut Soelaman Joesoef, pendidikan non formal adalah setiap kesempatan dimana
terdapat komunikasi yang terarah di luar sekolah dan seseorang memperoleh informasi,
pengetahuan, latihan maupun bimbingan sesuai dengan tingkat usia dan kebutuhan hidup,
dengan jutuan mengembangkan tingkat keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang
memungkinkan baginya menjadi peserta-peserta yang efesien dan efektif dalam lingkungan
keluarga, pekerjaan bahkan lingkungan masyarakat dan negaranya.
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan non formal adalah
pendidikan kegiatan belajar mengajar yang diadakan di luar sekolah untuk memenuhi
kebutuhan pendidikan peserta didik tertentu untuk mendapatkan informasi, pengetahuan,
latihan, dan bimbingan sehingga mampu bermanfaat bagi keluarga, masyarakat, dan
negara.
Pendidikan non formal sudah ada sejak dulu dan menyatu di dalam kehidupan
masyarakat lebih tua dari pada keberadaan pendidikan sekolah. Para Nabi dan Rasul yang
melakukan perubahan mendasar terhadap kepercayaan, cara berfikir, sopan santun dan
cara-cara hidup di dalam menikmati kehidupan dunia ini, berdasarkan sejarah, usaha atau
gerakan yang dilakukan bergerak di dalam jalur pendidikan non formal sebelum lahiSrnya
pendidikan sekolah. Gerakan atau dahwah nabi dan Rosul begitu besar porsinya pembinaan
yang ditujukan pada orang-orang dewasa dan pemuda. Para Nabi dan Rosul berurusan
dengan pendidikan dan pembangunan masyarakat melalui pembinaan orang dewasa dan
pemuda yang berlangsungnya diluar system persekolahan.
Ada juga tujuan belajar di jalur pendidikan non formal yang ditujukan untuk
kepentingan pendidikan kelanjutan setelah terpenuhinnya pendidikan tingkat dasar, serta
pendidikan perluasan dan pendidikan nilai-nilai hidup. Contoh program pendidikan non
formal yang ditujukan untuk mendapatkan dan memaknai nilai-nilai hidup misalnya
pengajian, sekolah minggu, berbagai latihan kejiwaan, meditasi, “manajemen kolbu”,
latihan pencarian makna hidup, kelompok hoby, pendidikan kesenian, dan sebagainya.
Dengan program pendidikan ini hidup manusia berusaha diisi dengan nilai-nilai
keagamaan, keindahan, etika dan makna.
1. Sasaran Pelayanan
• Usia Pra-Sekolah (0-6 tahun)
• Masyarakat Perkotaan
• Masyarakat Terpencil
Untuk itu masyarakat terpencil ini perlu ditolong melalui pendidikan non
formal yang mereka dapat mengikuti perkembangan dan kemajuan nasional.
Dari sisi target grup yang disebut sebgai sasaran didik, pendidikan non formal
memiliki cakupan garapan yang sangat luas sarta besar variabilitasnya. Khalayak sasaran
yang ingin/ harus dilayani pendidikan non formal terentang seiring dengan kebutuhan
belajar manusia untuk belajar sepanjang hayat, sejak anak usia dini sampai dengan orang
usia lanjut. Dimana seseorang atau sebuah komunitas manusia muncul kebutuhan belajar
(kebutuhan pengetahuan, keterampilan, dan sikap), maka di situ sebaiknya pendidikan non
formal hadir. Dalam kapasitas inilah pendidikan non formal dikatakan bersifat multi
audiens, tidak saja ditinjau dari segi usia, tetapi juga karakteristik individu dan sosial seperti
jenis kelamin dan gender, demografi, geografis, pekerjaan, latar pendidikan formal, dan
sebagainya.
Sungguh sangat banyak kebutuhan belajar manusia yang hanya bisa didekati dan
diselesaikan melalui pendidikan non formal. Sementara jelas sekali bahwa kemampuan
sekolah menjangkau dan memenuhi kebutuhan belajar khalayak sasaran di luar main stream
sekolah (persyaratan usia, syarat pendidikan pendahuluan, tempat tinggal, dan prasyarat
formal lainnya) sangat terbatas.
Dengan demikian khalayak sasaran pendidikan non formal adalah semua orang yang
membutuhkan layanan pendidikan untuk meningkatkan kemampuan (pengetahuan,
keterampilan dan sikap) dalam upaya menggapai derajat, martabat, dan kualitas hidup yang
lebih baik, lebih indah, lebih bernilai, dan lebuh bermakna.
b. Pendidikan Vokasional
c. Pendidikan Kader
2. Isi program pendidikan non formal yang berkaitan dengan peningkatan mutu
kehidupan seperti:
a. Pengembangan nilai-nilai etis, religi, estetis, social, dan budaya.
b. Pengembangan wawasan dan tata cara berfikir.
c. Peningkatan kesehatan pribadi, keluarga dan lingkungan.
d. Peningkatan dan pengembangan pengetahuan di dalam arti luas ( social,
ekonomi, politik, ilmu-ilmukealaman, bahasa, sejarah, dan sebagainya)
e. Apresiasi seni-budaya ( sastra, teater, lukis, tari, pahat dan lain sebagainya)
Sedangkan isi program pendidikan non formal yang berhubungan dengan keterampilan
untuk meningkatkan pendapatan (income generating skill), berhubungan dengan
penguasaan pengetahuan dan keterampilan yang dimaksudkan sebagai bekal bekerja, bekal
mendapat pendapatan. Seperti pertanian, perikanan, perkebunan dan lain sebagainya.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendidikan adalah usaha manusia dalam meningkatkan pengetahuan tentang
alam sekitarnya. Pendidikan diawali dengan proses belajar untuk mengetahui suatu hal,
kemudian mengolah informasi tersebut untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehari-
hari. Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang
dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Tujuan-tujuan pendidikan non
formal yang terfokus pada pemenuhan kebutuhan belajar tingkat dasar (basic
education) semacam pendidikan keaksaraan, pengetahuan alam, keterampilan
vokasional, pengetahuan gizi dan kesehatan, sikap sosial berkeluarga dan hidup
bermasyarakat, pengetahuan umum dan kewarganegaraan, serta citra diri dan nilai
hidup. Jenis dan isi pendidikan non formal pada dasarnya bergantung pada kebutuhan
pendidikan. isi program pendidikan non formal yang berhubungan dengan keterampilan
untuk meningkatkan pendapatan (income generating skill), berhubungan dengan
penguasaan pengetahuan dan keterampilan yang dimaksudkan sebagai bekal bekerja,
bekal mendapat pendapatan.
Ada 3 peran pendidikan luar sekolah, yaitu a.Sebagai pelengkap pendidikan
sekolah, b. Sebagai penambah pendidikan sekolah dan c. Sebagai pengganti pendidikan
sekolah.
B. Saran
Menurut kami, warga masyarakat lebih meningkatkan peranan pendidikan
nonformal dilingkungannya karena tingkat pengangguran di Indonesia semakin
meningkat. Selain itu, tingkat masyarakat yang buta aksarapun semakin banyak
sehingga melalui pendidikan nonformal masyarakat Indonesia diharapkan dapat
mengenyam pendidikan walau hanya pendidikan baca-tulis.
DAFTAR PUSTAKA
Pendidikan Non Formal. (2012, Desember). Diambil Kembali dari aneka makalah :
https://www.anekamakalah.com/2012/12/pendidikan-non-formal.html?m=1
Pengertian pendidikan non formal. (2011, Juli). Dianil kembali dari blogspot.com :
http://kuliahitukeren.blogspot.com/2011/07/pengertian-pendidikan-nonformal-dan.html
Soelaman Joesoef, Konsep Dasar Pendidikan non formal. (Jakarta: Bumi Aksara. 1992)
Sanapiah Faisal. Pendidikan non formal Di dalam Sistem Pendidikan dan Pembangunan
Nasional.(Surabaya: Usaha Offset Printing. 1981)
Ishak Abdulhak, Ugi Suprayogi, Penelitian Tindakan Dalam Pendidikan Non Formal,
(Jakarta: PT RajaGrafindo Pustaka. 2012)